...✿𝙰𝚞𝚝𝚑𝚘𝚛 𝙽𝚘𝚝𝚎✿...
..."Maaf jika author kalian ini selalu membuat kalian kecewa karena sering menghapus karya, namun entah mengapa, author sering lupa setelah selesai menulis. Kali ini author akan berusaha menulis lagi kisah bertema dark romance, karena cuman itu kemampuan author kalian ini, hehehe. Sekali lagi maaf ya."...
...🌹(HAPPY READING)🌹...
*
*
*
...(Kisah di mulai)...
Luna gadis cantik berumur 21 tahun, yang kini tengah sibuk menyelesaikan kuliahnya yang hampir selesai. Namun di tengah kesibukannya, Luna mendapatkan berita yang membuat sekujur tubuhnya gemetar hebat.
"Luna... pagi ini, Alexander telah bebas dari penjara," bisik Sofia dengan suara pelan menatap Luna.
Luna terdiam mematung di tempat, pena yang ada di tangannya seketika terlepas begitu saja hingga terjatuh diatas lantai, menarik perhatian pak dosen yang tengah sibuk menulis mata pelajaran di papan tulis.
"Luna, Sofia. Jika kalian tidak tertarik dengan pelajaranku, silahkan keluar," ucap dosen menatap keduanya dengan tajam.
"Pak, bu-bukan begitu, Luna hanya sedang ingin ke toilet, maaf," ucap Sofia terbata-bata mencoba menyelamatkan Luna.
"Lalu tunggu apa lagi? Cepat pergi dan kembali kesini, aku tidak punya banyak waktu," kata pak dosen kembali menulis.
"Ayo Luna," bisik Sofia menarik lengan Luna.
Reflek Luna bangkit, dan keduanya bergerak pergi meninggalkan kelas. Saat tengah berjalan menelusuri lorong kampus menuju toilet, tiba-tiba dada Luna terasa sesak, perlahan langka kaki Luna terhenti sambil memegang dadanya.
"Haahhh... haaaa...haaa..."
"Luna?! Kamu kenapa?" teriak Sofia panik melihat Luna yang kesusahan bernafas.
Luna terdiam di tempat, dan terus memegang dadanya berusaha mengambil nafas dalam-dalam. Melihat itu, Sofia pun panik dan mulai berteriak.
"Tolong!"
"Sofia, obat... obatku..." lirih Luna meminta bantuan.
"Iya, obat. Tunggu, aku segera kembali." Sofia bergerak berlari pergi meninggalkan Luna menuju kelas.
Beberapa saat kemudian, Sofia kembali membawa obat penenang yang diminta oleh Luna berserta botol air mineral, diikuti pak dosen dan murid yang lain, yang tak kalah panik.
"Luna, ini minum obatnya," ucap Sofia segera membuka obat tersebut menyodorkan kepada Luna.
Luna meraih obat itu lalu meneguknya, melihat itu, pak dosen segera meminta murid yang lain membawa Luna pulang, ia tak mau Luna melanjutkan pelajaran yang bisa membuat kondisi Luna semakin memburuk. Dalam perjalanan pulang di temani Sofia, Luna terus membayangkan pertemuan pertamanya dengan Alexander.
*
*
*
...(FLASH BACK ON)...
Luna gadis cantik 14 tahun yang baru saja lulus SMP masuk kelas 1 SMA. awalnya semuanya baik-baik saja hingga ia pun berkenalan dengan Sofia dan berteman baik, namun beberapa bulan kemudian, Luna sering melihat para murid sekolah berpasangan, membuat ia pun penasaran dan bertanya kepada Sofia.
"Sofia, kenapa para murid itu selalu mempunyai pria di samping mereka?" tanya Luna polos menatap Sofia.
"Luna, itu namanya pacaran," jawab Sofia polos, walaupun ia tau sebutan pacar, namun ia pun tidak pernah tau seluk beluk kisah pacaran dan apa saja yang dilakukan saat orang berpacaran.
"Apa kita berdua juga, bisa memiliki pacar?" tanya Luna lagi, ia semakin penasaran ingin tau rasanya memiliki pacar.
"Tentu saja bisa, tapi pria mana yang mau jadi pacar kita?" Sofia melirik Luna dan dirinya sendiri.
Keduanya memang cantik, bahkan lebih cantik dari kakak kelas mereka. Namun penampilan mereka yang bak murid TK, membuat para murid laki-laki enggan mendekati keduanya, dimana setiap keduanya datang ke sekolah, keduanya selalu membawa gantungan botol air di leher dan terdapat banyak pita rambut berwarna di kepala mereka, dan hal itulah yang membuatnya keduanya menjadi teman baik.
"Bagaimana kalau pesta tahun baru nanti, kita ubah penampilan kita," usul Luna penuh semangat.
"Boleh, kebetulan dua bulan lagi tahun baru." Sofia mengangguk setuju.
Singkat cerita, tahun baru pun tiba. Sesuai janji mereka sebelumnya, Luna dan Sofia pun melakukan perubahan besar dengan penampilan mereka, bak kepompong berubah menjadi kupu-kupu yang sangat indah, Luna dan Sofia langsung dikerumuni pria tepat di acara pesta tahun baru yang dilakukan oleh pihak kampus.
Alex yang waktu berumur 17 tahun dan sedang kuliah turut hadir di pesta itu, ia diundang oleh Lucas teman baiknya sekaligus teman kuliahnya. Lucas pun hadir disitu karena mendapatkan undangan dari pihak sekolah untuk bermain musik memeriahkan pesta malam itu.
"Hah... astaga, ternyata menjadi cantik itu sangat berbahaya," gumam Luna setelah berhasil keluar dari kerumunan para pria.
Luna memilih berjalan di taman kampus seorang diri sambil menikmati bulan purnama yang sangat indah di malam itu, sembari menunggu waktu pergantian tahun.
"Apa yang kamu lakukan disini?" Suara berat tiba-tiba menegur Luna dari belakang.
"Kya!" teriak Luna menoleh kebelakang."Apa kamu mau aku mati karena serangan jantung?!" bentak Luna.
"Kamu belum menjawab pertanyaannyaku," ucap pria yang tak lain adalah Alexander, terus melangka mendekati Luna.
"Hah... baiklah, aku datang untuk mencari pacar, tapi malah kelebihan stok, bahkan pacar orang pun ikut menawarkan diri, puas?" cecar Luna kesal.
"Hhhmm... kamu sangat jujur rupanya?" desis Alex semakin mendekat dan berdiri tegak di hadapan Luna.
Luna mendongak menatap Alex yang tinggi bagaikan tiang listrik."Memangnya kenapa kalau aku berkata jujur?" ucap Luna.
"Tidak apa-apa... apa aku boleh melamar menjadi pacarmu?" Alex membungkuk sedikit tubuhnya mendekatkan wajahnya ke wajah Luna.
"Boleh, asalkan kamu jomblo," jawab Luna tanpa pikir panjang.
"Kamu setuju itu artinya sekarang kamu pacarku," ucap Alexander merangkul dan menarik Luna masuk ke dalam pelukannya.
Sontak Luna terkejut dan meronta."Hei, kau mau apa?" teriak Luna memukul dada bidang Alex.
BOOM!
Suara letusan petasan menggema, membuat Luna terdiam sejenak menikmati kilatan petasan warna warni yang menghiasi langit malam.
"Selamat hari tahun baru, sayang," bisik Alex di telinga Luna.
Wajah Luna langsung memerah terang, jantungnya berdetak kencang saat nafas berat Alex menyentuh kulit telinganya.
"Ka-kamu juga," balas Luna gugup setengah mati mengontrol kegugupannya dan menyembunyikan wajahnya di dada bidang Alex.
"Ternyata seperti ini aroma pria," batin Luna menghirup aroma maskulin yang berasal dari tubuh Alex.
"Sayang..." bisik Alex melepaskan pelukan.
Luna terus menunduk tanpa tau apa yang harus ia lakukan selanjutnya, namun tiba-tiba saja Alex meraih dagunya menariknya keatas, hingga Luna pun mendongak.
"Mulai besok dan seterusnya, kamu adalah pacarku, dan aku adalah pacarmu, paham," bisik Alex menekan perkataannya.
Luna yang polos tersenyum bahagia, karena akhirnya ia pun memiliki pacar. Dan malam ini keduanya habiskan dengan berciuman panas untuk meresmikan hubungan mereka.
Awalnya semuanya berjalan baik-baik saja, Luna menghabiskan harinya penuh bahagia karena Alex selalu ada untuknya, bahkan Alex sampai mendatangi rumah Luna dan memperkenalkan diri kepada kedua orang tua Luna.
Namun seiring berjalannya waktu dan hubungan mereka, sifat asli Alex pun keluar, dimana Alex selalu mencoba mengendalikan hidup Luna, bahkan Alex tak segan menyadap ponsel Luna.
Membuat Luna mulai merasa tak nyaman dan memilih untuk mengakhiri hubungan mereka, dan disitulah sisi psikopat Alex muncul.
Di malam saat Luna hendak menemui pacar kencang online nya setelah dua bulan putus dari Alex, tiba-tiba saja Alex muncul dan menghajar pria itu hingga babak belur dan masuk ICU tepat di hadapan Luna.
Luna mengalami trauma berat, sedangkan Alex masuk penjara selama delapan tahun akibat kejadian itu.
...(FLASH BACK OFF)...
(Bersambung)
...🖤🖤🖤...
Sesampainya di depan rumah, Luna dan Sofia pun turun. Tak lupa keduanya mengucapkan terima kasih, lalu berjalan menuju rumah. Namun langka keduanya terhenti saat mereka melihat depan rumah Luna terdapat banyak mobil polisi.
(Visual rumah Luna)
"Luna apa yang terjadi?" tanya Sofia.
"Tidak tau, ayo cepat." Luna meraih lengan Sofia berlari menuju rumah.
Saat tiba di depan pintu rumah, Luna dan Sofia dibuat terkejut saat melihat ayahnya Tuan Justin Brown diborgol oleh polisi keluar dari dalam rumah, diikuti Nyonya Regina Brown dari belakang yang terus menangis histeris mencoba menghentikan para polisi membawa suaminya.
"Mama!" teriak Luna menggema.
Mereka pun melirik ke arah Luna."Luna...! Ayahmu, tolong hentikan mereka!" raung Nyonya Regina menangis histeris memohon kepada Luna.
Luna segera berlari ke arah polisi yang menahan Tuan Justin diikuti Sofia.
"Pak, apa yang Papaku lakukan?" tanya Luna panik.
"Maaf Nona, ayah mu telah melakukan penggelapan uang di salah satu anak perusahaan keluarga Salvatore," jawab polisi tersebut.
Deg! Jantung Luna berdetak kencang mendengar ucapan pak polisi, ia terdiam ditempat menatap ayahnya di bawa pergi oleh polisi dan sang ibu yang terus menangis menangis histeris.
"Luna..." lirih Sofia menatap Luna, ikut merasa kasihan kepada sahabatnya itu.
"Alex... kamu keterlaluan," gumam Luna menitikkan air mata.
Luna tak menyangka Alex akan bertindak secepat ini setelah keluar dari penjara, ia pikir Alex sudah melupakan semuanya dan kembali melanjutkan hidupnya.
"Aaaaa! Tolong jangan bawa suamiku pergi!" raung Nyonya Regina menatap mobil polisi yang membawa Tuan Justin pergi.
Sofia yang merasakan kasihan segera berlari menghampiri Nyonya Regina dan memeluknya, sedangkan Luna terduduk lemas menangis pilu mengutuk dirinya yang telah membawa semua masalah ini ke dalam keluarganya sendiri.
"Maafkan aku Pa... maafkan Luna..." lirih Luna.
"Luna! Tolong Tante Regina pingsan!" teriak Sofia panik mencoba menahan tubuh Nyonya Regina.
Luna bergegas bangkit dan berlari menghampiri sang ibu, tak lupa ia menelfon ambulan datang untuk membawa sang ibu ke rumah sakit.
*
*
*
...(Di sisi lain)...
Di anak perusahaan keluarga Salvatore, di dalam ruang kerjanya Alex berdiri dekat jendela menatap ramainya jalan raya sambil memegang foto Luna di tangannya. Rahan nya mengeras saat mengingat selama ia berada di dalam penjara menghadapi sunyi dan dinginnya ruang penjara, tidak sedikit pun Luna ingin mampir menjenguknya, padahal ia sangat berharap Luna akan datang untuk menghangat hatinya dan memberinya semangat.
"Aku akan membuat hidupmu bagaikan neraka Luna," desis Alex menatap foto Luna.
Tok, tok, tok.
"Masuk," sahut Alex memasukan foto milik Luna ke dalam saku celananya, lalu berbalik menatap Asistennya yang berjalan masuk sambil memegang sebuah berkas di tangannya.
"Tuan, apa anda yaking melakukan ini?" tanya Lucas, sang asisten baru sekaligus sahabat Alex.
"Kau pikir aku sedang bermain-main, hah?!" geram Alex segera duduk di kursi kerjanya.
"Maaf." Lucas segera meletakan surat berkas yang ada di tangannya di hadapan Alex.
Alex meraih berkas tersebut, lalu membukanya."Aku berharap kamu masih perawan Luna, kalau tidak? Aku tidak akan segan menghabisi keluargamu tepat di hadapanmu, lalu menghabisimu," gumam Alex menatap berkas perjanjian partner rajang yang ia buat khusus untuk Luna.
Lucas mendengar itu jadi ngeri sendiri, padahal dulunya Alex tidak seperti ini, namun setelah apa yang menimpa nya mengubahnya menjadi pria arogan dan tempramental, obsesi Alex kepada Luna seutuhnya membuatnya buta.
"Pastikan Tuan Justin mendapatkan hukuman yang memberatkannya dengan cara apapun, pokoknya aku ingin Luna datang dan berlutut memohon kepadaku," perintah Alex.
"Baik, Tuan."
*
*
*
...(Di rumah sakit)...
Dengan sabar Luna dan Sofia menunggu di depan ruang rawat darurat, tak lama pintu ruang tersebut terbuka menampakan dokter yang menangani Nyonya Regina berjalan keluar sambil menghela nafas berat.
"Dok, bagaimana kondisi Mama?" tanya Luna menghampiri sang dokter.
"Ibumu membutuhkan transplantasi jantung sekarang, karena jantung lamanya sudah rusak parah dan tidak bisa lagi diobati," jawab dokter.
Duar!
"Ya tuhan... kenapa semuanya bisa terjadi disaat seperti ini... hiks... hiks..." Tangis Luna pun seketika pecah memenuhi rumah sakit.
"Luna... maaf, aku tidak melakukan apa-apa." Sofia ikut menangis dan memeluk Luna.
Keduanya terus menangis membuat dokter pun ikut menitikkan air mata, namun ia pun tak bisa melakukan apa-apa, ditambah lagi melakukan transplantasi jantung membutuhkan biaya yang cukup banyak bahkan sampai miliaran.
"Sofia." Luna segera bangkit mengusap air matanya dengan kasar."Aku harus menemui Alex," ucap Luna.
"Menemui Alex?" Sofia ikut bangkit menatap Luna."Jika kamu bertemu dengannya sekarang, pasti dia akan-"
"Jika dia menghabiskan aku saat itu juga, aku tidak peduli lagi, dia harus bertanggung jawab atas apa yang telah dia lakukan, tolong jaga Mamaku sebentar," potong Luna segera berlari pergi.
Sofia hanya terdiam menatap kepergian Luna hingga menghilang dari balik pintu rumah sakit, ia hanya bisa berharap Alex tidak melakukan sesuatu yang menyakiti Luna itu sudah cukup.
(Bersambung)
...(Bonus)...
(Visual Alexander Salvatore.
(Visual Luna Brown.
(Visual) Sofia, sahabat Luna.
(Visual Lucas, sahabat Alex.
...🖤🖤🖤...
...✿𝙽𝙾𝚃𝙴 𝙰𝚄𝚃𝙷𝙾𝚁✿...
..."Kisah ini bertema dark romanse, gak ada malaikat disini. Jadi teruntuk yang merasa cerita ini tidak cocok untuk dirinya, silahkan di skip dan cari bacaan lain, jangan memaksa untuk baca lalu mulai menghina dan mengutuk author, karena nanti author membalasnya, malah Author yang disalahkan. Kisah ini ditulis untuk pembaca yang paham antara dunia fiksi dan dunia nyata, okey. Terima kasih."...
*
*
*
...(Beberapa saat kemudian)...
Taksi yang di tumpangi oleh Luna tiba di depan gerbang perusahaan, Luna segera turun lalu berlari mendekati pintu dan masuk ke dalam.
"Kak, apa ada Tuan Alex disini?" tanya Luna tergesa-gesa.
"Hhhmm... Tuan sedang berada di lantai atas, ruangannya," jawab resepsionis.
"Terima kasih, Kak." Luna segera berbalik berlari menuju pintu lift dan masuk ke dalam.
Di lantai atas, Alex duduk di kursi kerjanya tersenyum saat mendapatkan panggilan dari resepsionis kalau Luna sudah berada di dalam lift sedang menuju ke lantai atas.
"Kamu datang lebih cepat dari yang kukira, Luna," gumam Alex.
Brak! Pintu ruangan terbuka dengan kasar menampakan Luna berdiri dengan nafas memburu marah menatap tajam ke dalam ruangan.
"Jika pintuku rusak, kamu akan menggantinya dua kali lipat," ucap Alex dingin membalas tatapan Luna.
"Apa salah keluarga kepadamu, Alex?!" pekik Luna melangka masuk menghampiri Alex.
"Mereka memang tidak bersalah, tapi kamu Luna," ujar Alex santai.
Brak!
Luna mengebrak meja."Sekarang kamu harus bertanggung jawab atas apa yang kamu lakukan, Alex," bentak Luna.
"Apa buktinya, kalau aku lah yang melakukan semuanya?" kata Alex bangkit dari duduknya melangka mendekati Luna dan berdiri tegak dihadapannya."Jika kamu ingin menuduh seseorang... kamu harus memiliki bukti, Luna," bisik Alex.
"Kau...! Kau, bajingan!" raung Luna mendorong dan memukul dada bidang Alex.
Dengan cepat Alex mencengkram lengan Luna dengan kuat."Simpan suaramu untuk nanti, Luna," sela Alex.
Swoss.
Luna menghempas tangan Alex, mendongak menatapnya penuh selidik."Apa, maksudmu?"
Alex tidak menjawab, ia mengalihkan pandangannya dari Luna ke arah meja, lalu mengulurkan tangannya meraih secarik kertas, kemudian menyodorkannya kepada Luna.
"Ini jawabannya," ucap Alex.
Swoss.
Luna menarik surat itu dengan kasar dari tangan Alex, lalu membacanya dengan teliti. Beberapa saat kemudian air mata Luna pun menetes membasahi surat tersebut.
"Kau ingin menjadikan aku penghangat rajang mu?" tanya Luna perlahan mendongak menatap Alex.
"Itu adalah hukumanmu Luna, karena kamu sudah berani bermain-main denganku," tekan Alex menggertakkan gigit menatap Luna.
"Apa yang aku lakukan Alex?! Aku hanya ingin bebas dari sikap posesifmu, karena aku ingin hubungan yang sehat, bukan hubungan toxic!" jerit Luna, air matanya terus mengalir deras menatap Alex.
Alex dengan cepat meraih dagu Luna, lalu mencengkeramnya dengan kuat, hingga Luna meringis sakit."Alex, sakit."
Nafas Alex memburu kasar menarik Kasar dagu Luna mendekat ke arahnya."Jika itu yang kamu inginkan, jangan pernah bermimpi untuk memiliki seorang pacar Luna, aku ini manusia, bukan barang koleksimu," desis Alex.
Swoss.
Bruk.
Alex menghempas wajah Luna menjauh, lalu berbalik berjalan pergi dan duduk di kursi kerja menatap Luna dengan tatapan dingin dan menusuk.
"Kamu pilih tanda menjadi penghangat ranjangku, atau membiarkan ibumu meninggal dan Ayah mu mendekap di dalam penjara selama sisa hidupnya?" tawar Alex.
"Kau bajingan," umpat Luna, menatap Alex.
"Terima kasih atas pujianmu, tapi aku tidak memiliki banyak waktu, karena sebentar lagi tunanganku akan datang, dan kami akan keluar pergi berbelanja," ucap Alex.
"Kau sudah memiliki tunangan, tapi kenapa kamu masih mau denganku?!" geram Luna.
"Suka-suka aku Luna, lagian perbedaan antara tunangan dan mainan sangat berbeda jauh, jadi tentukan pilihanmu sekarang," desak Alex.
"Bagaimana ini... apa aku bisa menolaknya? Tapi jika aku menolak, Mama pasti akan meninggal sedangkan Papa," batin Luna menunduk dalam-dalam menangis tersedu-sedu.
Krak. Alex bangkit dari duduknya, lalu berjalan mendekati Luna sambil mengancing kancing jasnya.
"Waktumu sudah habis, silahkan pergi," usir Alex melangka pergi menuju pintu ruangan, namun saat ia hendak membukanya...
"Tunggu," cegah Luna menangis terisak sambil melepaskan kemeja yang ia kenakan, lalu melemparnya diatas lantai."Lakukan apa yang kamu inginkan, tapi tolong selamatkan Mama dan bebaskan Papaku..." lirih Luna.
Alex tersenyum smirk, berbalik menatap Luna."Berlutut lah dan memohon lah kepadaku Luna," titanya santai namun penuh penekanan.
"Ba-baik." Luna segera melakukan apa yang Alex minta, lalu menatapnya penuh kecewa."Aku mohon Alex, selamatkan Mamaku dan bebaskan Papaku, aku mohon..." pinta Luna.
Alex segera mengunci pintu ruangan, kemudian berjalan mendekati Luna dan berdiri tegak di hadapannya.
"Buka kancing resletinghku," perintah Alex meraih kepala Luna.
Luna mengangguk pelang mendongak, lalu mengulurkan tangannya yang gemetar meraih kancing resleting celana Alex.
"Kau sangat lambat, biarkan aku melakukan untuk pertama kalinya, besok kamu harus belajar," desak Alex bergerak menarik turun resleting celananya kemudian mengeluarkan benda pusaka miliknya yang panjang dan besar.
Glup. Luna menelan luda dengan susah payah menatap benda itu.
"Buka mulutmu lebar-lebar," ucap Alex memegang benda miliknya mengarahkannya ke bibir Luna.
"Alex-"
"Luna, jangan menganggu kesenanganku, atau aku akan berhenti dan pergi," potong Alex.
"Jangan... baiklah aku akan melakukannya." Dengan pasrah Luna membuka mulutnya dengan lebar.
Alex tersenyum penuh kemenangan lalu mendorong miliknya masuk kedalam mulut Luna. Beberapa kali Luna mual namun Alex tidak berhenti hingga sepulu menit kemudian ia menyemprot larva putihnya di seluruh wajah dan rambut Luna.
Dengan nafas tersengal-sengal, Alex kembali memasukan miliknya ke dalam celana, sedangkan Luna terduduk lemas diatas lantai, tatapannya kosong menatap lurus ke arah pintu ruangan.
"Urusan kita baru dimulai. Sekarang pergi ke kamar itu, dan bersihkan diri, aku akan kembali dan melanjutkan urusan kita yang tertunda," perintah Alex, lalu berbalik pergi meninggalkan Luna.
(Bersambung)
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!