NovelToon NovelToon

Menjaga Benih CEO

capther 1

"aku butuh uang! Aku benar benar butuh uang! Tolong Naina, akan aku lakukan semua demi adikku", ucap Cassandra sembari berlutut dikaki sahabatnya itu.

"Cassandra, bangunlah! Bukan aku tak mau meminjamimu uang. Tapi itu sangat banyak. Aku tak punya uang sebanyak itu", Naina menarik tubuh sahabatnya keatas dan memeluknya.

Naina menatap lekat wajah Cassandra yang saat ini sembab karena semalaman tak berhenti menangis.

"aku benci mengatakan ini semua. Tapi jika kau mau, kau akan mendapat uang banyak. Semaumu!"

"katakan! Katakan Naina! Aku akan melakukan apapun asal adikku sembuh. Dalam waktu kurang dari seminggu adikku harus segera dioperasi Naina. Kau tahu kan!"

"aku tahu itu Cassandra. Tapi tolong pikirkan juga dirimu. Jika kau menerima tawaran ini, kau harus bersiap kehilangan kehormatanmu", Naina mencoba membujuk Cassandra.

Cassandra menggeleng dengan cepat, " aku tak peduli, apapun syaratnya akan aku lakukan Naina. Cepat katakan!" gertak Cassandra sambil menggoyangkan kedua pundak sahabatnya.

"berikan kepuasan kepada seorang CEO. Dan jika kau berhasil mengandung anak darinya, hidupmu akan terjamin. Berapapun yang kau minta, dia akan memberikannya", jawab Naina menjelaskan.

Cassandra mulai mencerna setiap kata yang diucapkan oleh Naina. Dia terlihat berpikir sangat keras. Dan terdiam sejenak.

"hanya jika aku mengandung, dia akan membayarku?"

"tidak Cassandra! Malam pertama kau sudah bisa mendapatkan uang. Dan jika kau mengandung anaknya, dia akan menjamin hidupmu. Namun tanpa menikahimu. Karena dia hanya ingin keturunan",

"aku setuju!" ucap Cassandra tanpa berpikir panjang.

Mata Naina terbelalak. Dia tak menyangka sahabatnya akan melakukan apapun demi uang untuk pengobatan adiknya.

"kau serius?" tanya Naina dengan mata berkaca kaca.

"ya" jawab Cassandra singkat. "bawa aku ke tempat orang itu. Aku tak peduli lagi dengan harga diriku. Nyawa adikku lebih penting". Sambungnya.

Naina mengangguk, lalu mengajak Cassandra ke suatu tempat.

Cassandra adalah anak yatim yang sejak kecil sudah kehilangan sosok ayahnya karena sebuah penyakit. Dan ia hanya tinggal bersama ibunya.

Namun ibunya menikah lagi dengan seorang duda yang juga memiliki dua orang anak. Mereka memperlakukan Cassandra dan adiknya bak seorang pembantu.

Hingga pada akhirnya, Cassandra memutuskan untuk pergi dari rumah dan memulai kehidupan baru bersama adiknya.

Namun tanpa ia sadari ternyata adiknya mengidap penyakit yang sama seperti ayahnya.

Ia tak mau adiknya berakhir seperti ayahnya. Terlambat mendapatkan pertolongan. Karena saat ini yang ia punya hanyalah adiknya.

Sedangkan Naina, adalah sahabat Cassandra yang selalu menemaninya disaat suka maupun duka.

Naina sudah terlebih dahulu terjun ke dunia malam, tanpa Cassandra tahu.

Ia hanya mengatakan kepada Cassandra jika ia bekerja sebagai pelayan di salah satu kafe. Padahal tanpa Cassandra ketahui, Naina setiap hari menemani orang kaya di sebuah club.

Bahkan tak jarang ia juga melayani nafsu bejat pria hidung belang hanya demi sebuah uang.

"diama ini Naina? Kenapa banyak sekali berjajar mobil mewah disini?" tanya Cassandra dengan wajah penuh tanya.

"disini lah sebenarnya aku bekerja Cassandra", jawab Naina pasrah.

"club malam? Bukankah...?"

"sudahlah... Ini sudah jalanku Naina. Demi menyambung hidup. Kau akan aku antar pada CEO itu. Tanpa ada satu pria hidung belang yang menyentuhmu", potong Naina.

"kenapa kau tidak mau dengannya?" tanya Cassandra yang masih penasaran.

"dia meminta keturunan tanpa menikah, aku tak mau Cassandra. Selama ini aku selalu main aman. Dan aku belum siap untuk mengandung", jawab Naina tegas.

Naina menatap lekat sahabatnya, kemudian memeluknya erat. "aku tak tahu, ini pertolongan darimu atau malah sebaliknya. Tapi aku benar benar berterima kasih padamu Naina", bisik Cassandra.

"maafkan aku Cassandra, seharusnya aku tak membawamu kesini. Tapi..." Naina terisak tak meneruskan ucapannya.

Cassandra melepaskan pelukannya, "ini bukan salahmu, ini sudah jalannya. Bawa aku pada CEO itu", pinta Cassandra.

Keduanya keluar dari mobil dan menatap lekat pintu masuk club. Naina masih enggan mengajak sahabatnya untuk masuk kedalam.

Mereka saling berpandangan. Cassandra tersenyum dan mengangguk pelan. Naina menggenggam erat tangan sahabatnya itu. Dan menuntunnya masuk kedalam.

"gantilah pakaianmu, CEO itu tak suka baju yang terlalu terbuka namun dia juga tak suka dengan pakaian yang tertutup", tutur Naina membuat Cassandra semakin bingung.

Ia masih menggelengkan kepalanya, "aku tak mengerti maksudmu Naina".

"elegan. Dia suka pakaian seksi namun elegan. Pergilah ke toilet, tunggu aku disana. Aku akan mengambilkan pakaian untukmu", jawab Naina, dan diangguki oleh Cassandra.

Naina kembali dengan membawa sebuah baju ganti untuk Cassandra.

"kau dari mana saja Naina?" tanya Cassandra yang sudah menunggu dari tadi.

"gantilah pakaianmu dengan ini Cassandra. Setelah itu aku akan mengantarmu menemui CEO itu", jawab Naina sambil memberikan sebuah pakaian untuk Cassandra.

Sekitar lima belas menit, Cassandra mengganti pakaiannya. Sangat cantik meskipun tanpa polesan makeup diwajahnya.

"baru kali ini aku melihat sahabatku memakai pakaian yang sangat elegan ini. Mari aku makeup tipis wajahmu. Tak perlu banyak polesan, karena sahabatku ini sudah cantik", puji Naina.

Polesan demi polesan ia lakukan pada wajah Cassandra.

Naina tak banyak memoles wajah Cassandra. Karena tanpa dipoles pun sebenarnya wajah sahabatnya ini sudah cantik alami.

"sangat cantik", gumam Naina.

Cassandra terlihat begitu cantik dengan memakai dress merah simpel. Dangan rambut terurai dan makeup tipisnya.

"kau siap?" tanya Naina.

"ya", jawab Cassandra singkat dengan anggukan yang sangat yakin.

"tunggu, kau bisa minum Cassandra?" tanya Naina, namun sahabatnya hanya menggeleng.

"baiklah bilang padanya jika kau tak bisa minum, jangan kau paksakan", imbuh Naina.

Naina membawa Cassandra ke sebuah private room. Yang dimana disitulah tempat dimana CEO dan teman temannya berkumpul.

Dengan ragu Naina menarik pelan gagang pintu hingga pintu pun tebuka.

CEO itu melihat dingin kearah Naina dan Cassandra. Mata Cassandra terbelalak saat melihat wajah CEO yang tak asing.

"laki laki itu?" gumam Cassandra.

"kenapa? Apa kau mengenalnya?" tanya Naina.

"tidak", jawab Cassandra berpura pura menggelengkan kepala.

Pandangan CEO tak lepas dari Cassandra. Ia menatap lekat gadis cantik dihadapannya tanpa sepatah katapun.

Hanya dua kali tepukan tangan, semua sudah mengerti. Dan mulai meninggalkan mereka bertiga diruangan yang dingin ini.

"ini Cassandra tuan, orang yang saya ceritakan tadi", ucap Naina mulai membuka percakapan.

"tunggu apa lagi? Kenapa kau masih disini?" tanya CEO dengan tatapan dinginnya.

Mendengar hal itu, Naina buru buru meninggalkan ruangan. Dan hanya menyisakan dua orang didalam.

Diluar sudah terlihat dua penjaga yang sedang menjaga ketat di ambang pintu ruangan yang dimana ad CEO didalamnya.

"aku tak peduli kita pernah bertemu tau tidak. Namun malam ini kau milikku. Tunggu apa lagi! Apa kau masih mau berdiri disitu?" gertak CEO.

Tanpa berpikir panjang, Cassandra duduk disamping CEO. Dan menuangkan satu gelas anggur untuk CEO.

"hanya satu? Kau?"

"aku... Aku tak bisa minum tuan", jawab Cassandra gugup.

Tanpa basa basi, sang CEO menuangkan anggur kedalam gelas. "aku tak bisa minum sendiri".

COE itu menatap tajam kearah Cassandra. Kini ia sulit menelan salivanya sendiri. Cassandra masih menatap satu gelas anggur yang ada didepannya.

Ia sedikit melirik kearah CEO itu dan benar saja, tatapannya sangat tajam.

Dengan terpaksa, mau tak mau ia meminumnya. Sampai ia memejamkan matanya dengan erat.

CEO itu menyunggingkan bibirnya. Dan mulai meminum minuman yang ada didepannya.

Tangannya meraih lembut dagu Cassandra. Mendekatkan bibirnya, dan melumatnya.

Cassandra tak memberinya perlawanan. Ia masih terdiam dengan perlakuan CEO.

Hingga saat tangan CEO mulai menelusup kebagian bawah milik Cassandra. Matanya mulai terbelalak, dan mulai membalas ciumannya.

Adegan panas itu pun berlanjut. Sampai keduanya melepaskan kenikmatan satu sama lain.

Tak terasa cairan bening jatuh dari sudut pelupuk mata Cassandra. Ada sebuah penyesalan dalam hidupnya namun, semua ia lakukan demi adiknya.

Sang CEO pun terbaring diatas sofa tempat dimana mereka beradegan panas.

Cassandra melihat kearah sang CEO yang tak sadarkan diri.

"sepertinya dia mabuk berat, lebih baik aku pergi sekarang. Tugasku sudah selesai", gumam Cassandra, lalu memungut baju bajunya yang berserakan dilantai.

Saat membuka pintu, terlihat dua bodyguard yang berjaga didepannya.

"maaf, tugasku sudah selesai. Kurasa tuan kalian sedang mabuk berat. Saya permisi, sampaikan rasa terima kasihku padanya". Ucap Cassandra lalu bergegas pergi.

Saat perjalanan pulang, ia menatap layar ponselnya. Mengotak atik benda pipih itu, secara sengaja ternyata ia telah menyimpan nomor CEO. Tertera notifikasi uang masuk.

"lima ratus juta!"

...****************...

2

Mata Vino terbuka perlahan. Tubuhnya masih lemah. Dengan selang oksigen yang masih terpasang dihidungnya.

Seluruh tubuhnya dipenuhi oleh kabel kabel medis. Matanya melirik kesana kemari. Matanya terlihat sayu.

Perlahan ia membuka mulutnya, "kak Naina, dimana kakakku?"

"Vino, kakakmu pulang. Dia ambil baju ganti. Kasihan kan kalau terus terusan pakai baju itu. Nanti masuk angin", Naina mencoba menenangkan Vino.

Vino memalingkan wajahnya kesamping. Menatap kearah jendela yang kini terbuka lebar. Dengan pantulan sinar matahari pagi yang hangat.

"aku sakit apa kak? Aku mau bermain diluar, seperti anak anak lainnya".

"emm... Vino gak sakit apa apa kok. Vino ingat gak, terakhir kali sebelum Vino masuk rumah sakit? Vino main bola kan? Itu karena Vino kecapekan, makanya Vino hatus istirahat total disini", lagi lagi Naina harus berbohong.

Vino adalah adik satu satunya Cassandra. Kali ini takdir membawa Vino ke rumah sakit ini.

Ia dinyatakan ada kebocoran jantung. Yang menyebabkannya harus benar benar butuh penanganan ekstra.

Dalam kurun waktu satu minggu jika tidak dilakukan operasi pencangkokan jantung, Vino tak dapat tertolong.

Cassandra dan Naina merahasiakan ini semua dari Vino karena tak mau jika, anak sekecil Vino harus ikut merasakan beban pikiran.

Terlebih lagi ia harus dioperasi. Vino tak boleh ada beban pikiran yang akan mempengaruhi kesehatannya.

Cekrek... Pintu terbuka lebar. Cassandra tersenyum manis kepada adiknya. Ia tak mau menampakkan kesedihannya dihadapan adik kesayangannya.

"Vino sayang... Kakak bawa apa lihat ini", Cassandra mengangkat tinggi tinggi dua kantong kresek ditangannya.

"wah... Lihat deh kakakmu bawa es krim sama apa itu",sahut Naina.

Cassandra membuka satu kantong kresek yang berisi, bola serta buku untuk adiknya melukis.

"dan ini sarapan buat kita. Ada es krim juga buat Vino. Pasti Vino bosen kan makanan dirumah sakit?" tanya Cassandra. Vino mengangguk tersenyum.

"aku mau makan sendiri kak", pinta Vino.

"sayang, kata dokter kamu gak boleh banyak gerak. Soalanya kemarin kamu terlalu kecapekan jadi sekarang harus banyak istirahat. Jadai kakak suapin ya", mendengar ucapan Cassandra Vino mengangguk.

Sedikit demi sedikit Vino mulai mau makan. Karena sejak hari pertama dirawat ia tak mau makan sama sekali.

"enak kan? Boleh makan es krim tapi janji, makanannya ini harus habis",

"oke kak", jawab Vino dengan tersenyum.

"yaah... Nanti kalau kakak suster bawa makanan gak dimakan dong sama Vino", sahut Naina.

"gak boleh ya sayang, kasihan kakak susternya. Sudah capek capek masak tapi gak dimakan. Pokoknya kalau Vino mau makan, kakak beliin es krim tiap hari, mau?" bujuk Cassandra.

"mau...", jawab Vino dengan mulut yang masih penuh dengan makanan.

"oh iya, Vino disuapin sama kak Naina dulu ya. Kakak mau tanya dokter kapan kamu boleh pulang. Biar bisa main main dirumah, oke",

Vino hanya mengangguk kecil sambil menikmati makanan didalam mulutnya.

Dengan langkah tergesa gesa, Cassandra mencari keberadaan dokter Rehan. Dokter yang menangani keseluruhan penyakit adiknya.

Terlihat dari kejauhan, dokter rehan baru saja keluar dari ruangannya.

"dokter Rehan..." teriak Cassandra. Ia berlari menghampiri dokter Rehan.

"Cassandra, anda kakaknya Vino kan?" tanyanya.

"iya dokter. Gimana tentang operasi adik saya? Bisa dilakukan secepatnya? Saya akan mengurus administrasinya sekarang", ucap Cassandra penuh permohonan.

"maaf tentang biaya tak tak sedikit ini, tapi demi kebaikan Vino",

"asal adik saya sembuh dok, lakukan secepatnya",

"baiklah, saya akan jadwalkan malam ini. Tolong setelah makan siang nanti, Vino harus berpuasa dulu ya",

"baik dok, saya permisi dulu", Cassandra pergi meninggalkan dokter Rehan.

Dokter Rehan adalah dokter spesialis sekaligus pemilik asli rumah sakit Medika Abadi. Tempat dimana Vino dirawat saat ini.

Sebenarnya, di rumah sakit ini semua biaya gratis. Pasien hanya dibebankan untuk mengambil resep obat di apotek

Akan tetapi dalam penyakit Vino, rumah sakit belum ada tenaga medis yang khusus spesialis jantung.

Jadi dalam beberapa kasus, pasien harus membayar untuk biaya operasi beberapa penyakit langka lainnya.

Cassandra kembali ke ruangan dimana adiknya dirawat. Disana sudah terlihat berdiri dokter Rehan memeriksa Vino.

"kak, kenapa kata dokter aku mau operasi?"

"sayang, dokter itu mau mengoperasi rasa kelelahan kamu. Jadi nanti setelah operasi kamu gak bakal merasakan kelelahan lagi. Jadi mau kan dioperasi biar pas main bola gak capek lagi", bujuk Cassandra.

Dokter Rehan tersenyum melihat Cassandra menenangkan adiknya, seperti ada rasa keibuan dalam dirinya.

Entah kenapa hatinya mulai tertarik dan penasaran akan sosok Cassandra ini.

"oke deh, jadi mulai jam 2 siang Vino puasa ya. Jadi setelah operasi nanti bertambah tenaganya. Jadi, nanti siang makan yang banyak ya", ucap dokter Rehan memberi semangat.

"iya dokter, aku mau operasi. Biar dapat kekuatan lagi", timpal Vino bersemangat.

"Cassandra, kenapa senyumnya begitu menenangkan ya", batin Dokter Rehan sambil tersenyum kearah Cassandra.

Vino terlihat bergantian memandangi dokter Rehan kemudian memandangi kakaknya.

"dokter kenapa?"celetuk Vino tiba tiba.

"emm... Gak papa Vino, saya permisi dulu ya", ucap dokter Rehan dengan wajah yang mulai memerah.

Dokter Rehan meninggalkan ruang rawat Vino dan kembali ke ruangannya.

Ia kembali mencoba melihat data data seluruh pasien, termasuk Vino.

Disitu tertulis nama Cassandra sebagai penanggungjawabnya. Dengan pekerjaan sebagai karyawan swasta di sebuah restoran.

"jadi dia bekerja di restoran milik ayahnya Alissa. Apa dia sebagai waiters ya? Jika aku tanyakan pada Alissa yang ada dia malah mencari cari kesalahan Cassandra", gumam Rehan.

Namun ia masih tak percaya, seorang waiters bisa melunasi biaya rumah sakit yang tak sedikit itu.

"sebenarnya apa pekerjaan Cassandra? Ah sudahlah aku tak perlu se kepo itu. Aku tak boleh masuk ke ranah pribadinya", pikir dokter Rehan. ia pun melanjutkan pekerjaannya.

......................

Lain halnya dengan Deril yang tadi malam bersama Cassandra. Ia masih terbayang bayang wajah manis Cassandra.

Ia hanya tak habis pikir kenapa Cassandra mau menjual tubuhnya untuk mendapatkan uang. Padahal dengan jelas ia melihat bercak darah saat berhubungan semalam.

"kenapa kau memikirkan wanita itu Deril, arrgh..." gumam Deril mengacak acak rambutnya sendiri.

Dialah Deril, seorang CEO yang sudah berhasil menikmati tubuh Cassandra semalam.

Dari sekian banyaknya wanita yang pernah menemaninya, baru Cassandra yang mengusik pikirannya.

Ia memang sering bermain main dengan banyak wanita. Namun semua tak semenarik Cassandra.

Deril memang bermain dengan wanita namun ia tak penah sampai meniduri wanita wanita itu. Hanya dua orang yang baru ia nikmati tubuhnya.

Mantan kekasihnya dan Cassandra wanita yang saat ini mengusik pikirannya.

Ia ingat betul jika semalam dirinya sudah melepaskan benihnya didalam rahim Cassandra. Karena sengaja ia ingin sebuah keturunan tanpa menikah terlebih dahulu.

Baginya keturunan sangatlah penting. Dan suatu saat nanti jika ia sudah siap pasti dirinya akan menikah.

"Justin..!! Justin..!!" teriak Deril.

...****************...

3

"Justin..!! Justin..!!" teriak Deril.

Suara teriakannya seketika membuyarkan lamunan Justin.

"iya tuan...!!" jawab Justin dan segera berlari menghampiri bosnya.

"dari mana saja kau!!" gertak Deril.

"saya didepan bersama security tuan"

"kau ingat wanita yang bersamaku semalam? Cari tahu kehidupannya. Bawakan aku informasi yang akurat. Cepat! Aku tak mau orang yang bertele tele!" perintah Deril dengan suaranya yang menggema.

Seorang perempuan masuk begitu saja. Mencari sosok Deril yang tak kunjung ditemukan.

Saat dirinya melihat Deril yang tengah berdiri ditepi kolam dengan bertelanjang dada dan memakai celana pendeknya, ia memeluknya dari belakang.

"Deril, aku mencarimu kemana mana sayang", ucapnya dengan manja menggoda Deril, "kau nampak begitu seksi sayang", bisiknya lagi.

Deril memutar tubuhnya, kini jaraknya hanya beberapa centi dari wajah wanita itu.

Wanita yang memiliki paras cantik, memakai sebuah mini dress tanpa lengan. Menampakkan lekukan seluruh tubuhnya.

Membuat seluruh mata yang mamandang tergoda padanya. Namun tidak untuk Deril.

Deril memutar tubuhnya dan melangkahkan kakinya perlahan. Membuat wanita itu mundur selangkah demi selangkah, sampai tubuhnya menempel didinding.

Sangat jelas terlihat, perut Deril yang begitu seksi. Yang membentuk kotak kotak. Membuat wanita ini semakin tergoda.

Jantungnya berdetak kencang. Saat perlahan Deril sedikit menurunkan wajahnya tepat didepan bibirnya.

Wanita itu memejamkan matanya begitu rapat. Ia berharap angan angannya yang selama ini ia inginkan terjadi hari ini juga.

Deril menyeringai melihat tingkahnya. Otaknya yang saat ini sedang kacau mulai ingin sedikit mempermainkan wanita itu.

Ia tahu wanita yang ada dihadapannya saat ini bukanlah pertama kali bersentuhan dengan laki laki.

Tiba tiba tangan Deril mulai menelusup di area sensitifnya. Dan satu tangannya lagi membekap mulut wanita itu.

Bahkan lebih dari satu jari dimasukkan kedalam gua milik wanita itu yang semakin basah.

Tangan Deril bergerak semakin cepat membuat wanita itu semakin menggelinjang hebat. Suara lenguhan dari wanita itu kian membara.

Wanita itu terlihat menikmati sampai matanya terbuka. Kedua tangannya ia kalungkan dileher Deril.

Namun dengan cepat, tangan deril yang tadinya membekap mulut wanita itu kini mengunci kedua tangan mulus itu keatas.

Suara erangan itu semakin menjadi saat Deril mempercepat ritmenya.

"Deril lakukan sekarang sayang.. Auh... Aku tak tahan.." desah Grace.

Namun seketika Deril menghentikan aksinya. Perlahan membisikkan sesuatu ditelinganya, "dasar jal*ng".

Deril memutar tubuhnya dan menjatuhkan dirinya ke kolam. Kepalanya muncul keatas. "perbaiki bajumu! Aku sama sekali tak tergoda denganmu. Hanya rasa jijik yang ada", teriaknya.

"tapi kau..." pekik Grace tak terima.

"apa! Itu hanya sebuah tes kecil, dan ternyata dengan mudah kau memberikan tubuhmu pada orang lain", potong Deril.

Hati Grace begitu sakit saat mendengar kata kata Deril yang baru saja terucap. Ia baru teringat Deril ini sangat sensitif dengan keperawanan.

Ia selalu mengetes terlebih dahulu wanita yang ingin bermain dengannya dengan jari jari tangannya. Jika dirasanya sudah tak peraw*n lagi, Deril akan membuang begitu saja.

"tunggu apa lagi! Pergilah Grace. Aku bukan orang yang gampang kau goda!" teriak Deril.

"awas kau Deril", gerutu Grace lalu pergi dari hadapan Deril begitu saja.

Grace adalah teman Deril waktu kecil. Ia sudah lama menetap di luar negeri. Dan baru sebulan ini kembali ke indonesia.

Saat pertama kali bertemu dengan Deril. Ia langsung menyukainya. Berkali kali ia menggoda Deril namun tak pernah ada respon serius dari seorang Deril.

Grace sudah sangat akrab dengan keluarga Deril. Dan bahkan setiap kali datang kerumah memang langsung masuk begitu saja.

"si*l! Bisa bisanya aku menikmati sentuhan Deril. Awas kau ya.. Aku akan menaklukkan dirimu Deril", gumam Grace. Ia pun memacu kuda besinya begitu saja.

......................

Vino kini sudah dipindahkan dari ruang operasi ke ruang VIP. Dengan sabar Cassandra tidur disamping adiknya.

Menyandarkan kepalanya disamping tangan adiknya.

Perlahan tangan Vino mengusap rambut Cassandra, "kakak..." ucapnya lirih.

"Vino, kamu sudah bangun... Nyenyak banget tidurnya? Padahal kakak pengen banget cepat cepat main"

Vino tersenyum lebar, kini wajahnya tak se pucat sebelumnya. Auranya sudah terlihat lebih sehat.

"gimana habis dioperasi capeknya? Udah enakan?" tanya Cassandra.

Vino mengangguk pelan, "dokternya baik banget kak".

Seorang suster mengantarkan sarapan kepada Vino, "dihabiskan ya makanannya, semoga Vino cepat sembuh".

"makasih kakak suster", ucap Vino.

Cassandra menyuapi adiknya sedikit demi sedikit. Ia mulai lega karena Vino sudah mau makan dengan lahap.

"kak, itu kak Naina lihat deh tidurnya. Mangap, hihihi", ucap Vino sambil menunjuk kearah Naina.

"huss, Biarin aja. Kasihan tahu dari semalam sama gak tidurnya nungguin Vino sampai selesai operasi", jawab Cassandra.

"kak nanti kalau aku sudah boleh pulang kita jalan jalan ya, sama kak Naina juga", pinta Vino.

"iya Vino, tapi harus makan yang banyak biar capeknya gak datang lagi", ucap Cassandra sambil menyuapi adiknya.

"hooam..." Naina terbangun dari tidurnya. Menatap sekeliling dan melihat Vino sudah duduk dan makan dengan lahap.

"ih jadi laper..." ucap Naina dengan nada malas.

"yaudah beli sarapan gih... Aku juga lapar tau", Cassandra memberikan selembar uang seratus ribuan kepada Naina.

Cassandra tersenyum dengan menatap adiknya yang tengah makan.

"kok kakak senyum senyum gitu lihatin aku?" tanya Vino heran.

"kakak seneng aja, adik kakak ini semangat banget makannya", jawab Cassandra sambil mencubit lembut pipi adiknya.

"oh iya, nanti malam kakak sama kak Naina masuk malam malam. Jadi, kamu dijaga mbak Rani gak papa ya dek", ucap Cassandra lembut.

Vino tersenyum dan mengangguk cepat. Karena memang Rani yang biasanya menjaga Vino saat Naina dan Cassandra tak ada dirumah.

Naina dan Cassandra memang tinggal satu rumah. Mereka sengaja mengontrak rumah yang sama karena untuk menghemat uang.

jika Cassandra menganggap keluarganya sudah tiada. Lain halnya dengan Naina, ia memang yatim piatu sejak kecil. Dan dibesarkan oleh neneknya.

Saat neneknya telah tiada, Naina memutuskan merantau ke kota dan bercita cita untuk sukses.

Ia hanya berbekal ijazah SMA untuk melamar pekerjaan dan tak ada satupun perusahaan yang mau menerima dirinya.

Adapun jika ia diterima, mungkin hanya sebatas office girl. Dan Naina tak mau, karena memang gaji office girl tak cukup untuk kehidupan dikota besar.

Saat seseorang memberi tawaran pekerjaan dengan gaji yang menjanjikan, ia menerimanya karena tak tahu jika harus terjun ke dunia malam.

Hari demi hari menjalani pekerjaan itu, Naina mulai bisa berdamai dengan dirinya sendiri. Dan bahkan diantara teman temannya, dialah yang memiliki gaji tertinggi.

Naina menuruni satu persatu anak tangga. Tepat saat sampai dibawah, dirinya melihat sosok lelaki yang sepertinya wajahnya sangat familiar.

Naina menyipitkan matanya untuk melihat dengan jelas siapa lelaki yang dilihatnya di kejauhan itu.

"astaga... Laki laki laki itu kan?? Cassandra... Jangan jangan jangan", Naina menggelengkan kepalanya, memutar tubuhnya dan segera berlari kembali ke kamar VIP tempat Vino dirawat.

Cekrek... Naina membuka kasar pintu, namun menutupnya dengan perlahan.

"Cassandra gawat!" pekik Naina.

"apanya yang gawat?" tanya Cassandra heran.

Naina mendekatkan bibirnya ke telinga Cassandra. Mata Cassandra terbuka lebar. Jantungnya berdegup kencang.

"Naina, jangan jangan... Dia??"

...****************...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!