NovelToon NovelToon

Cintaku Yang Tak Berharga

01.

"kamu mau pulang jam berapa hari ini mas?" tanya Dara saat mereka tengah sarapan.

"seperti biasa." jawab Hadi singkat

"kamu nggak lupa kan mas kalau hari ini Ibu minta kita kumpul di rumahnya." lanjut Dara.

Hadi hanya diam menyimak ucapan istrinya tak berniat menjawab.

"kamu denger omongin aku nggak sih mas?" Dara gemas dengan sifat pendiam suaminya yang harus ia pancing dulu baru bicara atau jawab singkat seperti tak berminat dalam setiap pembahasan mereka.

"hmm" sesuai dugaan suaminya hanya akan menjawab singkat.

"ya pokoknya aku udah kasih tau kamu, jadi jangan telat ya." serbu Dara yang kembali hanya dapat gumaman dari suaminya.

"hati-hati ya mas dijalan. Kalau udah sampai kantor kabari aku." Dara mengantar Hadi sampai ke depan rumah.

Dara menunggu Hadi sampai mobil lelaki itu keluar dari gerbang seraya melambaikan tangan.

"yahhh.. seperti biasa kalau ngga dipaksa mana mau dia cium aku. Jangankan cium, ngomong aja kalau aku ngga mulai dulu mana mau dia ngomong." gumam Dara selepas kepergian suaminya.

Sudah 14 tahun mereka menikah tapi sikap Hadi tak berubah. Tetap dingin dan kaku padanya yang notabenenya adalah istrinya sendiri.

"udahlah aku siap-siap." Dara pergi ke kamarnya dan bersiap-siap karena hari ini ia ada janjian dengan teman-teman sosialitanya.

Dara menjalankan mobil mewahnya sendiri membelah jalan jakarta yang cukup padat. Ia berencana ke salon langganan dulu untuk perawatan. Setelah dari salon baru ia akan menemui teman-temannya di cafe langganan tempat nongkrong mereka.

Setelah perawatan ia sampai cafe tempanya janjian. Disana sudah kumpul temen-temennya.

"sorry..sorry aku terlambat, jalannya macet banget." Dara datang dengan elegan menenteng tas mahal dengan harga fantastis.

"santai aja dar, kita maklum kok. ya namanya juga jalanan ibu kota." sahut selly teman Dara sambil cipika-cipiki.

"makin cantik aja nih nyonya Prayoga." mia teman dara.

"harus dong biar suami betah dirumah."timpal Dara dengan kelar.

"iya lah apalagi kan perusahaan GM group lagi diatas angin sekarang. setelah suami kamu yang memimpin dan membuat posisi perusahaan makin sukses ditangannya."

"bisa aja kamu sel, ya wajar si kalau menilik dari keseriusan mas hadi dalam menjalankan perusahaan." Dara membenarkan ucapan temannya tentang kemampuan suaminya dalam pekerjaan, karena Dara pun berpikir demikian.

Karena Dara saksi hidup bagaimana suaminya begitu bekerja keras dan tekun dalam memajukan perusahaannya. Jadi tidak heran jika kesuksesan dan nama besar ini ia sandang.

"selamat ya dar, kamu udah berhasil mendampingi suami kamu dari nol hingga dia ada di posisinya sekarang." timpal mia.

"tapi hati-hati juga dar, semakin tinggi pohonnya semakin tinggi juga anginnya. Apalagi suami kamu masih muda, posisinya bagus. Pasti banyak tuh cewe yang coba ngerebut posisi kamu." ucap selly memperingatkan.

"iya bener tuh yang dibilang selly, jangan sampai nasib kamu kaya venny, dar yang suaminya punya selingkuhan bahkan sampai punya anak. Amit-amit deh." timpal mia.

"terima kasih nasehatnya sel, mi. Kalian tenang aja aku bakal selalu inget nasehat dari kalian. Kalian juga tau kan gimana aku selalu nempel sama mas Hadi." dara memang selalu mengetahui semua tentang Hadi dari jadwal, kemana saja hadi pergi, dengan siapa saja hadi bertemu, bahkan dara tau semua isi handphone suaminya itu.

Karena kalau sampai hadi tidak memberitahunya dan mengabarinya ia akan ada 24 mengikuti dan menempeli hadi. Makanya hadi lebih memilih memberitahu semua kegiatannya agar dara tak menganggu aktifitas nya.

"ya tapi ngga gitu juga dar, laki-laki juga butuh kebebasan dan privasi. kalau kamu terus seperti ini hadi bisa muak dan malah melakukan hal lebih gila yang bahkan kamu ngga bisa bayangkan sebelumnya." semua temannya tau bagaimana posesifnya dara terhadap suaminya hadi. Mereka khawatir kepada hubungan rumah tangga temannya itu jika sikap dara terus begini.

"kalian tenang aja, buktinya sudah 14 tahun pernikahan kami. Mas Hadi ngga pernah berbuat macam-macam kok. Lagian masalah yang seharusnya aku khawatir sudah tak perlu aku pikirkan. Karena ia sudah aman di posisinya dan tak akan bisa menganggu keberlangsungan rumah tangga ku" sepertinya dara terlalu meremehkan sesuatu, ia tak berpikir tak ada yang abadi. Kecuali cinta sejati.

"dara.. dara.. Kamu terlalu menyepelekan lawan dan menyepelekan takdir."selly menyayangkan sikap temannya yang terlalu meremehkan sesuatu.

obrolan pun terus berlanjut sampai sore hari dan ketika sore itulah mereka berpisah pulang ke rumah masing-masing.

Dara mengendarai mobilnya ke rumah mertuanya karena mereka janjian kumpul disana. Saat sampai ia langsung masuk ke dalam rumah. Dan ia pun disambut oleh ibu mertuanya diruang tamu.

"sayang apa kabar."Alina ibu mertua Dara bangun dan memeluk menantu kesayangannya.

"baik ma, mama apa kabar?" balas dara.

"mama baik. Ayo duduk dulu, kamu mau minum apa? Biar mama suruh bibi buatkan."

"air putih aja ma." sahut dara lalu beralih menuju sofa ruang tamu.

"jihan, kamu apa kabar? Lama ngga ketemu ya?" sapa dara kepada Jihan sahabatnya yang kini berstatus sebagai adik iparnya.

"aku dar, kamu sendiri apa kabar?" balas jihan dengan sopan.

"aku baik."

Jihan dan dara sudah berteman sejak Sma dan pertemanan mereka makin erat karena mereka menikah dengan adik kakak. Dara menikah dengan hadi yang adalah kakak dari suami jihan yaitu liam.

"maaf ya aku belum sempet jenguk kamu pas dirawat waktu itu."

"tapi gimana keadaan kamu sekarang udah mendingan? kata dokter kamu sakit apa han?"dara merasa tak enak karena ia baru tahu kabar belum lama ini jika sahabatnya itu sakit hingga harus di rawat di rumah sakit. Waktu itu dara ada di luar kota mengikuti suaminya yang ada acara disana.

"ngga apa-apa kok dar,aku tau kamu lagi di luar kota nemenin mas hadi acara kan waktu itu. Kata dokter aku cuma kecapean dan kurang istirahat aja kok."

"pasti kamu kecapean karena ngurus rumah dan anak-anak sendiri ya han? Kenapa si kamu ngga minta aja sama liam cari pembantu. Biar kamu bisa istirahat han."

"ngga apa-apa kok dar. Lagian aku seneng kerjain semuanya sendiri. Lagian kalau nggak ngapa-ngapain aku bosen dar." balas jihan.

"ya cari kesibukan apa ke! seperti dara misalnya nya ia merawat diri, berteman dengan teman-teman yang setara. Dia tau nilai dirinya jadi hadi sebagai suaminya ngga malu ngebawa dia ke acara-acara bergengsi." Alina ikut campur dalam pembicaraan antar menantunya ia mulai membandingkan kedua menantunya lagi.

Ini bukan kali pertama ia melakukan itu. saat liam meminta ijin menikahi jihan, Alina sudah tidak suka karena Jihan tidak setara dengan mereka.

Walaupun jihan mencoba membuktikan dirinya dengan menjadi istri dan menantu yang baik. Alina tetap tidak menyukainya dan jadi membandingkannya dengan dara menantunya yang lain yang ia lihat setara dalam kekayaan.

"kamu liat dong dara dia makin cantik dan modis, dan coba lihat diri kamu kumal, dekil. Bikin malu, kamu tuh harus sadar kalau liam itu seorang pengusaha muda yang terkenal. Banyak diluar sana perempuan siap menggodanya.

Kamu sebagai istri harusnya merawat diri jihan. Agar suami kamu itu engga berpaling. Ini malah sibuk ngurus rumah dan anak. Ya ngga salah ngurus anak, tapi urusan rumah biar pembantu aja yang urus kamu urus diri kamu." Alina tak sepenuhnya salah karena ada benarnya juga.

Ia takut jika liam menyelingkuhi jihan dan berakhir perceraian lalu bagaimana nasib cucu-cucunya nanti yang mengetahui orang tuanya bercerai.

Maka dari itu ia keras menasehati jihan agar lebih memperhatikan penampilannya.

"ma.. Udah ya ma, ngga enak anak-anak denger." potong dara menengahi omelan mertuanya.

"davin bawa adik-adiknya main di atas."perintah dara pada anaknya.

setelah davin membawa anak-anak jihan pergi main di ruangan yang lain. Alina yang kesal pun ikut pergi meninggalkan ruang tamu. Meninggalkan dara dan jihan disana.

"han omelan mama jangan diambil hati ya." dara mendekati jihan coba menenangkan sahabatnya sekaligus adik iparnya itu.

"mama itu ngomel buat kebaikan kamu juga han, mama cuma ngga mau rumah tangga kamu dan liam ada masalah tapi cara menyampaikannya aja yang agak keras."

"aku ngerti kok dar, mama emang ngga suka sama aku dari awal nikah dan jadilah dia membanding-bandingkan aku sama kamu karena kamu anak pengusaha sukses."

"han, ngga gitu kok kamu salah paham aja." dara tak dapat membantah ucapan jihan, karena apa yang diucapkan jihan memang benar.

"aku salah paham apa dar, emang gitu kebenarannya kok." suara jihan mulai meninggi karena ia muak terus dibanding-bandingkan dengan dara.

"kok kamu jadi marah sama aku sih dar." dara mulai terpancing, karena niatnya baik ingin menenangkan sahabatnya itu tapi kenapa ia yang malah kena semprot.

"ada apa ini? Kenapa kalian berantem?"

.

.

.

.

.

Tbc

02.

"Kenapa jihan? Kenapa kau berdebat dengan kakak ipar?" tanggal liam yang pada istrinya.

"kenapa kalian jadi dia? apa tidak ada yang mau menjelaskan, apa yang terjadi pada kalian?" cecar liam pada kedua wanita di depannya yang masih diam tak ingat menjawab pertanyaannya.

"sudahlah liam mungkin ini masalah perempuan, jadi kita tahu saya dicampur." ucap Hadi mencoba membuat liam diam.

Liam tak membantah ucapan kakaknya, dia langsung pergi ke lantai atas menuju kamar ibunya. untuk mengucapkan salam.

Hadi pun mengikuti adiknya menuju kamar ibunya meninggalkan kedua wanita itu saling membisu.

merasa sudah tak ada yang harus ia bicarakan dara memilih pergi menemui anak-anak.

sementara Jihan pergi ke dapur untuk membantu para pekerja menyiapkan makan malam untuk mereka.

makan malam berjalan cepat mereka saling melemparkan candaan antara satu sama lain. semuanya tertawa dan bahagia kecuali jihan.

semua tanda yang memperhatikannya kecuali hadi.

Hadi melihat gelagat adik iparnya yang jadi lebih pendiam dari biasanya.

setelah makan malam mereka membubarkan diri. ada yang kembali ke kamar, ada yang berkumpul di ruang tv dan ada yang bersantai di halaman rumah.

jam 9 malam semuanya sudah kembali ke kamar masing-masing. Beberapa lampu ruangan dirumah itu pun sudah dimatikan.

Hadi yang akan ke kamarnya dari ruang kerja tak sengaja melihat pintu ke arah taman masih terbuka.

"apa si mbok lupa tutup pintu taman ya."gumam hadi lalu mendekat untuk menutup pintu.

Saat akan menutup pintu ia tak sengaja melihat seseorang tengah duduk dibangku taman sendirian.

"han." panggilan itu membuyarkan lamunan jihan.

"mas hadi, ngapain disini? Belum tidur?" tanya jihan .

"kamu sendiri ngapain sendirian duduk disini?" ujar hadi seraya mengambil duduk disamping jihan.

"aku belum bisa tidur mas."sejenak hadi melihat wajah jihan dari samping untuk melihat ekspresi wanita itu.

"liam kenapa lagi?" tanya basa-basi hadi langsung menanyakan tentang adiknya itu.

"engga kok mas, mas liam baik-baik aja."sangkalan dari jihan tak membuat hadi serta merta percaya begitu saja.

walaupun begitu hadi tak bisa ikut campur terlalu jauh dalam masalah rumah tangga adiknya.

"lalu apa yang kamu pikirkan han?"

"aku hanya berpikir apakan aku masih bisa punya kehidupan walaupun aku sudah menikah, mas?"hadi hanya diam menunggu ucapan jihan selanjutnya.

"maksudku dulu sebelum aku menikah dengan mas liam aku bekerja, ya walaupun posisiku tak tinggi tapi aku merasa senang. Dan saat menikah dengan mas liam aku kira tugasku hanya di rumah mengurus rumah, suami dan anak-anak." jihan kepikiran dengan ucapan ibu mertuanya. Bukan sekali Alina membandingkan dan menyuruh jihan berubah dan merawat diri dan memiliki pergaulan.

Tapi entah kenapa kali ini ucapan ibu mertuanya itu terus terngiang-ngiang dibenaknya. Apa memang ia harus berubah seperti dara.

Hadi tau betul sekarang jihan tengah insecure karena dibandingkan dengan istrinya dara. Dan ia tau pasti ibunya lah yang berkata seperti itu. Hadi sangat menyayangkan sikap ibunya itu.

"lakukan saja apa yang membuat kamu nyaman han, kalau kamu mau bekerja lagi aku bisa bantu. Tapi jika kamu nyaman jadi ibu rumah tangga ya lakukan saja apa yang membuat kamu nyaman, han. Memang bagus jika kita berubah dan keluar dari kebiasaan untuk mencoba hal baru.

Tapi jangan sampai kau melupakan jati dirimu dan kodratmu yang kini telah menjadi istri dan ibu." nasihat dari hadi membuat ia merasa lebih tenang dan mempunyai wawasan untuk bertindak untuk kedepannya.

"terima kasih mas, setelah mendengar nasihat dari mas. Aku jadi tau apa yang aku mau. Dan aku jadi lebih percaya diri untuk memperjuangkan keinginanku." memang curhat ke kakak iparnya ini selalu memberi ketenangan dan solusi. Beruntung sekali dara memiliki suami seperti mas hadi yang begitu tenang dalam menghadapi masalah dan juga teman curhat dan pendengar yang baik.

Jihan tidak tau saja seperti apa hadi jika dengan dara istrinya. Ia hanya akan menjadi pendengar saat dara ada masalah tanpa mau pusing mencari jalan kelua, irit bicara dan terkesan malas dan enggan saat membahas sesuatu dengan dara.

Karena menurut hadi berbicara dengan dara percuma karena dara sudah punya pendapatnya sendiri dan tak mau mendengarkan apalagi memakai saran dan nasihat dari hadi.

Jadi hadi malas jika harus terlibat dalam pembicaraan dengan istrinya, hanya membuang waktu menurutnya.

"syukurlah jika begitu han. dan jangan sungkan meminta bantuan jika sedang membutuhkan." lanjut hadi.

setelah itu mereka kembali ke dalam dan masuk ke kamar masing-masing karena malam semakin larut.

Tanpa mereka ketahui bahwa dara melihat dan mendengar pembicaraan mereka tadi berdua di taman belakang.

Flashback

Dara terbangun karena merasakan bahwa suaminya tidak ada di sampingnya.

"lho mas hadi belum balik dari ruang kerja? Udah jam berapa ini."gumam dara sambil mengecek jam di meja nakas. Jam sudah menunjukan jam 10 malam tapi suaminya belum juga kembali ke kamar mereka.

"duh lupa isi air lagi."dara turun ke dapur untuk mengambil air. setelah selesai dnegan urusannya dan berniat naik ke kamar. Ia tak sengaja melihat pintu taman terbuka lebar.

"gimana sih si mbak bisa-bisanya lupa nutup pintu belakang. Kalau ada maling gimana coba." gumam dara sambil berjalan mendekati pintu belakang untuk menutupnya.

Saat tiba di depan pintu ia melihat suaminya dan jihan tengah duduk di bangku taman. Ngobrol panjang lebar. Hal yang tak pernah suaminya lakukan padanya.

Dara mendengar semua pembicaraan mereka dari support yang suaminya berikan kepada jihan. Kata-kata penguat dan siap membantu jihan.

Semua yang tak pernah suaminya katakan padanya. Dan itulah yang selama ini dara harapkan dari hadi suaminya tapi tak kunjung terwujud.

berat bagi dara mendengar semua itu. Dara kembali ke kamarnya dan menuju kasur dan tidur miring membelakangi pintu. Ia tidak tidur, lebih tepatnya tidak bisa tidur.

Ia mendengar saat suaminya datang dan tidur disampingnya. Tapi dara tak memperdulikannya. Dara larut dalam pemikirannya dan bayang-bayang kata-kata yang suaminya ucapkan kepada jihan. Membuat ia iri dan cemburu.

Keesokan paginya mereka semua kumpul di ruang makan. Tak seperti biasanya dara banyak diam. Ia akan menjawab singkat saat ditanya dan tak ikut dalam obrolan seperti biasanya, hanya diam.

"kalian udah pada mau pulang aja. Padahal oma masih kangen lho main bareng kalian." ucap Alina saat mengantar anak, menantu dan cucunya ke depan rumah karena waktunya mereka pulang.

"iya oma soalnya besok kan ulangan." jawab lily anak dari liam dan jihan.

"iya ma, nanti setelah ulangan kan libur panjang nanti kita nginep lagi deh buat temenin oma." ucap davin yang mencoba menghibur omanya agar tak sedih ditinggal pulang anak dan cucunya.

"bener ya. Oma tunggu lho, awas aja kalau sampai engga nginep. Oma datangi rumah kalian satu-satu lalu oma jemput biar nginep di rumah oma." balas Alina mencoba ceria.

"iya oma kita janji." ucap si kecil rio putra bungsunya liam dan jihan.

Semuanya berpamitan dan salim kepada Alina satu persatu. Dan mobil mereka pergi meninggalkan pelataran halaman mansion Alina.

"jadi sepi lagi deh ini rumah."

"iya bu, kalau ada non dan aden rumah jadi rame." timpal bi sum

"ya gimana bi mereka kan sekolah." Alina masuk dengan lesu karena kembali merasakan kesepian tinggal di mansion nya sendiri hanya di temani para pekerja.

Diperjalanan pulang mobil keluarga hadi terasa hening karena dari mereka tidak ada yang bersuara.

Biasanya dara yang paling bawel menanyakan ini dan itu kepada suaminya. Tapi kali ini dara justru tertular sifat pendiam dari suami dan anaknya.

Hal itu terjadi sampai mereka sampai ke rumah. Saat mobil selesai diparkir pun dara turun duluan dan langsung masuk ke kamarnya tanpa mengatakan satu patah katapun.

Davin dan hadi yang melihat ibu dan istrinya seperti itu tidak ambil pusing, mereka menutup tempat masing-masing tanpa bersuara.

Memang seperti itulah keluarga mereka sunyi tanpa kehangatan, perhatian, Senda gurau layaknya keluarga lain.

.

.

.

.

.

Tbc

03.

waktu telah berlalu, kini seminggu sudah setelah acara menginap di rumah mertuanya.

Dara sudah kembali seperti semua cerewet dan rempong sendiri. begitulah ia tak bisa marah lama-lama.

Kini diruang makan kembali ramai dengan suara dara yang sibuk menanyakan segala hal pada suaminya.

sementara hadi hanya fokus dengan makanannya, sesekali menjawab pertanyaan dara dengan hanya gumaman singkat.

"hari aku ikut kamu ke kantor ya mas?"ujar dara

"udah seminggu ini aku absen ngga ikut nemenin kamu ke kantor kan." selain mengganggunya di rumah dara juga sering kali ikut dengannya ke kantor.

Di kantor suaminya dara akan bergosip dengan beberapa karyawan hadi saat suaminya sedang kerja. Hadi merasa terganggu dengan kebiasaan istrinya itu saat di kantornya karena mengganggu karyawan yang sedang bekerja.

Walaupun sudah beberapa kali komplain terhadap sikap istrinya itu, tapi dara tak mengindahkan keinginan suaminya itu.

"jangan hari ini karena kantor sedang sibuk menangani tander besar." hadi tak bohong memeang mereka tengah sibuk mengerjakan tander yang bernilai fantastis.

"lho nggak apa-apa aku kan nggak gangguin kamu kerja."

"lagian aku bosan di rumah terus,mau main ke kantor kamu." ujar dara tanpa beban. Ia tak memperhatikan wajah suaminya yang kesal karena dara tak bisa dibilangin.

"kamu main aja lah sama temen-temen kamu itu."tegas hadi.

"kemarin aku kan baru shopping bareng mereka. Jadi hari ini aku free dan bosen di rumah makannya aku mau ikut kamu aja." dara benar-benar kekeh ingin ikut.

"jangan! Sampai dua minggu ke depan kantor sibuk." ultimatum hadi dengan nada suara mulai meninggi dan tak mau di bantah.

"kenapa kamu ngga bolehin aku ikut ke kantor sampai segitunya? Kamu selingkuh ya dan selingkuhan kamu sering dateng ke kantor makannya ku ngga bolehin aku ikut ke kantor sampai segitunya." ini yang paling hadi tidak sukai dari istrinya yang selalu menuduhnya selingkuh tanpa sebab membuatnya muak selalu dicurigai.

Hadi tak menyahuti tudingan istrinya terhadapnya. karena walaupun ia membantah dara tidak akan mempercayainya. yang memilih pergi tak ingin memperpanjang perdebatan dengan istrinya itu.

merasa diabaikan dara marah-marah memakai suami dan tak lama meninggalkan ruang makan begitu saja.

sarapan pagi yang dihiasi dengan perdebatan dan berujung adu mulut sudah biasa terjadi di keluarga.

Ego pasangan suami istri yang tak mau mengalah satu sama lain yang menyebabkan terus terjadinya perselisihan yang berakhir pertengkaran. mereka tak sadar jika hal tersebut menyakiti perasaan dan membuat menghancurkan mental anak mereka sendiri.

davin yang berada di ruang makan sedari awal melihat semua pertengkaran orang tuanya hanya diam menikmati makannya tanpa bersuara. Walaupun terlihat tenang remaja berusia 13 tahun itu merasa begitu tertekan dan ingin segera keluar dari situasi itu.

"assalamualaikum.

"waalaikumsalam, davin kamu ke sini dengan siapa nak?" tanya Jihan saat mendapati davin masuk ke dalam rumahnya.

Selepas memberi salam dan bertatap muka dengan tantenya ia langsung saja masuk ke kamar tamu.

Melihat hal tersebut jihan memberikan waktu untuk davin. Nanti jika davin sudah merasa tenang barulah ia akan menemuinya.

"mama ada kak apin ya?" tanya si kecil rio pada ibunya karena melihat davin masuk ke kamar tamu.

"iya, kita buatkan cookies untuk kak davin yuk. Kak davin pasti suka. Gimana?" ajak jihan pada putra bungsunya itu. Karena jika tak dialihkan rio akan menghampiri dan mengajak main davin. sedangkan jihan tau saat ini anak remaja itu butuh waktu untuk menenangkan diri.

"mau ma, io mau buat cokis bentuk pesawat untuk ka apin." dengan semangat rio menjawab ajakan ibunya.

"kalau gitu kita ke dapur yuk."ajak rio

Sedangkan di dalam kamar tamu davin diam duduk dilantai tak menangis tak bersuara. Ia diam menatap lurus dengan tatapan hampa. Sebesar itu pertengkaran orang tuanya menguncang mental remaja itu.

Ia tak ke sekolah dan memilih ke rumah tante dan om nya untuk menenangkan diri. Karena di rumah ini lah ia dapat ketenangan dan kehangatan. Karena ada jihan yang begitu lembut dan penyayang, yang membuat ia nyaman berdeda dengan ibu nya yang tak pernah perduli padanya dan hanya mementingkan dirinya sendiri.

"aku benci mama, aku sangat membenci mama. Kenapa mama yang selalu memulai pertikaian dan mama juga yang membuat papa selalu marah. Semua kesalahan ada pada mama. Aku benci karena harus punya mama sepertinya. Aku harap mama m*ti." gumam davin, ia menyalahkan semua hal yang terjadi dikeluarganya kerena mama nya sendiri.

***

liam memarkirkan mobilnya di garasi mobilnya lalu masuk ke dalam rumah. Saat masuk ke dalam rumah ia disambut si kecil rio yang berteriak memanggilnya sambil meminta di gendong.

"papa pulang." ucap liam saat baru sampai depan pintu.

"ka ada papa... Papa gendong io pa." teriak rio takut papanya menggendong kakaknya lebih dulu. makannya ia berteriak meminta papanya dengan tidak sabaran.

"iya..iya" liam hanya tersenyum melihat tingkah anaknya yang berebut meminta perhatian.

Tak lama jihan datang bersama lily dan aura. Melihat adik bungsu mereka sudah berada di gendongan papanya membuat lily dan aura saling tatap. Kakak beradik itu memikirkan ide jahil untuk menjahili adik bungsunya yang cengeng itu.

"kaka... Aku digendong papa dong." bangga rio yang tengah digendong papanya.

tapi harapan membuat iri kakaknya tak berjalan sesuai rencana. Lily dan aura menghampiri papanya lalu mencium tangan papanya lalu kembali ke samping mama nya dengan tenang tak menghiraukan rio.

Melihat kakaknya yang seperti itu rio merasa tak senang, ia mencoba memprovokasi kakaknya lagi.

"aku digendong papa, enak lho digendong sama papa."ucap rio sambil melihat kearah kakaknya melihat ekspresinya.

Tak sesuai harapan lily dan aura hanya diam tak perduli. Malah mereka asik ngobrol berdua mengabaikan rio.

melihat tingkah anak- anaknya merebutkan perhatian dari papanya membuat jihan tersenyum geli.

"udah pulang mas, selamat datang." sapa jihan pada suaminya, ia mengambil tas dan jas yang ditenteng liam selepas ia bersalaman.

"iya." jawab liam sambil menyerahkan tas nya pada sang istri.

mereka semua ke ruang keluarga dan duduk disana.

"mas, mau mandi kapan. Aku siapkan airnya nanti." tanya jihan pada suaminya yang sedang duduk memangku rio.

"sebentar lagi han." mendengar sahutan suaminya jihan mengangguk dan berlalu untuk menyimpan tas suaminya dan mengambilkan liam minum.

Sedangkan liam sangat merasa terhibur melihat tingkah anak-anaknya.

"emm.. namannya duduk dipangku papa." rio tak henti-hentinya membuat kakak-kakaknya iri padanya.

"ra, kakak punya gambar bagus lho dari sekolah." ujar lily pada aura.

"gambar apa ka?" jawab aura antusias

"gambar robot yang warnanya kuning itu lho, ra."ujar lily sambil melirik ekspresi rio yang mulai tertarik dengan pembahasan nya dan aura.

"owh .. Yang bisa berubah dari mobil jadi robot ya ka?" aura sangat menikmati mengusili adik bungsunya

"ia mau liat ngga? Ayo ke kamar kita lihat dan warnai bersama."ajak lily pada aura.

rio yang sudah mendengarkan pembicaraan kakaknya sejak menyebut robot kesukaannya. Menjadi gelisah ingin diajak kakak nya melihat gambar robot itu.

Dan saat lily mengajak aura melihat dan mewarnai bersama membuat rio tak tinggal diam dan ingin ikut kakaknya itu.

"aku juga mau ikut."rio turun dari pangkuan papanya.

"lho ngapain ikut, itu lho papa. Katanya enak digendong sama dipangku papa. Udah sana sama papa saja nanti papanya sedih lho kalau rio tinggal." ujar lily membuat rio menjadi kelabakan karena sepertinya kakaknya ngga mau mengajaknya.

"nda papa rio mau liat lobot dulu." ujarnya sudah sangat ingin melihat gambar robot kesukaanya itu.

"lho papa nya gimana?" kini aura yang bersuara.

rio menatap papanya dengan tatapan memelas. "papa io liat lobot ya." ujar rio dengan penuh harap membuat liam tersenyum melihat tingkah kakak beradik itu. Karena ia tau lily dan aura hendak mengerjai adiknya itu.

Liam hanya mengangguk. Melihat anggukan papanya rio langsung meminta pada kakaknya mengajaknya bersama.

"ayo ka."

"ayo, gambarnya ada dikamar ka lily." mereka naik ke atas dan tak lama aura yang pertama turun lalu kemudian lily dan mereka berdua duduk disamping kanan dan kiri papanya. Melihat rio yang tak lama kemudia turun dengan menangis.

Jihan juga sudah ada di ruang keluarga setelah meberikan segelas air pada suaminya.

"kakak bohong ini bukan gambar lobot, ini mah ondel-ondel." tangis rio pecah karena keusilan kedua kakaknya.

"weee... Biarin yang penting kita sekarang dipeluk papa." ejek lily pada adiknya.

Semua tertawa melihat tingkah bocah menggemaskan itu. rio turun dari tangga dan berdiri berkacak pinggang menghadap kedua kakaknya.

"awas ngga! Itu tempat io tadi." dengan muka yang dibuat marah tapi terlihat menggemaskan.

"ngga mau, lagian siapa suruh lepasin papa." sahut aura

"ia kakak bohongin io, katanya mau kasih liat lobot taunya ondel-ondel."marah rio.

"siapa suruh gampang dibohongin." ejek si sulung lily.

"awas nda. Kalau ngga awas io aduin ke kak apin nih ya."ancam Rio.

"ngga takut, orang kak davin lagi bobok."tantang aura.

Melihat kakaknya tak takut mendengar ancamannya rio langsung lari menuju kamar tamu guna memanggil davin.

Melihat anaknya kamar tamu membuat liam menatap istrinya."davin datang kesini?" tanya liam pada istrinya.

"iya sejak pagi tadi." mendengar jawaban istrinya membuat liam diam dan memikirkan rumah tangga kakaknya yang tak pernah akur.

.

.

.

.

.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!