...🍄🍄Kehidupan mewah juga serba ada tak menjadi jaminan untuk kebahagiaan 🍄🍄...
Alka farwis gunanda merupakan nama lengkap dari seorang laki-laki berumur 29 tahun yang menjabat sebagai CEO dalam sebuah perusahaan miliknya sendiri. Ia sudah mendalami bidang Dunia tarik suara juga entertainment ini sejak masih muda. Ia bahkan pernah menjadi seorang boyband terkenal namun karena sudah naik daun juga mampu untuk membangun perusahaan entertainment sendiri ia mulai berhenti menjadi seorang idol ia memilih menjadi seorang yang mengeluarkan seorang bintang ketimbang menjadi seorang bintang lagi.
Namanya juga seorang CEO dari dunia tarik suara berarti sangat tidak jauh dari awak media dan berita. Apalagi ia pernah menjadi seorang idol tentu menjadi sorotan publik bukanlah apa-apa lagi menurutnya.Baginya itu hanya sebuah bunga bunga untuk menemani sepanjang karir nya itu.
Bahkan saat media mengeluarkan isu bahwa adalah seorang penganut boys love. Atau menyukai sesama jenis ia sama sekali tak mau membantah berita itu hingga sampai geger keberbagai penjuru.
"Cepat siapkan mobil dan kita akan langsung turun ke lapangan hari ini. Melihat apakah jefri benar-benar sungguh-sungguh dalam drama ini? " Alka bangkit meraih jas nya dari sang asisten pribadi nya itu.
"Baik tuan. " Asisten peribadi bernama Ren itu adalah sahabatnya sejak Alka menjadi seorang Trinnee dahulu.
Mereka berteman sudah lama bahkan dari SMA, siapa sangka hingga kini mereka masih bersama. Dan belum lagi Ren sangat ahli dalam bidang ini hingga mereka sangat klop untuk menjadi seorang bos dan asisten pribadi.
Dan, penyebab rumor Alka penyuka sesama jenis itu adalah saat Alka dan Ren pernah masuk kedalam sebuah baru khusus gay, mereka tidak tau tempat itu adalah tempat khusus pasangan yang menyukai sesama jenis. Dan awak media ternyata menangkap momen salah masuk tempat itu lalu mengeluarkan berita bahwa keduanya sudah sangat lama saling mencintai dan ngedate di tempat tempat seperti itu.
Ren sudah berkali-kali meminta untuk berhenti agar berita itu tidak semakin menyebar. Namun Alka tak mengizinkan itu.
"Bagaimana dengan jadwal gisel hari ini tuan? Apakah kita harus melanjutkan atau Menundanya saja? " Ren membuka pintu untuk Alka yang langsung keluar itu.
"Lanjutkan saja. "
"Tapi bagaimana dengan jadwal besok tuan? "
"Biarkan saja, kita tidak akan rugi jika melewatkan itu. Bagaimana jika kita melewatkan jadwal dengan sponsor besar kita? Kamu bisa bayangkan kan berapa besar kerugian kita nantinya? " Alka berjalan dengan pelan diikuti oleh ren dari belakang.
Seluruh pegawai yang bekerja di perusahaan itu tak henti nya Menatap tidak rela dengan kedekatan ren dengan bos kesayangan mereka itu.
"Duhh apa cuma gua yg sampai sekarang belum juga yakin kalau si boss beneran Bl? " Sahut siti selaku OB ditempat itu.
"Gua juga ngk yakin tuh sama si boss, jelas-jelas dia keliatan normal gitu. " Sambung yang lain.
Zely yang bekerja sebagai seorang asisten manajer itu hanya diam saja. Ia melihat kearah Alka yang menghilang dibalik pintu dengan ren asisten pribadi nya itu.
"Orang bodoh juga tau kalau berita itu palsu. Lihat saja aku akan membuktikan bahwa laki-laki yang sudah lama kuincar itu bukanlah penyuka sesama jenis. " Smirk zely.
Zely adalah seorang gadis biasa yang berkuliah dan lulus kemudian mencari pekerjaan hingga ia bisa sampai diperusahaan Alka ini. Ia bukanlah seorang yang bisa dekat dengan bos seperti Alka.
Ia hanya seorang asisten manajer saja, untuk bertemu dengan Alka pun ia mustahil. Hanya bisa melihat dari kejauhan saja.
Ia sudah lama memendam rasa suka kepada Alka. Meskipun laki-laki itu belum pernah menyapa atau bahkan berbicara dengan nya.
"Bagaimana pun juga aku akan mendapatkan mu. " Senyum misterius dari zely.
"Apa yang kamu lakukan disini? Cepat bereskan semua yang ada diruang ganti dan bawa barang seperlunya saja, hari ini boss Alka akan turun langsung kelapangan. Jadi jangan sampai kita membuat kesalahan hingga jefri bisa kena amukan boss Alka. " Manager yang menjaga jefri.
Zely langsung mengangguk mengiyakan dan berjalan ke ruang ganti menyiapkan barang-barang seperlunya.
Ia tersenyum girang saat tau kalau ia akan bertemu dengan Alka disana nanti. Sudah lama ia menunggu saat saat ini. Ia harus menyusun rencana untuk bisa lebih dekat dengan boss nya itu.
"Seluruh perlengkapan sudah selesai saya siapkan pak. " Zely tersenyum senang.
"Ada apa dengan mu hari ini? Apa ada hal baik? " Heran menejer saat melihat wajah cerah zely.
"Saya sedang semangat bekerja pak. Mari kita berangkat, bagaimana jika boss Alka tiba lebih dulu dari kita, ia akan marah jika melihat jefri sendirian disana. " Zely.
"Kamu sih kenapa lupa membawa barang nya, kita jadi harus kembali kesini tadi. Yaudah lain kali jangan ulangi lagi. Mari berangkat sekarang. "
Zely dan menejer itu pun berangkat menuju tempat jefri artis yang mereka kawal sedang melakukan syuting.
Sedangkan Alka dan Ren kini masih belum juga berangkat karena mendiskusikan sesuatu yang sangat penting.
"Dengerin gua dulu ka, beneran dah gua udah ngk sanggup nih. Biarin gua berenti napa sih? Capek gua gara-gara fans lu neror gua mulu. " Kesal Ren dari arah kursi kemudi.
Alka tertawa pelan mendengar itu, belum lagi saat melihat wajah kesal Ren ia semakin semangat ingin tertawa.
"Udahlah nikmati aja, lagian kan ngk ada salahnya nyenengin media sekali kali. " Enteng Alka dengan wajah lempeng nya.
Plak,
"Nyenengin media dengkul mu ban*ke, gua ngk mau yah dikira belok gegara lu ngk mau klarifikasi, nanti ngk ada cewek yg mau sama gua gimana njir? " Kesal Ren.
Alka tertawa lagi dengan laknat nya ia benar-benar menganggap ke khawatiran sahabatnya itu adalah sebuah guyonan.
"Lagian kan tanpa rumor ini juga mana ada cewek yang mau sama lu, dari pada jomblo mending dikira pacaran sama gua yekan hahahha. Lebih mantul tuh biar ngk keliatan ngenesnya. " Alka tertawa sedikit keras namun ia tahan karena ada beberapa orang yang berjalan sekitaran lobi.
"Tawa mulu lu borhan, kesel gua lama-lama. " Ren ngambek.
Alka tertawa lagi karena Ren sungguh benar-benar terlihat lucu.
"Yah Sabar aja dulu, gua beneran tenang sekarang setelah rumor itu. Fans fanatik gua udah mulai berkurang tuh. "
"Lu tenang gua yg kena batunya, masa sih nyokap bokap gua ngira gua beneran belok. Mereka juga udah nyuruh gua buat jauh-jauh dari lo. Makanya cepetan adain klarifikasi. "
"Dahlah jalan cepet, banyak banget protesnya. "
"Ck, awas aja kalo lu masih belum mau klarifikasi. " Kesal Ren menjalankan mobil.
Ia sering kali dibuat kesal oleh sahabat sekaligus boss nya itu. Tidak pernah serius saat berbicara dengan nya. Untuk temen.
Ren memang sudah terbiasa seperti sedang memerankan dua sisi, saat didepan banyak orang ia akan berbicara formal layaknya seorang boss dengan asisten sedang saat mereka berdua ia akan berbicara blak-blakan selayaknya seorang temen dengan temannya.
Setiap manusia memang sudah selayaknya bersikap seperti itu. Makanya banyak sekali quotes yang timbul mengungkapkan bahwa "Sikapku tergantung bagaimana sikap anda. "
Ada yang diam saat di depan banyak orang tapi ternyata saat sedang sendiri gesreknya ngk ketulungan. Ada yang ributnya ngk nahan saat dengan orang lain ternyata saat sendiri ia sering menangis dan kesepian. Ada yg dimanapun ia terlihat sendirian.
Banyak hal yang tak bisa kita ungkap dan lihat hanya dengan mata dan pemandangan di depan kita.
...🍄Berlanjut 🍄...
Yuhuyyyy
Kembali lagi dengan cerita baru aku partai 2😍semoga pada suka yah kakak/abang/mbak/mas/adek.
Jangan lupa tinggalin jejaknya yah😎
Laffyou👻
🍄🍄Memang saat memandang dari kejauhan akan membuat ku sedikit sadar bahwa kamu sulit untuk kuraih, tapi tetap saja aku hanya bisa memandang mu dari jauh🍄🍄
Mobil Alka sudah memasuki wilayah syuting dengan pelan. Terlihat dari dalam mobil saat ini tempat syuting itu sedikit ramai dengan beberapa kru dan staff yang bertugas.
"Gua ngk mau tau, abis ini lu harus secepatnya klarifikasi itu rumor. " Ren sejak tadi belum juga selesai membicarakan masalah rumor mengenai mereka berdua.
Alka tertawa mendengar itu "iya sayang iya. "
"Kamvret, Mohon bibir nya abis ini di cuci pake deterjen 5 bungkus. Telinga gua ternodai gara-gara denger lu. " Kesal Ren.
Alka hampir saja ngakak gara-gara melihat wajah mau muntah Ren itu.
Ren dengan kesal keluar dari mobil namun setelah berada diluar ia pun kembali memasang wajah lempeng lalu membukakan pintu untuk Alka.
"Terima kasih sayang. " Goda Alka dengan pelan.
Ren mengepalkan tangan kesal "ingat ini lagi didepan Banyak orang. Jangan nambah masalah deh. " Bisik Ren kesal.
Alka tersenyum tipis lalu berjalan pelan kearah kru.
"Bagaimana hasil hari ini? "
"Sesuai dengan rencana dan aktingnya sangat memuaskan. " Puji sutradara.
Alka tersenyum tipis ia melihat kearah artisnya yang saat ini sedang syuting di tengah.
"Lumayan juga anak itu. "
"Cut, " Teriak sutradara dan jefri langsung dibawa oleh zely ke tempat ia beristirahat.
"Kerja bagus jef, kakak bangga. " Zely dengan senyuman senang.
Jefri sendiri tersenyum, mereka memang sudah dekat sejak zely bekerja disana dan saat itu jefri baru saja memasuki dunia akting ini.
"Lain kali kamu jangan lagi lupa-lupa. Untung saja kita tidak sampai ketahuan membuat kesalahan. " Menejer dengan penuh nasihat.
Zely yang tadinya tersenyum langsung menganggukkan kepala lesu.
"Maaf deh pak, maaf yah hmmm. " Zely memang sering melakukan itu hingga jefri dan menejer nya tertawa.
"Tuh ketawa berarti dimaafkan dong. " Senyum zely.
"Khem,, apa yang begitu menarik hingga kalian tertawa begitu ceria? "
Jantung zely langsung berhenti berdetak saat melihat sosok yang ada dihadapan nya kini adalah boss incaran nya itu. Belum lagi dengan setelan jas itu ia benar-benar terlihat sangat bersinar sekali.
Menejer dan jefri menunduk memberikan hormat namun zely masih saja diposisi awal mematung tak percaya saat ini ia benar-benar sedang berhadapan dengan pria idamannya itu. Ini seperti mimpi baginya.
"Zely, sedang apa kamu kenapa hanya diam saja? Berikan hormat pada pak Alka. "
Menejer menyenggol sedikit lengan zely namun tetap saja ia tak bergerak sama sekali. Masih mematung dan memandangi wajah itu hingga kini alka benar-benar melihat kearahnya.
"Hk,,, hk,, " Ia tiba-tiba cegukan karena kaget.
"Pa,, pagi,, pak. " Gelagapan ia menunduk.
Alka hanya mengangguk saja kemudian ia fokus berbicara dengan jefri. Mengajar kan banyak hal tentang akting sangat memuji keteladanan jefri juga.
Zely tak habisnya tersenyum kearah Alka dengan mata mendamba dan berseri.
"Ya Tuhan melihat nya dari dekat begini saja sudah membuat ku senang, bagaimana dengan memiliki nya?" Batin zely bersorak senang.
Ren sendiri melihat kearah zely ia sudah tau dengan melihat ekspresi itu. Ia sedikit tersenyum saat mengetahui bagaimana perasaan zely terhadap sahabat nya itu.
"Hei,, kenapa dengan mu? Sejak tadi hanya melamun saja. " Senggol menejer nya kepada zely.
"Hah? "
"Hah huh hah, kamu kenapa? Sejak tadi melamun saja, senyum senyum seperti sedang kesambet saja. "
"Heheh ngkpp pak. " Cengengesan.
"Kamu cepat buatkan minuman atau minta pada kru kita. "
"Baik Pak. "
Zely langsung saja berjalan namun baru beberapa langkah ia terjatuh hingga lutut nya terluka.
"Yatuhan, sakitnya tak seberapa tapi malunya yang ngk terkira. Mana pak Alka masih disitu lagi, " Batin zely.
Jefri langsung permisi sebentar dan membantu zely berdiri.
"Kakak hati-hati, ada yang luka? " Tanya jefri pelan.
"Ngkpp kok, " Senyum zely lalu berjalan kembali dengan kaki luka itu.
"Saya permisi sebentar kebelakang pak. " Ren pamit kepada Alka.
Ia memiliki sebuah rencana agar bisa lolos dari rumor itu. Sudah ia pikirkan sejak tadi, belum lagi ia sangat yakin sahabatnya itu sungguh tidak sungguh-sungguh akan mengeluarkan klarifikasi tentang rumor itu.
Terlihat zely sedang sibuk menyiapkan minuman untuk jefri juga Alka ditempat istirahat.
"Akhh,, perih banget. " Zely melihat sekilas lututnya yang sedikit koyak itu.
Namun ia hanya mengabaikan nya saja. Tak ada waktu untuk mengobati nya sekarang. Nanti saja saat sudah selesai bertugas.
"Khem, "
Zely mendengar suara deheman dari arah belakang hingga ia kaget bukan main.
"Eh pak Ren, pagi pak. " Zely menyapa dengan sopan dan dibalas anggukan oleh Ren.
Sebenarnya zely sedikit kesal dengan Ren karena sudah termasuk dalam rumor itu. Namun ia tak ingin langsung mengambil kesimpulan begitu saja.
"Kamu menyukai Alka yah? "
"Hah? "
Zely sangat kaget saat Ren begitu datang langsung to the poin begitu. Belum lagi tanpa perkenalan dan Muqaddimah sama sekali.
"Ma,, maksud bapak bagaimana yah? " Zely benar-benar kaget sekali saat ini.
Ren tertawa pelan saat melihat kegugupan zely. Ia semakin yakin dengan keputusan nya ini. Dan zely adalah orang yang tepat saat ini.
Ia memang sengaja mencari gadis yang bisa membantu nya terlepas dari rumor itu. Dan ia lihat zely bukanlah gadis yang buruk dari awal ia melihat saja tadi ia tau bahwa zely adalah gadis yang baik dan juga ramah. Walaupun ia hanya ingin bebas ia tak mungkin sembarangan memberikan gadis pada sahabat nya itu.
"Tidak usah takut begitu, saya bisa melihat dengan jelas bahwa kamu memang menyukai alka. "
"Ma,, mana berani saya pak. Saya masih sadar diri."
Hati zely benar-benar sakit saat ia mengatakan itu. Tak bisa ia pungkiri bahwa kesadaran diri sungguh sangat menyakitkan untuk orang rendahan dan kentang rebus seperti dirinya itu.
"Loh kenapa memang nya? Apa menyukai seseorang adalah dosa besar? "
"Waduhh jadi maksud nya pak ren ini kalau ia dan pak Alka saling mencintai dan itu bukanlah dosa besar? " Batin zhia sedikit kesal.
"Mau tidak saya bantu untuk mendapatkan Alka? "
"Hah? "
"Kamu ini suka sekali hah hah sejak tadi. Bagaimana kamu mau tidak? "
"Bapak serius? "
Zely sedikit menyelidiki karena takut seseorang didepan nya ini hanya sedikit bermain-main dan bercanda.
Ren mengangguk dengan cepat dan sedikit mendekat kearah zely.
"Kamu datang lah besok malam ke alamat yang saya kirimkan. Minta nomor nya bisa kan? " Tanya ren.
Zely awalnya sangat ragu namun karena terlanjur senang bisa mendapatkan bantuan seperti itu ia langsung memberikan nya.
"Ta,, tapi kenapa bapak membantu saya? "
"Karena saya lihat kamu pantas. " Ren tersenyum.
Zely hampir saja terbang karena ucapan ren itu. Bagaimana pun saat kita disebut pantas dengan seseorang yang kita incar itu sungguh sebuah kebahagiaan yang hakiki sekali.
"Nanti malam saya kabari. "
Zely langsung mengangguk senang dan ren pun meninggalkan tempat itu.
Senyum tak pernah lepas dari bibir nya saat mengetahui ia memiliki kesempatan untuk bisa lebih dekat dengan laki-laki idamannya itu.
"Mimpi apa aku? " Senangnya.
Sesekali ia melompat girang sembari membuat kan minuman itu.
"Hei kenapa lama sekali? Apa saja yang kamu lakukan disini? "
Tiba-tiba saja menejer nya datang dengan kesal karena sejak tadi ia tak kunjung selesai membuat kan minuman itu.
"Sudah selesai pak. Maaf. "
Zely tersenyum membawa minum itu karena ia masih senang dengan tawaran ren tadi.
...🍄berlanjut 🍄...
Yuhuu part 3 nya gaes😍
Kira-kira mau dibantuin gimana tuh?.
Jangan lupa yah like, komen dan vote👻
Laffyuall👻
...🍄🍄Menjadi gadis kuat itu tidak lah mudah, karena tak ada hati yang tak bisa retak🍄🍄...
Saat ini zely sedang berada dalam Bus menuju terminal tempat ia biasa berhenti sepulang kerja. Hari ini ia memang pulang kerja lebih awal dari biasanya. Sejak tadi ia tak hentinya tersenyum karena mengingat tawaran Ren selaku asisten pribadi Alka, pria yang sudah lama ia idamkan itu. Walaupun sebenarnya belum terlalu pasti, tetap saja Zely merasa ia memiliki jalan lebih mulus untuk mendapatkan Alka dengan bantuan Ren. Ia tidak tahu kenapa ia begitu mudah untuk percaya dengan Ren.
Yah memang jika dipikir-pikir secara logis, tawaran dari Ren adalah sebuah batu loncatan untuk nya bisa dekat dengan Alka karena siapapun tahu kalau Alka dan Ren sudah lama dekat dan tidak ada yang lebih tahu tentang Alka selain Ren.
Ia menekan nomor dilayar ponsel nya itu dengan bibir penuh senyuman. Tentu saja saat mendapatkan sebuah berita baru maka orang-orang terkasih jelas harus tahu tentang hal itu. Dan saat ini zely sangat ingin memberitahu mereka tentang hal itu.
"Halo, " Seru seseorang dari seberang telepon.
Zely tersenyum dengan semangat setelah menerima panggilan itu"Lu sibuk ngk? Gua mau ketemu nih ada yg mau gua bahas, penting Banget duhh sekalian aja ajak Radi. "
Terdengar helaan nafas dari seseorang yang sejak tadi zely ajak berbicara melalui telepon itu. Zely tahu sebenarnya orang tersebut jelas tidak akan ada waktu luang di jam seperti ini.
"Ngk bisa keluar nih, Gua sama Radi lagi makan siang, kalau ngk lu aja deh yang kesini mumpung lagi jam istirahat. Lu tau kan kita tuh ngk bisa santai kayak lu. "
"Yaudah iya deh buk dokter, tungguin gua eh pesan sama Radi jangan lupa siapin makanan buat gua hehehehe. "
"Oke sip, gua tutup yah. " Gadis itu mematikan sambungan.
Alka sampai dirumah lebih awal dari biasanya, ia turun dari mobil dengan lesu karena satu hari ini ia sudah banyak beraktivitas lebih dari biasanya. Biasanya ia sama sekali tidak akan turun langsung ke lapangan dan memberikan seluruh kepercayaan kepada beberapa oknum yang sudah ditetapkan mengurus dalam bidang apa saja.
"Ngk mampir dulu nih? " Tanya Alka pada Ren yang sejak tadi enggan untuk turun dari mobil. Walaupun sebenarnya Ren sendiri memang sangat sering mampir disana dan bahkan sering bermalam disana, namun semenjak rumor aneh itu Ren tidak pernah mampir dan bahkan untuk turun dari mobil saja ia tidak akan mau, ia takut ada beberapa media yang sedang memantau dan memotret mereka lagi. Bisa berabe lagi kalau sampai ia terkena rumor lebih parah lagi.
"Ngk ah lain kali aja, gua masih ada urusan."
"Yaudah serah deh, gua masuk. Besok lu jemput gua jam biasa aja soalnya ngk ada hal yang perlu kok." Alka turun dari mobil dan menutup kembali mobil itu. Emang dasar Ren karyawan gak ada akhlak, bisa-bisanya ia membiarkan Alka turun dan menutup mobil sendiri padahal kan Ren adalah asisten pribadi nya.
"Hgokeyy." Ren melajukan mobil meninggalkan pekarangan rumah begitu saja namun hal itu tidak membuat Alka marah atau kesal, ia malah tertawa karena melihat Ren begitu serius karena takut ada media yang sedang mengawasi mereka.
"Dia pikir orang-orang yang bekerja di media tidak istirahat apa? Merasa artis sekali sampai takut kena potret begitu hahaha. Ren Ren, agak lainnn kamuu." Tawa Alka karena merasa lucu dengan sahabat nya itu.
Alka memasuki rumah dengan menarik nafas sedikit berat, setiap kali ia hendak masukin rumah ia selalu saja mengumpulkan mental dan kesabaran. Pulang kerumah adalah hal yang sangat ia enggan untuk lakukan tapi sejak tadi mamah sudah berkali-kali menghubungi nya. Serba salah bukan? Ia sangat enggan untuk pulang tapi mau tidak mau ia harus pulang.
Saat pintu terbuka Alka sudah melihat mamahnya menunggu diruang depan. Seperti biasa, ia hanya tersenyum pelan saja dan berniat untuk naik keatas secepat mungkin menghindari mamah yang sudah pasti akan membahas sesuatu yang paling Alka benci.
"Eh sudah pulang yah. Sini dulu sayang mamah mau ngomong sesuatu nih. "
Alka tau apa yang akan mamahnya bicarakan dan ia hanya bisa pasrah dan mendekat meskipun sempat mendengus sedikit kasar. Segala trik dan cara sudah ia coba semua untuk mengindari mamah setiap ia pulang kerja, tapi tetap saja segalanya gagal saat berhadapan dengan mamah.
"Ada apa mah? Alka lelah nih. " Alka memasang wajah paling masam dan suram agar mamah faham kalau saat ini ia sangat tidak ingin diganggu sama sekali, bisa tidak sehari saja ia tidak diganggu oleh mamah dan membiarkan ia mengurus hal pribadi nya sendiri.
"Ini gara-gara kamu ngk ada yang ngurus makanya lesu gitu. Mamah kan sudah berkali-kali menyuruh mu untuk segera menikah. Kamu ini sungguh keras kepala. "
Alka memutar bola mata dengan kesal karena mamahnya selalu saja mengungkit itu. Tak bosan bosannya. Setiap pagi, sepulang kerja dan bahkan sebelum tidur pun mamah akan mengingatkan Alka untuk segera menikah alhasil Alka tidak bisa tidur karena terganggu pikiran nya.
"Ck, mamah kenapa sih? Alka bosen banget dengerin itu itu mulu. "Kesal Alka dengan wajah yang semakin kesal dan tidak bersahabat namun mamah tidak menggubris hal itu.
"Mamah lebih bosan nyuruh kamu buat nikah, kamu tuh kenapa sih sayang? Apa salahnya untuk memulai berumahtangga? Kamu itu sudah sewajarnya menikah dan mamah sudah sangat ingin punya cucu."mamah dengan wajah memelasnya seolah ia benar-benar sangat ingin Alka segera menikah.
"Ck, mamah kenapa sih? Suruh Andin saja yang menikah aku capek bahas itu mulu. "
"Andin masih sekolah kamu ini gimana sih? Kamu yang seharusnya menikah masa nyuruh adik kamu sih? Tidak ada yang salah dengan umur adik kamu, dia masih terlalu muda sedangkan kamu? Sudah sangat pantas untuk segera meminang seorang gadis cantik."
"Aku belum mau menikah mah, jangan paksa kehendak aku dong. "
"Mamah tidak mau tau, kalau sampai satu minggu ini kamu belum juga memperkenalkan calon menantu mamah kamu mamah jodohkan dengan yesha anak om Bimo. "
"Mamah sudah tidak waras yah? Yesha itu masih anak-anak kenapa malah dijodohkan dengan ku sih? Aku ngk mau. Meladeninya saja aku sudah kewalahan saat ia bermain kerumah, bagaimana jika harus menghadapi dia setiap hari? Aku tidak mau! "
"Mamah tidak peduli dengan itu, intinya kamu harus menuruti kata mamah. Sudah sabar mamah menghadapi mu selama ini. "
"Ck, terserah mamah saja aku malas berdebat. "
Alka memilih untuk meninggalkan mamahnya, sungguh setiap hari ia sangat bosan mendengarkan ocehan mamahnya yang menyuruh untuk secepatnya menikah. Kenapa setiap orangtua sangat egois dan hanya memikirkan kehendak mereka saja? Alka yang masih ingin bebas kenapa harus dipaksa untuk segera menikah.
Alka sama sekali belum memiliki pandangan untuk menikah, untuk mengurus dirinya saja ia sudah kesulitan. Ia sama sekali enggan untuk berbaur dengan orang asing dan itu merepotkan. Membayangkan ia harus Sibuk dengan urusan perusahaan dan masih harus sibuk menjaga istri juga anak-anak nya nanti. Bukannya tidak dewasa hanya saja setiap orang berbeda-beda pendapat mengenai cara melanjutkan hidup.
"Huh, " Helaan nafasnya berat sekali karena memikirkan ucapan mamahnya itu.
Ia tau mamahnya tidak main-main kali ini. Dan ia sangat bingung harus bagaimana sekarang? Apakah ia benar-benar akan menikah atau bagaimana kedepannya?.
Kalau ia tak secepatnya memperkenalkan seorang gadis maka ia akan dijodohkan dengan gadis SMA dan gadis itu benar-benar merepotkan sekali.
"Tidak bisa kubayangkan aku harus bersama dengan Yesha seumur hidupku. Menghindari nya saja sudah melelahkan bagaimana harus bersamanya. " Gumam Alka membuka bajunya hendak mandi.
"Masa sih? Lu yakin sama tuh orang? " Seorang gadis berjas putih sedang duduk dengan zely begitu juga seorang laki-laki yang berkulit putih dan mengenakan jas putih juga.
"Gua sih yakin pak Ren itu orang baik, ngk ada tuh tanda-tanda kalau dia mau niat buruk sama gua. Alasan nya juga ngk ada. "
"Gua sih serah lu aja, intinya hati-hati kalau ada apa-apa ku langsung hubungi gua aja. "
"Hmm gaya lu Rad, udah kayak mas pacar aja. Mana berani gua gangguin orang penting kayak lu pada. Tidur aja lu pada ngk ada waktu gimana mau ngurusin gua. "
"Gua serius nih, Hati-hati aja makanya. Kalau sampai lu kenapa napa gara-gara mau pdkt sama bos lu itu awas aja gua ngk bakal diam. "
"Elleh ada maunya tuh Zel, sok keren banget luh Rad. Padahal kek banci juga selama ini," Ledek Fida selaku sahabat akrab Zely itu.
Mereka bertiga sudah menjadi sahabat sejak SMA dan kini kedua sahabatnya itu sudah sukses dan menjadi dokter muda sedangkan ia hanya jalan ditempat dan kadang posisi nya sebagai asisten menejer sudah sering hampir ter lengser.
Namun, itu bukanlah pembatas untuk terus saling menjalin persahabatan. Malah mereka semakin saling menyayangi karena sudah jarang bertemu.
"Eh udah jam kerja nih, kita masih punya banyak urusan nih Zel. "
Zely mengangguk tersenyum kearah kedua sahabatnya itu. Ia benar-benar faham dengan situasi temannya karena mereka sangat sibuk, ia bahkan sangat terharu dengan mereka yang selalu saja menyempatkan waktu untuk meladeni Zely baik itu keluh kesah dan bahkan menghabiskan waktu istirahat mereka yang tidak seberapa untuk membuat Zely nyaman dan tidak merasa sendirian.
"Silahkan bertugas kedua pahlawan ku. Jaga para pasien yah dan tetap lah kukuh dengan pekerjaan kalian jangan lalai. Hmmm"
"Gaya lu udah kayak orang tua aja. Sok soan ngasih nasehat diri sendiri dulu diperhatiin. Kita pamit yah maaf ngk bisa nganter lu ke depan. " Radi memgelus pelan rambut Zely dan Fida juga melakukan hal demikian. Mereka bertiga memang sangat dekat bak keluarga walaupun tak sedarah.
Zely mengangguk tersenyum lalu berjalan pelan karena kedua sahabatnya itu sudah tak nampak wujudnya lagi.
"Huh, aku sangat malas untuk pulang. " Berkali-kali gadis itu mendengus dan menarik nafas serta menghembuskan nya dengan perlahan.
Zely berjalan dengan penuh rasa enggan. Kembali kerumah sama dengan mengunjungi sebuah jurang neraka. Ia sungguh sangat membenci rumah. Banyak yang berkata bahwa tempat pulang ternyaman adalah rumah, namun hal itu tidak berarti sama untuk Zely karena ia sangat membenci kata rumah sejak ia lahir kedunia ini dan semenjak ia tahu kata rumah.
Setelah lama berjalan dan dan menikmati diluar rumah zely terpaksa kembali pulang meski enggan.
Belum juga ia buka knop pintu, sebuah baskom tebal sudah terlempar kearah wajahnya hingga sedikit lebam. Dan memang bukan pertama kalinya Zely diperlukan seperti ini.
"Ibu." Teriak kesal Zely saat tau ibunya lah yg melakukan itu.
Seorang wanita yang berpakaian seperti seorang gadis saja, dipenuhi dengan make up dan juga baju kekurangan bahan itu. Padahal usianya sudah tak terbilang muda lagi.
"Masih tau jalan pulang yah? Berapa kali dihubungi tapi tak kau ubris? Kenapa tidak sekalian saja kamu tidak usah pulang. Mati kalau bisa. "
Zely mengepalkan tangannya dengan keras dan mencoba untuk bersabar.
"Kalau aku mati siapa yang akan membelikan semua keperluan mu itu? Ibu mau jadi gelandangan? " Kesal zely memasuki rumah.
"Hidup Ibu hancur gara-gara kamu. " Sungut ibunya hingga zely berkali-kali mengepalkan tangannya.
"Kenapa menyalahkan ku saat Ibu sendiri yang membuat hidup Ibu hancur? Apa hubungannya dengan ku saat Ibu yang membuat ku dengan laki-laki yang tidak bertanggung jawab itu. "
Gadis yang berstatus sebagai ibunya itu hanya diam saja. Seolah tidak acuh dengan apa yang diucapkan oleh putrinya itu. Seharusnya seorang ibu akan sakit hati kalau mendengar hal seperti itu dari anaknya namun berbeda dengan ibunya Zely.
"Saat itu aku sudah mencoba untuk menghilangkan mu tapi tetap saja kamu masih hidup seperti ini. Benar-benar seorang gadis penghancur masa depan. Siapa sangka aku sudah memiliki seorang putri sebesar kamu ini. "
"Wahh baru kali ini aku mendengar mu menyebutkan ku sebagai putrimu. Sebutkan apa lagi kali ini? " Zely mencoba untuk bersabar.
Ibunya sedikit tersenyum smirk setelah itu "kamu akhirnya faham juga. Berikan aku uang 1juta."
"Apa? Jangan ngada-ngada deh buk aku lagi lelah ini. Belum lagi aku ada urusan sebentar lagi. Dari mana aku mendapatkan uang sebanyak itu? "
"Yah mana kutahu, intinya satu juta nya mana? "
"Ngk ada. "
"Ck, kamu melarang ku pergi dengan laki-laki tapi tak bertanggungjawab dengan kebutuhan ku. Asal kamu tau saat aku keluar dengan laki-laki sudah banyak yang bisa kuhasilkan. "
"Ibu, bisakah berhenti membahas itu? Aku adalah putrimu apakah kamu tidak malu mengatakan hal seperti itu padaku? Ibu sungguh sudah gila. " Kesal zely memasuki kamar nya dengan kesal.
"Uangnya mana? Kenapa kamu malah masuk sih? Jangan beralasan sekarang. " Ibu nya tak ingin menyerah bahkan sudah sangat keras ia panggil.
Zely menutup telinga nya dengan keras. Sungguh ia sangat benci dengan suasana ini. Suasana yang setiap harinya harus ia hadapi itu.
Setiap hari Zely serasa ingin menghilang karena mendapatkan perlakuan tidak wajar dari ibunya, gadis itu sejak kecil harus menahan dirinya untuk tetap sabar dengan segala sikap orang tuanya.
Setidaknya ia hanya ingin dihargai dihadapan ibunya sendiri, kalau saja orangtuanya tidak menghargainya bagaimana dengan orang-orang diluar sana? Rasanya tempat bersandar bagi Zely benar-benar tidak pernah ada pada ibunya.
...🍄🍄berlanjut 🍄🍄...
...Waduh punya emak kok gitu banget ya? Seharusnya dia malu mengatakan hal-hal seperti itu di hadapan Zely....
Jangan lupa yah like, komen dan vote😍🙏
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!