NovelToon NovelToon

Perjodohan Yang Tak Ku Inginkan

Bab 1

ʜᴀᴘᴘʏ ʀᴇᴀᴅɪɴɢ....

Kini terlihatlah gadis cantik yang sedang menanam tumbuhan di sawah. Walaupun dia setiap hari di sawah, wajahnya tetap terlihat putih dan glowing. Dia bernama Fania Rewtia. Dia berusia 20 tahun.

Dalam kesehariannya, dia hanya bekerja di sawah menanam tumbuhan. Penghasilanya pun hanya sedikit. Kebutuhan dia sehari-sehari membutuhkan uang 6juta. Sedangkan gajinya hanya 500 ribu.

Dia harus membiayai adek-adeknya bahkan orang tuanya. Beban yang dipikul oleh Fania sangatlah berat. Namun dia tak pernah mengeluh.

"Hmm! Aku harus bekerja lebih giat lagi, agar uang yang aku dapatkan lebih banyak. Aku harus membiayai adekku yang masih bersekolah" ucap Fania.

Tiba-tiba saja datanglah sosok laki-laki berpakaian rapi dan wangi. Ya, dia adalah Raja Baskara Abimanyu. Dia keturunan dari konglomerat di desa sana. Laki-laki itu sangat obsesi terhadap Fania.

Akhir-akhir ini orang tua Fania menyuruhnya untuk menikah bersama dia karenanya. Baskara yang meminta orang tua Fania agar Fania mau menerimanya.

Fania sudah sering kali menolaknya, tetapi Baskara tak menyerah. Dia tetap mengejar Fania sampai dapat.

"Ngapain sih kamu capek-capek kerja? Tinggal nikah aja sama aku. Jadi kamu ga usah susah payah kerja begini" ucap Baskara.

"Hey! Diam kamu! Jika aku tidak bekerja siapa yang akan membiayai sekolah adekku? Dan siapa yang akan membiayai orang tuaku?"

"Kan sudah aku bilang! Nikah saja bersamaku, aku jamin hidupmu akan enak. Tidak akan kerja beginian. iwww jijik liatnya"

Fania mengerutkan dahinya ketika Baskara mengatakan 'jijik?', "nih nih, makan nih tanah."

Fania mengusapkan tanah ke baju Baskara. Dan itu sangat membuat Baskara semakin jijik.

"Tolong hentikan! Jangan kotori pakaianku, Sayang! Pakaian ini sangat mahal" perintahnya.

"Semahal apasih? Aku juga bisa beli"

Baskara hanya terdiam tak menjawab. Dia tidak akan melawan perkataan Fania lagi. Karena nantinya Fania akan semakin tak mau bersamanya.

Kini Baskara hanya duduk disana melihat Fania yang sedang menanam pohon cabai.

"Sini aku bantu, Sahang!" Baskara mendekat kearah Fania.

Fania mendorong tubuh Baskara sampai terjatuh kelumpur, "Gak usah! Katanya kamu jijik. Mending kamu pergi aja dari sini daripada ganggu"

Kini pakaian Baskara semakin kotor. Dan ini sangatlah kotor. Baskara ingin marah kepada Fania tapi tak bisa. Ya, karena dia sudah kecintaan dengan Fania.

"Tolong ijinkan aku membantumu. Kali ini aku sudah tidak jijik melihat ini"

Fania hanya melihat Baskara yang benar-benar membantunya. Fania fikir ucapan Baskara itu tidak benar. Ternyata Baskara memang ingin membantunya.

Sekarang cuaca di sawah semakin panas membuat Baskara semakin tak tahan disana.

"Aku akan kembali berteduh. Kamu tidak apa-apa jika aku tibggal?" tanya Baskara.

"Katanya kamu ingin membantuku, kenapa mau berteduh sekafang?"

Bastian tak menjawab pertanyaan Fania. Karena dia jika semakin lama kepanasan pasti dia akan jatuh pingsan.

Tiba-tiba saja..

BRUKK! !

Baskara tiba-tiba saja terjatuh pingsan. Fania sangat panik, dia tak tahu harus berbuat apa. Pada akhirnya dia berteriak meminta tolong.

Tak lama kemudian, ada seorang pria muda yang menolongnya. Pria itu menggendong tubuh Baskara kerumahnya.

"Kenapa kamu bisa gini sih? Apa ini karena aku tadi? Tolong maafkan aku" ucap Fania meneteskan air matanya.

Kini orang tua Baskara yang tadinya masih tertidur sudah terbangun. Mereka melihat Baskara yang tengah pingsan di sofa.

"Apa yang terjadi, Fania? Kenapa Baskara bisa pingsan seperti ini?" tanya mama Baskara.

Walaupun sudah tua wajah Ibu Baskara masih saja kelihatan muda. Kini beliau berusia 55 tahun. Beliau bernama Yunanda Vill. Yunanda sangat menyayangi Fania. Seperti Baskara yang menyayangi Fania.

"Maaf, Tante. Ini semua salah aku, maafin aku, Tante"

Yunanda melihat Fania yang menundukkan kepalanya. Yunanda tak percaya jika ini perbuatan Fania karena Fania itu gadis yang baik.

"Coba ceritakan ke Tante apa yang sudah terjadi" perintahnya.

"Jadi begini. Tadi Baskara ikut membantuku menanam pohon cabai di sawah. Dan dia kepanasan, karena itu dia jadi pingsan" jelas Fania.

"Hahaha! Biarkan saja!"

Fania sangat heran kenapa Yunanda malah tertawa saat mendengar ceritanya, "Tante kenapa malah teryawa?"

"Jadi kamu tidak tahu? Dari dulu emang Baskara begitu. Kalau dia terkena panas lumayan lama pasti pingsan" Yunanda kini masih saja tertawa.

"Haha! Begitu ya, Tan?"

Fania tak habis fikir, ternyata pria seperti Baskara ternyata sangatlah lemah, 'dasar lemah!' batin Fania.

Bab 2

Kini Baskara sudah sadarkan diri. Dia melihat Fania yang masih saja di sampingnya. Baskara mencium bau tak sedap. Ternyata bau itu dari pakaiannya yang kotor tadi. Ia lupa bahwa pakaiannya sangat kotor karena jatuh tadi.

Fania yang tadinya melamun kini melihat Baskara yang sudah sadarkan diri. Dia tersenyum melihat Baskara, begitupun Baskara.

"Udah sadar kamu?" ucap Fania.

Fania mengangkat satu alisnya, "cowo kok lemah!"

Baskara mencoba mencerna perkataan Fania baru saja. Dia berfikir apa benar baru saja Fania mengatakannya 'lemah'.

"Siapa yang lemah? Aku lemah? Ckk! Gak akan!" jawab Baskara.

"Udah deh ngaku aja, kamu kalo kena panas langsung pingsan. Haha! Lemah!" Fania mengacungkan jari tengahnya kepada Baskara.

Baskara hanya terdiamu. Lagi-lagi Fania meledeknya pria lemah, "huuu.. Lemah!"

Baskara menutup mulut Fania dengan tangganya. "Diam, Fanira! Jika tidak diam kamu akan menjadi istriku"

Yang tadinya Fania terus mengenakan Baskara sekarang sudah terdiam. Fania benar-benar tidak ingin menikah dengan Baskara.

Fania kini pergi dari rumah Baskara. Dan akan kembali ke sawah lagi untuk meneruskan menanam pohon cabai. Disana ada orang tua Baskara yang sedang duduk, Fania tak lupa untuk berpamitan dengan mereka.

"Tante! Om! Fan ia ijin pamit ya, mau lanjutin ke sawah lagi." Mereka hanya membalas dengan senyuman.

Kini Fania sudah berada di sawah kembali. Cuaca kali ini sangatlah panas tidak seperti biasa. Biasanya tidak terlalu panas seperti ini. Fania sebenarnya sudah tidak tahan dengan panasnya cuaca hari ini.

Tapi dia harus segera melesaikan menanam pohon cabai itu agar dia mendapatkan gaji. Jika tidak selesai sudah pasti gajinya akan dipotong menjadi 250 ribu.

Fania anak yang kuat. Dia tak pernah menyerah untuk mendapatkan uang, bagaimanapun caranya. Fania anak yang baik, yang selalu berbakti kepada kedua orang tuanya, dan dia sangatlah baik menjaga adik-adiknya.

Sejak usia 15 tahun Fania sudah bekerja sendiri. Fania yang selalu menjadi tulang punggung keluarganya. Walaupun semua orang memandangnya hanya sebelah mata saja, dia tetap tidak menyerah.

Dia terus bekerja, bekerja, dan bekerja. Fania berfikir, jika ia rajin bekerja dan mengumpulkan uang sudah pasti dia akan menjadi kaya nantinya.

Fania gadis yang sederhana. Dia hidup di rumah yang sederhana namun penuh dengan kebahagiaan. Itulah satu-satunya hal paling bahagia dihidupnya.

Fania tak memiliki barang-barang seperti teman-teman lainnya. Yang memiliki handphone, jam tangan, baju bagus, tas mewah, mobil, dan lain-lainnya.

Fania tak memiliki seperti itu sama sekali. Teman-teman Fania itu adalah anak-anak orang mampu, sedangkan dia gak mampu. Fania tidak iri terhadap mereka, Fania hanya ingin hidup sederhana saja.

Kini Fania semakin kepanasan, dia sudah tidak tahan. Tiba-tiba saja ada seseorang yang memayungi nya dari belakang. Dan ternyata itu adalah...

"Basakara! Ngapain kamu disini? Nanti pingsan lagi malah ngerepotin kamu!" ucap Fania.

"Aku tidak akan pingsan lagi, karena aku membawa payung ini" Baskara menunjuk payung yang ia pakai.

Fania hanya terdiam, dia kini melanjutkan menanam pohon cabainya kembali. Kini hari sudah semakin sore. Baskara yang masih menemaninya itu melihat jam di ponselnya. Jam sudah menunjukkan pukul 17:00 WIB.

"Fania! Kamu tidak pulang? Ini sudah sore, apa kamu tidak capek?" tanya Baskara.

"Capek? Apa itu capek? Aku tidak mengenal namanya capek!" jawab Fania.

"Jangan begitu, Fania! Ini sudah sore kamu harus pulang! Nanti kalau kamu sakit bagaimana? Menanamnya masih bisa dilanjutkan besok lagi!"

"Besok? Jika aku menyesaikan nya besok, nantinya aku akan mendapatkan gaji hanya 250 ribu. Dan itu masih sangat kurang untuk membayar sekolah adik-adikku, dan kebutuhan sehari-hari." jelas Fania.

Baskara yang mendengar itu hanya terdiam. Dia benar-benar tidak menyangka jika Fania sekuat itu. Baskara tak salah pilih pasangan yang kuat seperti Fania.

Fania terus melanjutkan menanam cabainya hingga jam 20:00 WIB. Dan ya, disana dia masih saja senantiasa ditemani oleh Baskara.

"Sudah, Fanira! Lebih baik kamu pulang, ini sudah malam. Nanti biar aku kasih kamu uang, yang lebih besar dari gajimu"

Fania tak menjawab. Dia tetap menlanjutkan menanam cabainya. Karena sebentar lagi akan selesai. Kini jam sudah menunjukkan pukul 20.25 WIB. Fania sudah selesai, kini dia akan ketempat orang yang akan menggaji nya.

Fania berjalan di kegelapan bersama Baskara. Jalannya lumayan susah karena ada banyak rerumputan yang menutupi jalan. Baskara menyalakan lampu di ponselnya.

Ditengah perjalanan, Fania tidak terlalu memperhatikan jalan karena lelah dan pada akhirnya kaki dia tersangkut pada rerumputan dan hampir terjatuh.

Untunglah ada Baskara yang sigap menolongnya. "Kamu tidak apa-apa, Fania?" tanya Baskara.

Fania hanya menganggukkan kepalanya. Fania dan Baskara terus berjalan dan pada akhirnya sampai di rumah yang lumayan mewah itu.

Fania tidak lupa memberi salam terlebih dahulu.

"Assalamualaikum! Permisi! Ada orang?"

Keluarlah seorang pria dari rumah itu. Kini pria itu tak memakai pakaian, pria itu hanya mengenakan celana pendek saja.

"Waalaikumsalam! Fania? Sudah selesai kamu?" tanya pria itu.

Ya, pria itu adalah Dion Ferguson. Dion itu juga salah satu pria yang menyukai Fania selain Baskara.

"Ya sudah selesai. Gajiku mana?" Fania menodongkan tangannya.

Dion mengambil uang disaku celananya dan memberikan uang itu kepada Fania.

"Ini!"

Dion mencari kesempatan dalam kesempitan, dia kini mengelus kepala Fania dengan lembut. Baskara yang melihat itupun cemburu.

Dia menghempaskan tangan Dion agar tidak menyentuh kepala Fania.

"Jangan sentuh milikku!"

Bab 3

Dion menatap wajah Baskara yang penuh dengan emosi. Dion memiringkan bibirnya pertanda ia sudah bisa menyentuh kepala Fania sedangkan Baskara belum.

"Kenapa? Iri ya? Haha! Seorang konglomerat yang mencintai Fania belum pernah menyentuh kepala Fania?" ucap Dion.

"Lebih baik kamu diam! Jika tidak ingin berurusan panjang denganku!"

"Gua tidak takut! Gua bakal dapetin Fania terlebih dulu" ucap Dion.

Baskara menarik tangan Fania agar pergi dari rumah Dion itu. Fania pun hanya menurut kepada Baskara, karena dia juga harus pulang.

Sesampainya dirumah Fania, disana sudah ada kedua orang tua Fania yang sudah menunggu. Adek Fania tak ada disana, karena sudah tidur sejak tadi.

Fania tak lupa menyalimi tangan kedua orang tuanya begitupun dengan Baskara, ia ikut menyalimi tangan orang tua Fania.

"Kenapa pulang malam, Nak?" tanya mama Fania yaitu Indah.

Fania hanya tersenyum dan masuk kedalam rumah karena kecapean. Indah juga memaklumi nya jika pertanyaannya tadi tak dijawab.

Kini Fania dan Baskara sudah dibuatkan minuman oleh Indah. Dan kini Fania meminumnya. Fania mengeluarkan uang disakunya dan memberikannya kepada Ibunya.

"Ini ya, Ma. Maaf cuman bisa ngasih segitu setiap harinya." ucap Fania dengan nada lemas.

"Tidak apa-apa, Sayang! Dapat uang segini juga udah alhamdulillah banget" seru Indah.

"Iya, Nak! Benar kata mama mu. Berapapun pendapatan kamu setiap harinya kita harus bersyukur. Karena yang bekerja kamu, kita tidak bisa bekerja karena sudah tua" jelas papa Fania yaitu Yoyo.

Fania hanya tersenyum dan sesekali meminum minuman yang dibuatkan oleh Ibunya. Baskara melihat wajah Fania yang terlihat sangat kecapekan. Baskara tak tega melihat Fania yang terus menerus harus merasakan bagaimana rasanya capek.

"Fania! Apa kamu benar-benar tidak mau menikah denganku? Nanti jika mau, aku jamin setelah menikah kamu tidak akan seperti ini lagi" Fania hanya tersenyum dengan perkataan Baskara.

"Orang tua kamu juga mendukung jika kita menikah. Bagaimana kalau kita akan nikah secepatnya?"

Tiba-tiba saja Fania berdiri dari duduknya, "Tidak! Aku tidak akan mau menikah denganmu, Baskara! Sudah cukup jangan memaksaku!" Fania kini masuk kedalam kamarnya.

"Maafkan perlakukan anak kami ya, Baskara! Fania memang begitu orangnya, dia jika sudah tidak mau ya tidak mau." ucap Indah.

"Tapi kamu jangan menyerah buat dapetin hari, Fania. Karena bagaimanapun hatinya pasti bisa luluh nantinya." tambah Yoyo.

Baskara hanya tersenyum. 'Aku tidak akan menyerah untuk mendapatkanmu, Fania!' batin Baskara.

Kini Baskara pamit untuk pulang kerumahnya. Karena ini juga sudah malam, tidak enakkan jika dia masih saja disana.

"Yasudah, saya ijin pulang dulu ya?" ucap Baskara.

"Iya. Hati-hati!"

Kini Baskara berjalan sendiri di kegelapan. Dia terus memberanikan dirinya agar bisa pulang. Tapi dia benar-benar tak berani untuk pulang.

Pada akhirnya dia putuskan untuk kembali kerumah Fania. Dia akan menginap disana semalaman.

Tok! Tok! Tok!

Baskara mengetok pintu rumah Fania dan dibukakan. Fania melihat Baskara di depannya. Dia sangat heran, kenapa Baskara kembali? Bukankah tadi dia akan pulang.

"Ngapain kamu balik lagi?" tanya Fania.

"Aku takut dijalan sendiri. Apa boleh aku menginap dirumahmu malam ini?" tanya Baskara.

"Takut? Seorang Baskara yang berbadan besar gini takut? Ma! Pa!"

Kini kedua orang tua Fania keluar karena anaknya memanggil mereka.

"Kenapa, Sayang?" tanya Indah.

"Kenapa, Nak?" tanya Yoyo.

Mereka melihat Baskara yang saat ini kembali kerumah mereka. Mereka tahu, jika Baskara pasti takut untuk pulang sendiri.

"Loh! Baskara! Kamu balik lagi? Kamu takut dihalan?" tanya Indah

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!