Teng!! Teng!!! Teng!!! Bunyi bel sekolah pertanda semua murid sudha waktunya pulang sekolah
Semua murid SMA berhamburan keluar dari dalam kelas. Semua berbondong-bondong, bahkan ada pula yang saling dorong ingin menjadi yang pertama keluar dari dalam kelas yang menguras otak itu. Ada yang langsung pulang ada juga yang memilih ke kantin untuk mengandemkan otak sejenak.
Anak-anak kelas 11 itu baru saja menyelesaikan ujian kenaikan kelas mereka dan saatnya mereka untuk liburan. Tentu saja para anak-anak itu tengah kegirangan. Ada yang sudah menyusun jadwal akan liburan kemana saja. Ada pula yang masih bimbang akan liburan atau tidak.
Sama Seperti halnya geng Ceriwis. Yang terdiri dari lima orang itu. Mereka adalah Syafikha Wibowo. Sherly Ananta. Maudy Karnadi. Syifa Shanuella. Dan sang ketua geng Maharaya Fadillah. Kelima gadis cantik itu berjalan menelusuri lorong-lorong sekolah bak model papan atas.
Kelimanya tidak luput dari perhatian para murid-murid cowok yang mengangumi para wanita cantik itu. Selain parasnya yang cantik, geng Ceriwis juga terkenal akan kecerdasan otaknya dan juga kebaikan serta kedermawanan mereka berlima itu.
Geng Ceriwis memang terkenal dengan kecantikannya dan juga kecerdasannya. Mereka juga sangat baik dan selalu melakukan hal-hal yang positif yang bermanfaat bagi sesama.
Geng Ceriwis bisa di katakan primadonanya SMA Nusantara itu. Mereka menjadi incara para murid laki-laki di sekolah mau pun di luar sekolah. Namun kelimanya kompak memegang prinsip tidak ingin berpacaran dulu, mereka menerapkan peraturan dalam geng mereka. Jika kelimanya tidak boleh berpacaran sebelum mereka lulus sekolah.
"Guys! Udah ada rencana belom, mau liburan kemana kita tahun ini?" Tanya Fikha memulai obrolan. Ke limanya kini sedang berjalan menuju parkiran bersiap pulang.
"Gue, belum ada rencana." Sahut Sherly seraya mengipas rambut panjangnya.
"Gue juga! Bingung mau kemana!" Timpal Maudy sembari memperbaiki ketak tali tasnya.
"Hem gimana kalau kita ke pantai aja? Atau ke puncak! Gimana guys!" Sahut Syifa menatap ke empat sahabatnya.
"Gimana Bu ketu? Kita liburan di mana kali ini?" Ucap Semuanya menatap Raya yang berada di tengah-tengah mereka.
"Sebentar! Gue nggak bisa mikir nih otak gue rasanya baru bisa nafas setelah di peras selama seminggu full!" Sahut Raya sang ke tua. Postur tubuh Raya yang lebih pendek dari ke empat sahabatnya membuat gadis itu terlihat manis.
"Iya juga ya, otak gue juga begitu." Timpal Maudy.
"Gimana kalau kita ke Mall! Kita main ke Timezone biar otak kita fress kembali. Nanti setelah itu kita pikirin mau liburan di mana!" Usul Sherly.
"Wah! Ide bagus tuh!" Sahut Fikha.
"Ya udah yuk! Kita lest goo!" Timpal Syifa riang
"Tapi jangan lupa, kabarin orang tua kita, kalau kita mampir ke Mall dulu." Ucap Raya mengingatkan teman-temannya.
"Asiap! Bu ketu.....!!" Seru ke empatnya membuat Raya menutup telinganya.
"Hmm....kalian ya, kebiasaan banget!" Kesalnya yang di respon teman-temannya dengan terkikik-kikik. Karena berhasil mengusili ketua mereka.
"Raya! Tunggu! " Sebuah suara yang mereka kenali itu memanggil nama Raya. Kelimanya pun berhenti dan serentak menoleh ke belakang.
Raya menghembuskan nafasnya melihat siapa yang lagi-lagi memanggilnya saat pulang sekolah.
"Raya! Ini buat kamu?" Jody menyerahkan sebuah kotak warna gold dengan simpul pita pink di atasnya kepada Raya.
"Ini apaan Jod?" Tanya Raya dengan alis mengkerut. Ini bukan kali pertama Jody memberikan hadiah kepada Raya. Mulai dari coklat, bunga dan boneka. Namun Raya selalu menolaknya dengan halus.
Bukan apa-apa, Raya hanya takut jika Jody jadi besar kepala nantinya dan tidak sengaja memberi harapan pada pemuda itu. Itulah alasan Raya tidak menerima pemberian Jodi.
"Ini buat kamu, jangan di tolak ya Raya! Please! Anggap saja ini hadiah kenaikan kelas untuk kamu" Ucap Jody dengan wajah memelas.
"Alah Jod, belum juga keliatan kalau kita bakal naik kelas. Udah ngasih hadiah aja lu!" Ucap Sherly seraya geleng-geleng kepala.
"Tapi aku yakin, Raya bakal naik kelas kok! Kalau kalian ya, aku nggak perduli." Sahut Jody acuh.
"Eh.....Elu ya,,,,"
"Udah Sher, ngapain lo ladenin si Jody." Fikha menegur Sherly yang ingin membalas ucapan Jody.
"Udah! Ra terima aja. Kasian banget tahu, selama ini kan elu selalu nolak pemberian dia. Nanti kalau elu nggak mau biar kita-kita yang ambil hadiahnya." Bisik Maudy yang di angguki oleh yang lainnya.
Dengan menghela nafas berat Raya pun menerima kotak berukuran sedang itu. " Baikalh, gue terima. Terimakasih ya Jod. Lain kali nggak usah repot-repot ngasih gue ini itu. Gue nggak enak!" Ucap Raya. Dari semua yang di kasih Jody baru kali ini Raya terpaksa menerimanya.
Jody pun mengangguk senang saat pemberiannya di terima oleh Raya. Gadis cantik idola sekolah itu.
Tdak jauh dari parkiran itu beberapa anak cowok tengah memandang geng Ceriwis yang di cegah oleh Jody.
"Gila! si culun, berani juga nyalinya nyamperin Raya. Mana di terima lagi kadonya sama Raya. Senang banget pasti si culun tuh!" Ucap Boby salah satu murid cowok yang menyukai salah satu member geng Ceriwis.
"Iya, berani juga dia. Elu kapan Xel? Katanya elu naksir sama si Raya. Tapi nggak berani nyatain perasaan elu. Keburu di tikung sama si culun tuh!" Sahut Doni. Yang menepuk bahu sahabatnya Axel yang sudah lama menyukai Raya. Tetapi belum punya keberanian untuk mengutarakan nya.
Exel hanya diam memandang Raya dan teman-temannya.
"Mereka mau kemana ya?" Tukas Axel pelan, bukannya merespon perkataan kedua temannya Axel malah bertanya tentang yang lain.
Kedua temannya Boby dan Doni hanya saling pandang mendengar pertanyaan Axel yang tidak nyambung.
"Feeling gue sih, pasti pada nge Mall tuh. Nyusul yuk! Kali aja ini jadi kesempatan bagus buat elo Xel." Sahut Boby lagi.
"Kalian nggak ingat, sore ini jadwal kita latihan basket?" Ucap Axel memandang teman-teman nya seraya menggelengkan kepalanya.
Jika bisa jujur ingin rasanya menyusul geng Ceriwis itu. Menemui Raya dan menyatakan perasaan nya. Tapi keberanian nya belum bisa mengalahkan insecure nya.
Raya adalah gadis yang berprestasi di sekolah. Dan juga terkenal sangat baik.
Sementara itu geng Ceriwis
Semuanya mengendarai sepeda motor mereka masing-masing menuju Sebuah Mall terbesar di kota itu. Walaupun mereka berasal dari keluarga yang mampu tetapi geng Ceriwis tidak ada yang sombong. Mereka memilih mengendarai sepeda motor daripada mengendarai mobil saat berangkat ke sekolah.
*********
"Hei! Bro! Maaf aku telat." Ucap Bian meminta maaf pada teman baiknya karena terlambat datang.
"It's oke bro! Aku juga belum lama sampai nya kok!" Balas Ifan sembari mempersilahkan Bian duduk. Kedua pria tampan itu duduk berhadapan di sebuah Cafe yang berada di lantai dua Mall terkenal di pusat kota itu.
🌱🌱🌱🌱
"Jadi, serius nih kamu di jodohkan oleh Tante Hesti?" Tanya Ifan yang tidak percaya teman se cool Abian di jodohkan oleh Ibunya karena di nilai tidak laku-laku.
Abian menghela nafasnya sebelum menjawab pertanyaan Ifan. " Benar, Mama bilang aku sudah cukup tua untuk hidup melajang. Ada-ada saja Mama tuh." Ucap Abian tersenyum miring mengingat perkataan Ibunya.
"Kamu mau di jodohin? Nggak coba cari sendiri aja calon bini?" Usul Ifan lagi.
"Aku sudah banyak mengecewakan Mama. Dengan tidak mengikuti kemauannya dalam hal cita-cita saja itu sudah membuat Beliau sedih!" Tukas Abian. Pasalnya Hesti berkeinginan dan menyarankan Abian untuk menjadi dokter. Tetapi Abian menolak dengan halus. Abian memilih untuk menjadi pembisnis. tanganya mengaduk minumannya dengan sedotan kemudian menyeruputnya.
Ifan mengerti arti ucapan Abian. Yang artinya dia menerima apa yang di aturkan oleh Mama nya saat ini.
"Aku berharap pilihan Tante Hesti tidak salah ya bro! Semoga kamu mendapatkan wanita yang baik seperti Tante Hesti." Tukas Ifan mendoakan teman nya itu dengan tulus.
Keduanya sudah berteman baik sejak SMP. Dan kini usia mereka sudah 27 tahun. Mereka juga merintis bisnis berdua dari nol hingga keduanya bisa di bilang sukses. Ya walaupun keduanya masih tergolong pengusaha kecil namun tetap membanggakan karena itu semua hasil kerja keras mereka berdua.
"Terima kasih!" Ucap Abian. Dengan mengaminkan doa Ifan dalam hatinya.
Obrolan mereka terhenti karena suara ramai dari arah pintu masuk Cafe, keduanya pun menoleh ke arah pintu masuk tersebut.
Dari arah pintu masuk Cafe itu beberapa gadis cantik masuk seraya bersenda gurau. Ke 5 nya menutupi seragam putih mereka dengan sebuah Sweeter hanya rok mereka saja yang nampak Abu-abu. Tidak perlu di tanya ke 5 gadis cantik itu masih anak pelajar SMA.
Raya, elu bawa kotaknya juga sampai ke sini?" Tanya Maudy memandang Raya yang memangku kotak pemberian Jody tadi.
"Ya iyalah! Masa iya gue tinggal di parkiran, entar ilang lagi. Kalau ilang kan sama saja gue nggak ngehargain pemberian orang." Sahut Raya seraya berjalan mendahului teman-temannya.
"Betul tuh, kan tadi kita udah janji, jika Raya nggak mau, kita yang ambil kadonya. Iyakan Fik?" Ucap Sherly seraya menyenggol bahu Fikha.
"Betul banget!" Sahut Fikha.
"Guys duduk disini enak View nya." Syifa memanggil teman-temannya setelah mendapatkan meja dengan pemandangannya yang indah.
Keliamanya pun berbondong-bondong menghampiri Syifa dan mengambil tempat duduknya masing-masing.
"Tebak deh, mereka itu sepertinya satu geng. Menurut mu , yang mana ketuanya?" Tanya Ifan memberi tebak-tebakan pada Abian agar tidak terlalu pusing karena memikirkan perjodohannya.
Abian pun memusatkan perhatiannya kepada lima orang gadis berseragam putih Abu-abu itu. Satu persatu ia perhatikan karakter wajahnya. Hingga perhatiannya terpaut pada sosok gadis yang masih memegangi kotak kado berukuran sedang. "Cantik dan manis!"
"Gimana? Udah bisa nebak belom, siapa ketuanya di antara mereka berlima." Tanya Ifan lagi seraya menopang dagunya menatap gadis-gadis cantik itu.
"Eum...aku tebak, yang ketuanya adalah gadis mungil itu!" Ucap Abian. Yakin.
"Yakin nih? Dari mereka berlima itu apa yang membuatmu yakin jika gadis mungil itu adalah ketuanya?"
"Gadis itu memang mungil, tapi dia memiliki garis wajah yang tegas, bijak dan juga cantik. Dia memiliki pemikiran yang luas dan pandai membawa diri di manapun dia berada! Udah ah! Ngapain sih kita bahas mereka." Tukas Abian saat tersadar apa yang ia lakukan itu sangat konyol.
Ifan terkekeh mendengar ucapan Abian. " Santai bro! Biar nggak tegang-tegang amat ngehadapin hari esok!" Sahut Ifan.
"Sekarang kita buktikan apakah tebakan mu itu benar atau nggak!" Ifan memberi kode ke arah meja geng Ceriwis yang hanya terhalang dua meja dari meja mereka. Kedua pemuda itupun kembali memusatkan fokus mereka ke arah meja para gadis-gadis cantik tersebut.
Sementara itu di meja geng Ceriwis.
"Oke bu Ketua! Silahkan di buka kadonya. Menurut ku isinya boneka." Ucap Maudy.
"Isinya coklat" Timpal Sherly
"Cake!" Tebak Fikha
"Boneka!" Tebak Syifa.
"Hm...Boneka juga deh! Kalau cake keknya nggak mungkin ini gede banget kotaknya." Tukas Raya ikut menebak.
"Oke! Semua udah nebak kan, jika isinya nggak sesuai dengan yang kita tebak. Apalagi jawaban bu Ketu sendiri. Jika salah, wajib terima tantangan dari kita. Hihi! Gimana guys?" Seru Fikha sengaja mengusili Raya. sang ketua Geng sembari terkikik-kikik.
"Apa-apaan kalian! Kualat entar jahilin ketua he!" Protes Raya. Yang sudah bisa menebak jika teman-temannya itu pasti akan memberikan tantangan yang aneh-aneh padanya.
Raya pun membuka tali pita tersebut kemudian perlahan mengangkat tutup kotaknya dengan jantung dag-dig-dug! Bukan grogi karena itu hadiah dari seseorang. Melainkan grogi jika tebakannya salah teman-temannya itu pasti akan menjahilinya dengan memberikan tantangan yang di luar nurul.
Maudi, Fikha, Sherly dan Syifa kompak berhitung satu sampai tiga.
"Satu!! Dua!! Ti...gaa!!"
"Astaga...!" Pekik Raya sembari menutup wajahnya dengan kedua tangan.
Keempat temannya itupun kompak menengok isi kita kado tersebut.
"Waw! Isinya bunga Guys! Bunga dan coklat." Seru Sherly riang. Sembari mengangkat buket bunga mawar merah itu.
"Oke! bu ketu, Sekarang anda harus menerima tantangan dari kita-kita nih! Jika bu ketu tidak bisa melaksanakan tantangan dari kita...bu ketu wajib mentraktir kita liburan ke Bali! Gimana Bu?" Ucap Sherly yang di dukung oleh teman-teman lainnya.
"Gila! ya kalian! mana bisa begitu! Aku aja belum pernah ke Bali, dan kalian minta di traktir liburan ke sono! Ngawur nih." Protes Raya sedikit kesal terhadap teman-teman nya itu.
"Eits! Kita tahu loh, buketu kita ini tajir! Walaupun mungil dan Imut. Tetapi dompet dan ATM nya bengkak kek gajah! Iyakan guys?" Maudy meminta dukungan teman-teman lainnya.
"Yups! Benar sekali buguru gitu loh!" Seru semuanya membuat Raya menutup telinganya dengan kedua tangannya.
"Apa emang tantangan kalian? Aku bakal ngelakuin tantangan itu daripada ATM ku jebol!." Sahut Raya. Bukan pelit, tetapi Raya sangat menghargai hasil kerja kerasnya sebagai guru les bahasa inggris mulai dari anak TK SD sampai SMP. Hasil dari mengajar itu Raya tabung dan hanya menggunakannya di saat-saat tertentu saja.
Raya tidak kekurangan uang jajan dari orang tuanya. Uang jatah bulanannya yang selalu di berikan Ayahnya lebih dari cukup untuk memenuhi keperluan sekolahnya.
Untuk itu Raya jarang sekali menggunakan uang gaji dari les bahasa inggris itu untuk foya-foya, karena Raya selalu menerapkan nasehat yang selalu di berikan oleh Ayahnya. Yaitu menghargai kerja keras diri sendiri dengan tidak menghambur-hamburkan uang dengan hal-hal yang tidak jelas.
Ke empat temannya pun berunding dengan berbisik-bisik sesekali mereka mengedarkan pandangan keseluruh ruangan Cafe itu.
Lumayan ramai, hanya saja kebanyakan pengunjung adalah wanita atau yang sudah berkeluarga. Hanya satu meja yang isinya dua orang pria yang mereka sebut Om-om.
"Oke! Jadi tantangan kita adalah...."
"Buruan ih, udah laper nih. Kasian cacing-cacing perutku udah demo dari tadi." Ucap Raya yang greget pada teman-temannya.
"Jadi, tantangannya adalah buketu harus nembak om-om yang duduk di sebelah sana dengan bunga ini! Kalau lu nggak bisa berarti lu setuju ngajak kita liburan ke bali Raya! Terserah mau yang mana, bebas!" Ucap Sherly sembari tersenyum lebar memperlihatkan deretan giginya yang putih dan rapih.
"Apa?! Gila ya!" Raya membulat kan matanya tidak habis pikir dengan tantangan nyeleneh teman-temannya itu.
Namun Raya adalah type gadis yang tidak gampang menyerah. Atau putus asa.
Abian menatap gadis berseragam SMA itu tanpa berkedip. Entah mimpi apa semalam sehingga dirinya mengalami sesuatu yang tidak di sangka-sangka seperti ini. Seorang gadis cantik kini tengah berlutut di hadapannya dengan memegang seikat bunga mawar merah yang melambangkan cinta itu. Dunia serasa hanya miliknya dan sang gadis. Yang lain hanya ngontrak saja. Hehehe!
"Maukah kamu menjadi kekasihku Om?"
Ser!
Suara lembut mendayu itu bagai air es yang menyirami hatinya yang saat ini tengah gersang. Suara lembut itu begitu menyejukkan dan menenangkan.
Tanpa Abian sadari tangannya terulur menerima buket bunga mawar merah dari tangan gadis berparas cantik bernama Maharaya itu. Terlihat dari nama yang terbordir cantik di seragamnya yang tidak tertutup oleh Sweeternya.
"Maharaya, nama yang cantik. Secantik orangnya." Batin Abian sembari menarik sudut bibirnya membentuk senyum kecil tanpa ia sadari.
Hampir saja Abian membalas ucapan gadis itu jika saja suara seseorang tidak menyadarkannya. Jika ini hanya sebuah sandiwara. Dan dirinya tengah menjadi objek tantangan yang di leparkan untuk sang gadis.
"Cukup ketua, itu sudah oke. Yuk balik kemeja! Maaf ya Om, maklum teman aku ini memang suka di luar nurul!" Ucap Sherly segera menarik lengan Raya yang masih berlutut di hadapan Abian. Hal itu seketika menyadarkan Abian dari kehaluannya.
Ya, Abian seperti tengah di hipnotis oleh gadis cantik itu. Tanpa sengaja pesonanya telah berhasil menyihir seorang pria bernama Abian Nugraha.
Tanpa Kata Raya berdiri kemudian menangkupkan kedua tangannya sebagai permintaan maaf kepada Abian karena telah menjadikan pria itu sebagai objek tantangan.
Abian masih mengikuti langkah Raya hingga gadis itu kembali duduk di kursinya.
Senyum Raya begitu menyejukan hati seorang Abian yang kaku dan cuek.
"Kenapa? Baper ya!" Goda Ifan saat menyadari Abian masih memandangi gadis bernama Raya itu. Hingga sang gadis duduk kembali di kursinya dan kembali berbaur dengan teman-temannya. Entah apa yang para gadis itu obrolkan. Sepertinya hal yang begitu seru dan menarik.
Abian tidak menghiraukan godaan Ifan, pria itu kembali memandangi bunga yang ada di tangannya. Yang di katakan Ifan benar. Tanpa sadar dirinya telah baper dengan semua ini.
**********
Mobil jenis Terios itu sudah terparkir di halaman rumah dua lantai milik keluarga Alm Bapak Seno Aji Nugraha. Keluarga yang sederhana. Abian anak tunggal dari pasangan Hesti Afiani dengan Seno Aji Nugraha.
Seno Aji Nugraha yang akrab di sapa Aji sudah menghadap sang Khalik sekitar dua tahun yang lalu karena sakit yang di deritanya.
Aji berasal dari keluarga yang berkecukupan. Namun setelah beliau wafat hubungan Hesti istri Almarhum Aji menjadi renggang dengan keluarga suaminya itu.
Lebih tepatnya saudara Aji lah yang menjaga jarak dari Hesti dan Abian. Mereka seperti ketakutan jika Abian akan menguasai harta warisan keluarga Nugraha. Aji memiliki dua orang saudara. Kakak Aji bernama Sinta sedangkan adiknya bernama Rahayu. Semuanya sudah berkeluarga dan memiliki anak. Namun dari tiga bersaudara hanya Aji yang mempunyai anak laki-laki yaitu Fabian Nugraha. Sementara saudaranya yang lain hanya memiliki anak perempuan.
Aji adalah satu-satunya anak laki-laki di dalam keluarga Nugraha. Itu menggapa kedua Tante Abian begitu takut jika Abian dan Hesti merampas harta warisan orang tua mereka yang memang telah menjadi bagian dan hak Seno Aji. Setelah pembayian warisan secara sah di mata hukum sebelum Seno Aji meninggal dunia.
Namun kedua saudaranya itu kekeuh tidak ingin harta Aji jatuh di tangan Hesti kakak ipar mereka. Menurut mereka Hesti tidak berhak atas warisan milik Aji. Begitupun dengan Abian putra tunggalnya.
Abian sendiri enggan mengurusi harta warisan sang Ayah. Karena merasa malas bertikai dengan Tantenya sendiri yang tamak. Abian lebih memilih merintis usahanya sendiri daripada memperebutkan harta warisan orang tuanya.
Ibunya saja tidak keberatan melepaskan rumah warisan kakeknya atas permintaan kedua saudara Ayahnya. Sinta dan Rahayu
Hesti berkata, untuk apa meributkan harta dunia yang sewaktu-waktu bisa saja di ambil kembali oleh sang pencipta. Jika kita tidak menggunakannya dengan sebaik-baiknya. Abian akan selalu mengingat kata-kata Ibunya itu.
Abian sudah mematikan mesin mobilnya tatapannya kembali tertuju pada buket bunga mawar merah yang di berikan gadis cantik berseragam Abu-abu saat di Mall tadi.
Abian meraih bunga mawar tersebut dan membawanya keluar dari mobil.
"Bi Ema! " Panggil Abian pada Art di rumahnya itu.
"Saya Den! Ada yang bisa bibi bantu?" Sahut Ema yang muncul dari belakang seraya menghampiri Abian.
"Mama mana bi?"
"Ibu sedang berada di kamar nya Den. Baru saja masuk. Mau saya beritahu Ibu jika Den Bian sudah pulang?"
"Nggak usah bi, tolong bunganya di taroh di Vas ya, nanti simpan di kamar saya." Abian menyerahkan buket bunga itu kepada bi Ema.
"Baik Den. Bibi permisi!" Sahutnya walaupun penasaran karena tumben sekali anak majikannya itu pulang membawa buket bunga.
Setelah bi Ema beranjak ke dapur Abian pun mendatangi kamar Mamanya.
Abian mengetuk kamar sang Mama. Dua kali. Tak berapa lama suara lembut seorang wanita paruh baya menyahut dari dalam menyuruhnya masuk.
"Kamu dari mana Ian? Tumben sekali pulangnya sore begini. Kamu nggak lupa kan dengan permintaan Mama, malam ini kita akan makan malam dengan keluarga calon istrimu. Sekalian kalian berkenalan." Tanya Hesti dari arah sofa yang ada di ruangan itu. Ian adalah nama panggilan kesayangan Abian dari sang Mama.
"Tadi nongkrong sama Ifan dulu Ma, ada hal penting yang kami bicarakan. Ian nggak lupa kok, dengan janji nanti malam." Jawab Abian seraya duduk di samping wanita kesayangannya itu.
"Ini adalah amanah terakhir Papamu sebelum meninggal. Mama harap kamu ikhlas menerimanya ya Ian!" Tukas Hesti lagi menatap putranya itu dengan lembut.
" Iya Ma, Ian akan menerimanya dengan ikhlas. Mama jangan khawatir soal itu." Balas Abian
"Mama tahu keluarga Faizal itu bagus-bagus kok, Papa mu tidak mungkin asal memilih calon istri untuk anaknya. Mama yakin ini adalah jalan yang terbaik yang telah Allah takdir kan untukmu."
Lanjut Hesti lagi sembari mengusap-usap kepala putranya yang kini telah berbaring di pangkuannya.
Abian diam menikmati sapuan hangat di kepalanyan yang akan selalu ia rindukan. Sapuan tangan lembut yang penuh kasih sayang seorang Ibu untuk anaknya.
Setelah puas bermanja-manja dengan Mamanya Abian pamit ke kamarnya untuk membersihkan dirinya setelah beraktivitas seharian ini.
Abian memasuki kamarnya yang seketika wangi semerbak itu menguar di seluruh ruang kamar berukuran lumayan luas itu.
Bibirnya tersenyum kala tatapannya terpaut pada vas bunga yang ada di atas nakas dekat tempat tidurnya. Rupanya bi Ema telah menaruh bunga itu di kamarnya.
"Bunga yang cantik, seperti orangnya." Ucap Abian. Seraya mulai melepas kancing kemejanya satu persatu bersiap mandi
"Bunga ini...Maharaya. Ya, kamu adalah bunga Maharaya. Yang telah melukis sejarah unik dan konyol dalam hidupku!" Ucap Abian terkekeh, geli sendiri mengingat dirinya yang bisa-bisanya di baperin oleh anak SMA.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!