Iringan langkah kaki puluhan jamaah haji menapaki lingkaran Ka'bah dengan kalimat doa dan zikir dalam tawaf mereka. Rasa khusu ibadah hebat itu dari setiap insan yang mengharapkan ampunan, kebahagiaan dan kesuksesan untuk kehidupan mereka.
"Ya Allah kami datang padaMu untuk memenuhi panggilanMu. Berilah kami keberkahan dan ampunan serta RahmatMu yang meliputi langit dan bumi."
Begitulah harapan tamu-tamu Allah di hadapan Ka'bah di mana rumah Allah SWT yang sangat dirindukan umat Islam seluruh dunia. Hanya saja tidak semua hamba Allah yang mendapatkan kesempatan menjadi tamu istimewaNya.
Ditengah tawaf ada dua insan yang berdiri di hadapan Ka'bah sambil menengadahkan wajah mereka dengan tangan terangkat.
"Ya Allah. Ampunilah dosa-dosaku...! Ampunilah dosa kedua orangtuaku. Ya Allah hamba datang ke rumah ini untuk memohon kepadaMu. Nikahkan hamba dengan seorang pria luar biasa dari sisiMu...!" pinta Rani lalu membuka cadarnya sehingga kecantikannya dilirik oleh pria yang ada di sebelahnya yang juga khusu memanjatkan doa yang sama dengan Rani.
Namun desakan para jamaah haji di depan Ka'bah membuat Rani terdorong tubuhnya yang langsung ditangkap oleh Khalid yang asyik menikmati kecantikan bidadari yang mengunggah hatinya.
"Astagfirullah...!" seru Rani lalu mengangkat wajahnya melihat sosok tubuh kekar yang sempet melindunginya dari dorongan para jamaah haji dari berbagai negara tersebut.
"Sorry...!" ucap Rani setelah berdiri sempurna dengan jantung berdegup kencang.
"Masya Allah, tampan sekali cowok ini." Rani menutupi lagi cadarnya karena sadar Khalid menatapnya dengan intens.
"You are ok,?" tanya Khalid dan Rani mengangguk gugup.
"Yes, it's ok." Rani tidak membuang kesempatan untuk berdoa lagi karena tawafnya sudah selesai dan ia harus melanjutkan ibadah berikutnya yaitu sholat Sunnah tawaf dan dilanjutkan sya'i.
"Ya Allah. Ijin aku memiliki calon suami setampan pria yang ada sebelahku ini," ucap Rani dengan suara yang cukup keras membuat seorang Khalid tersenyum samar karena ia paham dengan bahasa Rani.
"Aamiin ya Allah kabulkan doa bidadari ini karena aku sendiri yang akan menjadikan dirinya sebagai istriku," lirih Khalid mengaminkan doa Rani lalu mengikuti langkah Rani yang ingin keluar dari lingkaran tawaf.
Langkah Rani yang begitu cepat hampir membuat Khalid kehilangan gadis bercadar itu. Beruntunglah matanya tidak lepas mengikuti punggung Rani yang sudah mencari tempat sholat menghadap Ka'bah tepat di belakang Maqom Ibrahim.
Sementara itu asisten pribadinya Khalid yang tadi berdiri disebelah Khalid ikut bingung melihat ulah bosnya.
"Tuan, kenapa anda berdiri dekat tempat sholat wanita?" bingung sang asisten.
"Aku mau sholat sunah tawaf dulu dan kamu tolong perhatikan gadis di samping kita yang sedang sholat itu. Jangan sampai kamu kehilangan dia." Khalid mengarahkan jarinya ke arah Rani yang sedang khusu menunaikan sholat.
"Emangnya dia siapa tuan?" tanya sang asisten belum paham.
"Bidadari ku. Awasi dia sampai aku selesai sholat, ok!" titah Khalid diiringi anggukan kepala sang asisten.
Berapa menit kemudian, Rani bersiap-siap untuk menuju tempat sa'i. Khalid terus mengikuti langkah gadis itu. Ia merasa heran dengan Rani yang berjalan sendiri tanpa didampingi siapapun.
"Apakah gadis itu berangkat haji sendiri tanpa didampingi mahram atau temannya? Kenapa dia berani sekali?" sesal Khalid. Ia juga ingin menunaikan ibadah haji tamattu nya lalu melakukan tahalul untuk membebaskan dirinya dari ikatan ihram.
Rani mencari tempat yang cukup aman menjauhi gerombolan para jamaah haji yang sedang sa'i. Dia tidak menyadari ada sosok tampan yang sedang mengawasinya sekaligus menjadi bodyguard nya. Setiap kali pundaknya yang hampir bersentuhan dengan jamaah lain membuat Khalid buru-buru berjalan disisi Rani yang belum menyadari keberadaannya Khalid.
Hingga akhirnya Rani berhenti sesaat untuk mengambil air zam-zam untuk ia minum. Saat penjaga tempat air zam-zam menawarkan bantuannya Rani menolak dan ingin mengambil minumannya sendiri. Namun gadis cantik itu tetap memberikan sedekahnya pada dua orang petugas di tempat itu.
Perilaku baik Rani tidak terlepas dari tatapan Khalid. Ia menoleh melihat asistennya yang ikut mengawasi gerak-gerik Rani dengan pandangan bingung.
"Syam. Tolong selidiki identitas gadis itu secara lengkap...!" titah Khalid.
"Baik tuan. Apakah kita akan mengikuti gadis itu pulang ke hotelnya?" tanya Syam.
"Iya."
"Kenapa tuan tidak langsung berkenalan saja dengannya. Dengan begitu tuan akan langsung tahu siapa dia."
"Tidak. Aku harus memastikan sesuatu tentang gadis itu. Setelah itu aku akan mendekatinya sampai dengan proses ibadah haji ini selesai. Bukankah kita tidak boleh melanggar rukun haji sampai proses ibadah haji ini selesai?" jawab Khalid yang tetap menjaga dirinya dari larangan selama melakukan ibadah haji.
"Benar juga tuan, aku lupa akan hal sepenting itu. Walaupun aku tahu mudah bagi tuan untuk membayar dam tapi urusan ketakwaan kita lebih penting saat ini. yang lain bisa diatur dikemudian hari. Aku akan melakukan apapun yang membahagiakan tuan," ucap sang asisten bijak.
"Terimakasih. Lakukan secepatnya dan jangan sampai kita kehilangan jejaknya," ucap Khalid dengan matanya tidak terlepas mengawasi punggung gadis anggun yang sudah mencuri hatinya.
Setelah proses sa'i selesai, rani mengambil gunting di dalam tasnya dan meminta seorang ibu yang ada di tempat itu untuk menggunting sedikit rambutnya sebagai tahalul yang menandakan ia sudah bisa lepas ihram.
Khalid mendengar percakapan Rani yang bisa berbicara bahasa arab. Hatinya menghangat karena dengan begitu mudah baginya berkomunikasi dengan gadis cantik itu. Bukan hanya itu saja yang membuat Khalid meleleh dengan sosok cantik di depannya itu, prilaku baik Rani yang tahu cara berterimakasih pada ibu itu dengan mencium tangan ibu dari negara Irak itu penuh takzim.
"Masya Allah, benar-benar kecantikan gadis itu sangat sempurna. Aku harus bisa memilikinya bagaimanapun caranya," celetuk Khalid lirih.
Saking larutnya membayangkan sosok Rani yang ingin ia miliki itu membuat ia kehilangan gadis cantik itu hingga membuatnya panik.
"Astagfirullah. Ya Allah ke mana gadis itu pergi?" Khalid menghampiri ibu yang tadi menggunting rambut Rani dan menanyakan ke mana gadisnya pergi.
"Nyonya, apakah anda melihat istriku barusan?" tanya Khalid membuat sang ibu itu bingung karena Rani tadi bilang padanya kalau dia masih gadis.
"Istrimu? Yang mana tuan? Yang tadi bersamaku barusan adalah seorang gadis yang belum memiliki suami. Aku tidak tahu istrimu yang mana," ketus nyonya itu membuat Khalid menepuk jidatnya dan menjelaskan hal yang sebenarnya pada nyonya di depannya.
"Dia bilang padaku dia tinggal di hotel yang ada jam tower itu. Arahnya ke sana tadi, tuan," ucap sang nyonya itu sambil menunjukkan jarinya di tengah kerumunan orang-orang yang berada di hadapan mereka.
Khalid mengikuti arah yang dimaksud oleh sang nyonya itu. Langkahnya begitu cepat untuk bisa menyusul wanita impian nya itu. Jantungnya berdegup kencang karena ia begitu takut kehilangan sosok Rani.
"Ya Allah di mana dia...?" batin Khalid memeriksa semua gadis yang bercadar di depannya yang ternyata bukan Rani.
"Apakah mereka akan bertemu lagi...?"
Khalid menghubungi Syam yang juga ikut menghilang bersama Rani. Entah mengapa Khalid merasa dunianya ikut menghilang saat ini juga. Tidak mungkin ia bisa melacak keberadaan Rani kalau belum mengetahui identitas gadis cantik bercadar itu yang bukan hanya mencuri hatinya beberapa jam yang lalu tapi jiwanya ikut terbawa oleh gadis itu.
"Sial.....! Kenapa disaat penting seperti ini Syam ikut menghilang?" gerutu Khalid yang sulit sekali menghubungi Syam.
Khalid berdiri menepi di salah satu hotel untuk melihat keberadaan Rani yang bisa ia kenali jemari gadis itu yang mengenakan cincin berbentuk unik. Sepertinya cincin itu dirancang khusus untuk gadis itu.
Diantara semua wanita bercadar yang ada di pelataran Masjidil haram itu, tidak ia temukan sosok Rani yang makin membuat hatinya dongkol.
"Andai saja tadi aku tidak melamun mungkin aku tidak akan kehilangan dirinya," sesal Khalid kemudian melangkah gontai menuju hotelnya yang tidak jauh dari tempatnya berdiri.
Ketika berada di depan pintu lift tiba-tiba saja ia dikejutkan dengan kehadiran Syam yang menepuk pundaknya lembut.
"Tuan....!"
"Syammmm ....!" pekik Khalid menahan geram.
"Tuan, maaf aku tadi kabur begitu saja darimu karena aku....-"
"Sudah diamlah....! Aku sudah tidak ingin mendengar alasanmu yang tidak penting itu," kecewa Khalid yang langsung masuk ke dalam lift yang sudah terbuka tanpa mau mendengar penjelasan Syam.
"Tapi tuan aku tadi harus buru-buru mengejar wanita tuan itu kalau tidak kita bisa kehilangan dirinya," lanjut Syam membuat wajah Khalid yang awalnya tertekuk berubah cerah ceria bersama dengan fajar yang baru menyingsing di luar sana.
Khalid serta merta memeluk Syam dengan penuh rasa syukur karena Syam sudah melakukan tugasnya dengan baik.
"Alhamdulillah. Maafkan aku Syam. Aku kira aku sudah kehilangan gadis itu selamanya dan ternyata kamu terus mengikutinya. Apa yang sudah kamu dapatkan tentang dirinya?" tanya Khalid tidak sabaran.
"Aku mengikutinya hanya untuk melihat dia menginap di hotel apa dan berapa nomor kamarnya. Dan Alhamdulillah aku sudah mendapatkan nomor kamarnya yaitu 409 tidak jauh dari kamar anda tuan," ucap Syam membuat wajah Khalid berbinar.
"Benarkah...? Jadi dia menginap di hotel yang sama dengan hotel kita?" tanya Khalid menegaskan kembali jawabannya Syam yang mengangguk antusias.
Khalid kembali memeluk Syam dengan sangat erat membuat Syam merasa jengah dan bersamaan dengan itu pintu lift terbuka bersamaan dengan kemunculan Rani yang tercengang melihat kedua pemuda di depannya yang saling berpelukan itu dengan wajah mereka terlihat sumringah. Menyadari keberadaannya Rani membuat kedua pemuda itu reflek mendorong satu sama lain.
"Maaf nona...! Ini tidak seperti yang kamu pikirkan," ucap Khalid buru-buru agar Rani tidak berpikir buruk dengan sikap mereka barusan.
"Tidak masalah. Itu bukan urusanku," ucap Rani dingin sambil memencet lantai restoran karena ia mau sarapan pagi.
"Sial...! Kenapa dia harus lihat adegan menjijikan barusan," sesal Khalid menenangkan hatinya.
"Tuan mau ikut sarapan?" tanya Syam mengusir ketegangan diantara kedua makhluk didepannya.
"Menjauh lah dariku agar gadis ini tidak berpikir buruk pada kita!" titah Khalid kembali ke mode kharismatik.
Rani terlihat sibuk sendiri dengan ponselnya walaupun jantungnya sendiri tidak baik-baik saja bertemu lagi dengan pria yang beberapa jam lalu sudah menguasai pikirannya.
"Apakah mereka berdua gay? Atau ini hanya pikiranku saja? Tapi kenapa mereka saling berpelukan? Barusan aku dengar satu pria ini memanggil si tampan ini dengan sebutan tuan? Apakah si tampan ini orang penting?" batin Rani terusik juga dengan adegan yang beberapa detik lalu disaksikan olehnya.
Pintu lift terbuka. Ketiganya keluar berbarengan menuju restoran di mana sarapan pagi sudah siap. Rani langsung menuju ke meja yang cukup jauh dengan para jamaah haji lain yang sudah lebih dulu menempati tempat mereka.
Rani meletakkan tasnya lalu kembali mengambil makanannya. Sementara itu Khalid malah mengambil tempat duduk yang sama dengan Rani tanpa sepengetahuan gadis itu.
"Kamu jaga tas wanita ku...! Aku mau menemaninya mengambil sarapan terlebih dahulu...!" ucap Khalid pada asisten pribadinya itu dengan tetap mengamati pergerakan Rani.
Setelah mengambil beberapa makanan yang diinginkan olehnya, Rani bergegas menuju ke mejanya.
"Apakah butuh bantuan nona?" tawar Khalid saat keduanya berpapasan.
"Aku bisa sendiri. Terimakasih...!" ucap Rani terlihat begitu menjaga wibawanya. Tidak menebar pesona walaupun hatinya cukup syok dengan perlakuan manis Khalid.
Khalid tersenyum lembut dan berjalan mengikuti langkah Rani yang tiba-tiba berhenti karena melihat Syam sudah duduk di mejanya.
"Hei...! Kenapa kamu duduk di sini? Ini tempat ku dan masih ada tempat lain yang kosong di sini bukan?" sergah Rani tidak suka.
"Maaf nona. Kami ingin duduk bersamamu di sini. Bukankah kamu hanya sendirian dan ini juga fasilitas restoran yang bakal digunakan semua jamaah yang ada di hotel ini," tekan Khalid.
Rani hanya menarik nafas berat dan tidak mau lagi berdebat karena ia juga sudah lapar. Ia menikmati sarapan paginya sambil melihat email yang masuk di ponselnya. Untuk sesaat keduanya terdiam membiarkan waktu berlalu tak berarti. Khalid melirik Rani lalu mulai memberanikan diri berkenalan dengan Rani.
"Maaf nona apakah aku boleh berkenalan denganmu?" tanya Khalid memberanikan diri.
Rani tampak terdiam dengan wajah tercengang menatap Khalid dengan tatapan rumit." Benarkah apa yang aku dengar dari si tampan ini? Dia mau berkenalan denganku? ini rejeki atau takdir?" batin Rani.
"Nona....! Apakah kamu baik-baik saja? Apakah aku terlalu tampan menurutmu?" goda Khalid saat sang asisten sedang mengambil sarapannya.
"Sorry. Namaku Rani...!" seraya mengambil sesuatu dari tasnya lalu diserahkan kepada Khalid yang menerima kartu nama Rani. Khalid membaca kartu nama Rani sekilas.
"Hebat...! Kamu seorang dokter kandungan. Profesi yang sangat mulia. Kenalkan aku adalah Khalid dan aku bekerja di sebuah Bank di negara ini," ucap Khalid tanpa memberikan kartu namanya pada Rani. Keduanya saling mengatupkan tangan mereka di dada dengan sikap canggung.
"Keren...!" puji Rani walaupun sedikit kecewa karena ia begitu takut Khalid bohong padanya. Rani melanjutkan makannya sambil menunggu ucapan berikutnya dari Khalid.
"Aduhh....! Doa ku tadi itu pingin punya laki setampan dia tapi kenapa dia sendiri yang berada di depan ku saat ini?" Rani berusaha menenangkan hatinya dan tidak terlalu berharap ada keajaiban dari Tuhannya.
"Apakah kamu sudah menikah?" basa-basi Khalid.
"Sedang menunggu."
"Menunggu di lamar?" tembak Khalid.
"Menunggu perjodohan ayahku karena dia sendiri yang akan memutuskan dengan siapa aku menjalani sisa hidupku selanjutnya," jelas Rani sendu.
"Dan kamu menerima begitu saja perjodohan itu?" tegas Khalid.
"Ya, karena aku tidak becus mendapatkan pria yang tidak sesuai dengan kriteria ku makanya ayahku yang memutuskan agar aku menerima pria yang akan menjadi calon suami ku kelak. Aku hanya berharap agar aku mendapatkan calon suami sesuai impianku," terang Rani.
Khalid menyimak dengan seksama. Hatinya terlihat patah mendengar penjelasan Rani. Apakah ia punya kesempatan untuk mendapatkan wanita di depannya ini untuk menjadi pendamping hidupnya kelak.
"Ya Allah. Aku tidak mungkin melamarnya sekarang karena masih dalam proses haji. Tangguhkan waktumu ya Allah dan tolong jaga hatinya untukku dan jauhkan lah dia dari perjodohan ayahnya dengan pria manapun," desis Khalid terlihat melamunkan Rani yang juga menikmati sarapannya dengan tenang.
"Dan bagaimana dengan kamu sendiri, tuan Khalid? Apakah kamu sudah menikah? Siapa wanita yang beruntung itu?" tanya Rani membuat Khalid tersedak karena ia sedang membilas kerongkongan nya dengan air putih.
Uhukk....uhukkk ....!
"Sorry....!" Rani spontan mengelus punggungnya Khalid yang tersenyum senang mendapatkan perhatian Rani karena keduanya duduk bersebelahan.
Dari perkenalan singkat keduanya, hari-hari selanjutnya Rani tidak lagi merasa sepi. Tawaran persahabatan yang dilayangkan oleh Khalid cukup masuk akal untuk Rani yang sedang menjalani ibadahnya di tanah suci. Lagipula Khalid masih sendiri tidak punya kekasih jadi tidak ada hati yang perlu Rani jaga.
Namun perhatian Khalid tidak seperti seorang sahabat pada Rani. Apapun yang dilakukan oleh gadis cantik itu tetap berada dalam pantauan nya saat Rani keluar dari kamarnya untuk beraktivitas baik itu berkunjung ke mall maupun restoran, Khalid selalu mendampinginya dan membayar semua apa yang dibutuhkan Rani. Seperti saat ini Rani yang terlihat lebih rapi dengan busana putih-putih melangkah ke luar meninggalkan kamarnya.
"Kamu mau ke mana?" sapa Khalid yang sengaja menunggu Rani keluar dari kamarnya.
"Mau ambil miqot di ji'ronah."
"Kalau begitu biar bareng denganku saja. Kebetulan sekali aku ingin ke sana. Kamu mau umroh sunnah?" tanya Khalid yang sudah menyiapkan baju ihramnya di mobil pribadinya.
"Mau badal umroh untuk almarhumah ibuku," sahut Rani.
"Kalau begitu kamu lebih aman jalan sama aku ya. Jangan sendirian karena tidak baik kamu pergi ke tempat jauh tanpa didampingi mahram," ucap Khalid.
"Kamu juga bukan mahramku, tuan Khalid," ledek Rani.
"Tapi setidaknya hubungan kita adalah sahabat bukan?" timpal Khalid acuh.
"Baiklah. Aku percaya padamu. Lagi pula kamu lebih mengenal kota suci ini daripadaku," ucap Rani mengikuti langkah Khalid yang berjalan lebih dulu darinya menuju pintu lift.
"Insya Allah bersamaku engkau aman, Rani." Senyum bahagia terpancar dari wajah pria tampan itu karena selalu siap menemani wanita pujaannya kapan saja.
Tiba di luar hotel keduanya sudah disambut oleh Syam dengan mobil eropa yang sangat mewah keluaran terbaru. Rani tidak heran dengan pemandangan di depannya walaupun ia sendiri penasaran dengan sosok pria tampan di depannya ini.
"Siapa sebenarnya kamu Khalid? Dia sangat misterius bagiku," batin Rani lalu masuk ke dalam mobil ketika pintu dibuka oleh Khalid.
"Alhamdulillah. Tidak sia-sia aku punya teman orang hebat di negara ini. Mobilnya saja sudah menunjukkan tingkat kelas sosialmu, tuan Khalid. Jangan-jangan kamu salah seorang pangeran Arab," celetuk Rani dengan tawa renyah membuat Syam menatap wajah tuannya yang tetap terlihat tenang.
"Syukurlah kalau kamu suka Rani. Aku senang bisa membantumu bahagia sebisaku. Dan aku harap apapun yang kamu kerjakan diluar kamar hotel tolong libatkan aku juga, ok!" pinta Khalid dengan tetap menjaga sikap kharismatik nya.
"Apakah ini permintaan sungguhan?" ragu Rani.
"Apakah aku kelihatan sedang menipumu?" balas Khalid.
"Syukron, tuan Khalid. Jangan terlalu berlebihan agar pikiranku tidak jahat padamu," ucap Rani dan diabaikan oleh Khalid karena ia cukup paham maksud Rani yang menganggapnya pemain wanita.
"Tiba saatnya kau akan tahu kalau ini tidak gratis bidadari ku. Aku akan menikahi mu dan menyiksamu di ranjang," batin Khalid dengan senyum samar penuh kemenangan.
Tanpa Rani sadari ada dua mobil lainnya yang sedang mengawal seorang Khalid dengan tetap menjaga jarak aman. Untuk selanjutnya Rani tampak khusu membaca Alqur'an dan Khalid juga melakukan hal yang sama.
"Pasangan yang sempurna!" batin Syam memandang takjub sikap kedua makhluk yang ada dibelakangnya. Sama-sama bertakwa kepada Allah.
Rupanya Khalid meminta Syam agar mengantar mereka ke tempat miqot yang lebih bagus dan tidak terlalu ramai pengunjung agar Rani tidak perlu mengantri panjang di tempat miqot yang tadi gadis itu minta. Qarul manazil tempat tujuan mereka saat ini. Keduanya turun menuju tempat terpisah di mana tempat wudhu wanita dan pria terpisah cukup jauh.
"Kalau sudah selesai tunggu aku di sini. Aku akan menjemputmu lagi," ucap Khalid.
"Baik."
Rani disambut oleh kedua wanita penjaga tempat itu yang sangat ramah. Rupanya kedatangan Khalid dan wanitanya sudah dikabarkan oleh asisten Syam. Dengan begitu Rani benar-benar dilayani dengan baik dan dijaga oleh kedua wanita bercadar di mesjid tersebut. Rani bersikap biasa saja tanpa ada rasa curiga sedikitpun dengan kebaikan mereka yang berlebihan menurutnya. Dan anehnya tempat wudhu itu sepi padahal banyak jamaah yang ada di luar sana mencari tempat wudhu wanita.
"Wah, pantasan princes Khalid menyukai gadis ini, rupanya dia ternyata sangat cantik," bisik penjaga mesjid itu pada rekannya saat Rani sedang mengambil wudhu.
Pahatan wajah yang sangat sempurna itu kembali tertutup cadar namun semenit yang lalu cukup membuat kaumnya berdecak kagum.
"Pasangan yang serasi. Tidak pantas kita iri padanya karena penampilannya juga terlihat lebih berkelas daripada kita," timpal rekannya itu.
Rani mengeluarkan dua lembar uang yang cukup besar nilainya dan memberikan kepada kedua petugas itu yang langsung terpekik hingga mengucapkan banyak terimakasih berkali-kali pada Rani.
Beberapa menit kemudian mobil Khalid sudah melaju kencang menuju sebuah restoran. Keduanya turun di restoran tersebut dan Khalid mempersilahkan Rani untuk duduk di salah satu tempat duduk yang sudah dibooking sebelumnya.
"Kita makan dulu sebelum umroh. Kamu tidak keberatan bukan?" tanya Khalid hati-hati.
"Kebetulan saya juga lapar dan Alhamdulillah kamu selalu mentraktirku. Datanglah ke negaraku suatu hari nanti dan aku akan mentraktir mu," jawab Rani melirik menu yang sudah terhidang di depan mereka.
"Aku akan datang ke negaramu untuk melamar mu bukan untuk mendapatkan traktiran darimu, Rani," batin Khalid yang tidak bisa lagi menikmati mata indah Rani karena dia sedang dalam keadaan berihram.
Aroma masakan arab menggugah selera makannya hingga Rani buru-buru menikmati makan malamnya itu. Keduanya terlibat obrolan ringan hingga makan malam mereka habis tak tersisa.
...----------------...
Usai sholat isya, Rani sudah siap badal umroh untuk almarhumah ibundanya. Rani tentu saja tidak sendirian lagi melakukan tawaf. Ia sudah ditemani oleh Khalid yang tetap menjaganya agar tetap aman dan nyaman berada ditengah puluhan jamaah.
Makin lama situasi di area Ka'bah makin padat membuat Rani cukup kesulitan melewati para jamaah lainnya. Khalid menarik lengannya Rani agar lebih ke pinggir agar tubuh gadis cantik itu tidak terjepit.
"Tetaplah di depan ku bersama para wanita. Jangan berjalan diantara kerumunan pria...!" bisik Khalid dibalik punggung Rani yang sudah mulai aman.
"Terimakasih tuan Khalid...!"
Rani berjalan dibelakangnya ibu-ibu Sementara di samping kiri kanannya sudah ada Khalid dan Syam yang menjaganya bak bodyguard pribadinya.
Kelelahan dan rasa ngantuk menghinggapi tubuh mereka usai menunaikan umrah Sunnah. Tiba di lantai kamar mereka, keduanya saling pamit untuk beristirahat. Saat ini sudah pukul 1 dini hari.
"Apakah kamu nanti sholat subuh di haram?" tanya Khalid.
"Insya Allah. Aku butuh waktu satu jam untuk tidur lalu kembali ke haram untuk tahajud dan subuh sampai menunggu waktu Dhuha," jawab Rani dengan mata terpejam.
"Hei...! Jangan terlalu keras pada tubuhmu..! Dia juga butuh rehat yang lama," omel Khalid.
"Aku sudah terbiasa dengan jam tidur yang sedikit. Jangan lupa kalau aku ini seorang dokter, tuan Khalid. pada manusia saja aku tidak lupa pada kewajibanku walaupun waktu rehat ku terganggu apalagi pada sang Khaliq kenapa aku jadi manja pada diriku sendiri, hmm!" ucap Rani lalu membuka pintu kamarnya dengan langkah gontai.
"Ok baby...! Assalamualaikum... sampai jumpa nanti...!" ucap Khalid saat Rani menutup pintu kamarnya.
Rani sempet terkesiap dengan sebutan Khalid barusan." Apakah ia barusan memanggilku sayang, baby...? Apakah aku tidak salah dengar? Aahh....! Paling panggilan itu sebagai kasih sayang seorang sahabat bukan? Mana mungkin dia jatuh cinta padaku? Aku tidak boleh merasa baper dengan panggilan itu. Sebaiknya aku tidur," Rani merebahkan tubuhnya yang benar-benar terasa lelah.
Sementara itu Khalid masih berdiri di depan pintu kamar Rani. Entah mengapa dia tidak rela terpisah dengan gadis cantik itu walaupun hanya sesaat.
"Tuan. Kenapa anda tidak menyatakan perasaan anda padanya kalau anda menyukainya? Seorang wanita tidak akan menutupi hatinya pada pria lajang manapun jika hatinya tidak dimiliki oleh seorang sosok pria yang mencintainya," nasehat Syam bijak.
Khalid termenung mendengar nasehat asisten pribadinya. Ada benarnya juga dengan nasehat itu tapi dia tidak ingin gegabah dalam membuat sebuah keputusan untuk urusan yang sangat penting.
Visual Rania Karisa
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!