Dratt-drattt-drattt,
Suara ponsel berdering diatas nakas dengan kontak nama Mas Ferdy.
Krekkk
Pintu kamar mandi terbuka yang terlihat gadis cantik yang baru saja selesai mandi menggunakan jubah mandi berwarna putih dengan rambutnya yang masih basah.
Wanita cantik 23 tahun itu melangkah menuju nakas mengambil ponselnya, tampak senyum indah di wajahnya dan langsung buru-buru mengangkat telepon tersebut.
"Asalamualaikum Mas Ferdy," ucapnya.
"Namira aku baru saja mengirimkan foto cincin pernikahan untuk kamu, aku mengirimkan dua model kamu pilih satu ya," ucap Ferdy.
"Namira akan melihatnya nanti dan akan segera dikirim pada Mas Ferdy," ucap Namira.
"Baiklah aku menunggu," sahut Ferdy.
"Hmmmm, apa Mas sudah selesai bekerja?" tanya Namira.
"Sebentar lagi, nanti aku akan menghubungi kamu lagi. Mama dan Papa melarang kita untuk saling menelpon karena katanya pamali menuju pernikahan," ucap Ferdy.
"Namira tahu itu. Umi dan Abi juga melarang hal itu. Tetapi Mas menghubungi Namira karena ada perlu dan keperluan itu juga untuk pernikahan kita," ucap Namira.
"Baiklah Namira kalau begitu aku tutup teleponnya dulu," ucap Ferdy.
"Iya. Asalamualaikum!" ucap Namira yang akhirnya mengakhiri panggilan telepon tersebut.
Gadis cantik itu tersenyum dengan pipinya merah merona.
Tok-tok-tok.
Pintu kamarnya yang diketuk barulah membuatnya tersadar dari lamunannya.
"Siapa?" tanya Namira.
"Umi Namira," jawab Umi Kalsum yang membuat Namira langsung menghampiri pintu dengan membuka pintu berwarna putih itu.
"Kamu belum siap-siap?" tanya Umi.
"Namira baru saja selesai mandi dan tadi mengangkat telepon dari Mas Ferdy," jawab Namira yang membuat Umi menyerngitkan dahi mendengar nama Ferdy.
"Bukan berkomunikasi membahas hal lain dan Mas Ferdy tadi hanya memperlihatkan dua contoh cincin untuk pernikahan kami," Namira langsung klarifikasi sebelum langsung berpikir yang tidak-tidak.
"Baiklah kalau begitu sekarang kamu langsung saja siap-siap. Tante Farah pasti sudah menunggu kita," ucap Umi yang membuat Namira menganggukkan kepala.
Namira menutup pintu kamar kembali yang segera berganti pakaian.
***
Namira bersama Umi sudah berada di dalam mobil dengan Namira yang menyetiri mobil tersebut sangat cantik menggunakan stelan hijab dengan atasan yang dipadukan dengan rok dan hijab pashmina yang menutup auratnya yang menutupi dada.
"Bertemu di mana Umi?" tanya Namira.
"Di sana sayang," jawab Umi memberi arahan untuk membelokkan mobil tersebut di salah satu Restaurant yang membuat Namira menganggukkan kepala dan langsung mencari parkiran.
Keduanya langsung turun dari mobil yang memasuki Restaurant tersebut.
Kepala Namira dan Kalsum berkeliling mencari orang yang ingin mereka temui.
"Mbak Kalsum!" panggil seseorang yang membuat mereka melihat ke arah salah satu meja terlihat wanita yang sebaya dengan kalsium melambaikan tangannya.
Namira dan Kalsum saling melihat dengan tersenyum yang akhirnya menghampiri meja tersebut.
"Farah," sahut Kalsum yang langsung memeluk parah.
"Tante!" Namira mencium punggung tangan parah dan juga Farah memeluk Namira.
"Kamu cantik sekali Namira!" puji Farah membuat Namira tersenyum malu.
"Farah kamu mengatakan datang bersama Bian dan di mana beliau?" tanya Kalsum.
"Kak Bian ada di Jakarta?" tanya Namira.
"Iya. Itu Bian!" Farah menunjuk ke arah pria tampan yang memakai setelan jas yang sangat rapi itu dengan karismatik wajahnya yang memancarkan aura dingin.
"Tante!" sapa Bian dengan mencium punggung tangan Kalsum.
"Kamu lama-lama menjadi orang Amerika jika jarang-jarang pulang ke Jakarta," ucap kalsum mengusap-usap pucuk kepala itu.
"Tante bisa saja," sahut Bian dan melihat ke arah Namira yang membuat Namira tersenyum menganggukkan kepala.
"Bagaimana kabar kamu Namira?" tanya Bian.
"Alhamdulillah Namira baik-baik saja, Kak. Kalau Kakak sendiri bagaimana?" tanya Namira.
"Saya juga sama. Alhamdulillah baik-baik saja," sahut Bian.
"Jangan hanya berdiri saja sekarang kita duduk," sahut Farah yang membuat mereka akhirnya duduk.
"Tante pesankan makanan," ucap Farah.
"Tante jangan terlalu repot-repot kedatangan Namira dan Umi hanya sebentar saja," ucap Namira.
"Kita jarang bertemu Namira. Kalian jarang ke Jakarta dan juga kamu sangat sibuk mengurusi Yayasan," sahut Farah.
"Iya Tante, baiklah, Namira mengikut saja apa yang Tante mau," ucap Namira tersenyum. Farah juga tersenyum yang memanggil pelayan untuk membuat pesanan yang sudah mereka pesan.
"Saya sangat senang sekali jika Mbak Kalsum mengajak tiba-tiba bertemu," sahut Farah.
"Seharusnya. Mas mu juga hari ini ada Farah, tetapi karena ada pertemuan dengan keluarga calon suami Namira, jadi saya yang mewakilkan masmu," sahut Kalsum.
"Calon suami Namira?" tanya Farah dengan ekspresi wajahnya mendadak datar melihat ke arah Namira yang tersenyum malu dengan menunduk.
Bian juga melihat ke arah gadis yang duduk di depannya itu.
"Maaf sekali Farah, sungguh tidak bermaksud apapun tidak memberitahu terlebih dahulu kepada kamu. Kamu jangan tersinggung, Mama dan Papa juga belum diberitahu tentang pernikahan Namira," ucapkan Kalsum yang terlihat tidak enak kepada adik iparnya itu.
"Jadi mbak mengajak bertemu ingin memberitahu pernikahan Namira?" tanya Farah memastikan yang membuat Kalsum menganggukkan kepala.
"Insyallah pernikahan Namira akan diadakan akhir bulan ini, kami mengadakan pernikahan di yayasan pesantren yang memang tidak terlalu banyak yang diundang dan kami juga tidak membuat undangan pernikahan, hanya undangan secara langsung seperti ini," ucap Kalsum menjelaskan.
"Ternyata begitu," sahut Farah dengan tersenyum datar yang terlihat ada kekecewaan di wajahnya.
"Tante, Namira meminta doanya untuk perjalanan baru dalam hidup Namira," ucap Namira.
Farah menganggukkan kepala dengan memegang tangan Namira.
"Tante akan selalu mendoakan yang terbaik untuk kamu dan semoga pernikahan kamu menjadi pernikahan yang sakinah, mawadah warohmah yang selalu dilindungi dan diberkahi oleh Allah," ucap Farah tersenyum dengan penuh ketulusan.
"Terima kasih Tante," sahut Namira.
Farah melihat ke arah Bian tampak tenang yang tidak ikut membahas pernikahan itu dan mulai makan ketika pelayan sudah menghidangkan makanan di atas meja.
Setelah pertemuan itu yang akhirnya membuat Kalsum dan Namira kembali pulang dengan keduanya yang masih berada di dalam mobil menuju rumah mereka.
"Umi, semenjak Kak Bian di Luar Negeri, Namira sedikit merasa ada yang berbeda. Kak Bian tampak sombong yang tidak mengajak Namira berbicara," ucap Namira.
"Namira bukan sombong tetapi beliau menghargai kamu. Kalian bukan anak kecil lagi yang sudah sama-sama dewasa dan sangat tidak pantas juga jika ketika melihat kamu memeluk kamu atau berbicara akrab dengan kamu. Walau kalian berdua adalah sepupu Tetapi kalian berdua bukan mahram," ucap Umi menjelaskan.
"Tetapi apa salahnya menyapa dan mempertanyakan siapa calon suami Namira. Namira juga ingin bertanya bagaimana tentang asmara kak Bian," sahut Namira.
"Kamu ini terlalu banyak maunya, sekarang sebaiknya kita pulang saja. Umi masih harus mempersiapkan banyak hal untuk pernikahan kamu," ucap Kalsum.
"Umi. Kalau Namira sudah menikah. Namira tetap ingin tinggal di yayasan bersama dengan Umi dan Abi," ucap Namira.
"Kalau sudah menikah yang artinya kamu harus ikut suami kamu, kamu harus ikut Imam," ucap Umi.
"Tapi pasti boleh bukan sesekali datang ke yayasan untuk melihat kabar Umi dan Abi?" tanya Namira.
"Boleh! Tetapi kamu harus meminta izin kepada suami kamu karena apapun itu segala sesuatu yang harus dilakukan harus berdasarkan izin dari suami, karena ketika seorang wanita sudah menikah maka ridho yang diharapkan adalah ridho dari suaminya," ucap Kalsum memberikan sedikit nasihat.
"Baik Umi," sahut Namira menganggukkan kepala dengan tersenyum.
Bersambung....
...Hay semua para readers. Hari ini saya upload karya baru. Semoga kalian suka dengan ceritanya jangan lupa ikuti dari Bab 1 sampai selesai, jangan suka nabung Bab ya. Jangan lupa beri like, koment subscribe dan ikuti terus........
1 Hari menjelang pernikahan.
Yayasan pesantren milik keluarga Namira sudah disibukkan dengan persiapan pernikahan yang sangat matang, pernikahan yang diadakan secara Islamic dengan mengundang tuan-tuan guru dari teman-teman Abinya dari berbagai yayasan.
Namira yang berada di teras kamarnya melihat bagaimana sibuknya seluruh anak pesantren ikut menyiapkan pernikahannya yang membuat Namira begitu sangat bahagia.
"Tidak disangka sebentar lagi aku akan menjadi seorang istri," ucap Namira dengan tersenyum.
Namira melihat mobil hitam yang memasuki area pesantren, sopir membuka pintu mobil itu yang ternyata keluarga dari adik ayahnya sudah tiba yaitu Farah bersama suami dan juga putranya.
"Tante Farah," ucap Namira tersenyum dan langsung buru-buru meninggalkan tempatnya yang keluar dari kamarnya.
Keluarga Namira menyambut tamu yang penting itu, karena memang keluarga dekat Namira hadir terlebih dahulu sebelum acara besok dimulai yang pasti penginapan sudah disiapkan oleh tuan rumah.
Ahmad, Abi Namira memeluk adiknya dan juga adik iparnya Andika, begitu juga dengan Farah yang memeluk adik iparnya itu. Bian juga hadir di sana yang mencium punggung tangan Om dan tantenya.
"Bagaimana perjalanan pasti sangat melelahkan sekali," ucap Ahmad.
"Ini perjalanan yang menarik dari Jakarta ke tempat ini hanya beberapa jam saja dan tidak ada yang perlu dipermasalahkan," jawab Andika.
"Alhamdulillah kalau begitu saya sangat bersyukur sekali dengan kedatangan kalian dan Maaf sudah merepotkan," ucap Ahmad.
"Kenapa harus merepotkan," sahut Andika.
Mata Farah melihat gadis jadi cantik yang berjalan sangat cepat menghampiri mereka.
"Tante!" sapa Namira yang mencium punggung tangan parah dan begitu juga dengan Andika.
"Calon pengantin ternyata sangat cantik, tapi tidak seharusnya keluar dari kamar, kamu tahu bahwa kamu adalah darah manis jangan sampai aura pengantin kamu hilang di acara yang sangat ditunggu-tunggu," ucap Andika memberi teguran kepada Namira.
"Seperti yang kalian tahu Namira sejak kecil sangat keras kepala, bukan berarti kami tidak memberitahunya," sahut Ahmed.
"Tidak heran dengan hal itu. Mas, saya sudah sangat yakin mulut kalian pasti berbusa mengingatkan Namira," sahut Andika.
"Sudah-sudah ayo kita masuk!" sahut Kalsum yang membuat yang lain mengganggukan kepala.
"Namira!" Namira mencari-cari suara yang memanggilnya sangat pelan dan akhirnya menoleh ke arah sebelah kirinya yang ternyata dua wanita melambaikan tangannya dan mengajak Namira untuk mendekati mereka.
Namira yang berjalan di belakang keluarganya itu kebingungan, tapi karena sepertinya ada hal yang penting membuat Namira menghampiri dua wanita itu.
"Ada apa Zahra, Nayla?" tanya Namira heran.
"Ada sesuatu hal yang ingin kita beritahu kepada kamu dan ini hal yang sangat penting dan merupakan masa depan kamu," ucap Nayla dengan wajahnya yang sangat serius.
"Masa depan? maksudnya bagaimana?" tanya Namira kebingungan.
Zahra dan Nayla saling melihat yang terlihat dari wajah mereka juga ragu menyampaikan hal yang membuat Namira sejak tadi sangat penasaran.
"Hey kalian berdua kenapa diam saja? Memang apa yang ingin kalian tunjukkan kepadaku?" tanya Namira.
"Ini..." Zahra dengan keberanian yang akhirnya memperlihatkan ponselnya.
Betapa terkejutnya Namira saat melihat calon suaminya Ferdi yang merangkul seorang wanita.
"Astagfirullah....." lirih Namira dengan mata berkaca-kaca.
"Namira kami berdua tidak sengaja melihat hal ini, saat kami mencari bunga yang disuruh oleh Umi, kebetulan toko bunga itu berhadapan dengan hotel ini dan kami melihat jelas tadi malam bahwa mereka berdua masuk ke dalam hotel itu," ucap Nayla dengan takut-takut menyampaikan hal tersebut.
"Namira seperti apa yang kamu katakan sebelumnya kepada kami bahwa calon suami kamu bersama keluarganya belum sampai dan baru kemungkinan sampai hari ini dan ternyata kami melihat jelas semua ini," lanjut Zahra.
"Ya Allah.....! Lirih Namira memegang dadanya yang terasa begitu sesak yang baru saja melihat foto.
"Namira kamu tenanglah," ucap Zahra.
"Sekarang kalian berdua temani aku untuk datang ke tempat ini," ucap Namira yang berusaha untuk tenang.
"Maksud kamu kita langsung pergi ke hotel ini?" tanya Zahra.
"Aku harus memastikan semuanya apa benar kalian salah lihat," jawab Namira.
"Namira tapi kamu tidak diizinkan keluar, kamu darah manis dan tidak diperbolehkan keluar dari pesantren karena besok hari pernikahan kamu," ucap Nayla mengingatkan sahabatnya.
"Bagaimana mungkin masih bisa membicarakan pernikahan setelah apa yang kalian perlihatkan kepadaku. Aku juga tidak bisa mengambil tindakan pernikahan jika semua ini benar dan maka dari itu kita harus melihat hal ini untuk membuktikan kebenarannya!" tegas Namira.
"Tetapi Namira!"
"Sudah ayo cepat!" ajak Namira yang tidak ingin bertele-tele yang langsung menarik kedua sahabatnya itu.
Kepergian Namira bersama kedua temannya secara diam-diam keluar dari yayasan karena jika ketua Yayasan atau orang-orang yang berurusan Yayasan melihat dirinya pasti sudah mendapatkan masalah dari Abinya.
*****
Akhirnya Namira sampai juga di hotel yang dimaksud oleh kedua temannya itu.
"Namira kamu yakin akan melakukan hal ini?" tanya Zahra yang terlihat khawatir.
"Ayo!" ajak Namira yang tidak perlu ada keraguan untuk membuktikan kedua spekulasi dari temannya itu.
Zahra dan Nayla sama-sama mengangguk yang akhirnya mereka mencoba untuk berbicara dengan resepsionis dan setelah melakukan berbagai cara akhirnya mereka mendapatkan kamar di mana tempat calon suami Namira bersama wanita yang tidak memakai hijab yang mereka tidak kenal siapa wanita itu.
Dengan sangat buru-buru Namira sudah keluar dari dalam lift yang sekarang berada di lantai di mana kamar hotel tersebut dipastikan adalah calon suaminya.
"Namira kamu yakin ini kamarnya?" tanya Zahra terlihat khawatiran.
"Resepsionis itu sudah mengatakan bahwa ini adalah kamarnya dan sebaiknya kita langsung masuk saja," ucap Namira dengan penuh keyakinan dan tangannya bergetar memegang kenopi pintu itu yang sebenarnya sangat ragu untuk memastikan tetapi jika tidak dipastikan maka dia akan menyesal seumur hidup dan apalagi besok adalah hari pernikahannya.
Zahra dan Nayla hanya mengikut saja.
Ceklek,
Akhirnya pintu kamar itu terbuka yang ternyata tidak dikunci dari dalam. Namira melangkah masuk perlahan yang memang tidak langsung memperlihatkan tempat tidur, Zahra dan Nayla mengikut di belakang Namira.
Sampai akhirnya Namira sudah berdiri di depan ranjang dengan wajahnya yang sangat kaget. Zahra dan Nayla juga kaget dengan menutup mulut mereka yang bahkan langsung dengan cepat mengalihkan pandangan saat melihat hal yang sangat tidak pantas berada di depannya.
"Astagfirullah Al azim. Mas Ferdy!" sentak Namira dengan suara yang keras dan air mata yang keluar dari pipinya melihat sangat jelas apa yang terjadi di depannya.
Ferdi tanpa memakai pakaian yang tertutupi selimut putih dan wanita yang sedang memeluknya tidur di sebelahnya yang juga dipastikan tanpa busana.
Suara Namira yang cukup keras mampu membuat kedua orang tersebut tersentak dengan Ferdi yang membuka matanya memijat kepalanya.
Ferdy panik sendiri melihat kondisi dirinya tanpa busana apapun dan lebih kaget lagi ketika melihat calon istrinya berdiri di depannya dengan tubuh bergetar dan air mata yang sudah jatuh.
"Namira...." lirih Ferdy.
Wanita yang tidur di sampingnya juga kaget dan langsung terbangun yang terduduk bersamaan dengan Ferdy.
"Apa yang terjadi?" tanya Ferdy terlihat bingung dan juga sangat kaget dengan posisi dirinya yang saat itu.
"Astagfirullah. Mas berzina!" ucapnya Namira yang sangat sesak di dadanya sehingga suaranya juga sudah tidak terdengar lagi.
Bersambung....
...Hay semua para readers. Hari ini saya upload karya baru. Semoga kalian suka dengan ceritanya jangan lupa ikuti dari Bab 1 sampai selesai, jangan suka nabung Bab ya. Jangan lupa beri like, koment subscribe dan ikuti terus........
Dengan penuh kekecewaan Namira yang berlari keluar dari hotel tersebut. Kedua temannya Zahra dan Nayla juga menyusul dan sementara Ferdi yang masih sangat bingung dengan kondisinya sangat buru-buru memakai pakaiannya dan wanita yang duduk di sampingnya itu memeluk tubuhnya dengan menundukkan juga menangis.
"Kita akan bicara setelah ini. Aku harus menyelesaikan semuanya dengan Namira," uca Ferdi yang meninggalkan wanita tersebut.
"Ferdi tunggu!" panggilnya2.
"Tolong Fenny aku harus menyelesaikan semua ini," ucap Ferdy yang tidak banyak bicara dan langsung buru-buru keluar.
Namira bersama kedua temannya itu langsung memasuki mobil dan Zahra mengambil ahli untuk menyetir, karena sangat tidak memungkinkan Namira melakukan itu dalam kondisinya tidak baik-baik saja.
Mereka sudah tiba kembali di pesantren dengan memasuki mobil sebutkan area parkiran.
"Astagfirullah kalian bertiga ini dari mana dan termasuk kamu Namira?" tanya wanita sekitar berusia 40 tahunan dengan tubuh gendut yang terlihat marah yang berkacak pinggang melihat ketiga anak gadis itu.
Namira tidak menjawab apapun dan langsung buru-buru berlari.
"Hey ada apa dengannya dan kenapa dia menangis seperti itu?" tanya wanita.
"Ceritanya panjang," jawab Zahra yang juga menyusul temannya.
"Ada apa dengan anak-anak itu," ucap wanita itu semakin bingung dan kebingungannya ditambah lagi dengan mobil yang melaju kencang sudah terparkir di samping mobil Namira dan keluar pria tersebut.
"Loh, kok Mas Ferdi ada di sini?" tanya wanita itu kebingungan.
"Maaf Bu, saya tidak bisa jelaskan saya harus masuk ke dalam," ucap Ferdi yang tidak banyak bicara dan langsung berlari.
"Aduh kenapa mereka semua membingungkan dan sudah seperti drama dalam film India yang lari sana lari sini dan padahal belum menikah. Anak-anak zaman sekarang memang tidak bisa ditebak," wanita itu hanya geleng-geleng kepala.
"Namira tunggu!" panggil Ferdi t yang membuat langkah Namira terhenti ketika sudah berada di ruang tamu.
Kedua orang tua Namira yang ternyata masih menyambut tamu dari adik ayahnya yang pasti sangat bingung melihat hal itu dan belum lagi kedatangan Ferdi ke tempat mereka yang bagi keluarga itu adalah pamali karena calon suami tidak boleh datang menjelang hari pernikahan.
Farah dan suaminya saling melihat yang bingung dengan apa yang terjadi.
"Ada apa ini?" tanya Umi
"Ferdi, kenapa kamu ada di sini dan bukankah?" tanya Ahmad.
"Saya minta maaf sudah membuat keributan, tetapi saya ingin bicara dengan Namira terlebih dahulu," ucap Ferdi.
Umi dan Abi semakin bingung dan mana mungkin mereka membiarkan hal itu.
"Namira aku mohon jangan salah paham padaku, apa yang kamu lihat.....!"
Plakkkk
Namira langsung melayangkan tamparan yang cukup keras yang membuat semua orang semakin kaget dan wajah Ferdi sampai miring ke samping yang sudah dapat dipastikan memerah.
"Astagfirullah....." lirih Kalsum. Nayla dan Zahra menunduk dengan jari-jari mereka saling memencet.
"Aku membatalkan pernikahan ini!" tegas Namira yang semakin mengejutkan semua orang.
"Nak. Apa yang kamu katakan?" tanya Ahmad yang sudah berdiri dari tempat duduknya.
"Namira....!" lirih Ferdi yang sudah kembali menegakkan posisi wajahnya dengan mata berkaca-kaca yang merasa bersalah kepada Namira dan apalagi melihat Namira sudah meneteskan air mata yang begitu banyak.
"Ini tidak benar dan aku bisa menjelaskannya. Aku tidak tahu apa yang terjadi dan aku bersumpah jika aku tidak...." Ferdi tampak memohon agar bisa dipercaya oleh Namira.
"Sebenernya ada apa ini? kenapa kalian bisa bertengkar seperti ini. Namira kamu juga kenapa tiba-tiba membatalkan pernikahan yang padahal besok adalah hari pernikahan kamu dengan Ferdy?" tanya Kalsum.
"Aku tidak mungkin menikah dengan laki-laki yang sudah berzina dengan wanita lain," jawab Namira yang membuat semua orang semakin kaget dan Ferdi tampak pasrah dengan mata terpejam.
"Astagfirullah....!"
"Jahat kamu. Mas. Kamu bisa-bisanya melakukan semua ini dan besok adalah hari pernikahan kita. Kamu benar-benar sangat jahat!" ucap Namira.
"Namira...."
"Jangan mendekatiku!" Namira mengangkat tangannya dengan memundurkan langkahnya.
"Aku tidak percaya bisa disakiti oleh orang yang aku percayai selama ini, jangan pernah muncul di hadapanku dan bertanggung jawablah atas perbuatan kamu, meminta ampun kepada Allah atas perbuatan kamu yang sangat menjijikkan itu, aku membatalkan pernikahan kita, karena aku tidak mungkin menikah dengan laki-laki yang memiliki hubungan dengan wanita lain!" tegas Namira yang langsung berlalu dari hadapan Ferdi menaiki anak tangga.
"Namira...." panggil Ferdi dengan suara permohonan.
"Arkhhh...." Ferdi tampak prestasi yang meremas rambutnya dengan sangat kuat yang tidak percaya jika menjelang hari pernikahannya akan seperti ini.
***
Akhirnya keluarga Namira mendapatkan informasi lengkap dari Zahra dan Nayla yang berupa bukti foto Ferdi dan juga wanita itu secara langsung juga melihat bagaimana Ferdi dan wanita yang mereka tidak kenali berada di dalam kamar.
Umi dan Abi juga sangat kecewa dengan apa yang dilakukan Ferdi, walau Ferdi berusaha untuk menjelaskan tetapi kenyataan sudah terjadi dan Ferdi tidak bisa melakukan pembelaan apapun.
Karena Namira sudah membatalkan pernikahan itu yang mau tidak mau harus disetujui oleh Umi dan Abi yang sudah dibicarakan kepada keluarga Ferdi. Karena mereka juga tidak mungkin membiarkan anak perempuan mereka harus menikah dengan laki-laki yang memiliki hubungan dengan wanita lain.
Tetapi tampaknya keputusan yang diambil Namira benar-benar sangat berat yang membuatnya tidak keluar kamar sejak pagi itu, mengurung diri dan terus menangis di sudut kamarnya dengan memeluk tubuhnya, terlihat begitu sangat hancur.
Krrekk.
Pintu kamar dibuka yang membuat Kalsum memasuki kamar itu dan langsung menghampiri putrinya berjongkok di samping putrinya dan membawanya ke dalam pelukannya.
Kalsum memang baru menemui Namira saat ini, karena dia memberikan waktu untuk putrinya itu sendiri.
"Kenapa semuanya seperti ini Umi. Namira salah apa dan kenapa Mas Ferdi tega melakukan semua itu?" tanyanya dengan terisak-isak.
Ferdi merupakan mantan dari Yayasan pesantren itu dan memang sejak dulu mereka sudah memiliki perasaan yang sama sampai akhirnya Ferdi melamarnya dan hubungan mereka dilanjutkan dengan proses taaruf.
Namira mengenal pria itu sangat baik, dari pendidikan agama yang sangat tinggi dan bahkan Ferdi juga seorang pengusaha. Tetapi apa yang dia kagumi dari calon suaminya tidak seimbang.
"Ini adalah ujian dari Allah dan kamu adalah orang terpilih yang mendapatkan ujian ini. Harus terima kasih kepada Allah Karena semua ini belum terlambat. Allah masih menyelamatkan kamu," ucap Umi.
Namira tidak berkata apa-apa yang menangis dipelukan umumnya itu dengan suaranya terisak-isak.
Sementara Ferdy masih saja frustasi yang berada di dalam mobil yang tidak menyangka jika rencana pernikahannya akan berantakan sekejap mata. Dia juga sudah dihubungi kedua orang tuanya yang dalam perjalanan menuju ke pesantren karena memang harus tiba di sana sebelum hari pernikahan dan ternyata kedua orang tuanya tidak jadi datang karena sudah ada pembatalan pernikahan dengan perbuatan anak mereka.
Kedua orang tua Ferdi menyampaikan rasa penyesalan kepada keluarga Namira dan pasti marah atas perbuatan anaknya.
Baik Namira dan Ferdi sama-sama terpukul atas kejadian hari itu, Ferdi sangat menyesali perbuatannya dan menerima keputusan Namira untuk membatalkan pernikahan, karena memang tidak mungkin pernikahan dapat dilanjutkan dan itu adalah resiko dari Ferdi.
Bersambung.....
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!