NovelToon NovelToon

Suami Satpamku Ternyata Miliarder

Bab 1: Gaun Putih untuk Luka

Pagi itu, Ayuna Sekar terbangun dengan perasaan campur aduk. Pagi yang seharusnya menjadi hari paling bahagia dalam hidupnya, malah terasa seperti beban yang menekan dada. Semua persiapan telah dilakukan. Gaun pengantin putihnya telah disiapkan dengan rapi, terletak dengan anggun di lemari besar yang dia beli dengan hasil keringatnya sendiri. Tanggal pernikahan yang telah ditunggu-tunggu akhirnya tiba.

Namun, ada satu hal yang belum Ayuna ketahui yaitu kehidupannya akan segera berubah selamanya, bukan seperti yang dia bayangkan.

---

"Ayuna, jangan khawatir. Aku akan selalu ada untukmu," kata Revan, tunangannya, beberapa bulan yang lalu kata kata itu terdengar sangat manis. Dari mulut Revan, pria yang telah membuat Ayuna percaya bahwa cinta itu murni dan tak ternilai. Ayuna telah mengorbankan banyak hal demi Revan. Kuliah yang semula ingin dia lanjutkan, ia batalkan. Dia lebih memilih untuk bekerja keras di sebuah kantor kecil, menabung setiap rupiah demi membantu Revan mencapai mimpinya.

Bagi Ayuna Revan adalah dunianya, jadi apapun ia korbankan hingga cita citanya ia sisihkan demi Revan.

Revan ingin menjadi pengacara terkenal, dan Ayuna berjanji mendukungnya. Tak peduli betapa sulitnya hidup, dia tak pernah mengeluh. Bagi Ayuna, kebahagiaan adalah melihat Revan bahagia.

Tapi kini, di pagi yang cerah itu, Ayuna merasa gelisah. Ada firasat yang tidak bisa dijelaskan. Perasaan cemas yang terus mengganggunya. Dia hanya bisa menatap gaun putih yang kini terasa terlalu besar untuk dirinya, dan bertanya-tanya, apakah pernikahan ini benar-benar miliknya?

"Kenapa hatiku tiba tiba gelisah, kenapa aku ingin mundur?" gumam Ayuna gelisah karena bingung

"Aku harus tenang.... Aku mencintai Revan begitu juga Revan jadi untuk apa aku ingin lari dari pernikahan ini. Ya pasti aku hanya grogi dan demam panggung, aku akan bahagia menjadi nyonya Revan" gumam Ayuna menguatkan hatinya sendiri

---

Tiga jam kemudian, Ayuna tiba di tempat pernikahan yang sudah dihias megah. Di depan pelaminan, para tamu sudah menunggu dengan wajah penuh harapan. Tapi hati Ayuna berdebar begitu kencang. Setiap langkah yang ia ambil terasa berat, seolah ada sesuatu yang salah. Dengan gaun pengantin yang terasa semakin tidak nyaman, Ayuna melangkah menuju depan pelaminan, Ayuna berusaha tersenyum, meskipun dadanya sesak tiba tiba.

Dan kemudian, kejadian itu terjadi. Begitu Ayuna melihat Revan berdiri di pelaminan, Ayuna sangat shock, ia bingung dengan apa yang sedang terjadi saat ini. hatinya tiba tiba terasa sakit dan hancur berkeping-keping.

Di pelaminan itu di samping Revan, bukan dirinya yang berdiri disana tapi terlihat seorang wanita cantik, dengan gaun pengantin yang lebih mewah dari miliknya. Wanita itu tersenyum lebar, sedangkan Revan hanya tersenyum dingin.

Ayuna berjalan mendekati pelaminan dengan berat, apa lagi setiap langkahnya di tatap heran oleh semua orang, tidak lama kemudian Ayuna sampai di depan Revan, dengan suara gemetar Ayuna bertanya pada Revan.

"Revan... Ini maksudnya apa dan kenapa ada wanita ini di samping kamu, bukanya ini hari pernikahan kita " tanya Ayuna

“Ayuna, kamu harus mengerti. Aku tidak mencintaimu jadi jangan mengejar ku terus. Aku menikah dengan dia karena dia lebih ‘sesuai’,” Revan berkata tanpa rasa bersalah, seolah ini adalah hal yang biasa.

Ayuna terdiam, merasa dunia ini berputar begitu cepat. Tiga tahun bersama, semua pengorbanannya, hilang begitu saja. Bukan hanya itu, ayunan kata-kata Revan semakin menghujam, seperti pisau tajam yang mengiris hatinya.

"Revan kamu bercanda kan, ini gak lucu loh" ujar Ayuna yang berharap ini hanya sebuah lelucon.

Mendengar itu Revan mendekati Ayuna dan berbisik pelan , “Kamu hanya alat untuk menghidupi aku, Ayuna. Kamu tahu itu kan? Aku butuh uangmu untuk kuliah dan hidupku, dan sekarang aku tidak butuh lagi.” Revan tertawa sinis.

Ayuna merasa tubuhnya goyah. Apa yang dia lakukan? Apa yang salah dengan dirinya? Di hadapan semua orang, Revan melanjutkan penghinaan itu tanpa ampun. Keluarga Revan pun tersenyum puas. Mereka tak pernah benar-benar peduli pada Ayuna. Mereka hanya memanfaatkan kebaikannya.

Tiba-tiba, dada Ayuna terasa berat. Napasnya tercekat, jantungnya berdegup tak karuan. Serangan jantung datang begitu cepat. Sebelum tubuhnya jatuh, ia sempat melihat orang-orang di sekitarnya yang hanya menonton tanpa membantu tertawa. Bahkan Revan dan keluarga besarnya malah tersenyum lebar. Ayuna jatuh, dan semuanya menjadi gelap.

---

Waktu seakan berhenti dan berputar mundur, iya waktu berputar ulang ke tiga hari sebelum kejadian.

Ayuna membuka mata dengan kebingungan. Di sekelilingnya, suasana rumah kontrakan yang sederhana terlihat berbeda dari apa yang ia ingat. Ia mencoba mengingat, dan tiba-tiba semua kenangan itu menghantamnya. Dia kembali ke masa tiga hari yang lalu, sebelum semuanya hancur.

"Ini... mimpi?" Ayuna bergumam, meraba dadanya yang masih terasa sesak. Namun, ketika ia melihat kalender di meja kecil di samping tempat tidurnya, hatinya terkejut. Hari ini hari tiga hari sebelum pernikahannya. Tapi, kali ini, ia berada di tempat yang berbeda, bukan di aula megah itu.

"Tuhan memberi aku kesempatan kedua?" Ayuna merasakan sesuatu yang aneh. Kekuatan baru mulai tumbuh dalam dirinya. Kali ini, ia tidak akan membiarkan dirinya dihancurkan begitu saja.

"Aku... Aku tidak tau itu mimpi atau benar benar terjadi tapi yang jelas aku sangat bersyukur dan berterima kasih sudah di berikan kesempatan untuk memperbaiki semuanya" gumam Ayuna penuh syukur

---

Ayuna bangkit dari tempat tidur, melihat gaun pengantin yang kini tergantung di lemari. Tidak ada waktu untuk meratapi kesedihan. Ia tahu, ini adalah kesempatan kedua yang tak boleh disia-siakan. Ia harus merubah takdirnya dan ia tahu persis apa yang harus dilakukannya.

"Aku tidak akan membiarkan diriku dipermalukan lagi," Ayuna berkata pada dirinya sendiri, bertekad.

"Namun, bagaimana caranya? Apa yang bisa ia lakukan di saat semuanya terasa hancur?" bingung Ayuna

Ayuna menatap jendela dan melihat dunia luar yang tampak begitu berbeda. Ia ingin kembali memulai hidup dari awal, tetapi tanpa melupakan pelajaran berharga yang telah ia dapatkan. Keinginan itu muncul begitu kuat dalam dirinya. Tapi untuk memulai, ia tahu ia harus menemukan seseorang untuk menemani perjalanannya meskipun itu harus menjadi pernikahan dadakan.

Dengan tekad yang bulat, Ayuna membuka pintu rumah kontrakan, keluar ke jalan yang penuh dengan kemungkinan. Dalam pencariannya, ia bertemu dengan seorang pria satpam yang tampaknya biasa saja, tapi sesuatu dalam diri pria itu menarik perhatian Ayuna.

Dan tanpa pikir panjang, Ayuna mengajukan pertanyaan yang akan mengubah hidup mereka berdua selamanya:

“Maukah kamu menikah dengan saya sekarang juga?” tanya Ayuna tiba tiba pada pria itu

Bersambung

Bab 2: Lamaran Kilat di Depan Minimarket

Ayuna Sekar berdiri di depan minimarket 24 jam. Hatinya masih berdebar kencang setelah berkeliling setengah kota hanya untuk menemukan... calon suami darurat.

Langit mulai gelap. Ia mulai khawatir Tuhan akan menarik kembali “kesempatan kedua” ini kalau dia terlalu lama ragu-ragu.

“Harus cepat. Pokoknya aku harus nikah hari ini. Siapa pun yang aku temui pertama…” gumam Ayuna pelan, penuh tekad.

Dan saat itu… Seakan tuhan mendengar doanya tiba tiba terdengar suara pria yang mengejutkan Ayuna.

“Permisi, Mbak, jangan berdiri dekat pintu. Orang mau masuk susah.” ujar sang pria

Suara berat dan tegas terdengar dari samping. Seorang pria berseragam satpam berdiri tegap sambil menatapnya. Wajahnya teduh, rahangnya tegas, tubuhnya tinggi. Tapi ekspresinya agak… dingin.

Ayuna menoleh. Matanya membulat, secara tiba tiba bayangan pernikahan muncul tiba tiba, Ayuna merasakan perasaan asing dan seakan menemukan kebahagiaan yang terkubur selama ini

"Mbak..." ujar pria itu sekali lagi dan itu menyadarkan Ayuna

“Mas…” seru Ayuna dengan senyumannya

“Hmm?” Satpam itu mengangkat alis heran saat melihat ekspresi Ayuna

Ayuna menggenggam jemarinya yang gemetaran. “Mas, kamu udah nikah belum?” tanya Ayuna tiba tiba

Satpam itu yang ternyata bernama Arjuna menatap Ayuna, jelas-jelas bingung. “Eh?”

“Aku tanya serius. Kamu udah nikah belum?” ulang Ayuna cepat.

Arjuna mengernyit. “Belum. Tapi kenapa?” heran Arjuna

“Aku mau nikah. Sekarang. Sama kamu.” ujar Ayuna

“…Ha?” kaget Arjuna serta bingung

---

Beberapa detik keheningan.

Angin malam bertiup pelan. Ayuna masih berdiri tegak, meski wajahnya merah padam.

Arjuna berkedip beberapa kali. “Maaf, Mbak. Tadi aku denger kamu ngajak aku… nikah?”

“Iya. Ayo nikah.” jawab Ayuna di barengi ajakan yang serius

“Sekarang?” tanya Arjuna

“Sekarang.” jawab Ayuna mantap

“…Sama saya?”tanya Arjuna sekali lagi

Ayuna menarik napas panjang. “Iya mas. Sama kamu. Satpam tinggi yang entah kenapa bikin aku yakin kamu bukan orang jahat.”

Arjuna melipat tangan di depan dada. “Mbak... kamu ngelamar aku di depan Indomaret. Apa kamu yakin kamu waras?”

Ayuna menggeleng pelan. “Mungkin nggak waras. Tapi aku sadar aku nggak mau disakitin lagi. Dan aku butuh seseorang yang mau nikah sama aku, bukan karena uangku. Atau gelarku. Atau masa laluku.” jawab Ayuna dan itu menyentil hati Arjuna

Arjuna terdiam sesaat lalu bicara lagi pada Ayuna “Dan kamu pikir aku cocok karena… aku satpam?”

“Bukan. Karena kamu satu-satunya orang yang nggak menatapku aneh hari ini.” jawab Ayuna jujur

---

Arjuna mendesah. Ia menunduk, seolah menimbang. “Ini... beneran? Nggak main-main?” batin Arjuna

"Ini cewek waras gak sih, tau tau ini konten kan malu maluin "Ujar Arjuna dalam hati dan menoleh kesana kemari mencari kamera tapi tidak ada.

"Mas " panggil Ayuna

Ini... beneran? Nggak main-main?” tanya Arjuna pada Ayuna

“Serius,” jawab Ayuna mantap.

“Kita baru ketemu lima menit, lho.” ujar Arjuna

“Masih lebih baik daripada lima tahun bareng cowok yang ternyata pengkhianat.”

“Masalahnya bukan cuma itu, Mbak…” jelas Arjuna

“Ayuna.” ujar Ayuna memperkenalkan dirinya pada Arjuna

“Hah?” tanya Arjuna bingung

“Nama aku, Ayuna Sekar. Kamu siapa?” jawab Ayuna dengan pertanyaan balik

“Arjuna.” jawab Arjuna

Ayuna tersenyum tipis. “Tuh, udah cocok. Ayuna dan Arjuna.”

Arjuna tertawa kecil. “Mbak Ayuna, kamu gila, tahu nggak?”

“Ya, mungkin. Tapi aku gila dengan tujuan jelas.” jawab Ayuna

Arjuna mengusap tengkuknya. “Aku juga lagi pusing. Sebenernya… aku memang butuh nikah cepat.”

Mata Ayuna membesar. “Hah?! Serius?”

“Iya. Lama-lama semua orang ngatur hidupku. Disuruh nikah sama perempuan yang nggak aku kenal. Padahal aku cuma mau hidup normal.”

“Jadi kita sepakat?” Ayuna menatapnya penuh harap.

Arjuna tertawa pendek. “Kita beneran mau nikah karena… sama-sama kepepet?”

Ayuna mengangguk cepat.

Arjuna menghela napas panjang. “…Oke.”

“Oke?” tanya Ayuna

“Oke.” jawab Arjuna

“Beneran?!” tanya Ayuna memastikan

“Beneran. Tapi kamu jangan lari kalau tahu aku orangnya banyak rahasia.” jawab Arjuna

Ayuna tersenyum. “Aku juga banyak luka. Kita impas.”

---

Beberapa jam kemudian...

Penghulu di masjid kecil dekat gang sempit itu menggaruk-garuk kepala. “Kalian serius mau ijab kabul sekarang?”

“Serius, Pak Ustaz,” jawab Ayuna mantap.

“Keluarga?” tanya Pak Ustaz

“Nggak ada,” jawab mereka bersamaan.

“Saksi?” tanya Pak Ustaz lagi

“Tetangga kos dan Pak RT bisa dipanggil,” kata Arjuna santai.

Penghulu menghela napas panjang. “Kalian ini seperti film. Tapi ya sudah, kalau semua syarat sah, saya bantu, tapi ini mau nikah sirih atau nikah sah negara juga"

"Nikah sah pak, besok kami urus, ini sudah malam mana ada kantor KUA buka, tapi kasih bukti pernikahan ini ya pak berupa surat gitu biar besok mudah urusannya" ujar Arjuna dan di setujui Ayuna

"Baiklah jika begitu" jawab pak ustadz dan penghulu

---

Satu jam setelahnya,

“Qobiltu nikahahaa...”

Ayuna menatap Arjuna. Matanya berkaca-kaca. Ia tidak percaya. Ia benar-benar menikah... dengan pria yang baru ia kenal beberapa jam.

“Mulai sekarang, kamu istri saya,” ucap Arjuna pelan.

Ayuna menggigit bibir. “Dan kamu suami saya. Aneh ya?”

Arjuna nyengir. “Gila malah.”

Ayuna tertawa kecil. “Terima kasih... sudah mau gila bareng aku.”

Arjuna memandang Ayuna serius. “Sama-sama. Tapi mulai besok, jangan panggil aku ‘Mas Satpam’ ya. Aku sakit hati.”

“Oke. Aku panggil... Pak Komandan?”

“Jangan!” seru cepat Arjuna

“Pak Suami?” tanya Ayuna

“…Oke, itu boleh.” jawab Arjuna dan mereka pun tertawa bersama

---

Malam itu, dua orang asing tidur di satu atap. Bukan karena cinta pada pandangan pertama, tapi karena luka dan harapan yang mempertemukan mereka.

Dan tanpa mereka sadari, cinta perlahan mulai menemukan celahnya... di antara sisa-sisa perih dan secangkir teh manis dalam gelas retak.

Keesokan harinya.

Pagi pagi Ayuna terbangun terlebih dahulu dari Arjuna, setelah nyawanya terkumpul Ayuna baru sadar jika ia sedang tidur di kasur yang sama dengan seseorang pria, kening Ayuna sampai berkerut. Ia menatap langit-langit kamar kecil berwarna krem dengan bercak-bercak air hujan yang mengering.

“Aku beneran udah nikah?” batin Ayuna. “Dan… sama satpam?” lanjutnya lagi

Ayuna menoleh ke samping. Arjuna tidur miring membelakangi, masih mengenakan seragam satpam lengkap dengan sepatu." Eh.... Beneran sepatu! Astaga, hehehe" Ayuna merasa lucu

“Dia bener-bener nggak lepas sepatu?!” gumam Ayuna

“Mas...” Ayuna menyenggol lengan Arjuna pelan.

Arjuna menggeliat kecil, lalu membuka satu matanya.

“Hmm?” gumam Arjun

“Kamu tidur pakai sepatu?” tanya Ayuna

“Refleks.” jawab Arjuna

“Refleks? Emangnya kamu Batman?” ujar Ayuna

Arjuna menguap. “Biasanya jaga malam. Nggak terbiasa buka sepatu. Siapa tahu ada maling.”

Ayuna memiringkan kepala. “Di dalam kamar juga?”

“Eh, iya juga…” jawab Arjuna baru sadar

Mereka saling menatap selama dua detik… lalu tertawa.

Bersambung

Bab 3 Pagi Pertama di Rumah Kontrakan

Beberapa menit kemudian, di dapur sempit kontrakan. Ayuna menuangkan air panas ke dalam dua cangkir kecil. “Maaf ya, aku cuma punya teh celup dan roti sisa semalam.”

Arjuna duduk di kursi plastik. “Hei, kamu nikahin aku, bukan katering.”

“Aku serius lho. Kamu nggak nyesel?”tanya Ayuna

“Belum sempat nyesel. Aku masih mikir, ini mimpi atau enggak.” jawab Arjuna

Ayuna tersenyum kecil. “Kita beneran nekat, ya?”

“Bisa dibilang nekat, bisa juga… keren.” ujar Arjuna

“Keren karena nikah dadakan sama cewek random?”tanya Ayuna

Arjuna mengangkat bahu. “Daripada dijodohin sama tante-tante kolega Papa. Mereka panggil aku ‘Juna sayang’ waktu baru lima menit kenalan.”

Ayuna nyekikik. “Astaga.”

“Serius. Ada yang kasih aku foto ultrasound, bilang itu anak kami masa depan. Aku trauma.” ujar Arjuna

Ayuna tertawa makin keras. “Kamu tuh beneran aneh.”

“Kamu lebih aneh. Ngajak satpam nikah di depan Indomaret.” jawab Arjuna

Ayuna menunjuk dirinya sendiri. “Perempuan dengan luka lama, masa lalu kelam, dan keputusan nekat.”

Arjuna menunjuk dirinya. “Lelaki penuh rahasia, sok cool, dan tidur pakai sepatu.”

Mereka tertawa bersama lagi.

---

Setelah sarapan darurat.

Arjuna berdiri di tengah kamar kontrakan sambil memandang sekeliling. “Kamu tinggal di sini sendirian?”

“Iya. Udah tiga tahun. Sejak aku batal kuliah dan kerja serabutan.” jawab Ayuna

Arjuna menatap Ayuna. “Batal kuliah kenapa?”

Ayuna terdiam sejenak. Lalu menjawab lirih, “Biaya kuliah mantan pacarku. Dia bilang akan nikahiku setelah sukses. Tapi ternyata…”

Arjuna mengangguk. “Dia nikah sama cewek lain?”

Ayuna tersenyum pahit. "Iya tapi belum sekarang tapi nanti tepatnya besok, dia akan menikah di depan mataku. Bahkan di atas pelaminan yang tadinya kupikir buatku dengan biaya dari tabungan ku.”

Arjuna terdiam. “Gila. Parah banget.”

“Aku gak mau di bodohi lagi oleh orang orang itu, karena itu aku ingin membalikkan keadaan, lusa" ujar Ayuna

“Dan kamu pakai kesempatan itu buat nikahin satpam?” tanya Arjuna

Ayuna menyengir. “Bisa dibilang begitu, tapi aku gak memikirkan dia kerja apa atau berpangkat apa , yang aku tau aku ingin menikah dengan pria yang ku lihat pertama kali semalam dan dapat membuat ku nyaman. Dan ternyata itu kamu mas"

“Kalau gitu aku harus bersyukur kamu di khianati kalau gitu” ujar Arjuna sembari tertawa

“Apa.... Tega banget kamu mas... belum dua puluh empat jam Lo kita nikah" ujar Ayuna pura pura kesal

“Hei, maksudku... jadi aku bisa ketemu kamu.” jelas Arjuna cepat

Mereka saling menatap. Sebentar. Lalu Ayuna buru-buru membuang pandangan.

“Mas, aku minta satu hal.” ujar Ayuna

“Apa?” tanya Arjuna

“Setelah ini, kita hidup sederhana aja ya. Aku kerja, kamu kerja. Nggak usah mikirin masa lalu.” jawab Ayuna

Arjuna mengangguk pelan. “Deal. Tapi aku juga minta satu hal.”

“Apa?” tanya Ayuna balik

“Jangan pernah tanya aku kerja di mana, ya.” ujar Arjuna

Ayuna mengernyit. “Kenapa?”

“Nggak sekarang. Nanti juga kamu tahu sendiri. Tapi janji dulu.” jawab Arjuna

Ayuna ragu-ragu, tapi akhirnya mengangguk. “Oke. Janji.” jawab Ayuna

"Tapi kamu bukan tukang palak kan, atau satpam gelap" tanya Ayuna

Arjuna menyentil dahi Ayuna

"Aduhhh.... ,mas sakit" kesal Ayuna

"Ini kepala kecilmu mikir terlalu jauh, tenang saja semua halal " ujar Arjuna meyakinkan

"Iya iya aku percaya" jawab Ayuna

---

Beberapa jam kemudian,

Ayuna berdiri di depan pintu rumah sambil mengancingkan blouse kerja yang agak lusuh.

“Mas, aku berangkat dulu ya. Hari ini aku kerja. Kamu jaga rumah.” ujar Ayuna

Arjuna menoleh dari kasur lipat. “Oke. Hati-hati.”

Ayuna tersenyum, lalu pamit. Tapi sebelum benar-benar pergi, ia menoleh sekali lagi.

“Mas…” panggil Ayuna

“Hmm?” gumam Arjuna

“Aku senang bisa nikah sama kamu.” ujar Ayuna

Arjuna menatapnya.

“…Aku juga, Ayuna.” jawab Arjuna

Dan saat pintu tertutup, Arjuna mengeluarkan ponsel dari saku jaket lusuhnya, lalu menekan tombol cepat.

“Ya. Siapkan mobil cadangan. Saya ke kantor sore ini. Dan… tolong jangan biarkan wartawan tahu saya menginap semalam di rumah kontrakan.” ujar Arjuna

Suara dari seberang menjawab, “Baik, Tuan Arjuna.”

Sorenya, Ayuna pulang kerja dengan langkah gontai. Sepatu flat-nya basah karena hujan gerimis yang turun sejak siang. Rambutnya kusut, tasnya berat, dan satu hal yang paling ingin dia lakukan adalah: tidur.

Namun begitu membuka pintu, aroma nasi goreng langsung menyambutnya.

“Mas?” panggil Ayuna sambil melepas sepatunya.

“Di dapur!” sahut suara Arjuna dari dalam.

Ayuna berjalan cepat. Begitu masuk dapur, matanya langsung membesar. Arjuna berdiri di depan kompor, mengenakan apron motif bunga pink… terbalik.

“Kamu masak?” tanya Ayuna, tak percaya.

“Bukan. Ini sulap.” jawab Arjuna dengan muka datar.

Ayuna tertawa. “Itu apron kok kayak punya ibu kos ya?”

“Minjem. Katanya biar aura masakannya lebih ‘rumahan" jawab Arjuna asal

Ayuna memandangi nasi goreng di wajan. Aromanya menggoda.

“Wah, beneran bisa masak ternyata.” ujar Ayuna tak percaya

“Dulu pernah kerja jadi tukang masak di kapal.” jawab Arjuna

“Bohong!” seru Ayuna

“Ya, iya sih. Tapi aku emang bisa masak. Sedikit.” jawab Arjuna

Mereka duduk berdua di lantai, makan dengan piring di pangkuan. Sambil makan, Ayuna melirik wajah suaminya itu. Walau bajunya lusuh, kulitnya gelap sedikit kemerahan karena matahari, tapi… matanya hangat.

“Mas…” panggil Ayuna

“Hmm?” gumam Arjuna

“Kalau kamu bukan satpam… kamu sebenarnya siapa?” tanya Arjuna

Arjuna melirik. “Ayuna, kamu sudah janji.” ingat Arjuna

“Iya, iya. Cuma… kamu terlalu ‘rapi’ buat ukuran cowok kontrakan biasa.” jawab Ayuna

“Rapi?” tanya Arjuna

“Kuku kamu dipotong bersih. Punggung tanganmu kayak bekas jam mahal. Terus kamu nggak pernah salah naruh sendok, bahkan waktu masak.” jawab Ayuna

Arjuna terdiam sebentar. Lalu tertawa.

“Kamu terlalu jeli.” ujar Arjuna

“Aku mantan anak ekonomi manajemen. Mataku nggak bisa dibodohi.” ujar ayuna

Arjuna tersenyum. “Tapi kamu tetap nikahin aku waktu aku pakai seragam satpam.”

“Karena instingku bilang kamu baik.” jawab Ayuna

“Dan ternyata… instingmu bener.” ujar Arjuna

Ayuna tersipu. “Mas…”

Arjuna memandang Ayuna lekat-lekat. “Aku janji, suatu hari nanti kamu bakal tahu semuanya. Tapi sekarang, nikmati aja dulu masa bulan madu kita… yang pakai nasi goreng sisa bumbu.”

Ayuna tertawa kecil. “Setuju.” Ayuna lalu berlalu menuju kulkas dan membuka kulkas kecil di dapur. Ia terkesiap.

“Mas! Ini… ini daging wagyu?!" tanya Ayuna kaget

“Oh, iya. Dapet diskon katanya di toko online. Kaget juga kirain isinya tahu isi.” jawab Arjuna

Ayuna menatap curiga. “Mas, kamu beli daging kayak gini pakai apa?”

“E-Wallet.” jawab Arjuna polos

“Saldo kamu berapa sih?” tanya Ayuna

“Hmm… 25.” jawab Arjuna

“25 ribu?” tanya Ayana lagi

“25 juta. Eh, maksudnya... ya segitu-segitu lah.” jawab Arjuna keceplosan

Ayuna menatap Arjuna seperti menatap alien. “Mas…”

“Iya?”

“Kamu kaya, ya?” tanya Ayuna

Arjuna menyengir. “Aku… kerja keras aja.”

Ayuna menunjuk wajah Arjuna. “Nih ya, aku kasih waktu tujuh hari buat jujur. Kalau enggak, aku bakal selidikin sendiri.”

“Wah, istri detektif.” ujar Arjuna

“Beneran lho. Aku penasaran setengah mati.” ujar Ayuna

Arjuna tertawa sambil memeluk bahu Ayuna. “Tapi kamu masih mau nikah sama aku?”

Ayuna menyandarkan kepala di bahunya. “Aku udah nikah. Udah sah. Dan… entah kenapa, aku nyaman.”

Arjuna menatap langit-langit.

“Kalau kamu tahu siapa aku sebenarnya… masihkah kamu bilang nyaman, Ayuna?”

Bersambung

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!