"JENNA!" teriak seorang pria muda setengah berlari mengejar seorang teman dekatnya berjenis kela_min wanita.
"Hai, Max." Balas Jenna.
Ya, wanita muda itu bernama Jennaira (21 tahun). Ia akrab disapa Jenna. Teman dekatnya itu bernama Max (23 tahun). Keduanya sudah saling mengenal sejak Jennaira duduk di bangku SMA.
Akan tetapi, Max bukanlah teman sekolah Jenna. Max tidak mengenyam pendidikan di bangku sekolah. Max adalah anak yatim piatu dan tinggal di jalanan secara berpindah-pindah.
Keduanya pertama kali saling mengenal dan akrab karena Max pernah menolong Jenna saat akan dipalak dari anak-anak jalanan yang lain ketika pulang sekolah. Bahkan nyaris di per_kosa.
Sejak itu, Jenna merasa punya utang budi pada Max. Alhasil kini keduanya saling dekat. Namun Jenna hanya menganggap Max sebatas sahabat, tidak lebih.
"Semalam dapat banyak gak?" tanya Max.
"Lumayan," jawab Jenna singkat.
"Siang ini dapat traktiran nih aku," goda Max.
"Sorry, Max. Tadi pagi uangnya udah ku setorkan ke rumah sakit. Kamu tau sendiri aku terpaksa kerja sana-sini mulai pagi sampai malam buat biayain pengobatan penyakit Bik Emma,"
Ya, Jenna terpaksa bekerja malam sebagai pencopet dompet-dompet orang kaya. Biasanya tempat yang sering didatangi adalah klub-klub malam.
Max juga memiliki profesi serupa seperti Jenna. Tentunya Max yang lebih dahulu terjun sebagai pencopet. Lalu, ia mengajak Jenna untuk mengikuti jejaknya dan mengajari wanita muda itu.
Jenna yang terdesak keuangan maka terpaksa mengiyakan ajakan Max. Ia tak punya pilihan lain. Daripada harus menjual diri sebagai P S K, Jenna tak sudi.
"Ngapain sih kamu setia banget ngurusin wanita tua itu!" desis Max dengan nada tak suka. "Palingan juga sia-sia. Udah tua, mana penyakitan pula. Pasti gak lama lagi juga bakal masuk tanah!" imbuhnya.
"MAX !!" pekik Jenna seraya menatap tajam ke arah Max.
Jenna tak suka dengan ucapan Max perihal Bik Emma. Jenna segera memberhentikan sebuah taksi dan memilih pergi meninggalkan Max sendirian di jalan.
"Jen, tunggu!" seru Max berusaha mencegah Jenna masuk ke dalam taksi. Bahkan ia meminta maaf atas ucapannya.
"Sorry, Jen." Imbuh Max.
Namun sepertinya Jenna sakit hati. Alhasil genggaman tangan Max dilepas secara kasar oleh Jenna.
☘️☘️
Malam hari pun tiba.
Jenna terlihat resah di sepanjang perjalanan dari tempat tinggalnya menuju ke sebuah rumah sakit di kota.
Hampir setiap hari di beberapa tahun terakhir ini, Jenna melakukan rutinitas seperti ini.
Satu jam yang lalu, ia mendapat kabar dari rumah sakit bahwa kondisi Bik Emma drop dan harus masuk ICU. Bik Emma punya riwayat sakit sesak nafas.
Sejak kecil hidupnya hanya berdua bersama Bik Emma. Mereka hidup berpindah-pindah dari satu kota ke kota yang lain.
Entah mengapa ?
Jenna pun tak tau.
Bik Emma hanya mengatakan agar Jenna selalu menuruti perkataannya. Semua itu demi keselamatan Jenna sendiri.
Namun sejak Jenna berusia lima belas tahun, mereka menetap di sebuah gubuk kecil dekat perkebunan buah.
Sang pemilik perkebunan berbaik hati menerima Bik Emma dan Jenna untuk tinggal di sana. Hanya satu petak bangunan sederhana mirip pondok yang berada dekat perkebunan buah-buahan.
Sepatutnya tak bisa disebut sebagai rumah. Justru mirip seperti gubuk karena memang tak layak huni. Namun Bik Emma dan Jenna menerima kondisi apapun dalam hidup mereka.
Hal ini masih lebih baik daripada dahulu ketika Jenna berusia sepuluh tahun, mereka berdua tinggal di perkampungan lokalisasi yang dominan berisi P S K dan muci_kari.
Setiap hari Bik Emma bekerja sebagai pembantu bagian dapur di rumah pemilik perkebunan. Sedangkan Jenna bekerja sebagai pemberi pupuk dan pemetik buah ketika waktunya panen.
Tak ada kemewahan dalam hidup seorang Jennaira. Hanya ada kemiskinan yang selalu mendapat hinaan. Sering dianggap sebagai kaum terpinggirkan oleh sebagian orang terutama teman-teman sekolahnya dahulu.
Akan tetapi, Jennaira adalah seorang wanita tangguh. Bak bunga mawar hitam yang tumbuh dan besar di area kegelapan. Dia bukan wanita yang menye-menye atau mudah tertindas begitu saja.
Jangan pernah coba-coba bermain atau menyentuh seorang Jennaira, jika tidak ingin mendapat luka di tubuhmu sendiri atau mentalmu.
Setibanya di rumah sakit, Jenna langsung masuk ke ruang I C U. Ia melihat Bik Emma yang awalnya sempat drop, ternyata sudah siuman kembali.
"Bik," sapa Jenna lembut.
"Jenna," balas Bik Emma dengan suara yang terdengar sangat lirih.
"Iya, Bik. Ini aku, Jenna. Bik Emma butuh sesuatu kah?" tanya Jenna seraya menggenggam tangan keriput wanita tua yang rela mengasuh dan membesarkan dirinya sejak kecil hingga detik ini.
"Tadi, Bibi bermimpi bertemu mommy mu."
"Mommy?"
"Ya," jawab Bik Emma. "Sepertinya dia ingin menjemput bibi untuk menemaninya di sana," sambungnya.
"NO !!" seru Jenna seraya kedua matanya mulai berkaca-kaca dipenuhi kristal bening yang siap menetes. "Bibik jangan tinggalin Jenna. Kalau Bik Emma tak ada, aku sama siapa nanti? Hiks...hiks...hiks..." tangis Jenna tak mampu dibendung. Akhirnya luruh juga membasahi pipi mulusnya.
"Jangan menangis, Nona muda. Anda adalah Jennaira, mawar tangguh yang tak lemah walaupun orang lain menginjakmu."
"No_na mu_da?" cicit Jennaira dengan nada suara terbata-bata. Ia terkejut mendengar Bik Emma memanggilnya dengan sebutan 'Nona Muda'. "Maksud Bibi?"
"Ada hal penting yang ingin bibi katakan pada Nona muda. Tolong nona dengarkan baik-baik,"
"Iya. Aku pasti dengarkan omongan bibi tapi jangan pergi," ucap Jenna yang masih sedu-sedan akan tangisnya.
Jennaira sudah mengetahui jika dirinya tak punya ibu karena wanita yang melahirkannya sudah meninggal dunia. Namun untuk kabar ayah maupun keluarga yang lain, ia tak tau.
Bik Emma selama ini bungkam. Ia hanya menjawab bahwa Jenna bukanlah anak ha_ram atau anak yang tidak jelas.
"Setelah ini kamu pulang ke gubuk. Di bawah pot bunga mawar di sebelah ranjang, ada sebuah kunci warna emas yang bentuknya cukup kuno. Kunci itu untuk membuka sebuah kotak yang bibi simpan di dalam lemari. Tepatnya di tumpukan baju bibi. Buka kotak itu dan bacalah isinya,"
"Memangnya isinya tentang apa, Bi?"
"Seluruh rahasia yang sejak kecil kamu tanyakan pada bibi, akan kamu temukan jawabannya di sana. Kotak itu beserta isinya adalah peninggalan dari mendiang Nyonya Jenny, ibu kandungmu."
"Apa di dalam kotak itu tertera alamat makam Mommy?" tanya Jenna. "Aku ingin sekali memeluk mommy walau hanya papan nisannya," Jenna mendadak berubah sendu bila mengingat ibu kandungnya yang telah tiada.
Bahkan hingga detik ini, ia tak pernah melihat wajah kedua orang tuanya secara langsung maupun dari foto. Sungguh miris.
"Bibi tak tau, Jen. Selama berpuluh tahun, bibi tak pernah membuka kotak peninggalan itu. Saat ini di usiamu yang sudah menginjak 21 tahun adalah waktu yang tepat untuk kamu membukanya sendiri dan mengetahuinya,"
"Apa aku sengaja dibuang Daddy karena ia tak mencintai Mommyku?" tanya Jenna yang masih didera penasaran atas rahasia jati dirinya serta keluarganya.
Ia membayangkan kisah cinta orang tuanya mirip seperti novel-novel online yang dibacanya. Seorang pria yang dijodohkan dengan seorang wanita tak dicintainya hanya untuk sekedar menjadi pabrik anak. Dihempas begitu saja setelah mendapatkan apa yang dimau.
Alhasil di dalam hati Jenna muncul setitik kebencian untuk sang ayah yang belum dikenalnya. Bahkan hanya untuk sekedar nama ayah kandungnya saja, Jenna pun tak tau.
"Maafkan Bibi tak bisa menjawab semua pertanyaan Nona. Semoga Tuhan selalu menyertai Nona Jenna di mana pun berada," batin Bik Emma.
Bersambung...
🍁🍁🍁
*Mohon dukungannya ya Sobat Safira di karya baruku. Novel ini bukan tema fantasi. Hanya berlatar keluarga bangsawan. Alur di luar negeri ya. Semua tokoh baru. Semoga suka 💋💋
Waktu berkunjung Jenna di ICU tak bisa berlama-lama. Awalnya Jenna menolak pergi. Namun Bik Emma mengatakan ingin sendirian dan beristirahat. Akhirnya mau tak mau Jenna pun pergi dari rumah sakit.
Ia memutuskan pulang ke gubuk perkebunan, tempat tinggalnya selama ini. Setibanya di sana, Jenna teringat akan pesan Bik Emma.
Perlahan ia mengangkat pot bunga mawar yang ada di sebelah ranjang yang biasa dirinya tidur bersama Bik Emma.
"Jadi, ini kuncinya." Gumamnya pelan setelah melihat ada sebuah kunci warna emas dengan ciri khas kuno seperti yang diceritakan Bik Emma tadi di rumah sakit.
Bergegas Jenna membuka lemari baju. Hanya ada satu lemari baju di sana. Jenna membuka pintu lemari tersebut dan segera beralih pada tumpukan-tumpukan baju milik Bik Emma.
"Ahaaa, ketemu juga akhirnya kotak dari mommy." Jenna tersenyum bahagia bagaikan menemukan sebuah harta karun. Walaupun tak dapat dipungkiri hatinya bersedih karena ia hanya bisa memeluk kotak peninggalan dari mendiang ibunya saja.
Ukuran kotak tersebut cukup sedang yakni seperti ukuran buku tulis anak sekolah TK.
Jenna duduk di tepian ranjang. Lalu, ia segera membuka kotak yang walaupun usianya sudah puluhan tahun silam tapi masih terlihat bagus dan bersih. Menandakan begitu mahalnya harga kotak tersebut yang sepertinya benda itu bukan barang yang mudah dijumpai di toko umum di luar sana.
Ceklek...
Akhirnya Jenna berhasil membuka kotak peninggalan mendiang Jenny. Dengan tangan sedikit gemetar dan hati yang tak karuan, Jenna tetap mencoba membukanya sampai selesai.
Tatapan Jenna mendadak tercenung kala melihat isi di dalam kotak tersebut. Ada sebuah buku mirip buku harian, sepucuk surat, beberapa lembar foto dan ponsel jadul yang diperkirakan Jenna bahwa merek ponsel itu ada puluhan tahun silam serta chargernya.
Lalu, ekor mata Jenna menangkap sebuah kotak kecil di dalamnya. Mirip kotak perhiasan.
"Kotak apa ini?" batin Jenna.
Tangannya pun lebih memilih untuk mengambil kotak kecil itu terlebih dahulu, kemudian membukanya. Ternyata di dalamnya terdapat sebuah kancing baju yang cukup unik.
"Kancing baju siapa ini? Kenapa bisa di kotak mommy?" batin Jenna.
Setelah Jenna mengamati kancing baju tersebut, ia baru tersadar benda itu seakan bersifat langka di dunia ini. Dikarenakan kancing baju pada umumnya tak akan seperti itu.
"Apa ini emas asli?" gumam Jenna yang merasa kancing baju tersebut terbuat dari emas 24 karat.
☘️☘️
Jenna kemudian membuka sepucuk surat di sana. Walaupun kertas tersebut sudah menguning, namun goresan tintanya masih sangat jelas. Lagi-lagi Jenna terpukau melihatnya.
Ia menduga pasti pena yang digunakan oleh ibu kandungnya itu untuk menulis surat tersebut tak sembarangan dan bisa jadi harganya mahal. Sampai-sampai puluhan tahun masih terpampang jelas huruf per hurufnya.
"Amazing syekali. Apa orang tuaku termasuk orang yang kaya?" gumam Jenna seraya bertanya-tanya pada dirinya sendiri.
Faktanya bukan hanya sekedar kaya tapi kaya raya. Bahkan digadang-gadang sampai tujuh turunan lebih hartanya tidak akan habis-habis.
Kini mata Jenna fokus menatap kata per kata yang tertera pada lembar surat sang mommy.
Halo, Jennaira - putriku yang cantik jelita.
Apa kabar, Sayang?
Mommy berharap kamu dalam keadaan sehat dan baik-baik saja.
Apa kamu sekarang sudah remaja atau dewasa, putriku? Umurmu saat ini berapa, Sayang? Apa sudah 17 tahun atau lebih dari itu?
Maafkan mommy yang tak bisa ikut membesarkanmu hingga dewasa. Bahkan mommy belum sempat memberikan A S I untukmu, karena kita harus terpisah oleh takdir yang kejam ini. Jika kamu membaca surat ini, itu artinya mommy telah tiada di dunia ini Nak.
Jangan pernah bersedih atas kondisi keluarga kita yang terpisah seperti ini, Sayang. Kamu harus jauh lebih kuat dari mommy. Yakinlah bahwa Tuhan tidak akan pernah tidur untuk selamanya.
Mommy yang memberikan namamu Jennaira. Percayalah bahwa daddymu sangat mencintai mommy dan juga kamu, Sayang. Di dalam hidup ini pastinya ada yang suka dan tidak. Itu sudah hukum alam.
Mommy ingin kamu bisa hidup bersama daddymu. Saat ini kamu sudah dewasa, pasti bisa menjaga diri dengan baik. Pergilah ke mansion Keluarga Bakari. Biasanya kami menyebutnya Mansion Tropical. Di sana bukan hanya daddymu yang tinggal melainkan ada keluarga yang lain. Masuklah ke sana tanpa membuka identitasmu yang asli. Kelak jika memang waktunya sudah tepat, barulah kamu buka identitasmu yang sebenarnya Nak.
Sebelum melakukannya, bacalah buku harian mommy. Semoga Tuhan selalu menyertaimu, Jenna.
Suatu hari jika kamu sudah berbahagia dengan daddymu, sampaikan maaf dan cinta mommy untuknya.
With love,
Jenny.
☘️☘️
Jenna menghela nafas beratnya usai membaca surat dari Mommy Jenny. Air matanya pun tak mampu ia bendung.
Jenna bukan wanita yang cengeng. Ia jarang sekali menangis. Namun jika hal itu menyangkut ibu kandungnya yang telah tiada, hati Jenna ikut hanyut terbawa arus pilu.
Sejak kecil ia harus menahan hatinya menjadi tegar dalam menapaki hidup tanpa pelukan hangat dari ayah dan ibunya.
Wajah Jenna sangat cantik dan begitu memikat siapapun yang melihatnya. Namun nasib selalu mempermainkan dan tak berpihak padanya.
Bahkan ketika datang ke klub malam untuk mencopet, ia harus menahan emosinya karena sering ditawar oleh beberapa pria hidung be_lang. Ada yang menawar dengan harga murah. Ada juga yang memberikan harga tinggi hanya untuk sekadar menikmati rasa tubuhnya. Sungguh menjijikkan, pikir Jenna.
Lalu, ia melanjutkan untuk mengetahui seluk-beluk Keluarga Bakari di dalam buku harian ibunya. Jenna membaca dengan seksama lembar demi lembarnya.
"Jadi nama daddyku-Aston Bakari," ucap Jenna.
Tiba-tiba otak Jenna dengan cepat mengingat sebuah tayangan di televisi tepatnya di coffee shop beberapa waktu yang lalu. Kala itu Jenna yang sedang menikmati segelas kopi. Tanpa sengaja ia ikut menonton wawancara eksklusif Keluarga Bakari yang sedang tayang secara live di semua stasiun televisi dan media sosial ternama.
"Jadi, mereka semua itu keluargaku?" batin Jenna.
Jenna nyaris tak percaya. Dikarenakan dari wawancara tersebut, ia masih mengingat jelas jika Keluarga Bakari adalah keluarga bangsawan tersohor di negara tetangga. Keluarga Bakari punya beberapa bisnis. Salah satunya yang paling sukses adalah bisnis di bidang perminyakan.
"Keluargaku begitu kaya raya, tapi aku hidup miskin di sini. Kalian sungguh tega!" geram Jenna.
Lalu, ia mengingat adegan live dalam wawancara tersebut. Aston Bakari yang notabene ayah kandungnya, pria itu menggandeng mesra lengan seorang wanita selama wawancara berlangsung. Jenna memperkirakan usia wanita itu tak jauh beda dengan ayahnya.
"Siapa wanita jelek tak tau malu yang berani menggandeng lengan Daddyku? Apa Daddy menikah lagi setelah kematian Mommy?" batin Jenna bersungut-sungut.
Bersambung...
🍁🍁🍁
Aston Bakari saat ini berusia 52 tahun. Dia adalah putra mahkota Keluarga Bakari. Aston adalah pewaris utama seluruh harta kekayaan Keluarga Bakari sesuai aturan yang telah ditetapkan dalam keluarga bangsawan ternama itu.
Aturan tersebut berbunyi bahwa anak laki-laki pertama dari sebuah pernikahan sah maka akan mewarisi sembilan puluh persen dari seluruh harta kekayaan Keluarga Bakari.
Aston adalah anak satu-satunya dari pernikahan sah antara George Bakari dan wanita sederhana dari kalangan rakyat biasa bernama Sania.
Opa George sangat mencintai Oma Sania. Namun Oma Sania meninggal dunia setelah melahirkan Aston akibat pendarahan hebat. Akibat desakan perjodohan keluarga, Opa George terpaksa menerima untuk dinikahkan dengan seorang wanita yang berdarah bangsawan yang bernama Ruby.
Dari pernikahan antara Opa George dengan Oma Ruby, menghasilkan seorang anak bernama James Bakari. Usia Aston dan James berjarak 7 tahun.
Saat ini usia James menginjak 45 tahun. Namun statusnya masih belum menikah. Ia dikenal suka bermain wanita dan menghamburkan uang alias berfoya-foya.
Kehidupan pernikahan Aston tak jauh berbeda dengan sang ayah. Aston juga menikah sebanyak dua kali, baik dengan trah bangsawan maupun rakyat jelata.
Bedanya, Opa George tidak melakukan poligami karena Oma Sania sebagai istri pertama meninggal dunia. Lalu, Opa George barulah menikah kembali atas dasar perjodohan dengan Oma Ruby.
Sedangkan Aston melakukan poligami. Walaupun sebenarnya semua itu tak ada dalam agenda hidupnya.
Aston dan Jenny saling mengenal sejak pertama kali bertemu di sebuah pasar sederhana yang menjual buku bekas dan barang-barang murah meriah. Di sanalah Aston pertama kali jatuh cinta pada Jenny.
Ternyata di sana ada sebuah bazar amal dan Aston terpesona oleh kecantikan Jenny baik secara fisik maupun gerak-gerik ibu kandung Jennaira tersebut. Pria adalah makhluk visual. Paras cantik yang dimiliki Jenny begitu memikat seorang Aston Bakari.
Awalnya Jenny tak tau jika pria yang berdiri di hadapannya dan mendadak menyapanya itu adalah seorang anak konglo dari Keluarga Bakari. Terlebih Aston melakukan penyamaran sehingga tak mudah dikenali orang lain.
Kala itu Aston sedang mengikuti secara diam-diam seorang anak buah ayahnya yang diduga melakukan tindak kejahatan terselubung sehingga ia rela blu_sukan ke dalam pasar.
"Hai, aku-Aston. Namamu siapa?"
"Aku-Jenny."
"Kamu lagi cari apa di pasar ini?"
"Mau beli buku,"
"Umurmu berapa sekarang? Sekolah kelas berapa?" cecar Aston yang didera rasa penasaran.
"Umurku-19 tahun. Aku udah lulus sekolah, Kak."
"Oh, sekarang kamu lagi cari buku kuliah. Memangnya kamu kuliah di mana?"
"Aku enggak kuliah, Kak."
"Kok gak kuliah, tapi buku yang kamu pegang itu kan buku anak kuliahan." Ucap Aston seraya melirik ke arah buku yang dipegang oleh Jenny.
"Apa orang yang tidak mengenyam bangku kuliah, gak boleh baca buku anak kuliahan?" cibir Jenny seraya tersenyum tipis.
Skakmatt !!
Aston langsung terdiam mendengar ucapan Jenny yang menohok tersebut. Namun ia sama sekali tak marah, justru Aston semakin terpesona oleh kepintaran Jenny.
"Ternyata dia gak hanya cantik di wajah tapi otaknya juga sangat pintar," batin Aston semakin kagum pada Jenny.
Itulah perkenalan Aston dengan Jenny pertama kalinya.
Gayung cinta bersambut. Keduanya pun saling mengungkapkan cinta satu sama lain. Namun cinta keduanya sempat terpisah karena Jenny mendadak pergi tanpa kabar pada Aston.
☘️☘️
"Aku enggak mau dijodohkan, Dad. Please..." pinta Aston pada Opa George.
Aston ingin memutus mata rantai atas belenggu tradisi perjodohan demi menjaga kekuasaan dan nama baik Keluarga Bakari.
"Kamu tentu tau aturan di keluarga kita, Aston! Kamu adalah putra mahkota dan sudah waktunya untuk menikah. Uhuk-uhuk..." tegas Opa George seraya terbatuk-batuk.
Akhir-akhir ini kesehatannya cukup menurun sehingga ia segera menyuruh Aston untuk menikah. Tentunya dengan calon yang sudah ditetapkan pihak keluarga besar.
"Aku sudah punya wanita yang kucintai, Dad. Aku hanya mau menikah dengannya,"
"Bawa dia kemari ke hadapanku,"
"Apa Daddy akan merestuiku?"
"Tergantung," jawab Opa George singkat dan ambigu. Aston menghela nafas beratnya.
"Dia, bukan dari darah bangsawan. Tapi, aku sangat mencintai dirinya apa adanya Dad."
"Bawa dia segera untuk berkenalan dengan Daddymu ini!" titah Opa George.
Aston mendadak kehilangan jejak Jenny. Sebenarnya Jenny pergi ke daerah yang cukup jauh untuk melihat kondisi ayahnya yang sedang sakit keras. Jenny tak punya ponsel kala itu, sehingga tak bisa memberi kabar pada Aston.
Entah mengapa Aston seakan mengalami kesulitan untuk melacak keberadaan Jenny. Seperti ada pihak lain yang menghalanginya.
Setelah berbulan-bulan tak ada kabar dari Jenny ditambah desakan dari dalam Mansion Tropical, akhirnya membuat Aston terpaksa menerima perjodohan yang disodorkan oleh keluarganya.
Aston pun menikah dengan wanita berdarah bangsawan yang usianya sebaya dengannya. Wanita itu adalah istri pertama Aston yang bernama Della Rosemary yang kini menjadi Della Bakari.
Dari pernikahan mereka, lahirlah seorang putra bernama Ares Bakari. Akan tetapi, rahim Della terpaksa diangkat karena suatu alasan medis. Alhasil Della tak bisa memberikan keturunan lagi untuk Aston.
Opa George masih berharap memiliki cucu dari Aston. Terlebih James yang bersifat playboy dan selalu menolak untuk menikah. Opa George sama sekali tak bisa mengharapkan apapun dari putra keduanya itu.
Hubungan adik-kakak antara Aston dan James sendiri tak begitu dekat. Walaupun mereka berdua tinggal satu atap yang sama. Seayah tapi beda ibu.
☘️☘️
Ketika Ares berusia 3 tahun, Aston dipertemukan kembali dengan Jenny. Semua itu terjadi tentunya atas kehendak takdir dari Tuhan.
Jenny meminta maaf karena tak bisa memberi kabar pada Aston. Setelah sekian lama berjuang dari sakitnya, ayah kandung Jenny pun harus meninggal dunia tepatnya beberapa bulan lalu.
Aston tak mempermasalahkan hal itu untuk saat ini. Baginya ia bisa bertemu Jenny kembali, rasanya sangat bersyukur. Cinta itu masih terpatri di hati keduanya.
Aston segera membawa Jenny bertemu dengan sang ayah. Jenny begitu terkejut dan tak menyangka jika Aston adalah keturunan Keluarga Bakari yang kaya raya.
Sebab, selama ini Aston menyembunyikan identitas aslinya pada Jenny hingga mengubah penampilannya seperti pemuda biasa dari kalangan rakyat jelata bukan darah bangsawan.
Jenny pun pada akhirnya tak bisa menolak lamaran Aston. Ia sangat mencintai Aston apa adanya. Pernikahan Aston dan Jenny akhirnya terlaksana. Semuanya berjalan dengan lancar dan sah, baik agama maupun negara.
Della tetap menjadi istri pertama Aston. Sedangkan Jenny berstatus sebagai istri kedua.
Della tak mampu menolak keinginan Aston yang berpoligami. Keluarga Rosemary tak punya banyak harta yang bisa dibanggakan olehnya. Bahkan usaha keluarganya terancam gulung tikar jika tidak dibantu keuangan oleh Keluarga Bakari selama ini.
Hanya tersisa title berdarah bangsawan saja yang ditinggalkan oleh Keluarga Rosemary untuk Della.
Di sisi lain, Opa George sangat merestui pernikahan Aston dengan Jenny. Namun tidak bagi Oma Ruby. Ia tak menyukai Jenny karena berasal dari trah rakyat jelata. Oma Ruby lebih menyukai menantu pertamanya yakni Della. Dikarenakan sama-sama berdarah bangsawan seperti dirinya.
"Dasar wanita miskin! Berani-beraninya masuk dalam Keluarga Bakari. Pasti dia cuma mengincar harta Keluarga Bakari. Lihat saja nanti, apa kamu akan betah tinggal di sini atau pergi dengan suka rela?" batin Oma Ruby dengan tatapan tajam yang mengarah ke Jenny yang sedang tersenyum bahagia di hari pernikahannya.
Bersambung...
🍁🍁🍁
* novel ini berkonsep bangsawan modern dengan alur di luar negeri, tapi tetap ada sedikit unsur tradisionalnya terutama soal aturan. Bergaya modern, tapi tetap ada pakem-pakemnya. Bukan tema fantasi atau kerajaan ya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!