NovelToon NovelToon

Cinta Paksa

prolog

Brakkk

Seorang pria paruh baya berkulit gelap terpelanting ke pojokan meja kayu tebal, dan membuat kepalanya terbentur pinggiran meja dengan cukup keras, tidak berhenti di situ pria bertubuh tegap itu mengeluarkan pistol dari balik jas yang ia kenakan lalu tampa perasaan menembak tepat di kepala pria baruh baya tersebut hingga membuatnya ambruk ke lantai dengan mata terbuka, raut wajahnya syok dan lantai bermotif kayu itu mulai mengalir darah yang sangat banyak.

Seorang gadis menutup mulutnya dari balik pintu yang terbuka hingga membuat nampan berisi dua cangkir kopi di tangannya jatuh berhamburan ke lantai, mata gadis itu bertemu dengan mata dingin pria yang memegang pistol di tangannya, gadis itu mulai melangkah mundur dengan tubuh yeng gemetar hebat saat pria menyeramkan itu mulai melangkah mendekatinya.

'Ya tuhan, aku hanya ingin mencari nafkah di negeri orang, tapi kenapa aku harus menghadapi situasi ini setelah semua kesulitan yang aku hadapi untuk mendapatkan pekerjaan ini'

Gadis itu mengalirkan air mata tampa suara, rasanya kedua kakinya tidak menapak ke lantai dengan benar hingga membuatnya jatuh terduduk.

Pria berwajah dingin itu berjongkok di depan gadis itu dan menatap seluruh bagian wajah dan tubuhnya.

"Dari negara i"

Tanya nya menggunakan bahasa negara tersebut.

Gadis itu sedikit terkejut saat tau pria itu sepertinya berasal dari negara yang sama, tapi itu tidak mampu menutupi rasa takutnya, mulutnya terkunci, dan itu membuat pria itu kesal.

"Jawab"

Bentaknya dengan keras dan itu membuat bahu gadis itu terlonjak kaget.

"Aaaa iiii yyyyaaa aaakkk "

Di karenakan terlalu banyak menangis, hingga membuat suaranya hilang, dan karena saking takutnya gadis itu tidak mampu berkata apapun, hanya bisa mengeluarkan suara yang rumit di mengerti.

"Apa kau bisu?"

Tanya pria itu dengan kening berkerut, ia menangkup pipi gadis itu dengan kasar, lalu mendekatkan wajahnya, sangat dekat, ia meneliti wajah gadis itu dengan seksama, wajah mulus tampa jerawat yang hanya di beri sedikit bedak dan lipstik tipis, mulutnya yang kecil, hidung mungil tapi masih enak di pandang, rambutnya yang di ikat dan di gulung rapi membuat telinga caplangnya sangat terlihat, dan itu yang membuatnya terlihat unik.

"Ronald"

Panggil pria itu setelah melepaskan tangannya dan kembali berdiri, ia menatap dingin gadis itu dengan senyum iblisnya.

"Ya bos"

Pria yang dari tadi hanya bersandar di dinding menyaksikan semua yang terjadi di ruangan itu menjawab cepat.

"Gadis ini..."

Pria itu mengangkat pistolnya, lalu mengarahkan benda itu ke arah gadis yang kini menggelengkan kepalanya dengan tubuh gemetar, tapi hanya senyum sinis yang di hadiahkan pria itu hingga...

Dor

"Aaaa....aaa."

Teriak gadis itu dengan suara yang hilang timbul, tangannya memegang kaki yang baru saja di tembus oleh pluru, rasa sakit menjalar ke seluruh tubuh dan tulang, gadis itu perlahan ambruk ke lantai, sebelum kesadarannya hilang, ia bisa mendengar kata kata terakhir pria yang menatapnya tampa kasihan.

"Bawa dia ke...."

Hanya itu yang bisa di tangkap oleh pendengarannya sebelum kesadarannya hilang sepenuhnya.

....

ara membuka matanya perlahan, ia memejamkan matanya sebentar lalu membukanya kembali, ia mencoba menyesuaikan cahaya yang masuk ke matanya, di tatapnya menatap langit langit yang memiliki beberapa lampu hingga membuatnya begitu terang, lalu gadis itu menatap sekelilingnya, ruangan yang seperti kamar yeng mewah, tapi juga memiliki peralatan medis, dia tidak bisa menebak di mana dia berada.

Saat mengingat apa yang terjadi sebelum dia pingsan, ara mencoba bangun dengan perlahan, rasa sakit di kakinya membuat dia yakin yang terjadi padanya benar benar nyata, pembunuhan yang di lakukan pria iblis itu nyata, dan peluru yang menembus kulit kakinya juga nyata.

'Aku harus pergi'

ara dengan perlahan menggerakkan kakinya, dia harus mencari cara untuk kembali ke negaranya, dia sanggup untuk hidup di kampung dan bertani, asalkan nyawanya tidak terancam, di sini terlalu berbahaya baginya, dia sangat menyesal karena pergi keluar negeri untuk bekerja hanya untuk menghindari mereka yang memberinya rasa sakit.

Dengan menahan denyut sakit di kakinya, wajahnya berkerut dan napas mulai ngos ngosan ara menyeret kakinya menuju pintu, dengan susah payah dia mencapai pintu kayu yang terlihat mewah berwarna cream itu hingga kelelahan, saat membuka pintu, terlihat dua pria asing berdiri di depan sana dengan tubuh tegap, saat melihatnya, dua pria asing itu menghampirinya lebih dekat, lalu membungkukkan sedikit tubuhnya.

"Nona, ada yang anda perlukan?"

Tanya salah satu dari mereka, dan satunya mundur dan pergi dari sana.

ara mundur beberapa langkah, dia tidak tau siapa mereka, tapi dia punya firasat kalau mereka bukanlah orang baik.

'Apa mereka bawahan pria iblis itu?'

ara mulai tercebik, lalu menangis tampa suara, ia terjatuh ke lantai dengan tubuh gemetar dan rasa sakit di kakinya yang semakin terasa.

'Kenapa dia harus mengalami ini, kenapa tidak ada sesuatu yang lancar di hidupnya'

Tidak berpendidikan tinggi, tidak memiliki penampilan yang cantik, berkorban untuk keluarga dan membuatnya menderita sendiri, ara mengira ia sudah lolos setelah ia melarikan diri untuk bekerja di luar negeri, tapi nasibnya menjadi lebih buruk.

'kenapa aku selalu membuat pilihan yang membuatku jatuh ke dalam bahaya dan rasa sakit'

Tok tok tok tok

Suara sepatu yang mulai terdengar mendekat membuat tangisan ara terhenti, ia mendongak.

Deg

Mata tajam yang menatapnya rendah, seolah posisi mereka sekarang, adalah jarak diantara mereka, yang berarti dia bukanlah siapa siapa, posisinya hanya pantas di injak oleh mereka yang memiliki kekuasaan.

ara menunduk tersenyum miris, bayangan wajah orang orang yang mempermainkannya kembali terlintas.

1

Nona, bangunlah, tuan dan nyonya sudah kembali"

Suara lembut seorang wanita berumur 34 tahun membuat mata seorang gadis kecil terbuka dan mengerjap cepat, dengan pikiran agak bingung ia berusahan bangun dan mencoba menyadarkan diri dari rasa kantuknya.

"Sus Mala"

Panggil gadis itu memastikan.

"Iya, ini saya, ayo bersiap untuk sarapan dengan nyonya dan tuan"

Ajak sus Mala dengan suara lembut, ia yang sudah menyiapkan semuanya menarik lembut tangan nonanya yang kini sudah berdiri di lantai ke arah kamar mandi.

Setelah bersiap, gadis yang di panggil Mia itu dengan semangat untuk turun sarapan agar cepat bisa bertemu orang tuanya yang baru kembali dari luar kota.

Tujuh hari yang lalu ayah dan ibunya pergi ke rumah saudara dari sang ayah yang meninggal mendadak karena kecelakaan.

Dari lantai atas Mia melihat orang tuanya yang sudah duduk di meja makan, ia jadi tidak sabar untuk turun untuk memeluk orang tuanya.

"Nona, tidak boleh berlari"

Suara tegas sus Mala membuat Mia melambatkan langkahnya yang awalnya sedikit cepat menuruni tangga.

"Ayah, ibuuu"

Panggil Mia dengan sedikit berteriak dengan wajah ceria setelah sampai di lantai bawah, langkah yang awalnya cepat jadi terhenti saat melihat gadis yang lebih kecil darinya duduk di sebelah sang ibu dengan wajah menunduk.

"Sini sayang"

Panggil sarma menggamit putrinya, wanita yang memakai blus berlengan panjang dengan warna ungu tua itu tersenyum manis ke arah putrinya.

Mia kembali berlari ke arah ibunya, tapi tubuhnya malah di tangkap oleh pria yang memakai kemeja putih dengan dasi abu abu yang terpasang rapi di lehernya.

"Hyyaaa"

Suara Yos saat menangkap tubuh putri yang tidak ia lihat selama tujuh hari itu, ia meletakkan gadis kecil berumur lima tahun itu di pangkuannya dan mencium pipinya gemas.

"Ayaaaah"

Mia mendorong dorong wajah ayahnya yang sengaja menggosok dagu ke wajahnya, dagu yang mulai di tumbuhi bulu bulu halus membuat wajahnya terasa geli.

"Rindu ayah tidak?"

Tanya Yos pada putrinya.

Mia mengangguk cepat

"Rindu"

Ucapnya, tapi tubuhnya melorot ke bawah ingin terlepas dari pangkuan sang ayah, setelah berhasil ia berlari ke arah sang ibu yang dari tadi hanya melihat interaksi antara dia dan sang ayah.

"Ibuuu"

Panggil Mia dengan manja, ia memeluk paha sang ibu yang duduk miring untuk menyambut pelukanya.

"Iya sayang, ayo duduk di sini"

Ucap sarma lembut sambil menepuk kursi di sebelahnya.

Mia menurut, ia memutari kursi yang di duduki sang ibu, lalu duduk di sana, ia melihat ke arah kananya, kursi yang biasanya kosong kini di duduki oleh anak kecil lainnya.

"Sayang, kenalkan ini adikmu Ara, dan Ara, ini kakak mu Mia, ayo kalian berjabat tangan"

Suara sarma memperkenalkan mereka sangat lembut, Ara adalah anak saudara suaminya yang baru meninggal, kedua suami istri itu mengalami kecelakaan yang menyebabkan keduanya meninggal dunia, tidak ada yang ingin mengurus Ara, bahkan sebagian keluarga, ada yang ingin menitipkan anak itu di panti asuhan, karena mereka merasa mampu untuk merawat satu lagi anak, apa lagi anak itu adalah keluarga sang suami, jadi sarma menyarankan kepada suaminya agar mereka mengadopsi gadis kecil yang umurnya selisih satu bulan dari mia, lagi pula Ara bisa menjadi teman main saudaranya Mia.

"adik Ara, nanti kita main ya"

Ajak Mia semangat, ia sangat senang mendapatkan adik baru yang akan menemaninya dan sus Mala bermain.

Gadis kecil bernama Ara itu melirik kedua orang dewasa yang tersenyum sambil mengangguk padanya, ia kembali menunduk dengan bibir tercebik ingin menangis, dia tidak ingin di sini, dia mau pulang ke rumahnya, kenapa dia harus ikut kedua orang yang menyuruhnya memanggil ibu dan ayah, kenapa Mama dan papanya pergi dan di kuburkan, kenap meninggalkannya sendiri.

"Mama hiks, hiks, papaaa huaaa"

Akhirnya gadis kecil itu menangis tersedu sedu di meja makan tersebut, dia tidak mengerti kenapa dia harus pergi dengan orang asing, dan dia tidak tau ada di mana dia sekarang, dia ingin pergi menemui orang tuanya.

"Ibu, adik menangis hiks"

Entah kenapa kesedihan gadis kecil itu jadi menular pada Mia, mereka jadi menangis bersama di meja makan hingga membuat kedua orang tuanya itu kelabakan, untung saja sus Mala cepat datang, walaupun dengan makanan yang memenuhi mulutnya, menandakan ia sedang makan di meja makan dapur.

Sus Mala dengan keahliannya merawat anak, mengajak ara dan mia bicara, hingga keduanya mulai berhenti menangis dan mulai sarapan bersama, sus Mala menyuapi keduanya bergantian dan mengobrol dengan obrolan yang di sukai anak anak agar gadis kecil Ara tidak mengingat kesedihannya lagi.

"Terima kasih Mala, untung saja ada kamu"

Ucap sarma saat membantu bibik Emi meletakkan piring kotor ke dapur.

"Sudah tugas saya nyonya, lagi pula mereka sangat lucu, menangis satu menangis semua ha ha"

Jawab sus Mala sambil tertawa mengingat kepolosan keduanya.

"Iya, saya harap, mereka akan akur dan saling menjaga hingga dewasa seperti saudara kandung"

Ucap Sarma mengungkapkan harapannya.

"Amiiin"

Sus Mala dan bibi Emi mengaminkan dengan serentak.

Beberapa hari Ara tinggal bersama keluarga barunya, gadis itu dengan cepat bisa berbaur dan perlahan bisa memudarkan kesedihannya karena di tinggal orang tuanya, orang dewasa di sekelilingnya berusaha menjelaskan tentang tempat baru di mana orang tuanya berada sekarang, walaupun tidak terlalu mengerti, tapi kata kata ibu (sarma) selalu di ingat oleh gadis kecil itu.

"Mama dan papa sekarang ada di surga, karena mereka baik, jadi pergi ke surganya lebih cepat, dan Ara bisa bertemu mereka kalau Ara berbuat banyak kebaikan dan membuat mereka bangga"

Ara yang mendengar itu menjadi tidak sabar untuk membuat banyak kebaikan agar bisa bertemu orang tuanya yang sudah berada di tempat terindah yang di katakan oleh ibu.

***

Hingga bertahun tahun berlalu, Ara dan Mia tumbuh besar dengan ikatan persaudaraan yang kuat, di bawah asuhan orang tua yang penyayang dan pengasuh yang menganggap mereka anak sendiri.

Ara memandang dua wajah yang ada di dalam bingkai yang ia letakkan di atas mejanya, wajahnya tersenyum manis, dia sudah lama mengerti kalau kedua orang tuanya sudah tidak ada, dia juga sudah berdamai dengan keadaan, dia memiliki keluarga yang baik, yang sudah banyak berusaha menutupi kehilangannya dengan kehadiran mereka.

"Ma, pa, ini hari pertama Ara masuk sekolah, Ara sudah SMA sekarang, banggakan he he he"

Ara menggaruk tengkuknya malu, dia merasa orang tuanya benar benar melihatnya sekarang, gadis itu memutar badannya ke arah cermin meja hias dan mencoba memasang dasi di lehernya, walaupun agak sulit, tapi ia sudah lama berlatih selama libur sekolah bersama Mia, jadi dia sudah menghapal caranya, setelah rapi, Ara meneliti seluruh penampilannya dari ujung rambut hingga kaki.

"Bangga apanya, beraninya kamu menunjukkan penampilan itu pada orang tuamu"

2

"Bangga apanya, beraninya kamu menunjukkan penampilan itu pada orang tuamu"

Mendengar kritikan dari suara lembut itu membuat Ara berbalik ke arah pintu dengan wajah cemberut.

Mia yang dari tadi menunggu adiknya melihat penampilan sang adik dari kepala hingga ujung kaki, rambut lurus melewati bahu ia ikat separuh meninggalkan anak rambut yang sedikit acak acakan, kemeja putih lengan panjang yang ia singsing hingga setengah siku, dasinya jauh dari kata rapi, rok yang harusnya selutut sekarang jadi di atas lutut, blazer sekolah entah kemana.

Ara dan Mia masuk ke sekolah swasta ternama, setelah murid di terima, pakaiannya di tempah langsung ke penjahit sekolah, ukuran tubuh mereka di ukur oleh murid itu sendiri, jika ada perubahan bentuk tubuh, mereka bisa mengajukan ukuran baru pada pihak sekalah, pakaian akan tetap berganti setiap tahunnya.

Mia sudah menebak kalau Ara akan menyerahkan ukuran kaki menjadi lebih pendek, hingga roknya juga akan pendek, dan jika di tanya oleh guru, dia akan beralasan kalau tubuhnya bertumbuh dengan cepat.

"Gimana, bagus kan?, keren kan?"

Mia berpose ala ala model menunjukkan penampilannya pada kakaknya.

Walaupun mereka tumbuh bersama di bawah pengasuh yang sama, makan makanan yang sama, tapi sifat mereka jauh berbeda, Mia lebih tenang dan pendiam, otaknya pintar dan selalu mendapat juara umum dari sekolah dasar hingga tamat SMP, banyak prestasi yang ia capai, dia adalah idola di setiap kelasnya, bahkan satu sekalah mengenalnya, Mia selalu menjadi murid yang selalu di jadikan contoh oleh guru, baik dari pakaiannya yang selalu rapi dan prestasi yang ia hasilkan dengan kepintarannya.

Berbanding terbalik dengan Ara yang selalu membuat masalah, Ara sering terlibat perkelahian dengan beberapa orang siswi bahkan pernah bertengkar dengan siswa laki laki hingga siswa tersebut di larikan ke rumah sakit karena mengalami patah hidung dan retak di tengkorak kepala, siswa itu koma beberapa hari dan hampir tidak selamat, Ara di skors selama dua bulan dan hampir di keluarkan dari sekolah, tapi pengaruh orang tuanya tidak bisa di goyahkan, apa lagi pembelaan dari siswi berprestasi yaitu Miska Anastasya atau di panggil Mia yang tidak lain adalah kakak dari Ara, para guru tidak ingin kehilangan Mia yang mengharumkan nama sekolah, jadi Ara hanya di hukum skor dan membayar semua biaya rumah sakit.

Mia menghela napas

"Sudahlah, ayo berangkat, kita tidak boleh terlambat di hari pertama sekolah"

Ucap Mia sambil berbalik pergi.

"Kalau hari lain boleh terlambat berarti he he"

Ucap Ara bercanda sambil cengengesan, ia mengimbangi langkah Mia menuju tangga untuk turun.

Kamar Mia dan Ara berada di lantai dua, sedangkan kamar orang tua mereka berada di lantai satu, begitu juga sus mala dan bibik emi juga di lantai satu.

Sarma dan Yos tidak berada di rumah, mereka memperluas bisnis di luar negeri, jadi dua saudara itu hanya di urus oleh sus Mala dan bibik Emi, keduanya sudah menikah dan memiliki anak, keluarga bibik Emi berada di kampung, sedangkan sus Mala menikah dengan pak surdi, supir Yos, yang sekarang menjadi supir kedua saudara itu, sudah enam tahun sus Mala dan pak Surdi menikah namun belum di karuniakan anak, jadi mereka menyayangi putri putri majikannya seperti anak sendiri, begitu juga sebaliknya, mereka akan menegur jika keduanya melakukan kesalahan, dan pastinya Ara adalah orang yang sering di tegur di rumah itu.

"Nona Ara, kenapa dengan pakaian itu, kemarilah biar sus yang rapikan"

Tampa bisa mengelak Ara yang baru turun hanya bisa pasrah dengan sentuhan tangan dari wanita yang memakai daster panjang dan rambut yang di sanggul rapi itu, bahkan wanita kolot itu menarik narik rok Ara agar bisa lebih panjang, kelakuannya membuat Mia tertawa melihatnya.

"Sus, udah rapi ini, nanti kita terlambat"

Rengek Ara yang sudah tidak tahan lagi.

Sus Mala dan Mia melihat penampilan Ara dengan tangan di dagu, lalu kepala keduanya mengangguk ngangguk serempak, seolah puas dengan tampilan rapi Ara yang kini lengkap dengan blazer yang sudah di pakai, bahkan tas yang biasanya di letakkan di satu bahu, kini di gantung oleh sus Mala di kedua bahu, baju yang tadinya di luar di rapikan di dalam rok gadis itu, kini penampilan Ara dan Mia menjadi sama rapi.

Karena hari ini hari pertama masuk SMA, sus Mala begitu memperhatikan, berbeda dengan hari biasa, wanita itu akan mengerjakan banyak pekerjaan pagi pagi hingga tidak ada waktu melihat keduanya berangkat ke sekolah.

Atas asuhan sus Mala, Ara dan Mia selalu bangun lebih awal dan sarapan juga lebih awal sebelum bersiap ke sekolah, jadi tidak ada alasan tidak sarapan karena tidak ada waktu.

"Oke, sudah rapi, kedua princess silahkan pergi ke sekolah, hati hati di jalan"

Ucap sus Mala, tubuhnya membungkuk hormat ala ala butler profesional, dengan tangan menunjuk ke arah pintu yang terbuka lebar, dan kelakuannya membuat ara tertawa sedangkan mia hanya tersenyum tipis, terlihat mobil alpard yang sudah menunggu dengan pak surdi yang akan mengantar keduanya.

"Kita pergi dulu, Bik, kita pergi ya"

Pamit Mia, ia juga pamit kepada bibik Emi yang baru keluar dari dapur, mungkin hendak ke atas, yaitu kamar mereka.

"Hati hati nona"

Ucap bibik Emi sedikit berteriak.

Ara dan Mia melambaikan tangan sambil berjalan keluar.

Beberapa menit perjalanan mereka kini sudah sampai di depan gerbang sekolah, Mia menoleh ke arah adiknya yang sudah mengganti penampilannya seperti semula, gadis itu hanya menggeleng melihat Ara yang dari tadi mengunyah permen karet dan sesekali mengembusnya membentuk balon.

"Kedua tuan putri, silahkan keluar"

Ucap pak surdi setelah membuka pintu untuk keduanya, saat Ara turun dari mobil, pria 40 an itu menjentik kening gadis itu.

"Kenapa jadi begini lagi pakaiannya"

Ucap pak surdi, ia lalu menggeleng melihat wajah cemberut gadis itu.

"ini namanya fashion"

Ucap Ara lalu pergi dengan wajah sok kerennya,

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!