"Sayang, kalau papa mu tidak menyukaiku bagaimana?"
Aura tampak resah saat kekasihnya akan mempertemukannya dengan calon Ayah mertuanya.
Sejak dijemput Aura terlihat tampak tegang dan kedua tangannya terasa dingin karena gugup.
"Kamu jangan khawatir sayang, papaku adalah pria baik," Jawaban Mario tak membuat Aura tenang.
"Santai, jangan tegang.. kita akan bertemu papa bukan binatang buas," Ucap Mario sambil mengusap punggung tangan kekasihnya itu.
Aura menarik napas dan menghembuskannya beberapa kali hingga dirinya sedikit lebih tenang.
Aura Melati adalah wanita cantik dengan bibir tipis dan hidung mancung, kulitnya yang putih mulus serta tubuhnya yang profesional bak model menjadi banyak incaran para kaum pria. Wanita berusia 23 tahun itu sudah menjalin kasih dengan Mario hampir dua tahun.
Aura sendiri tinggal di apartemen yang ia sewa selama hampir satu tahun ini sejak bekerja di sebuah perusahan kota. Sedangkan dengan Mario keduanya berpacaran sejak di bangku kuliah. Aura yang hanya tinggal sendiri memilih hidup mandiri ketika sudah berkerja, sebelumya Aura ikut tinggal di panti asuhan.
Selama berpacaran Aura memang tak mau di kenalkan dengan papa Mario. Alasannya belum siap apa lagi dirinya yang merasa kurang pantas karena berpacaran dengan anak orang kaya.
Tak lama mobil sport warna putih itu masuk kedalam pagar hitam besar yang menjulang. Aura yang baru pertama kali melihat menatap takjub. Rumah berlantai dua bergaya Eropa itu begitu manajubkan, apalagi Aura melihat ada taman yang indah disamping halaman rumah.
Ting
Pesan masuk di ponsel Aura, wanita itu membaca sekilas pesan yang dikirim dari seseorang yang sudah ia kenal hampir satu tahun lalu melalui sosial media. Keduanya bertukar nomor karena merasa cocok jika untuk sekedar mengobrol.
"Sedang apa?"
Pertanyaan simpel, namun mampu membuat bibir tipis merah muda Aura terseyum.
"Aku sedang berkencan dengan pacarku, dan malam ini aku di ajak untuk menemui papanya, aku gugup dan cemas takut jika papanya tak menyukai ku yang hanya wanita biasa," Aura membalas pesan singkat dari seseorang itu.
"Sayang!"
Suara Mario yang sudah membukakan pintu mobil membuat Aura mendongak dan tersenyum.
"Kamu balas pesan siapa?" Tanya Mario posesif.
Aura hanya tersenyum tipis, "Teman sayang, ayo.."
Saat Aura keluar dari mobil, ponselnya kembali berbunyi, dan disana ada balasan dari seseorang yang Aura yakini teman.
"Jangan cemas, siapapun pasti akan menyukai mu.. kamu wanita baik dan berbudi..good luck.."
Aura hanya menghela napas dan tersenyum, wanita itu semakin percaya diri setelah yakin jika dirinya pantas untuk Mario.
Keduanya berjalan beriringan sampai depan pintu besar dan tinggi, hingga pintu besar itu terbuka dan tampak sosok wanita paruh baya yang membukanya.
"Selamat malam den Mario," Sapa wanita paruh baya itu yang Aura yakini adalah art dirumah papa Mario.
"Malam bik, apa papa sudah pulang?" Tanya Mario sambil berjalan masuk menggandeng tangan Aura.
"Sudah den, Tuan masih di kamar, mari..."
Wanita itu tersenyum melihat wanita cantik kekasih anak majikannya itu.
Ketiganya menuju meja makan yang sudah di siapkan dengan hidangan yang memiliki banyak menu.
Aura sempat tertegun, namun dia ingat siapa kekasihnya ini. Pasti makanan sebanyak ini tak berarti untuk orang banyak uang.
"Silakan duduk den, saya panggilkan tuan dulu."
Mario menarik kursi untuk Aura duduk, "Terima kasih sayang," ucap Aura dengan senyum pada Mario.
"Sama-sama," Mario balas senyum dan duduk disisi Aura.
Hingga keduanya mendengar langkah kaki yang menuruni tangga, Aura sempat berdiri saat melihat sosok tinggi tegap dan masih terlihat tampan dan gagah berjalan menuju meja makan. Bahkan Aura sempat terdiam melihat sosok pria tampan dengan pesonanya yang matang.
"Papa, ini Aura kekasih Mario," Mario langsung menyentuh pinggang Aura posesif.
Pria tampan rupawan dengan wajah tegas dan tatapan tajam itu menatap wanita yang dikenalkan putranya sekilas.
"Selamat malam Om.." Sapa Aura dengan gugup, senyumnya terlihat kaku.
"Malam, Aura.." Balas papa Mario singkat.
Mario mengajak Aura duduk sambil menggenggam tangan wanitanya yang terasa dingin.
"Enjoy sayang," bisik Mario di samping telinga Aura.
Aura tersenyum kaku dan kembali duduk dengan ekspresi gugup.
"Papa, kekasih ku takut melihat ekspresi mu seperti itu,"
Ucapan Mario sontak membuat Aura membuatkan matanya menatap kekasihnya.
Sedangkan Mario tampak terkekeh tak berdosa.
Haikal tampak menghela napas, tatapan melirik Aura yang duduk seperti tertekan.
"Santai saja Aura, kebayangkan orang yang baru melihat ku memang seperti itu." Ucap Haikal tersenyum tipis.
Aura mengangguk kecil, dan mereka melewati makan malam dengan obrolan ringan, lebih tepatnya Mario yang lebih banyak bicara sedangkan Aura banyak diam jika tidak ditanya.
"Jadi Aura ini sebenarnya bekerja di kantor cabang papa," ucap Mario memberi tahu.
Aura sendiri cukup terkejut mendengarnya, selama bekerja menjadi sekertaris ia tidak tahu jika kantor tempatnya bekerja adalah milik ayah dari kekasihnya itu.
Sedangkan Mario hanya tersenyum, ia memang tak pernah memberi tahu kekasihnya itu tentang kantor tempatnya bekerja. Karena Mario sendiri bekerja di kantor pusat bersama ayahnya.
"Jadi kamu bekerja di bagian apa, Aura?" Tanya Haikal tanpa menatap Aura, pria matang itu masih menikmati makanan di depannya dengan santai.
Aura sendiri menilai jika sosok pria yang duduk di depannya ini terlalu muda untuk memiliki anak seusia Mario.
'Ah, kenapa aku jadi memikirkannya, mungkin saja dia menikah muda saat mendapatkan Mario,' pikir Aura.
"Em, saya sekertaris pak Enggar," jawab Aura dengan sopan.
Kepala Haikal mengangguk, "Ya, Enggar atasan yang baik, semoga kamu betah."
Aura mengangguk.
*
*
Sampainya di apartemen Aura menjatuhkan dirinya diatas tempat tidur, setelah Mario mengantarkannya sampai depan pintu wanita itu langsung masuk kedalam kamar.
"Perkenalan yang tidak terlalu buruk," gumam Aura mengingat pertemuannya tadi dengan Haikal ayah Mario.
Aura menghela napas, "Jadi selama ini aku bekerja di perusahaan ayah Mario, kenapa aku tidak tahu." Katanya lagi sambil menerawang ke langit-langit kamar.
"Berapa banyak kekayaan keluarga Mario, kenapa aku jadi tak percaya diri," gumamnya lagi dengan pikiran menimbang.
"Ahh, kenapa aku memikirkan semua sekarang, bukankah aku sudah tahu sebelumnya, lagi pula Mario tahu keadaan ku dan dia tidak mempermasalahkan itu."
Ting
Aura meraih ponselnya yang berbunyi notif pesan kembali masuk.
Blue sky...
"Bagaimana, bukankah baik-baik saja...kau diterima dengan baik bukan?"
Aura melebarkan senyumnya membaca pesan seseorang yang dia namai Blue Sky. Karena foto profil pria itu hanya ada awan biru yang membentuk love.
"Hu'um, ternyata kecemasan ku tak beralasan, beliau baik, dan aku juga tidak menyangka jika selama ini aku bekerja di kantor ayah kekasihku."
Aura tampak senang menceritakan tentang pertemuannya tadi, tanpa begitu tahu siapa sosok pria yang dia beri nama Blue Sky itu.
****
Datang dengan suasana baru... ayoo berikan dukungan kalian Dengan cara like komen 🥰
Pagi pukul 7:00
Apartemen Skylight...
"Sepertinya pagi mu menyenangkan Aura?"
Aura yang baru saja keluar dan mengunci pintu apartemennya tersenyum mendengar suara yang berasal dari sebelah kamarnya.
"Ya, aku cukup tidur dengan nyenyak malam ini Lisa."
Wanita bernama Lisa itu hanya tersenyum untuk menanggapi.
"Seharunya kamu tidak perlu menguras emosi hanya untuk memikirkan pertemuan dengan orang tua Mario, jika akhirnya kamu justru bahagia seperti ini," ucap Lisa sambil merangkul bahu Aura.
Keduanya berjalan menuju lift, bekerja di kantor yang sama dan tempat tinggal yang sama membuat keduanya akrab beberapa tahun kebelakang. Mereka sering berbagi cerita lebih tepatnya Aura yang lebih banyak bercerita pada Lisa.
"Ya, kamu benar. Kemarin aku begitu gugup dan takut jika ayah Mario tak menyukaiku, tapi semua itu ternyata hanya ketakutan ku saja. Ayah Mario sangat baik." Aura menceritakan dengan binar wajah bahagia.
Ia memang begitu senang dan tampak lega setelah bertemu dengan orang tua Mario yang ternyata menerimanya.
"Selamat kalau begitu Aura, aku ikut senang. Semoga saja aku juga merasakan kebahagiaan yang kamu rasakan, orang tua kekasih ku semoga juga menerima ku," Ucapan Lisa membuat Aura terseyum sambil mengusap lengan Lisa.
"Pasti Lis, kamu wanita yang baik dan cantik, aku bersyukur bisa bertemu kamu sebagai teman yang baik."
Keduanya berangkat menuju kantor yang tak jauh dari apartemen Aura. Hanya butuh 20 menit mereka sampai di kantor kota yang terbilang besar jika dinamakan anak cabang.
"Pagi nona Aura," security menyapa Aura yang baru saja tiba, padahal mereka berjalan berdua dengan Lisa, namun yang di sapa namanya cuma Aura.
Dan hal itu cukup membuat Lisa merasa kesal.
"Pagi juga pak teguh," sapa balik Aura dengan senyumannya yang selalu manis.
Keduanya berjalan menuju pintu lift, ruangan keduanya berada di lantai yang berbeda. Jika Aura menjadi sekertaris atasan mereka, lain dengan Lisa yang hanya staf.
"Bye... nanti kita ketemu makan siang," ucap Aura yang melambaikan tangannya saat Lisa keluar dari lift di lantai lima.
"Oke.. semoga hari ini menyenangkan," balas Lisa dengan senyum yang selalu ia tampilkan.
Setelah pintu lift tertutup, Lisa membuang napas kasar, bibirnya yang tadinya melengkungkan senyum kini berubah muram.
"Sayang... bisakah nanti malam kita bertemu di hotel xxx..."
Lisa menuliskan pesan pada kontak kekasihnya, dan dalam beberapa detik pesannya terbalas yang mana membuat bibir Lisa mengembang sempurna.
*
*
"Aura, tolong keruangan saya,"
"Baik pak.."
Aura menutup sambungan telekomunikasi di atas mejanya. Wanita 23 tahun itu beranjak dari duduknya dan menunju ruangan atasan.
Tok...Tok...Tok...
"Masuk Aura!"
Suara seruan dari dalam membuat Aura mendorong pintu besar itu hingga terbuka.
"Ada apa pak?" Tanya Aura saat sudah berdiri didepan meja atasanya yang bernama Enggar.
"Sepetinya kamu harus mengantar dokumen penting ini ke kantor pusat Aura, bos besar yang memintanya langsung. Dan kebetulan proyek ini juga kamu yang menangani, jadi hanya kamu yang bisa menjelaskan semua pada atasan." Tutur Enggar sambil memberikan dokumen penting tadi.
Aura tampak diam sejenak, ini tugas pertamanya untuk menginjakkan kakinya di kantor pusat.
"Baik pak, saya akan pergi ke sana." Aura megambil berkas yang pak Enggar berikan.
"Hu'um, dan satu lagi. Aku beri tahu, bos besar itu terkenal galak dan terkesan dingin. Jadi kamu jangan membuatnya tersinggung ya," ucapan pak Enggar terakhir di sertai kekehan kecil.
"Baik pak," Aura tersenyum lantas undur diri.
*
*
Hotel xxx
"Ummm,,,ini enak sayang, terus hisap..."
Seorang wanita tengah merem melek merasakan nikmat saat dadanya terekpose dan dihisap kuat-kuat secara bergantian.
Bahkan tubuhnya bagian atas sudah telanjang dengan rok span yang sudah naik di perut dengan posisinya yang duduk diatas kedua paha seorang pria dengan posisi saling berhadapan.
Wanita itu sampai meremas rambut pria yang terus memberikannya sensasi nikmat yang terus menerus membakar aliran darahnya, hingga ia merasakan kepalanya yang pusing lantaran menginginkan sesuatu yang lebih.
Bruk
Wanita itu dengan kasar mendorong dada pria yang sudah terbakar gairah, hingga perlahan wanita itu bergerak turun dengan gerakan merangkak dan membuka ikat pinggang yang masih mengunci sesuatu didalamnya yang terasa keras seperti kayu.
"Huh..kau selalu menyiksa ku sayang, tapi kau tiada akan tahan dengan godaan yang akan aku berikan," wanita itu tersenyum menggoda dengan ujung bibirnya yang ia gigit.
"Hahh...aku selalu tak tahan dengan semua godaan mu baby...aku selalu puas dengan milikmu," tanpa rasa malu pria itu membantu si wanita untuk mempermudah melepaskan kurungan di bawah sana.
"Kau akan selalu puas dengan ku sayang, karena itu kamu tak akan pernah puas dengan wanita sok suci itu!" Ada rasa kemerahan dinada bicara wanita itu saat membahas wanita lain.
Sedangkan pria yang sudah bergairah di bawah tubuh wanitanya meraih tangan wanita itu dan menuntunnya ke area bawah perutnya.
"Tidak ada yang lebih hebat dari servis my baby, dia tidak akan bisa menandingi kehebatan mu, akkhhh..."
Pria itu frustasi saat tiba-tiba pusakanya langsung dihisap kuat tanpa aba-aba, hingga suasana kamar hotel VVIP langsung riuh dengan dua suara yang saling bersahutan.
*
*
Aura menghela napas saat menatap gedung megah nan tinggi seperti piramid itu. Wajah cantik wanita itu begitu antusias dan percaya diri memasuki gedung HKL.Inc tersebut.
Aura disambut dengan ramah oleh resepsionis, bahkan Aura diatar sampai depan lift untuk menuju lantai 15.
"Nona akan menemui sekertaris tuan Haikal di lantai lima belas," ucap seorang wanita resepsionis dengan ramah.
"Terima kasih," Aura membungkukkan badannya sedikit untuk menghormati, sebelum pintu lift tertutup dan membawanya menuju ketempat tujuan.
Di dalam lift Aura hanya sendiri, ia sengaja tak menghubungi kekasihnya Mario yang memang berada di kantor ini. Karena hanya ingin mengantar berkas penting lebih dulu. Mungkin nanti Aura akan menghubungi Mario setelah tugasnya selesai.
Ting
Pintu lift terbuka di lantai lima belas, bersamaan dengan dua orang pria yang hendak masuk kedalam lift dimana di dalamnya ada Aura.
"Selamat siang tuan," sapa Aura sopan sambil membungkukan badannya pada sosok pria tinggi dan tegap di depannya.
"Apa kau mengantar berkas yang Enggar suruh?" Tanya Haikal tanpa melempar senyum pada Aura yang menyapanya dengan senyum hangat.
"Saya membawanya tuan," Aura maju tiga langkah untuk keluar dari dalam lift dan berdiri disisi tubuh Haikal sambil menyodorkan berkas yang di maksud.
"Terima kasih Nona, anda datang tepat waktu," bukan Haikal yang menjawab, melainkan Beni yang menjawab dan megambil berkas ditangan Aura.
Aura hanya tersenyum dan membalasnya, "Sama-sama tuan," ucapanya dengan sopan.
"Ikutlah dengan kami," ucap Haikal sambil berjalan memasuki lift.
Aura tak membantah, ia mengikuti kedua pria yang entah kemana akan membawanya, yang jelas tadi Enggar sudah berpesan untuk mengikuti apa yang bos besar perintahkan.
"Dia bos besar, sekaligus calon ayah mertuaku.. bagaimana bisa aku berada di dalam situasi seperti ini," batin Aura sambil mengigit bibir bawahnya dengan kepala menunduk.
Namun karena dinding lift yang dilapisi kaca membuat Haikal yang berdiri di depan Aura melihat bagaimana gadis itu menggigit bibirnya yang tipis, dimana membuat Haikal justru merasakan hawa panas yang tiba-tiba menyeruak dalam dirinya.
"Tidak, sadarlan..dia adakan calon istri anakmu," batin Haikal.
Di restoran hotel bintang lima, Haikal menemui rekan bisnisnya bersama asisten dan juga Aura. Beni berjalan dibelakang Haikal bersama Aura. Didepan mereka ada Haikal sebagai atasanya.
Memasuki ruangan private yang sudah direservasi, seorang pelayan membukakan pintu di mana sebelumnya sudah ada dua orang yang duduk menunggu di dalamnya.
"Selamat datang tuan Haikal," sapa seorang pria yang usianya lebih tua beberapa tahun dari Haikal.
"Apa kabar tuan Handoko," Haikal membalas uluran tangan pria bernama Handoko itu.
Keduanya melempar senyum, "Baik, kamu semakin terlihat matang saja Haikal," Tutur tuan Handoko disertai dengan kekehan.
"Anda bisa saja, tapi memang usia saya tak lagi muda tuan,"
Mereka duduk di kursi masing-masing, pramusaji hanya menyiapkan minuman, karena mereka akan membahas pekerjaan lebih dulu.
"Semua ada di sini, ini sekerataris Aura yang memegang proyek kerja sama kita," Haikal mengenalkan Aura disambut dengan anggukan kepala dan senyum manis Aura.
"Aku kira kamu awet muda karena memiliki sekertaris muda dan cantik seperti nona Aura," Tuan Handoko menatap Haikal dengan seringai lebar.
"Anda selalu bisa berkelakar tuan," Balas Haikal tanpa mengurangi rasa sopan.
Aura memulai persentasi di depan ke-empat pria yang memiliki usia berbeda, dengan cekatan dan lugas Aura menjelaskan bagaimana proyek yang akan di lakukan. Selain itu Aura juga menjelaskan detail apa saja yang harus diperhatikan untuk menunjang penjualan pembangun unit apartemen yang akan di bangun, selain fasilitas orang dewasa, Aura juga menambah beberapa tempat bermain untuk anak-anak.
"Mungkin kebanyakan apartemen hanya untuk investasi atau dibeli para pembisnis muda, tapi disini saya rasa kita akan membuat peluncuran apartemen baru dengan desain dan fasilitas kelurga, mungkin kedengarannya agak aneh, tapi setelah saya mengamati beberapa hal, banyak keluarga yang juga membeli unit apartemen, dikala weekend mereka akan berlibur menghabiskan waktu dengan suasana baru." Aura berkata dengan penuh binar, seolah dirinya baru saja menceritakan sebuah keluarga yang menginginkan suasana baru untuk menghabiskan waktu bersama.
Sedangkan tanpa Aura sadari sejak dirinya berbicara sepasang mata menatapnya dengan penuh takjub. Bukan hanya Haikal yang merasa ide Aura brilian, tapi tuan Handoko juga mengakui itu.
Prok...prok..prok...
"Waw..ide yang sangat bagus, anda pasti sudah mensurvei sebelum membuat semua ini," Tuan Handoko menatap Aura dengan takjub.
Aura tersenyum, "Saya juga tinggal di apartemen tuan, dan selama ini saya banyak melihat bagaimana orang-orang seolah memiliki keinginannya, mungkin menggunakan inovasi baru akan membuat angan-angan mereka terealisasikan."
*
*
Ting
Sebuah pesan masuk kedalam ponsel Aura saat wanita itu baru saja tiba di apartemennya.
'Sayang, aku ada perjalanan bisnis ke luar negeri untuk beberapa hari... Maaf tidak bisa menemui mu lebih dulu karena mendadak...jaga diri i love you..'
Aura yang baru saja membaca pesan dari kekasihnya Mario menghela napas.
"Kenapa tidak bilang dari tadi, setidaknya aku bisa menemuinya tadi di kantor," Gumamnya sendiri.
"Hati-hati, semoga pekerjaan mu cepat selesai, jaga kesehatan.. love you to.."
Aura membalas pesan Mario dan segara masuk kedalam unitnya, namun belum sempat menutup pintu, suara pintu unit sebelah terbuka. Aura kembali menatap kesamping ia melihat koper yang lebih dulu keluar di susul dengan Lisa.
"Lis, kamu mau pergi?" tanya Aura sambil menghampiri Lisa.
"Ah, iya Aura.. weekend aku akan jenguk orang tuaku di luar kota." Ucap Lisa dengan senyum, menutupi rasa gugupnya yang tiba-tiba kepergok Aura.
Lisa pikir Aura sudah pulang sejak tadi, karena ini sudah pukul delapan malam.
"Oh, kalau begitu salam untuk keluarga mu," Aura mendekat dan memeluk singkat Lisa sebagai pelukan perpisahan.
"Nanti pasti aku sampaikan Aura," Lisa membalas pelukan singkat Aura dan tersenyum.
"Hati-hati kalau begitu,"
"Kamu juga ya.."
Lisa melambaikan tangannya pada Aura, dan di balas Aura.
"Dah.."
Tanpa curiga Aura memilih masuk kedalam unitnya untuk membersihkan diri. Rutinitas hari ini membuatnya begitu lelah, meskipun lelahnya terbayar karena ia mendapat proyek besar.
Menggagalkan semua pakainya di lantai, Aura langsung masuk kedalam kamar mandi untuk merilekskan tubuhnya yang lengket.
Berendam air hangat dengan aroma sabun yang begitu menyegarkan membuat Aura tak sadar menghabiskan waktu cukup lama. Hingga lebih dari tiga puluh menit Aura baru saja selesai dan keluar dari kamar mandi.
Bruk
"Huh.. rasanya sangat menyegarkan," Aura merebahkan tubuhnya di atas ranjang lebar miliknya.
Hingga beberapa saat Aura hampir terlelap saat telinganya mendengar ponselnya berbunyi.
Ting
Ponselnya yang sedang diisi daya kembali berbunyi tanda pesan masuk. Aura bangun untuk melihat pesan siapa.
"Aku mengirim jasa pengantar makanan ke alamat mu, jangan lupa untuk makan malam setelah melakukan pekerjaan cukup lelah seharian,"
Aura mengerutkan keningnya saat membaca pesan panjang dengan nomor baru itu. Tak lama terdengar bunyi bel pintu, membuat Aura beranjak dari tempatnya.
"Selamat malam nona, saya mengantar pesanan alamat anda,"
Seorang pria pengantar makanan menyodorkan sebuah paperbag.
"Siapa yang mengirim ini?" Tanya Aura.
"Saya tidak tahu, saya hanya mengantar saja."
Setelah pengantar makanan itu pergi, ponselnya kembali berbunyi sebuah pesan masuk.
"Tidak ada racun di makanan itu, jadi jangan berpikir negatif."
"Siapa sih," Aura mengetikkan sesuatu untuk membalas pesan.
"Anda siapa? Saya pasti akan berpikir buruk jika tidak tahu asal usul makanan ini,"
Send
Aura membalas pesan dan langsung di baca.
"Sebagai semangat untuk kerja keras mu hari ini yang mendapat tender besar dari tuan Handoko... Haikal..."
Melihat nama terakhir membuat aura melotot dengan rahang menggangga.
"P-pak Haikal..." Gumam Aura gagap.
*
*
Dua hari setelah pertemuan kesepakatan kerja sama dengan tuan Handoko, kini Aura sering melakukan kunjungan di kantor pusat. Setelah libur di akhir pekan, saat masuk Aura sudah di sibukkan dengan proyek yang akan berlangsung.
Sehari ini Aura sudah dua kali bolak balik dari kantor cabang ke kantor pusat, meskipun lelah namun Aura begitu semangat mengingat tander kerja sama yang dipercayakan begitu menjanjikan jika berjalan mulus.
"Nona, tuan Haikal sudah menunggu anda diruang rapat." Ucap resepsionis wanita saat melihat Aura yang baru saja tiba.
"Baik, terima kasih," Aura selalu bertutur sopan santun. Yang mana membuat orang yang terlibat dengannya merasa senang.
Lantai sepuluh, Aura baru saja keluar dari lift dan berjalan tergesa untuk menuju ruang rapat, ia pikir atasannya akan bertemu di ruang kerjanya, namun siapa sangka jika dirinya harus ke ruang rapat.
Ceklek
"Selamat sore, maaf saya terlambat,"
Aura menundukkan wajahnya dengan napas naik turun setelah berjalan terburu-buru.
"Silahkan duduk nona Aura," ucap Beni asisten Haikal.
Aura mengangguk dan berjalan menuju kursi bagian tengah. Aura sendiri tidak tahu kenapa ada beberapa orang di dalam ruangan yang tidak saya kenal.
"Tuan, pihak menajemen perusahaan AlX membatalkan kerja sama, setelah mereka menunggu tuan muda Mario yang akan melakukan kunjungan namun tak kunjung tiba di LN."
Mendengar laporan dari orang yang duduk didepan mejanya membuat mata Aura memincing.
"Bukankah Mario sedang melakukan pertemuan itu sejak dua hari lalu?"
Semua saling tatap, kecuali Aura yang tidak tahu apa-apa.
"Tidak tuan, tadi pagi pihak AIX mengabarkan jika mereka kecewa dengan janji yang sudah di sepakati dengan tuan muda Mario."
Hening, tidak ada suara, hingga suara berat Haikal membuat Aura terkesiap.
"Lakukan janji ulang apapun itu, Aura akan menggantikan Mario."
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!