Matahari sudah sedikit condong ke barat, para siswa dan siswi berhamburan dari kelas untuk segera pulang ke rumah masing-masing.
Alfino tidak langsung pulang, tapi ia berjalan menuju kantin sekolah, untuk mengambil jualannya.
Ya, dia adalah Alfino anak SMA, ia duduk di kelas X A sudah 10 bulan, sebentar lagi akan naik ke kelas Xl. Ia adalah anak yatim, ayahnya meninggal karena di amuk masyarakat, karena ia mencuri barang berharga di rumah warga untuk berjudi dan meninggal dalam keadaan tragis.
Setelah ayah Alfino meninggal pun, hidup Alfino dan ibunya bukannya tenang, mereka harus membayar hutang-hutang ayahnya, dan terpaksa Alfino dan ibunya membayar hutang-hutang itu dengan cara berjualan kue. Kematian ayah Alfino meninggal kenangan buruk bagi Alfino dan sang ibu.
Dan atas prilaku mendiang ayahnya lah ia sering mendapatkan bullyan, bukan hanya dari teman sekolah, tetangganya juga menjauhi mereka, dan mereka di cap sebagai keluarga sial, tidak ada yang ingin mendekati mereka, mereka kerap kali mendapat cemooh bahkan di usir dari tempat tinggal mereka, karena menurut para warga sekitar jika mereka akan membawa dampak buruk bagi masyarakat sekitar.
Meskipun begitu, Alfino dan ibunya tak putus asa, mereka tetap bersikukuh untuk tetep tinggal di tempat itu dan tetap berusaha untuk mencari nafkah, karena kehidupan terus berjalan.
"Bude, Hari ini berapa laku kue ku?" tanya Alfino sambil mendekati box kuenya yang tertutup rapat itu.
Bude kantin itu terdiam dan wajahnya berubah, sepertinya ada yang salah dengan ekspresi wajahnyanya.
"Anu Alfino, maaf ya, cuma laku dua buah, dan itu pun Bude yang beli," kata Bude mencoba tersenyum sambil menyodorkan uang 2000 rupiah.
"Tidak apa-apa Bude, namanya juga jualan, kadang laku kadang enggak, ini saya bawa saja ke perumahan kompleks, mana tau nanti habis," kata Alfino tetap tersenyum meskipun jualannya tidak laku.
Saat di buka, Alfino terkejut saat melihat semua kuenya di dalam box rusak semua, hancur dan kotor. Bude dengan walah bersalah, ia bingung bagaimana menjelaskannya.
"Bude, ini kenapa dengan kue-kue ku?" tanya Alfino melihat kue-kuenya dengan mata membulat.
Tiba-tiba saja terdengar suara anak yang paling menjengkelkan di telinga Alfino. "Ha ha ha ha, bagaimana rasanya Alfino, melihat kue-kue busuk mu rusak. Kamu tidak pantas jualan di kantin ini," kata Gio, di adalah ketua geng pembully, anak kepala sekolah.
"Kurang ajar! Beraninya kau merusak kue ku, Gio!" teriak Alfino geram. Ia mengepalkan tangannya dengan erat.
"Kau itu miskin dan hidup bergantung dengan jualan kue-kue jelek ini, Dari pada kau jualan, mending kau ikuti jejak ayah mu jadi pencuri dan penjudi, siapa tahu bisa kaya," ledek Gio tertawa puas.
"Hentikan itu!" bentak Alfino dengan amarah yang menggebu di dadanya.
"Kenapa? Kau marah?" tanya Gio dengan ekpresi merendahkan. "Lihat ibu mu yang membuat kue itu, belum tentu bersih, nanti orang yang memakannya sakit perut. Ayahnya mati karena mencuri, ibunya tukang kue, dan kau... kau anak yang paling sial di dunia ini!" Kata-kata Gio sangat menusuk hati Alfino.
Seketika, Alfino emosi. "Gio! Mulut mu jangan keterlaluan!" teriak Alfino geram. Saat itu ada seorang guru keluar dari kantor, melihat ada guru datang menuju ke kantin, Gio pura-pura terjatuh.
"Aduuuuh! Sakit!" teriak Gio penuh dengan sandiwara, ia menangis sejadi-jadinya.
Guru iti langsung berlari ke arah Gio dan membantu Gio berdiri.
Tiba-tiba saja sebuah tamparan melayang di pipinya, membuat Alfino terkejut. Ia salah apa hingga di tampar?
"Kamu benar-benar keterlaluan! Berani sekali kamu mendorong Gio," ucap bu guru itu menatap Alfino tajam dan penuh amarah.
"Tidak! Saya tidak mendo... " belum selesai ia menjelaskan, guru itu kembali menamparnya.
Guru-guru lain juga datang dan ikut memarahi dan menampar Alfino, mereka semua membela Gio, agar mendapat muka dari kepala sekolah. Gio tersenyum sinis karena ia banyak yang membela.
Bu kantin juga tak mampu untuk membela Alfino, karena ia sendiri menumpang di tanah sekolah untuk berjualan.
Pembully itu bukan hanya melukainya fisiknya, tapi juga melukai mentalnya. Ia pulang dalam keadaan sakit.
Box kue yang masih berisi kue yang rusak itu, tetap ia bawa pulang. Alfino berjalan sempoyongan, pukulan yang ia dapatkan cukup keras membuat Kepalanya pusing.
Pandangannya kabur, penglihatannya kunang-kunang, tanpa sadar, ia terjatuh di pinggir jalan.
Box kuenya jatuh ke bawah dan berserakan. Orang-orang yang menyadari Alfino terjatuh langsung mendekat. "Kenapa ini? Kenapa ini?" tanya mereka penasaran.
Suara orang-orang itu berdenging di telinganya, berdenging sangat kuat membuat kepalanya bertambah sakit, perlahan-lahan ia tak sadarkan diri dan pingsan.
...**************...
Ting!
Suara dentingan keras itu membangunkan Alfino, ia melihat sekeliling jika ia sekarang berada di tempat serba putih.
"Di mana aku? Apa aku sudah mati? Apa aku di surga?" tanya Alfino seperti orang kebingungan.
Ting!
Alfino menutup telinganya karena bunyinya itu memekakkan telinganya.
"Ah, suara apa ini?" tanya Alfino ketakutan.
[Jangan takut, Ini adalah sistem super canggih, sistem yang akan mengubah hidup Anda]
"Sistem? Apa itu?" tanya Alfino melihat sekeliling. Ia terkejut saat melihat sebuah hologram di depannya itu, ia mencoba menyentuhnya, tapi benda itu tidak bisa ia pegang.
[Sistem adalah teknologi masa depan yang telah terprogram ratusan tahun lalu]
"Jadi teknologi canggih seperti ini sudah ada ratusan tahun lalu?" tanya Alfino terkejut.
[Benar, dan ia adalah teknologi yang tidak di publikasikan ke publik demi keamanan pengguna]
Alfino mengangguk-angguk antara kagum, penasaran dan bingung.
[Anda adalah orang beruntung karena di pilih oleh sistem, jadi hanya Anda sendiri yang bisa melihat sistem ini, jika setuju sila letaknya tangan Anda di layar hologram.
Meskipun ragu, Alfino meletakkan tangannya di layar hologram dan otomatis keluar sebuah notifikasi.
Ting!
Loading...
Menemukan Tuan...
Memindai...
Pengenalan Tuan...
Memproses....
Selesai...
Mengscan sidik jari Tuan...
Selesai.
Nama: Alfino Dewasta Rahino.
Umur: 17 tahun.
Pekerjaan: Penjual kue.
Jenis kelamin: Pria.
Status pendidikan: Pelajar.
Status: Anak yatim.
Selesai.
[Terima kasih karena Anda sudah bergabung dengan sistem. Maka sistem akan menjelaskan cara kerjanya]
[Sistem akan memberikan sebuah misi, misi ini adalah jual beli barang secara acak, Anda cukup melakukan seperti yang di perintahkan. Jadi Anda menjual barang atau membeli barang yang sesuai misi, jika tidak sesuai misi maka di anggap gagal. Misi ini akan memberikan hadiah jika misinya berhasil, Apa Anda mengerti?]
"Aku... aku belum mengerti sepenuhnya," kata Alfino ragu-ragu.
[Tidak apa-apa, nanti sistem akan membantu Anda di misi pertama]
Ting!
[Hadiah perkenalan]
[Saldo 300.000]
[Penampilan:1%]
[Pesona:1%]
[Kekuatan:1%]
[Kecepatan:1%]
[Kelincahan:1%]
[Pertahanan:1%]
[Kecerdasan:1%]
[Keberanian:1%]
[Kekayaan:0,00%]
[Poin:10]
Alfino pun membuka selimut yang menutupinya itu, ia keluar dari ruangan dah terkejut saat melihat ada suster di ruang tunggu.
"Jadi aku di rumah sakit?" tanya Alfino kembali bersembunyi, jika ia keluar, ia pasti fi kenakan biaya rumah sakit, sementara ia tak punya uang.
"Oh iya, aku mendapatkan uang dari sistem, bagaimana aku mengambilnya?" tanya Alfino.
[Anda cukup klik gambar uang, maka uang ini akan menjadi asli]
Alfino mengklik gambar tersebut dan benar saja, uang itu menjadi asli. Ia pun memberanikan diri keluar dari ruangan tersebut.
"Suster," saa Alfino berdiri di meja tersebut.
"Eh kamu sudah bangun?" tanya Suster itu terkejut melihat pasien yang mereka jaga sudah siluman.
"Ah iya suster, baru saja," kata Alfino mengangguk.
"Sini di periksa dulu," kalau keadaan kamu. belum stabil, kamu harus di rawat dulu, kamu suda telpon keluarga kamu belum?" tanya suster itu mengambil alat untuk memeriksa kondisi Alfino.
"Belum," jawab Alfino menggeleng pelan.
Suster itu meraih tangan Alfino dan mengecek tensi dan detak jantung. "Semuanya normal, jadi tidak perlu di rawat, tapi kamu harus pergi ambil obat, jika nanti kamu masih sakit datang aja ke rumah sakit ya kata Suster itu sampai tersenyum
"Terima kasih suster," kata Alfino.
Ia mendapatkan resep obat dari dokter lalu mengambilnya ke apotek
"Semuanya 200.000," kata apoteker itu menyerahkan obat kepada Alfino.
Alfino memberikan uang 200 ribu, selain obat juga biaya periksa dan ruangan.
Ting!
[Saldo Anda di kurang 200.000]
[Sisa Saldo Anda 100.000]
Alfino pun pergi dari ruang sakit itu berjalan untuk pulang ke rumahnya. "Astaga! Di mana kotak kue ku?" tanya Alfino baru ingat dengan kotak kuenya.
Setelah di cari-cari dan bertanya dengan suster yah tadi memeriksanya mereka tidak ada yang tahu, akhirnya Alfino pulang dengan tangan kosong.
Alfino terlihat gelisah dan ketakutan, bagaimana jikan ibunya marah nanti?
Ting!
[Misi baru]
[Misi Utama: Beli 5 barang]
[Misi lanjutan: Jual 5 barang kembali]
[Status misi sedang berlangsung]
"Apa ini sudah misi?" tanya Alfino.
[Betul, ini adalah misi pertama Anda. Anda cukup membeli barang dengan uang yang Anda miliki sekarang, setelah itu Anda menjualnya kembali, ini adalah awal Anda menjual beli barang dari misi sistem. Cukup mudah bukan?]
"Oh oke, tapi barang apa yang aku beli dengan uang ini?" tanya Alfino bingung sambil melihat uang 100.000 di tangannya itu.
[Terserah Anda, asalkan bisa Anda jual kembali]
Alfino berdua diri sejenak, ia memikirkan barang apa yang bisa ia jual dengan uang 100.000 ribu.
Ia pun melihat seorang bapak-bapak yang sedang duduk di pinggir jalan sambil menjual mainan.
Alfa berpikir, mungkin mainan itu bisa ia beli dan di jual lagi.
"Pak, saya mau beli mainan ini, berapa, satunya?" tanya Alfino.
"5000 dek," jawab bapak itu yang terlihat senang saat melihat ada pembeli yang membeli jualannya.
"Saya mau 10 buah," pintar Alfino.
Bapak itu sangat senang, ia memasukkan mainan itu ke dalam plastik dan memberikan kepada Alfino, begitu juga dengan Alfino yang menyodorkan uang tersebut.
[Saldo Anda di kurang 50.000]
[Sisa saldo Anda 50.000]
Ting!
[Misi utama selesai]
[Silakan lanjutkan misi lanjutan]
[Status misi: masih berlangsung]
Alfino membawa mainan itu ke tempat anak-anak yang sedang bermain, ia menawarkan kepada mereka, dan untungnya, mainanan yang ia jual laku 7 buah.
Ting!
[Misi selesai]
[Selamat Anda sudah menyelesaikan misi utama]
[Selamat Anda mendapatkan sebuah Ponsel pintar super canggih]
[Selamat Anda mendapatkan uang sejumlah 500.000]
[Selamat Anda mendapatkan 10 poin]
[Saldo 550.000]
[Penampilan:2%]
[Pesona:2%]
[Kekuatan:2%]
[Kecepatan:2%]
[Kelincahan:2%]
[Pertahanan:2%]
[Kecerdasan:2%]
[Keberanian:2%]
[Kekayaan:0,01%]
[Poin: 20]
"Wah aku dapat ponsel untuk sekolah, aku juga dapat uang! Uang ini bisa untuk membayar hutang," ucap Alfino sangat kegirangan.
Ia berlari di pinggir jalan untuk kembali pulang ke rumah, ia ingin menunjukkan uang yang dia dapatkan kepada ibunya.
"Aku ingin mengatakan jika aku dapat sistem, ibu pasti senang," kata Alfa tak sabaran.
[Maaf Tuan, Anda tidak di perbolehkan mengatakan jika Anda mendapatkan sistem, cukup Anda sendiri yang tahu]
"Wajah Alfino berubah menjadi datar. "Begitu ya. Okelah, mendapatkan sistem saja aku sudah sangat senang, tidak apa-apa jika tidak boleh memberitahu pada ibu ku," kata Alfino tetap tersenyum.
Tak lama kemudian, ia pun sampai di depa rumahnya. Ia melihat ibunya sedang duduk di tangga gubuk mereka yang sederhana itu.
Alfino menghampiri ibunya yang terlihat sedih itu.
"Ibu," kata Alfino dengan suara lembut. Gamira langsung menyeka air matanya dan ia tersenyum melihat ke arah Alfini, ia tak ingin kesedihannya di lihat oleh anaknya, ia tahu anaknya sudah capek belajar, capek jualan juga, jadi ia tak ingin membebani masalahnya pada anak semata wayangnya itu.
"Alfino, kau sudah pulang, Nak?" tanya Gamira dengan suara pelan.
"Ibu kenapa?" tanya Alfino menatap. mata sembab ibunya itu. Ia menyeka sisa air mata ibunya dengan penuh kasih sayang.
"Ibu tudak apa-apa, Nak. Ayo masuk, kamu pasti sudah lapar kan?" tanya Gamira memegang tangan Alfino menariknya masuk ke dalam rumah.
"Ibu, ayo katakan saja, ibu ada masalah apa? Aku adalah anak laki-laki ibu, aku yah akan menjadi pelindung ibu, jika ibu menyembunyikan masalah pada ku, ku merasa sangat bersalah dan merasa jika aku bukan anak terbaik ibu," kata Alfino denga. nada serius.
Gamira menarik nafasnya dalam, ia menatap Alfino dengan mata sendu.
"Maafkan ibu Nak, tadi mereka datang menagih hutang, jualan Mama beluk laku, tapi mereka malah menghacurkan kuenya sehingga tidak ada yang bisa di jual, jadi Ini tidak punya uang untuk membeli beras, untuk membeli bahan kue besok juga tak punya, di dapur... di dapur cuk ada sisa kue tadi pagi yang bisa di makan," ucap Gamira sambil terisak, ia menggenggam erat tangan Alfino merasa sangat bersalah.
Alfino memeluk ibunya dengan lembut. "Ibu, ibu tidak perlu khawatir, tadi itu kue ku laku dan habis terjual, terjual sekalinya kotaknya, jadi aku membawa uang yang cukup banyak, bisa untuk beli beras hari ini dan untuk membayar hutang, jadi ibu tidak perlu khawatir," kata Alfino tersenyum, ia tahu ucapannya itu berbohong, tapi ini juga demi ibunya tidak khawatir kepadanya.
Alfino mengeluarkan uang sebanyak 500.000 dan meletakkan di tangan Gamira, seketika mata Gamira membulat.
"Banyak sekali uangnya?" tanya Gamira bercampur antara senang dan bingung.
"Iya, ambillah uang ini untuk keperluan kita, dan ada Ibu tahu, aku dapat pekerjaan," kata Alfino tersenyum.
"Pekerjaan apa?" tanya Gamira penasaran.
"Pekerjaan ku jual beli barang, nanti aku beli barang, nanti barang itu aku jual lagi, jadi Ibu tidak perlu khawatir lagi, aku pasti akan melunasi hutang kita," kata Alfino lagi yang membuat Gamira terharu.
"Tapi kamu beneran jual beli barang saja kan? Bukan jual beli barang haram?” Tanya Gamira sedikit khawatir. “Sekalipun kita miskin, kita tetap harus berada di jalan yang benar.”
"Ibu tidak perlu khawatir, pekerjaan ku halal kok, tidak merugikan orang lain dan mendapatkan keuntungan. Jadi nanti kalau kita sudah mendapatkan uang yang banyak hasil jualan ku, ibu tidak boleh lagi menjual kue, cukup istirahat di rumah saja,” Kata Alfino tersenyum, senyumannya itu membuat Gamira menjadi tenang.
Gamira mengangguk, ia percaya dengan anaknya itu, ia berharap anaknya membawa perubahan pada hidup mereka yang malang ini.
"Ya sudah kalau begitu, dengan uang ini, ibu mau beli beras dan lauk, sisanya buat bayar hutang, jika masih ada sisa ibu mau bahan kue, ya beli lagi,” Kata Alfino.
"Ya udah, ibu pergi dulu ya,” Kata Gamira tersenyum senang, ia pun meninggalkan gubuknya itu untuk membeli beras.
Tadinya untung dari jualan kue untuk membeli beras, tapi berhubungan kuenya sudah hancur, Jadi mereka tidak bisa membeli beras
Saat Ibunya pergi Alfino mengeluarkan ponsel dari sistemnya, senyumnya mengembang saat melihat ponsel model terbaru itu di sistemnya.
Ia mengklik gambar ponsel di sistem dan ponsel itu menjadi nyata, ia mengambil dan membolak-balikkan ponsel tersebut.
"Wah, benar-benar keren ponselnya,” kata Alfino Tak sabar ingin menjelajahi fitur-fitur ponsel tersebut, karena selama ini jangankan ponsel modal terbaru, Ponsel pengeluaran di tahun lama dia tidak sanggup membelinya, jika ada tugas dari sekolah ia hanya bisa pergi ke warnet, dulunya ia sangat ingin mempunyai ponsel meskipun jelek, tapi dengan keadaannya, ia memilih untuk membayar hutang mendiang ayahnya terlebih dahulu dan akhirnya sekarang jadi kenyataan.
"Akhirnya aku tidak perlu lagi mengerjakan tugas di warnet.” Alfino mengeluarkan buku-buku dari tasnya yang sudah robek sana sini, banyak bekas jahitan juga. Tapi itu tidak pernah mematahkan semangatnya untuk sekolah, karena ada orang yang sangat menginginkan dirinya menjadi orang sukses, yaitu ibunya.
Ini adalah pengalaman baru bagi Alfino belajar menggunakan ponsel barunya, masih terlalu kikuk menjelajahi fitur-fitur ponselnya.
Ia berjanji akan semakin giat belajar karena sudah memiliki ponsel baru yang bisa membanggakan ibunya.
***********
"Pak, saya... mau bayar hutang,” Kata Gamira menyodorkan uang 300.000 kepada orang yang menghutangi mendiang suaminya.
Pria itu bernama Ardi, ia yang dulu sengaja memberikan pinjaman kepada mendiang ayah Alfino untuk berjudi, agar ia mendapatkan keuntungan yang banyak, ia sendiri adalah rentenir dan banyak korban penipuannya.
"Hey! Hanya 300.000, ini mana cukup! Kamu tau nggak mendiang suami kamu itu hutangnya sudah jadi 20.000.000, dan baru terbayar 3.500.000!” ucap Ardi dengan suara tinggi.
"Apa? Bukannya minggu lalu masih 17 juta, kenapa sekarang jadi 20 juta?” Tanya Gamira terkejut.
"Ya iyalah, bunganya itu satu hari naik 100.000 per hari, uang yang kamu bayarkan ini untuk bunganya saja tidak cukup! Bagaimana hutang mendiang suaminya mu lunas!” Kata Ardi dengan nada ketus.
Gamira merasa frustasi, padahal baru seminggu yang lalu 17.000.000 sekarang jadi 20.000.000, seharusnya jika 100.000 per hari, harusnya naiknya tidak sampai 3.000.000.
"Pak Ardi, apa Anda tidak salah, jika 100.000 per hari, harusnya 17.700.000, kenapa menjadi 20.000.000?” Tanya Gamira ingin meluruskan.
"Terserah akulah, aku yang punya duit, aku yang menghitungnya!” Kata Ardi tak peduli dengan kesusahan yang di alami Gamira, yang penting ia bisa kaya dengan menaikan bunga hutang para korbannya.
" Kalau naik terus begini, seumur hidup pun nggak bakal lunas,” Kata Gamira dengan wajah yang sedih.
"Itu bukan urusanku, lagian siapa suruh mendiang suami yang pinjam buat judi,” Celetuk Ardi mencibir, meskipun ia tahu jika dirinyalah yang memaksa mendiang suami Gamira untuk berhutang padanya untuk bermain judi.
"Tapi saya cuma punya uang segitu hari ini, saya tidak punya uang lagi,” Kata Gamira memilih untuk segera pergi.
"Enak saja mau pergi begitu saja, keluarkan semua uang yang kamu punya, jangan harap jika kamu bisa pergi tanpa menyerahkan semua uang mu,” Kata Ardi.
Tiba-tiba saja Ardi memiliki pikiran buruk, yaitu ingin melecehkan Gamira.
"Bagaimana jika kau melayani ku, maka semua hutang mu lunas,” Kata, Ardi memegang tangan Gamira dengan kuat.
"Tidak! Lepaskan! Aku bukan perempuan hina!” Teriak Gamira mencoba melepaskan diri, tapi pegangan Ardi sangat kuat.
Saat sedang asyik belajar, tiba-tiba Alfino mendapat sebuah notifikasi.
[Peringatan!]
[Peringatan!]
[Ada bahaya]
[Ada bahaya]
Alfino terkejut. “Sistem, apa yang terjadi?” Tanya Alfino langsung berdiri tegak.
[Ibu Anda dalam bahaya]
"Apa? Ibu dalam bahaya?” Tanya Alfino jadi panik. “Di mana ibu ku sekarang?”
[Anda bisa melihat dari peta di sistem hologram Anda]
Alfino mengklik sebuah peta dari sistemnya, ia melihat jika ibunya sekarang berada di sebuah tempat, jika di lihat lebih teliti lagi, itu adalah rumah rentenir yang bisa mereka datangi.
"Ibu di rumah Pak Ardi, jangan-jangan ibu di pukul!” Alfino langsung berlari, ia tidak memikirkan dengan pelajarannya lagi, ia harus menyelamatkan ibunya.
"Ibu, semoga saja kau tak kenapa-napa ibu, kau harus baik-baik saja ibu,” Kata Alfino sangat khawatir.
"Kenapa kau menolak ku, suami mu sudah meninggal, kalau kau jadi istri ku, bukan hanya hutang yang lunas, tapi akan ku belikan apa pun yang kau mau,” Goda Ardi yang siap memangsa Gemira.
"Tidak! Aku tidak tertarik dengan harta mu yang haram hasil menipu orang! Aku tidak ingin menikah lagi! Kehidupan ku dengan anak ku sudah cukup baik sekalipun aku harus membayar hutang pada mu seumur hidup ku! Aku tidak akan sudi menikah dengan mu!” Teriak Gemira tetap mempertahankan harga dirinya. Ia bukan wanita gampangan sekali pun ia miskin.
"Kau ini sangat keras kepala sekali sih! Dasar wanita tidak tau Terima kasih! Aku berbaik hati menyukaimu, tapi kau malah menolak ku! Kala kau tetap menolak ku, aku akan memaksa mu!” Ucap Ardi yang memegang kuat tangan Gemira.
Brukkk!
Tubuh Ardi jatuh ke samping karena di dorong oleh Alfino dengan kuat. Alfino langsung meraih tangan ibunya.
"Ibu, ibu tidak apa-apa?” Tanya Alfino memeriksa tubuh ibunya, takut jika ibunya terluka.
"Ibu tidak apa-apa, ayo kita pergi dari sini sekarang!” Ucap Gemira cepat.
"Dasar bocah kurang ajar! Beraninya kau mendorong ku! Aku tidak akan melepaskan kalian berdua!” teriak Ardi meringis kesakitan sambil memegang bokongnya yang terhempas ke lantai tadi.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!