"Calo!!! Astaga abis kesabaran ibuk cuman buat bangunin kamu aja." Wanita yang hampir kepala lima itu menarik boneka jelek seperti baru tercebur dari lumpur itu dari pelukan sang anak.
Dan Yap..
Gadis itu langsung membuka mata saat boneka kesayangannya diambil. Dia menatap sang ibu dengan tatapan tidak bersahabat.
"Apasih buk?! Inikan hari Sabtu dan calo juga belum bersih, biarin Calo tidur sampai siang kek." Gadis yang bernama Calo itu merenggut dan berusaha mengambil boneka kesayangan dari cengkraman ibu kandung yang berada ibu tiri itu.
"Tidur aja pikiran kamu tu. Hari ini kamu wisuda!! emang mau pas nama kamu dipanggil orang lain yang maju?!" Ibunya masih berbicara dengan nada keras.
Gadis itu langsung gelalapan dan ia langsung melihat hp, benar saja hari ini adalah hari kemenangannya setelah empat tahun berperang dengan bangku kuliah.
Dia melihat jam di hp dan angka tujuh besar tampak di layar hpnya. Gadis itu langsung mencampakkan hpnya dan berlari mengambil handuk.
"Ibu kenapa tidak membangunkan Calo dari subuh sih!! Kan calo mau make up sama Dinda, sekarang malah nggak keburu. Ibu mah..." Omelan Calo masih terus berlanjut di dalam kamar mandi.
Luna yang merupakan ibunya Calo pun hanya bisa mengelus dada mendengar Omelan sang anak. Bukankah dia yang harusnya mengomel sekarang?
Biarlah anak durhakanya itu.
Luna mengambil jilbab segi empat yang belum di setrika. Baju wisuda sudah di jahit dari jauh jauh hari dan sudah terletak di depan lemari dari dua hari yang lalu.
Anak satu satunya itu terus menatap baju wisuda itu sambil terkekeh seperti orang gila. Tapi saat hari H malah dia yang terlambat bangun padahal sudah sewa KUA eh maksudnya Mua buat dandan sama teman temannya.
Calo keluar dari kamar mandi hanya dengan handuk dan langsung memakai baju di depan sang ibu yang sedang menyetrika jilbab. Calo baru sadar ternyata ibunya sudah siap dengan kebaya yang sewarna dengan kebaya wisudanya.
"Calo mau make up sama siapa ibu? mana ada Mua yang mau ambil job sekarang." Gadis itu masih terus mengomel yang kali ini dengan wajah cemberut.
"Nggak usah nangis, ibu yang make in kamu bedak nanti. Sekarang cepat pakai bajunya."
Selesai menyetrika jilbab sang anak, Luna mengambil rok songket dan membantu sang anak memakainya.
"Makasih ya buk." Ucap Calo dengan tulus setelah Luna selesai memakaikan roknya. Banyak hal yang terkandung dari kata terimakasih itu.
"Iya iya, cepat kancingin kebayamu itu." Kini Luna mengambil sisir.
.
.
Wajah Calo cemberut saat angin kencang menerpa wajahnya. Jilbabnya yang tadi rapi sudah semrawutan lagi. Ibunya membawa motor dengan cepat, Calo yang duduk di belakang hanya bisa memeluk pinggang ibunya dengan erat.
Tadi Calo sudah akan memesan taksi tapi ibunya sudah mengeluarkan motor dan melarangnya memesan taksi dengan alasan akan macet dan semakin lama.
Dan motor Scoopy legendaris inilah yang mengantarkan mereka sampai di kampus tepatnya di gedung tempat Calo wisuda.
"Jangan cemberut, dia yang mengantarkan kamu sampai selesai kuliah dan harus dia juga yang mengantarkan kamu saat menjemput kemenangan kamu."
Luna turun lebih dahulu dan mengeluarkan hils Calo dari dalam kantong plastik yang ia bawa. Calo yang duduk menyamping pun memakai Hils yang di sodorkan ibunya dan barulah ia turun.
"Makasih buk."
.
.
.
bersambung
jangan lupa like and vote ya
salam hangat dari author
"Ayo cepat!" Luna menggenggam tangan sang anak untuk berjalan dengan cepat sedangkan yang punya acara masih berjalan lenggak-lenggok dengan tangan memegang kaca sambil merapikan hujan dan lipstiknya.
Akhirnya Calo di make-up sama ibunda ratu tercinta. Dia hanya dipakaikan bedak sama lipstik saja karena mata ibuk mereka sudah tidak sempat lagi Makai yang lain lain.
Untung aja wajah Calo mulus meskipun tidak putih sehingga pakai bedak sama lipstik pun masih tanpa cantik dan manis.
"Senyum." Ucap Ibuk saat memberikan undangan sebelum masuk ruangan.
Calo meletakkan cerminnya dan tersenyum pada adik tingkat yang bertugas menyambut tamu.
"Makasih sayang." Ucap Calo saat dia diberi air putih.
Saat masuk ruangan kaki Calo rasanya langsung dingin. Jantungnya berdetak cepat saat melihat satu persatu orang di panggil ke depan. Apakah namanya sudah selesai disebut??
Calo panik dan melepaskan genggaman tangan ibunya. Dia berlari pergi begitu saja mencari Dinda yang merupakan sahabatnya. Saat berlari Calo tidak sengaja menyenggol sesuatu dan setelah lima langkah berjalan, dia mendengar rengekan anak kecil.
Astaga!! Dia menabrak peri mini ternyata. Calo berbalik dan dengan kesusahan karena lilitan songket, dia berjongkok membantu peri mini ini berdiri.
Yang di tabrak Calo adalah seorang anak kecil mungkin berumur dua tahun, memakai gaun mengembang dengan mahkota kecil di rambut ikalnya. Oh jangan lupa balon matahari yang ada di atas kepalanya, ternyata tali balon itu diikat seseorang di pakaian gadis mini ini.
Bibir cemberut dan rengekan manja terdengar dari bilah kecil peri mini ini. Calo yang tidak pernah punya adik pun tidak tau cara menghentikan tangisan anak kecil pun kebingungan.
"Jangan nangis, jangan nangis ya." Calo mengangkat anak itu berdiri dan menepuk kepala nya agar dia diam tapi nyatanya gadis itu tetap merengek.
Okey... Calo tidak punya cara lain lagi. Dia mengangkat gadis kecil ini dan membawanya terburu buru menuju tempat duduknya yang berada di paling depan.
Calo hanya berharap dia belum di panggil kalau tidak... ah Calo tidak ingin memikirkannya. Langkah kakinya semakin cepat dan gadis kecil itu kini hanya terisak sambil menyandarkan kepalanya ke dada Calo.
Setelah sampai di kursinya, barulah Calo menghela nafas panjang karena ternyata dinda masih duduk di sana.
Dinda begitu cantik dengan make up yang dulu mereka cari bersama sama. Calo ingin menangis saja rasanya melihat Dinda yang cantik sedangkan dia memakai bedak dan lipstik saja ditambah sambil menggendong anak.
Dia seperti ibu muda yang riweh saat wisuda!!
"Dua hari nggak ketemu, udah punya anak aja nih." ledek Dinda dengan mata yang sinis pada Lora.
Bagaimana tidak sinis, gadis satu ini berjanji akan datang jam empat subuh kerumahnya untuk makeup tapi sampai jam setengah delapan tidak datang datang dan akhirnya dia harus menahan malu meminta maaf pada mua yang dipesannya.
"Hehehee tadi aku terlambat bangun jadi tidak sempat kerumah kamu lagi. Ini aku lari lari mau kesini, eh nggak sengaja nabrak si mini ini." Ucap Calo sambil cengengesan.
"Hehehe!! Makanya orang bilang jangan bergadang itu di dengerin!! Ini lagi, kalau orang tuanya cariin gimana." Dinda memang lebih banyak ngomel dari pada ibuk dan Calo sudah terbiasa dengan mulut sahabatnya itu.
"Atu Ndak Nini!!" eh tiba tiba bocah di pelukan Calo bicara.
.
.
.
bersambung
jangan lupa like and vote
salam hangat dari author
Calo dan Dinda langsung melihat ke gadis mini yang masih berada di pangkuan Calo. Kini gadis kecil yang berkostum peri mini itu sedang duduk tegak dengan tangan masih memegang dada Calo menatap tajam pada dua manusia dewasa yang mengatainya tadi.
"Nini?" satu hal yang harus diingatkan lagi tentang Calo yaitu dia adalah anak tunggal dan tidak pernah berurusan dengan anak kecil, baik itu adik maupun keponakan.
Dan kini dia sama sekali tidak mengerti apa yang dikatakan makhluk di pangkuannya ini. Bahasanya sungguh aneh.
"huum!! Atu Ndak Nini, atu cudah tuga tahuuunn." Ucap gadis itu sambil memperlihatkan empat jarinya ke depan wajah Calo.
Melihat jari jari kecil yang berada di depan wajahnya membuat Calo gemas dan tanpa sadar malah menggigit tangan kecil itu.
Dan sesuai prediksi, gadis kecil itu menangis menjerit jerit karena tangannya yang sakit, bekas gigitan Calo masih ada di sana. Memang anak satu ini agak lain, tangan anak kecil pun di gigit kuat.
Calo berdiri dan menggoyang goyang badannya sambil menyuruh bocah itu diam. Sepertinya Calo akan membenci anak kecil setelah ini, telinganya benar benar pekak karena tangisan anak mini ini.
"Bego!! tangan anak kecil pun kau gigit, memang dasar rakus." Bukannya membantu Dinda malah tambah membuat Calo kesal.
"Ihh tolonginlah, nih kek mana mau diamin dia. Kamu kan punya adik pasti tau." Calo berusaha memberikan Anak kecil yang meraung raung di gendongannya pada Dinda. Tapi ternyata gadis kecil itu malah melingkarkan tangannya di leher Calo dan tidak ingin berpindah tangan.
"Ahat ahat... angan atu beldalah... huhuuuu." Gadis itu tidak memberontak seperti tadi lagi tapi masih menangis di pelukan Calo.
Orang orang di sekitar Calo melihat kearah mereka, meskipun ingin tampil memukau banyak orang tapi bukan begini juga yang diinginkan Calo.
"Kamu apakan anak saya?" tiba tiba suara bas terdengar dari samping Calo. Tempat duduk mereka berada di pinggir dan bisa keluar masuk dengan mudah.
Calo dan Dinda langsung menatap kearah suara, dan saat menoleh bibir mereka terbuka melihat pria idaman mereka berada satu meter di samping mereka.
Calo yang tadi masih menggoyang goyang badan menghentikan tangisan gadis kecil di gendongannya pun terdiam dengan mata berbinar binar.
"Nggak ngapa ngapain kok om." Calo berniat meletakkan tangannya di belakang tubuh mencoba bertingkah imut dan lupa kalau ada gadis kecil di pelukannya.
"Aaaaaaa!!" teriakan gadis kecil itu membahana untung saja sountrack masih lebih besar dari gadis kecil itu. Gadis kecil bergantung pada leher Calo yang membuat Calo membungkuk menahan sakit lehernya.
Pria yang tadi berjarak satu meter itu langsung mendekat sangat dekat, menahan badan sang anak agar tidak jatuh. Pria itu mengambil anaknya dari tangan gadis aneh di depannya.
Calo yang masih syok pun tidak tau berbuat apa, ditambah bau parfum pria itu yang memenuhi indra penciumannya.
Benar benar BAU UANG!!!
Dinda pun masih dengan posisi mengagumi indahnya makhluk tuhan ini. Benar benar persis dengan apa yang sering mereka bayangkan.
"Papa... Dia ante ahat!! Dia ilang atu nini. Ante ahat." Gadis kecil itu melihat Calo dengan muka sinis.
Gawat!!!
.
.
.
bersambung.
Baca cerita Author yang lain juga, klik profil aja ya
salam hangat dari author
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!