NovelToon NovelToon

Setelah Empat Tahun Berlalu ( Luka)

Perusahaan Haditama

 Di sebuah warung makan yang berukuran sangat kecil berdiri tegak tidak jauh dari kantor mereka.Naima dan Siska duduk menikmati waktu istirahat.

Aroma dari segelas kopi hitam menguar di udara bercampur aduk dengan bumbu makanan lain nya.sengaja Naima memesankan kopi sebagai pelengkap istirahat nya siang ini karena semalam ia kurang tidur.

Di depan Naima,ada Siska teman yang baru beberapa bulan menemani nya di tempat kerja yang baru ini,dari tatapan mata Siska memancarkan aura penasaran yang tidak terbendung kan lagi, hingga akhirnya membuka pembicaraan sekalipun di sekeliling mereka sangat ramai tetapi tak menyurut kan niat Siska untuk mengajak bicara sahabat nya.

" Nai,kata nya Pak Zalendra benar-benar mau pensiun ya? Terus kata nya kembali di ganti kan lagi sama anak nya."ujar Siska lalu kembali memasukkan makanan ke dalam mulut nya.

Makanan di warung ini sangat enak dan pas di lidah mereka berdua,hanya beberapa karyawan kantor mereka yang bersedia makan di sini karena memang tempat nya kecil dan hanya menjual masakan rumahan,selain itu baik Naima maupun Siska sama-sama menjadi tulang punggung keluarga, dari pada harus mengeluarkan uang banyak untuk bersenang-senang di tempat mewah lebih baik mereka duduk manis di sini,soal rasa warung ini berada di atas segala nya bahkan sudah terkenal di antara pengusaha sukses.

Prinsip kedua wanita muda ini sama, tidak perlu membesar kan rasa gengsi,yang penting perut bisa kenyang, kebutuhan keluarga terpenuhi itu sudah luar biasa,jika ada sisa lebih baik di tabung untuk masa depan.

" Kamu salah alamat nanya yang begituan sama Aku,Kamu lupa ya kalau Aku ini sekretaris nya Pak Zalendra?" balas Naima sambil terkikik geli.

Sementara Siska hanya bisa nyengir kuda, sangking kalap nya menghabiskan beberapa makanan dan jajanan membuat siska melupakan jabatan sahabat nya di perusahaan itu.

" Eh iya...Benar juga ya...Jadi Kamu sudah tahu siapa nama anak beliau, yang kata nya dulu juga pernah gantiin beliau tapi pergi lagi secara mendadak."ujar Siska lagi tetap dengan rasa ingin tahu yang tinggi.

Naima menyimpan kembali gelas kopi yang sudah kosong ke atas meja, sementara di dalam piring masih ada setengah lagi makanan yang tidak sanggup dia habiskan.entah perut nya yang terlalu kecil atau memang porsi makanan yang terlalu banyak.Naima malas memikirkan hal receh ini.

" Yang Aku denger ya anak beliau yang kemarin itu,tapi Aku tidak pernah tahu siapa nama nya."jawab Naima sambil mengaduk-aduk isi piring nya.

Sudah enam bulan bekerja di perusahaan raksasa ini,Naima tidak pernah sedikit pun kepo tentang hidup bos nya.setiap hari ia datang ke kantor untuk bekerja dan bekerja.setelah pekerjaan selesai ia lalu pulang ke rumah tanpa pernah bertanya atau pun menyelidiki tentang keluarga bos nya.

Hidup nya sudah terlalu penuh dengan drama jadi untuk apalagi di tambah dengan drama kehidupan orang lain,yang penting gaji lancar dan tidak ada yang mengusik kehidupan nya itu sudah cukup bagi Naima.selebih nya ia tak perduli lagi.

" Ada berapa anak Pak Zalendra?" tanya Siska lagi.

" Satu!" jawab Naima singkat karena hanya sebatas itu yang ia tahu.

Naima yang sudah kenyang lalu melirik jam di layar ponselnya, ternyata waktu istirahat sebentar lagi akan habis.ia beranjak dari kursi membayar tagihan makanan yang sudah ia habiskan.di ikuti juga oleh Siska di belakang nya.

" Ganteng nggak Nai itu anak Pak bos,secara nih ya bapak nya aja ganteng habis.sekalipun kalau beliau duda langsung Aku sikat aja tuh bos kita." ujar nya di iringi gelak tawa di belakang nya.

" Udah deh Sis! Banyak banget tanya Kamu, kalau Kamu masih penasaran tanya aja langsung sama pak bos nya.Aku mana tahu tentang keluarga nya karena bukan urusan ku juga untuk tahu semua nya."sindir Naima sambil menggandeng tangan Siska masuk ke area tempat mereka mencari uang.

" Yey...Bisa mati berdiri Aku kalau berhadapan langsung dengan Pak bos,itu mah nama nya cari masalah." gerutu Siska dengan bibir yang di majukan membuat Naima tertawa puas melihat nya.

Baru saja mereka berdua memasuki lobi gedung, tidak sengaja berpapasan dengan Pak Bos yang berjalan sambil menggandeng tangan seorang wanita yang masih cantik meskipun usia nya sudah tidak muda lagi,ya wanita itu adalah istri Bos mereka pemilik perusahaan ini.beberapa kali Naima pernah bertemu dan berbincang langsung dengan istri pemilik perusahaan yang bernama Anjani Haditama.

Naima dan Siska dengan kompak nya menyapa pak bos dan tidak lupa membungkukkan badan mereka ketika Zalendra dan juga istri nya melewati mereka berdua.

" Selamat siang Pak Zalendra ...Buk Anjani." sapa Naima dengan sopan.

" Siang! Sudah selesai makan siang nya?" tanya Anjani karena Zalendra hanya diam menampilkan wajah datar yang sangat menakutkan untuk di lihat oleh para karyawan nya.

" Sudah Buk." jawab Naima karena Siska tidak mampu berkata apa-apa lagi.

Bahkan saat ini jika tidak di tahan oleh Naima, mungkin sahabat nya ini sudah terjatuh ke lantai.tangan Siska terasa sangat dingin.hilang sudah rasa penasaran wanita itu bergantian dengan rasa takut juga gugup.aura yang Zalendra pancar kan sangat luar biasa hebatnya.tanpa bicara saja sudah mampu membuat lawan nya mati kutu.

Tatapan mata ini mengingat kan Naima kepada seseorang.tapi apa mungkin di antara mereka memiliki hubungan? Ataukah hanya sebuah kebetulan semata?

Zalendra bersama istri nya sudah masuk ke dalam lift sementara Naima dan Siska memilih berbelok ke toilet karena merasa sungkan berada satu lift yang sama dengan bos mereka, sedang kan untuk lift khusus karyawan sedang penuh- penuh nya itu saja masih banyak yang mengantri.Anjani sudah menawarkan Naima untuk ikut serta bersama mereka karena ia tahu Naima adalah sekretaris dari suami nya .tapi Naima malah menolak dengan alasan yang cukup masuk akal.

" Kenapa malah ke sini sih Nai,mau ngapain coba?" tanya Siska yang sudah mulai bisa rileks.

" Jangan banyak tanya Sis, padahal tadi saja sudah kayak kambing terkena air es.pucat banget wajah Kamu." goda Naima geleng-geleng kepala melihat kelakuan Siska.

Sepuluh menit kemudian,Naima sudah duduk manis di meja nya dengan layar komputer yang sudah menyala.

Setelah lulus kuliah Naima langsung mendapat kan tawaran untuk bekerja di perusahaan raksasa ini.tak tanggung-tanggung! Ia malah langsung di minta untuk mengisi jabatan sekretaris yang baru saja di tinggal cuti oleh pemilik yang lama.Naima yang awal nya ragu lalu berubah menjadi yakin setelah melihat dan mendengar apa saja yang harus ia lakukan sebagai seorang sekretaris CEO perusahaan.belum lagi gaji yang di janjikan oleh perusahaan ini cukup besar dan mampu menopang kehidupan keluarga nya.sekarang baik ibu dan Dito tak perlu lagi membuat dagangan karena Naima sudah mampu mencukupi kebutuhan hidup mereka.

Dito adik laki-laki satu-satunya yang Naima miliki sebentar lagi akan lulus dari bangku sekolah menengah atas.dan nanti nya akan di minta Naima untuk melanjutkan pendidikannya di universitas yang sama seperti dia kemarin,dengan Naima yang sudah merasa cukup mampu membiayai pendidikan adik nya.

Naima sama sekali tidak merasa curiga atau penasaran kenapa ia bisa langsung di terima di perusahaan raksasa ini tanpa harus mengikuti tes atau ujian seperti pelamar lain nya,bahkan dalam jarak satu hari setelah berkas nya terkumpul dan ia di nyatakan lulus dengan nilai yang luar biasa dari universitas tersebut,Naima langsung bekerja membuat teman-teman nya menjadi iri bahkan sebagian ada yang mengatakan jika Naima punya sugar Daddy di perusahaan ini.

" Naima ! Saya tunggu Kamu di ruangan saya." suara dari interkom membuyarkan konsentrasi kerja nya, dengan segera Naima bangkit berjalan menuju ruangan Pak Bos.

Sesampainya di depan ruangan Pak Zalendra,Naima merapikan penampilan nya sebelum akhirnya mengetuk pintu yang masih tertutup rapat.

" Masuk." sahut suara berat dari dalam yang sudah Naima hapal siapa pemilik suara itu.

Naima membuka pintu dan masuk dengan langkah hati-hati,suasana ruangan ini terasa sedikit lebih ramai dari biasa nya, mungkin karena keberadaan Nyonya Anjani yang sedang duduk manis di samping bos nya.

" Duduk lah." titah Zalendra dengan nada suara tegas nya.

" Terimakasih Pak."balas Naima sopan.

Anjani sejak tadi tidak berhenti tersenyum ketika melihat Naima datang ke ruangan suami nya,baru kali ini ada istri bos yang tidak cemburu kepada sekretaris suami nya.bahkan setiap datang ke kantor selalu membawakan makanan atau cemilan untuk nya.

Tatapan mata Anjani terhadap Naima syarat dengan makna,akan tetapi Naima yang polos sama sekali tidak bisa mengartikan makna dari senyuman hangat itu.

Zalendra berdehem,mencoba mencairkan suasana takut istri nya kelepasan.

" Kedatangan putra saya akan di percepat,Kamu persiapkan semua jadwal yang harus saya selesaikan besok, kemungkinan dua hari lagi Saya tidak akan datang ke kantor lagi,jadi nanti Kamu akan bekerja sama dengan putra Saya."ucap nya sambil melirik sekilas ke arah sang istri.

Naima mengangguk pelan,entah seperti apa dunia kerja nya nanti setelah berganti bos.Naima harus tetap bekerja dengan baik demi bisa menyekolahkan adik nya setinggi mungkin.

" Putra saya orang nya sangat tegas bahkan lebih tegas dari Saya,dia suka yang nama nya rapi dan tepat waktu,nanti Kamu catat saja daftar makanan kesukaan nya, istri saya akan memberitahu mu." tutur Zalendra lagi.

" Baik Pak."jawab nya dengan nada profesional.

Ia lalu beralih menatap Anjani yang masih tetap tersenyum ramah kepada nya.seakan- akan ada kata yang keluar dari mulut Anjani tetapi tak bisa di dengar oleh telinga Naima.

" Sudah Papa lakukan semua nya,puas Mama! Ingat nanti malam bayaran nya harus double." kata Zalendra di telinga istri nya

Bersambung.

Halo semua nya.

Author datang lagi dengan karya baru author lanjutan dari Luka terdahulu.

Jangan lupa tinggalkan jejak kalian di kolom komentar sebanyak mungkin ya guys,like dan bantu rate ⭐ ⭐ ⭐ ⭐ ⭐ juga biar Author semakin semangat menulis nya.

Love you guys.

Salam Untuk Dia

 Di dalam gedung perusahaan cabang yang terletak cukup jauh dari pusat kota, seorang pria baru saja menyelesaikan beberapa meeting penting dengan rekan kerja nya.

Tubuh nya sangat lelah namun tetap di paksa bekerja demi melupakan rasa cinta nya terhadap seseorang.meskipun sudah menjauh dan menepi dalam kurun waktu yang cukup lama tetap saja rasa itu tak bisa sirna dari hati nya. bahkan sampai membuat pria ini kembali menekuni profesi kebanggaan nya sangking frustasi nya di tolak mentah-mentah oleh pujaan hati.

Kembali nya ia ke daerah ini atas inisiatif nya sendiri setelah melewati sebuah drama besar sehingga membuat Mama nya luluh lalu bersedia memberi waktu kepada nya tapi hanya sebentar saja,jika di minta untuk kembali maka ia harus kembali tanpa boleh memberikan penolakan lagi.itu janji yang ia ucapkan sebelum meninggalkan rumah dan harus ia tepati jika tidak ingin melihat Mama nya kembali menangis.

Kaki yang kemarin cidera kini sudah sembuh sehingga ia tak membutuhkan lagi kursi roda ataupun tongkat yang selama ini membantu aktivitas nya sehari-hari.

Pria ini adalah Bagas,putra tunggal dari Zalendra Haditama.yang pernyataan cinta nya pernah di tolak oleh Naima Maheswari wanita mandiri yang sekarang menjadi sekretaris dari ayah nya sendiri tapi sama sekali tidak di ketahui oleh Bagas yang selalu sibuk di perusahaan cabang dan juga rumah sakit milik keluarga Haditama.

Bagas memijat pelipisnya dengan pelan sambil duduk menyandar di salah satu sofa yang tersedia di ruang kerja nya.

Kepala nya berdenyut keras memikirkan permintaan orang tua nya untuk segera kembali ke kota, sesuai janji nya dulu maka ia harus segera pulang tanpa bisa mengulur waktu lagi.

Pekerjaan di sini harus segera ia selesaikan sebelum nanti di serahkan kepada orang kepercayaan Ayah nya.yang di tugaskan mengganti posisi nya di perusahaan cabang.

Apa kah nanti di sana ia benar-benar akan di nikah kan dengan wanita yang tidak di kehendaki nya? Atau kah ia harus kembali mencoba meluluhkan hati Naima lagi? Kalau tetap di tolak bagaimana?

Bagas mengeram kesal sambil memukul sandaran sofa.

" Kenapa lagi Bos?" tanya Dimas yang tetap setia menemani kemanapun Bagas pergi.

Semata-mata bukan karena loyalitas nya terhadap bos nya,tapi lebih ke bonus besar-besaran yang ia dapat kan dari Bagas sekaligus sepupu nya, lagian ia juga malas harus bekerja sama dengan Zalendra karena menurut nya Zalendra sangat kaku dan tidak asyik seperti Bagas.yang bisa ia bantah Jika ucapan sepupu nya ini tidak sesuai dengan tuntunan kerja.

Bagas menggeleng kan kepala nya dengan mata yang masih terpejam rapat.

" Cuman sedikit pusing." balas Bagas tak bersemangat.

Waktu istirahat nya berkurang drastis, tidak seperti dulu ketika ia belum mengenal cinta dan wanita yang bernama Naima.

" Pusing karena di desak segera menikah?" sindir Dimas tak mendapat kan respon apapun dari Bagas.

" Ya tinggal nikah saja Bos!Calon istri nya kan sudah ada.apa perlu Aku cari wanita lain yang sesuai dan mirip dengan Mbak Naima?" sambung Dimas lagi membangun kan emosi Bagas yang sejak tadi berusaha di redam.

Plak...

Dimas mengaduh dengan kencang ketika ponsel mahal milik Bagas mendarat sempurna di paha nya.

Orang kaya memang beda, nggak ada takut nya sama sekali menjadi kan handphone mahal sebagai senjata, apalagi pukulan ini menimbulkan bunyi yang sangat keras.

" Udah sana keluar Kamu!" usir Bagas sambil menunjuk ke arah pintu.

Dimas berjalan menuju pintu dengan tawa mengejeknya, begitu pintu terbuka Dimas di kaget kan dengan keberadaan seorang wanita yang seperti nya ingin masuk ke kandang singa ini.

"Ngapain Kamu masih berdiri di situ, cepetan masuk." perintah Dimas pada wanita itu yang ternyata adalah sekretaris Bagas.

Dimas tentu tak ingin sendirian kena amukan dari singa galak ini,tanpa merasa kasihan sedikit pun ia meminta wanita ini untuk bergegas masuk padahal belum mendapatkan persetujuan dari pemilik ruangan.

Dimas mengintip di ambang pintu sambil menghitung mundur dalam hati.ia sudah hapal betul seperti apa Bagas,semua orang pasti akan terkena semprotan pedas nya jika hati nya sedang tidak baik-baik saja.

Keadaan di dalam ruangan Bagas terlihat begitu mencekam.Bagas tetap membisu menatap tajam sekretaris yang berdiri dengan kaki yang gemetaran.

"Ini adalah jadwal Pak Bagas untuk hari ini sampai besok, sudah saya susun rapi.silahkan di cek kembali." ucap Aliya sambil menyerahkan jadwal pertemuan Bagas dengan beberapa investor serta meeting penting bersama tim divisi keuangan.

" Saya sudah mengingatkan Kamu berulangkali,tulisan Kamu perbaiki lagi jangan seperti ini terus.tinta merah jangan di gunakan lagi.saya tidak suka melihat nya,bikin mata saya sakit saja."Bagas langsung menyemprot Aliya tanpa ampun.di luar sana Dimas sudah tertawa terbahak-bahak.puas sekali dia melihat wajah takut dari Aliya,Dimas celingak-celinguk mencari korban amukan singa untuk selanjutnya.tapi tak ada satupun orang lain yang melintasi ruangan singa jantan ini, maklum saja karyawan lain di larang naik ke lantai paling atas kecuali atas izin dari nya atau Bagas.

Meskipun sudah terbiasa di marahi dan di tegur Bagas menggunakan kata-kata kasar, tetap saja Aliya di landa rasa takut berlebihan sampai membuat wajah nya pucat.saat ini hanya bisa menganggukkan kepala tanpa mengeluarkan suara.

" Nanti saya perbaiki lagi Pak." ucap Aliya ketika melihat Bagas sudah diam.

Bagas menyerah kan kembali jadwal nya tersebut kepada Aliya,dalam kepala terus mengingat apa saja yang akan dia lakukan setelah ini.

Ia tak bisa berlama-lama di sini,jangan sampai Ibu nya nekat menjemput nya ke kantor.itu akan sangat memalukan bagi nya.

" Jika besok masih sama seperti ini,Kamu akan saya pecat."ucap Bagas membuat Aliya semakin ketakutan.

Padahal selama ini ia sudah berusaha bekerja sesuai dengan permintaan Bagas,Aliya bahkan sengaja berdandan ingin menggoda iman Bagas, tetapi sedikit pun Bagas tak pernah menatap ke arah nya.justru setiap hari ia harus terkena Omelan dari pria ini.mau resign sayang sama gaji yang besar ini.

Aliya pamit lalu keluar dari ruangan Bagas dengan wajah sendu nya,Dimas yang sejak tadi menguping langsung kabur masuk ke ruangan nya sebelum ketahuan oleh Bagas.

Sementara di tempat lain, setelah selesai menemani Zalendra meeting bersama rekan bisnis nya.Naima yang sudah berniat untuk lembur sore ini meminta sopir kantor untuk berhenti sebentar di toko kue milik sahabat nya Lara.ya Lara lebih memilih mengembangkan bisnis nya sendiri ketimbang harus bekerja pada orang lain.setelah lulus kuliah Lara langsung mengambil kursus memasak pada salah satu chef terkenal di kota ini.hasil nya sekarang toko roti ini bisa menampung ibu-ibu rumah tangga yang berniat membantu perekonomian keluarga mereka.

Zalendra sendiri sudah kembali ke kantor menggunakan mobil yang lain,ada bagus nya mereka tidak berada di satu mobil yang sama.jadi Naima bisa bebas mau melakukan apapun tanpa harus merasa canggung kepada Pak Bos.

" Sebentar ya Pak,kalau Bapak mau minum kopi ikut masuk saja." tawar Naima kepada sopir kantor yang sudah lama mengantar kemana pun dia pergi,bahkan mereka berdua sangat akrab sekali.

" Tidak usah Mbak Nai! Tadi saya sudah minum kopi di kantor,kalau di paksa malah sakit perut nanti." kekeh sang sopir karena memang perut nya masih sangat kenyang.

" OOO gitu,ya udah saya masuk dulu ya Pak." pamit Naima dengan ramah.

Di dalam toko,Naima berbincang singkat dengan Lara dan menceritakan secara singkat kenapa ia bisa sampai di sini padahal jam kantor belum usai.

" Sibuk banget Bu sekretaris yang satu ini." ucap Lara menggoda sahabat nya.

" Sibuk banget malah Ra! Dua hari ke depan kayak nya Aku lembur terus deh." ujar Naima bukan berarti ingin mengeluh tapi ia tak mau di cap sombong oleh sahabat nya,tadi Lara mengajak Naima untuk ikut bersama dia menjenguk Nenek nya yang sedang sakit,tapi untuk saat ini tentu saja tidak bisa karena Naima sudah di tunggu bos nya di kantor.

" Iya-iya nggak apa-apa,semoga karir Kamu semakin sukses ya,jangan lupa makan dan tidak boleh telat makan." ucap Lara sangat perhatian.

Sebenarnya bukan hanya Naima saja yang super sibuk,Lara pun sama hal nya,beda nya Lara tidak perlu izin kepada siapa pun jika ingin istirahat sementara Naima harus mendapatkan izin dari bos nya terlebih dahulu.

Jika nanti uang tabungan nya sudah banyak,Naima juga sudah berencana membangun usaha seperti hal nya Lara,tapi sekarang ia harus bekerja banting tulang dulu karena ia sadar sang ibu tak punya uang untuk memodali usaha nya.dalam hal ini ia tak bisa membandingkan hidup nya dengan Lara yang terlahir dari keluarga harmonis juga serba berkecukupan.

" Jangan Ra!Kamu sudah terlalu sering memberikan gratisan kepada Aku,jangan sampai usaha Kamu susah gara-gara Aku ya."ketika Naima berniat untuk membayar beberapa roti yang sudah ia ambil dan dua cup susu di depan kasir,Lara justru meminta karyawan nya untuk tidak menerima uang pemberian Naima.

" Kalau demi Kamu! Aku nggak masalah,udah sana bawa aja Nai, nanti Kamu telat balik ke kantor nya." terang Lara karena ia memang begitu tulus bersahabat dengan Naima.

Sehari saja tidak berjumpa terasa ada yang kurang dalam hidup nya.malam hari mereka berdua pasti melakukan panggilan video, beruntung nya di antara mereka berdua belum ada yang memiliki kekasih hati,kalau tidak! Bisa cemburu kekasih mereka melihat kedekatan yang terjalin antara kedua gadis cantik ini.

" Kamu selalu saja begitu, besok-besok nya Aku nggak mau datang ke sini lagi."kata Naima bersungut-sungut tetapi Lara malah acuh sudah terbiasa melihat Naima seperti ini.

Pintu masuk ke dalam toko hampir tertutup,namun suara teriakan Lara membuat Naima menahan langkahnya di depan pintu berbahan kaca tebal.

" Titip salam sama dia ya Nai."goda nya sambil mengedipkan sebelah mata.

Naima menggeleng kepala mengedikkan bahu dengan acuh, ia tahu siapa yang di maksud oleh Lara,sejujurnya dalam hati ia pun merindukan sosok dia yang Lara maksud, tetapi ia sadar,rindu saja tidak cukup karena pada dasarnya untuk apa merindukan seseorang sementara raga nya belum siap menerima orang lain dalam hidup nya.

Bersambung.

Jangan lupa like dan tinggal kan jejak kalian di kolom komentar ya guys.bantu rate ⭐ ⭐ ⭐ ⭐ ⭐ biar karya terbaru author sampai ke pembaca yang lain nya.

Salam sayang untuk kalian semua nya.

Menguping pembicaraan Naima

Keesokan harinya,ketika Anjani baru sampai di lantai lima belas tempat di mana ruangan suami nya berada.

Baru satu langkah ia keluar dari lift, sekarang langkah itu terpaksa di hentikan secara mendadak ketika mendengar suara tangisan yang keluar dari mulut Naima.bekal makan siang yang ia bawa untuk suami nya langsung di pangku dengan erat,jangan sampai terjatuh menimbulkan bunyi keras karena ia masih ingin mendengar siapa gerangan yang sudah membuat Naima menangis seperti ini.

" Kata Dokter nya Ibu mengidap penyakit kanker hati stadium 3 Mbak." ujar seseorang dari sebrang sana yang Anjani sendiri tidak tahu siapa pemilik suara tersebut.

Mulut Naima menganga lebar mendengar penjelasan dari adik nya,hari ini ia datang telat ke kantor karena harus mengantar ibu nya ke rumah sakit,tadi pagi Dito menemukan Maryah sudah tidak sadar kan diri di atas tempat tidur nya,Naima yang sedang menyiapkan sarapan untuk mereka bertiga langsung berlari menyusul ke dalam kamar.tanpa mengganti pakaian terlebih dahulu Naima memesan taksi lalu membawa ibu nya menuju rumah sakit terdekat dan juga lengkap tentunya.Sebenarnya ia ingin menemani ibu nya lebih lama lagi di rumah sakit,namun tuntutan pekerjaan yang sedang menumpuk memaksa ia harus meninggalkan ibu nya yang masih belum mau membuka kedua mata nya.

Tak ada kerabat atau tetangga dekat yang bisa ia minta bantuan,hanya ada Dito yang ia punya sekarang dan tidak lupa juga Naima menitipkan ibu nya kepada salah satu perawat di rumah sakit ini.berjaga- jaga jika Dito kelabakan mengurus ibu nya sendirian.ia tidak berani mengajukan cuti secara mendadak,apalagi bulan kemarin ia sudah mengambil jatah cuti karena harus menemani Dito di sekolah nya.

" Kanker nya sudah semakin berkembang,salah satu nya sudah menyebar ke pembuluh darah utama hati, kondisi ibu semakin menurun Mbak. Ibu harus mendapatkan pengobatan yang sangat serius di sini." sambung Dito lagi.sekarang saja ia masih memakai seragam sekolah nya dan belum sempat di ganti karena Ia tak membawa baju ganti yang bisa di gunakan.

Tadi siang sebelum berangkat ke kantor, Naima menyempatkan diri untuk mendatangi sekolah Dito,meminta izin kepada wali kelas adik nya bahwa untuk hari ini atau besok mungkin adik nya belum bisa mengikuti proses pembelajaran,alasan nya jelas yaitu ibu mereka yang sedang di rawat di rumah sakit,Naima sudah menyimpan nomer ponsel wali kelas Dito supaya nanti lebih mudah lagi untuk menghubungi beliau tanpa harus datang langsung ke sekolah.

Isak tangis Naima semakin jelas terdengar, suasana lantai lima belas yang biasa nya sepi sekarang berubah drastis di penuhi suara tangisan Naima.

" Kamu jaga Ibu dulu ya To, nanti sepulang dari kantor Mbak akan mampir ke sana.kalau mau beli makan cari di kantin rumah sakit,jangan sampai Kamu juga ikut sakit." ujar Naima terbata-bata.

" Iya Mbak." jawab Dito patuh sambil menunduk kan kepala.

" Kamu masih pegang uang kan? Atau nggak Mbak kirim uang jajan untuk mu sekarang?" tanya Naima lagi karena takut adik nya menahan rasa laparnya terus ikut-ikutan sakit.

" Masih Mbak, nanti kalau ke sini tolong bawakan ganti baju untuk ku ya Mbak sekalian selimut juga." Naima lalu menjawab iya, seperti nya malam nanti mereka akan tidur di rumah sakit.

Setelah sambungan telpon berakhir, semakin kencang tangisan Naima yang keluar.sesak di dada semakin besar menghimpit,ia tak menyangka kalau ibu yang selama ini terlihat baik-baik saja di depan mereka ternyata menyimpan sebuah penyakit yang sangat serius.

"Pantas saja beberapa waktu belakangan Ibu sering mual dan tidak berselera makan." gumam Naima dengan wajah yang di telungkup kan ke atas meja kerja nya.

Satu pun pekerjaan belum ia selesaikan, padahal satu jam lagi akan ada meeting bersama beberapa bagian divisi utama.pikiran nya sedang bercabang, sulit bagi Naima untuk bisa fokus bekerja di tengah situasi yang genting ini.

" Operasi, Kemoterapi?" gumam Naima sambil menatap pesan yang baru saja Dito kirim kepada nya.

Apa hanya dengan Operasi dan Kemoterapi penyakit ibu nya bisa sembuh?

Untuk melakukan itu semua pasti membutuhkan biaya yang besar.Naima baru beberapa bulan bekerja di sini, tabungan nya pasti tidak akan cukup mengcover biaya sang Ibu.

Ia sudah bekerja sekeras mungkin sampai tidak mengenal kata lelah dan waktu lagi,tapi sekarang malah di hadapkan lagi dengan cobaan yang teramat besar.hutang kepada Bagas saja belum sempat ia lunasi karena ia tak tahu di mana keberadaan pria itu saat ini.

Siapa lagi yang di tuntut untuk memikirkan biaya rumah sakit jika bukan diri nya,tak mungkin ia membebani biaya rumah sakit kepada sang adik yang belum bekerja.

Setelah suara tangisan Naima tidak terdengar lagi, Anjani melangkahkan kaki nya menghampiri meja kerja Naima.

Naima yang mendengar suara langkah kaki seseorang mendekati nya,dengan cepat mengusap air mata nya lalu mengatur nafas agar tidak sesenggukan lagi.

" Selamat siang Buk Anjani." sapa Naima ketika melihat yang datang ternyata istri pemilik perusahaan.

Naima berusaha keras menjaga nada suara nya agar tidak terdengar aneh di telinga ibu bos.bahkan ia sengaja tak mau menatap terlalu lama wajah Anjani takut mata sembab nya kelihatan oleh wanita paruh baya ini.

" Bapak ada di dalam ruangan beliau."lanjut Naima mempersilahkan Anjani masuk ke ruangan sang Bos karena tidak ada peraturan yang bisa menghalangi Anjani menemui suami nya.sesuai perintah dari Zalendra tempo hari,kapan pun istri nya datang ingin menemuinya jangan di halangi.

Naima iri melihat keharmonisan pasangan paruh baya ini,kenapa Bapak nya tidak bisa bersikap demikian kepada sang Ibu.apa sesulit itu kah untuk menghargai posisi ibu nya sebagai seorang istri? Atau memang Rudi yang tidak punya hati,ahhkkk...Naima menggeleng cepat tak ingin lagi memikirkan tentang Rudi yang sudah lama ia hapus dalam hidup nya.

" Ini adalah makan siang untuk Kamu,di habiskan ya Nai." ucap Anjani sambil menatap intens wajah sembab Naima.

Ia yakin saat ini Naima hanya sedang berusaha terlihat kuat di depan nya, tetapi ia rasa tak mungkin langsung menodongkan pertanyaan kepada Naima tentang kenapa ia bisa menangis, nanti ketahuan dong kalau sejak tadi ia menguping pembicaraan Naima dengan seseorang.

" Terimakasih ya Buk,maaf sudah merepotkan Ibuk." ucap Naima pada Anjani.

Perut Naima memang terasa perih tapi ia tidak punya tenaga untuk mengunyah makanan ini,ia tahu makanan yang di bawa Anjani pasti enak tapi sungguh selera makan Naima sudah hilang ketika mendapatkan kabar dari adik nya tadi.

Sisa masakan yang tadi belum sempat ia selesaikan masih tergeletak begitu saja di dapur,baik Naima maupun Dito sama-sama melewatkan sarapan bahkan sekarang sudah berganti dengan makan siang tetapi Naima belum juga berniat mengisi perut nya.

" Saya senang di repot kan sama Kamu, Saya tahu Kamu sedang sibuk dan itu ulah suami saya,di makan ya jangan sampai ada yang tersisa.nanti saya marah loh." ucap Anjani tersenyum sambil mengelus bahu Naima.

Tanpa berbicara apapun lagi,Anjani memutuskan untuk berpamitan masuk ke ruang kerja suami nya.

" Mas...."

Tok...Tok

" Siapa?" Anjani dan Zalendra saling menatap satu sama lain dengan pandangan mata tertuju kearah pintu.

" Ada apa?"

Bersambung.

Jangan lupa like, tinggal kan jejak kalian di kolom komentar sebanyak mungkin dan bantu rate ⭐ ⭐ ⭐ ⭐ ⭐ supaya karya terbaru author sampai ke pembaca yang lain nya guys.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!