Waktu telah berlalu dan tidak terasa kedua anak perempuan dari keluarga Davian pun lulus kuliah. Si Inka, anak Navysah nomor empat yang suka dengan fashion , kini lulus menjadi sarjana design dan Inha, si bungsu yang hobi memasak lulus sarjana ekonomi dengan nilai cumlaude.
Seperti dua sisi yang berbeda, mereka memiliki karakter yang bertolak belakang. Inka yang cerewet, pecicilan dan ceria. Ia dijuluki ratu online karena hobi membeli sesuatu secara daring,teman nya sangat banyak karena Inka supel dalam pergaulan dan dikenal tidak pelit. Sedangkan Inha pendiam, pintar dan ketus saat bicara. Ia tidak suka berbasa-basi maka dari itu circle pertemanan Inha lebih sedikit daripada kakaknya. Ia tidak pernah membuat masalah saat kuliah. Inha pun lebih senang menghabiskan waktunya di rumah Imelda dan bekerja di Restoran D&R sebagai koki.
Kali ini Inka masuk ke dalam kamar kembaran nya tanpa mengetuk pintu dan seperti biasa dia selalu berbaring dan memeluk adiknya dari belakang, kebiasaan yang sejak dulu ia lakukan walaupun si Inha pasti akan mengomel padanya.
"Apaan sih, pengap tahu! " Inha mengurai tangan kembaran agar menjauh dari tubuhnya. Ia tidak suka dipeluk seperti ini karena menurutnya ini hal yang aneh dan mereka bukan anak kecil lagi.
"Sebentar saja, pelit amat sih! " Inka masih saja memeluk adiknya walaupun sering ditolak. Ia kembali merapatkan tubuh nya.
"Inka, aq bisa sesak nafas. Kau berat! " Namun matanya melirik pergelangan tangan Inka yang memakai gelang rantai kecil berwarna silver. Inha kembali mengibaskan tangan saudara nya dan menatap tidak suka.
"Pergilah dari kamarku ini, aku ingin sendiri dan beristirahat! " Perintah nya.
" Sebentar, aku ingin disini. "Inka menolak bahkan ia sengaja memejamkan matanya.
" Kalau tidak ada keperluan jangan kesini. "Inha masih saja mengusir kembarannya
" Pelit banget sih! Tiduran disini tidak boleh. "Gerutu Inka, ia tidak memperdulikan ucapan Inha yang biasa mengusirnya dari kamar. Inka sudah kebal dengan sindiran dan cibiran dari gadis itu.
" Ha, kita main yuk kumpul sama temenku atau kita main ke rumah putri. Disana adem, gak berisik,tenang Ha. "Ajak Inka
" Cih! Tenang, adem. Lu merasa adem karena ingin dekat dengan keluarga kak Antoni bukan karena suasana rumah nya. "Sindirnya.Inha tahu kembarannya dari dulu suka ke rumah Antoni dan bermain bersama Putri, adik dari Antoni. Mereka satu kampus dulu dan dengan inilah Inka selalu mencari kesempatan dalam kesempitan, mendekat ke keluarga Antoni agar pria itu tahu bahwa Inka menyukainya.
" Dasar bucin, sudah diabaikan berkali-kali masih saja mengejar kak Antoni. Apa kau tidak malu? " Ejek Inha lagi
"Kenapa aku harus malu, aku sedang berusaha menarik perhatian kak Antoni. Siapa tahu dia khilaf dan mau denganku, hihihi.... " Kelakarnya. Mendengar nama pria yang disukai wajahnya nampak memerah. Sesuka itu dia dengan Antoni.
"Tapi sayangnya kak Antoni tidak mau denganmu ,Ka. "
"Aku yakin suatu saat dia mau dengan ku. " Inka masih meyakinkan diri
"Kalau kak Antoni menikah dengan wanita lain jangan salahkan dia, karena kamu yang bodoh dan selalu mengejar nya! "
"Jadi kamu anggap aku bodoh?! " Inka menatap tajam wajah adiknya. "Aku yakin kak Antoni akan menyukaiku dan mau menerimaku! " Inka sangat sensitif saat ada orang yang mengejek percintaannya.
"Tapi memang ini kenyataannya Ka, kamu harus sadar diri kalau kak Antoni tidak menyukaimu. Jangan menjadi gadis bodoh dengan menunggu pria yang tidak mencintaimu. Seperti tidak ada pria lain saja, masih banyak pria di dunia ini contoh nya Khaffi. " Cerocos Inha
"Dih! Si Khaffi, mending aku jadi perawan tua seumur hidup daripada hidup dengan pria setengah waras itu. " Sahut Inka dengan kesal.
"Aku hanya mau kak Antoni! " Kekeh Inka
"Ngomong - ngomong si Khaffi, aku jadi kesel banget inget kejadian kemarin, aku minta sijemput cepat pakai mobil eh dia bawanya mobil ambulans. Emang kadang-kadang si Khaffi otaknya geser! " Inka begitu kesal saat mengingat hari dimana dia dijemput Khaffi dengan mobil ambulans. Disaat pak Ari sibuk mengantar kembaran nya maka opsi terakhir Inka meminta Khaffi menjemputnya, bukan karena tidak punya uang untuk membayar taxi namun saat itu ia harus menghadiri acara pernikahan sahabat nya dan membutuhkan pasangan, sedangkan ia tidak memiliki pacar. Meminta pada kak Antoni untuk menemaninya tidak akan mungkin, pria itu pasti akan menolak. Mau tak mau ia menghubungi sepupu gila itu dan benar saja ,rasa malu yang ia diterima.
"Katanya mau cepat, ya pake si putih inilah. " jawab Khaffi dengan enteng saat itu. Inka mendadak melempar sandalnya kearah pria itu sembari mengumpat keras. Namun hanya dibalas dengan cekikikan dan gaya slengean dari Khaffi.
"Sudah tau Khaffi otaknya geser masih saja kau meminta bantuannya. " Inha
"Kalau tidak sama dia mama tidak akan mengijinkanku keluar, harus ada orang yang bisa dipercaya untuk menjaga kita."
"Yasudah, kau menikah lah terlebih dahulu agar mama bisa tenang. Kau suka keluyuran tidak jelas dan membuat mama khawatir. " Ucap Inha
" Aku hanya ingin menikah dengan kak Antoni, tapi sepertinya dia tidak ada perasaan denganku. "Inka hanya bisa menghela nafas panjang nya berkali-kali.
" Sudah tahu pria kulkas itu tidak ada rasa denganmu tapi tetap saja kamu mengejarnya, memalukan! " Suara ejekan Inha mulai terdengar lagi.
"Iya, aku memang bodoh dan memalukan." Inka tersenyum getir, sejauh apapun dia mengejar Antoni seakan sia-sia baginya. Pria itu tidak pernah tertarik dengan nya.
"Ha, main yuk. Nongkrong di Cafe. " Lagi-lagi Inka memasang wajah memelas agar adiknya mau ikut dengan nya.
" Tidak! Lebih baik di rumah dan tidur daripada nongkrong yang tidak jelas, buang-buang waktu dan uang saja kau ini! " Ketus Inha dengan menatap tidak suka. Ia tahu kembaran nya itu pasti akan mentraktir teman-temannya secara sukarela. Inha pun tidak terlalu suka dengan keramaian apalagi saat nongkrong dengan mereka selalu membahas hal yang tidak penting.
"Aku bosan di rumah dan mati gaya kalau harus berdiam diri. Mending aku reunian dengan teman, ayolah ikut. "
"Cih! Reunian tiap minggu, mana ada seperti itu. Bilang saja kau ingin leluasa diluaran sana dan mentraktir teman-temanmu yang pengangguran itu.Aku tidak mau,Ka!" Seperti biasa Inha selalu mencibir teman- teman Inka yang masih luntang-lantung mencari pekerjaan.
"Mulut mu itu perlu disumpal dengan kain basah! " Sahut Inka dengan tidak terima.
"Jangan berkata seperti itu, mereka sedang berusaha mencari pekerjaan dan seharusnya kita membantunya bukan mengejeknya. " Bela Inka
"Mereka bukan mencari pekerjaan tetapi mencari gratisan. Kau itu bodoh atau apa, mau saja diperalat mereka. Masih tidak ingat sebulan yang lalu mereka kerja di tempatmu itu! " Inha tak kalah sengit, ia benar-benar kesal karena Inka begitu membela teman nya yang hanya memanfaatkan dirinya. Sejak sebulan yang lalu beberapa teman Inka bekerja di tempat online shop Inka namun bukan nya membantu, mereka malah malas -malasan ,mencuri barang dan membuat rugi toko Inka.
"Sudahlah jangan dibahas masalah itu, aku sudah melupakan nya. Toh, sekarang aku tidak berteman dengan ketiga wanita itu. Temanku baru lagi. Kejadian itu sudah aku lupakan dan aku anggap sedekah. "
"Sedekah untuk orang miskin, anak yatim piatu. Ini sedekah dengan orang yang modelnya pencuri , menusuk dari belakang. " Sindir Inha dan ini membuat Inka mati kutu dan lebih baik pergi dari kamar kembaran nya daripada mendengar Inha mengomel terus.
"Aku mau diantar pak Ari, jika kau ingin pergi tunggu dia pulang setelah mengantar aku! " Inka dengan cepat membanting pintu, niat hati ingin memberikan sesuatu pada adiknya malah berakhir dengan adu mulut. Ia pun masuk ke dalam kamarnya, merebahkan diri di ranjang dan menatap langit-langit kamarnya. Menghela nafas panjang secara kasar. Entah kenapa semakin kesini ia dan kembaran nya selalu bertengkar tentang hal-hal kecil .Ia merogoh saku celananya yang hampir terlupakan, melihat sebuah gelang rantai pemberian ibunya dengan inisial I, sama seperti yang ia pakai saat ini. Ibunya memberikan gelang yang sama dengan kembarannya. Ibunya tidak pernah pilih kasih jika Inka diberi sesuatu maka Inha pun akan diberikan juga.
" Kenapa Inha selalu marah denganku padahal aku tidak melakukan kesalahan. "Gumam Inka bermonolog. Ia merasa adiknya berubah dalam satu bulan ini. Inha lebih sensitif, galak dan tidak bisa ditebak apa maunya. Tiba-tiba menghilang ke rumah mami Imelda dan menginap disana selama seminggu dan itu membuat ibu mereka merasa kesepian. Memang benar sejak kecil Inha sering menghabiskan waktu di rumah mommy Imelda namun ia selalu memberikan kabar jika menginap dan sekarang Inha sering lupa mengirim pesan. Dan ini membuat Navysah sedih. Walaupun ibunya tidak pernah protes namun raut wajahnya terlihat kecewa saat anaknya mulai mengabaikan nya.
"Kamu tidak tahu kalau mama Navysah merindukanmu, bahkan aku sengaja tidak main keluar agar mama tidak sedih dan kesepian. Aku mencoba menghibur mama dengan caraku sendiri. " Lirih Inka. Namun saat ia melamun, Inka mendengar suara ketukan pintu dari luar. Dengan malas ia membuka nya.
" Apa pak? "Inka melihat pria paruh baya berdiri di depan pintu, sopir keluarga Davian yang sudah bekerja sejak mereka kecil.
" Non, gimana. Jadi pergi tidak? "tanya pak Ari
" Oh iya lupa, tunggu aku di depan. Aku ganti baju terlebih dahulu. "Perintah Inka
Sepanjang perjalanan Inka selalu melamun, tidak seperti biasanya. Ia gadis yang ceria dan cerewet namun pak Ari hanya bisa melihat dari kaca mobil tanpa bertanya karena ia tahu pasti nonanya bertengkar lagi dengan non Inha.
POV Inha
Aku begitu kesal saat Inka masuk dan memeluknya, seperti biasanya gadis itu selalu bersikap kekanak -kanakan dan manja. Ingin rasanya memejamkan mata namun nyatanya suara cempreng nya membuat aku kesal apalagi saat melihat tangan nya melingkar sebuah gelang kecil, sudah pasti itu dari mama. Lalu, kenapa aku tidak diberi benda yang sama?" Gumamku dalam hati. Menyebalkan.
"Mama lebih menyayangi nya daripada aku. "Dalam hati selalu bertanya -tanya dan merasa ibuku lebih menyayangi Inka. Bukan kali ini saja, sehari-hari Inka lebih sering dipeluk dan ditanya kabar dibandingkan aku. Memang beberapa kali ia melihat mama dan Inka membahas tentang desain karena kebetulan mama memiliki butik dan Inka lah satu-satunya penerus di bidang itu. Sedangkan dirinya, lebih suka fokus di bidang kuliner dan perusahaan kakaknya. Beberapa kali Inha diminta membantu Fafa untuk membantu di perusahaan.
"Aku seperti anak tiri mama. " Inha menarik nafas panjang nya dan mengeluarkan nya secara kasar. Ada sedikit rasa iri saat mama lebih banyak menghabiskan waktu dengan Inka. Aku pun ingin diperhatikan.
Suasana hatiku begitu buruk akhir-akhir ini. Sejak bertemu duda beranak satu itu hari-hari ku menjadi tidak tenang. Enam bulan yang lalu duda itu datang dan kebetulan orangtuanya bersahabat dengan ibuku, dan mau tidak mau aku sering bertemu dengan si duda itu.
" Aku harus mengusirnya agar tidak datang ke restoran lagi. "Gumamnya dan memejamkan mata agar tertidur dan melupakan masalahnya sejenak.
Inka akhirnya datang ke rumah putri, ia tidak jadi bertemu temannya di Cafe. Suasana hatinya sedang kacau dan hanya di rumah putri ia bisa menumpahkan isi hatinya.
"Non, ini sudah sampai. " Ucap pak Ari . Ia melirik anak majikan nya yang tertidur di mobil dengan mulut terbuka. Seperti biasanya Inka suka sekali tidur di perjalanan.
"Non, sudah sampai di rumah ayang Antoni, Non. " Goda pak Ari sembari melirik nona mudanya dari kaca spion. Tentu saja dia tahu karena sejak dulu dia bekerja di rumah Navysah dan tingkah laku anak majikan nya pun ia sudah paham.
"Mmm, benarkah.. " Inka mengucek kedua matanya saat mendengar nama pria yang ia sukai. Dan benar saja mereka berada di depan rumah Antoni.
" Non, sebaiknya bersihkan dulu air liur nya. Malu sama calon mertua dan adik ipar. " Goda pak Ari sembari menggulum senyum lagi.
"Bapak...! " teriaknya sembari menahan malu.
Inka dengan cepat mengusapnya dengan tisu dan mengambil cermin di tas nya.Merapikan rambutnya kembali. " Sudah rapi kan, pak? " Tanyanya
"Sudah, cantik sekali non ini. " Puji nya
"Aku memang cantik tapi jomblo mengenaskan. Mama tidak mengijinkanku pacaran, kuno banget kan mamaku. "
" Bagus seperti itu Non, jadi jika ada pria yang benar-benar mencintai Non bisa langsung ke orangtua dan ta'aruf. "
"Ah, tidak asyik kalau begitu. Aku juga ingin pacaran seperti gadis yang lain nya pak. " Inka cemberut karena pak Ari tidak mendukung nya.
"Bapak pulang saja karena aku tahu si ketus itu akan pergi ke restoran lagi. " Perintah Inka, ia tahu adiknya akan kembali lagi ke restoran
"Lalu Non pulang dengan siapa? "
"Semoga saja nanti kak Antoni mau mengantarku. " Harapnya
Namun Pak Ari hanya membalas dengan senyuman. Ia sudah tahu Antoni tidak akan mengantarkan Non Inka dengan mudah karena sebelum-sebelumnya Inka akan pulang dengan diantar putri atau Khaffi.
"Pak Ari meremehkan aku kan, senyum senyum begitu. " Inka kian kesal.
"Tidak Non, hanya saja sepertinya mustahil kalau Antoni yang akan mengantarkan Non pulang karena dia kan pulangnya larut malam.
" Betul juga sih. "Inka akhirnya sadar kalau diantar Antoni hanya kemungkinan kecil. Dan ia tidak boleh berharap lebih.
" Aku pergi dulu. " Inka mencium takzim tangan pak Ari , walaupun dia sopir keluarga tapi bagi Inka dan Inha pak Ari sudah seperti keluarga nya sendiri dan orangtuanya meminta agar semua anaknya menghormati semua pekerja di rumah nya.
Inka mengetuk pintu rumah Antoni dan seperti biasa putri yang membukanya.
"Assalamu'alaikum."
"Walaikumsalam." Jawab putri dengan menghela nafas kasarnya, ia sudah tahu Inka pasti sedang bertengkar dengan adiknya hanya dengan melihat wajah dari gadis itu yang muram.
Inka masuk ke dalam seperti rumahnya sendiri dan dengan mudahnya ke kamar putri dan tiduran disana.
"Emang bener-bener temen kurang asem, ini rumahku bukan rumahmu. " Putri menggelengkan kepalanya, sudah tidak heran dengan tingkah laku sahabatnya yang keluar masuk kamar nya tanpa izin.
"Rumahmu yang akan menjadi rumahku juga. " Seloroh nya
"Terlalu percaya diri sekali kamu. " Putri ikut berbaring di samping sahabatnya. Ia tahu Inka menyukai kakaknya, bahkan gadis itu sengaja main hanya untuk melihat dan cari perhatian kakaknya.
"Adik ipar, aku sedang kesal dengan si ketus. Kau tahu akhir-akhir ini dia sangat menyebalkan. "
Putri mentoyor kepala Inka, beraninya dia memanggilnya adik ipar . "Kalau halusinasi jangan terlalu tinggi, kakak ku tidak tertarik denganmu yang pecicilan dan bar- bar. "
Inka tergelak tawa.
" Semoga saja kakakmu dapat hidayah dan khilaf mencintaiku, hihihi..." Harapnya
"Kau itu selalu saja menyukai kakak ku, apa yang kau suka padahal dia kulkas begitu. "
" Dia kakakmu, bodoh! " Kali ini Inka yang mentoyor kepala putri. Hal seperti ini sudah biasa mereka lakukan tapi Putri tidak berani melakukan nya pada Inha karena gadis itu pasti akan marah besar saat ada orang lain yang mentoyor kepalanya. Putri lebih menyukai Inka karena dia lebih santai,ramah dan pecicilan.
"Dia memang kakakku tapi terkadang menyebalkan dan hanya diam saat aku bertanya. " Putri hanya bisa menghela nafas panjang nya.
"Memang seperti itu tapi aku tetap menyukai nya. " Inka merona dan tanpa malu mengungkapkan perasaan nya.
"Dasar kau! Sudahlah jangan membahas kak Antoni,aku jadi malas. " Putri mengambil ponselnya lalu menunjukan sesuatu pada Inka .
"Dia temanku di rumah sakit, namanya Dilan. Dia ingin dikenalkan dengan seorang wanita. Dia jomblo tiga tahun. Ganteng kan"
"Lalu apa hubungannya dengan ku. " Inka melihat foto pemuda itu dengan seksama. Lumayan keren.
"Mau tidak aku kenalkan kau dengan nya, dia pria baik dan menyenangkan daripada kau jomblo terus dan mengejar kakak ku yang belum tentu mencintaimu."
"Ishhh..., kau itu memang teman yang menyebalkan. " Inka menjitak kepala putri dengan keras
"Sakit tahu! " Putri tak mau kalah, ia pun ikut membalas jitakan Inka. Mereka saling jitak menjitak.
"Hidup harus realistis, memangnya kau ingin jomblo terus dan berharap yang tidak pasti. Dan ini sebagai ujian jika memang benar kakak ku menyukaimu maka dia akan memilihmu. " Putri mulai mempengaruhi sahabat nya agar mau kencan buta dengan teman nya. Ia merasa bersalah pada gadis itu karena kakaknya tidak merespon perasaan Inka, namun sesekali kakaknya menatap gadis itu saat di rumah. Putri yakin kakaknya menyukai Inka juga namun masih gengsi untuk mengungkapkan. Entah apa yang membuat kakaknya selalu diam dan seolah tidak peduli dengan cinta, tetapi yang pasti Antoni pernah dikecewakan seorang wanita saat kuliah dulu, gadis yang dicintai nya mendua dan lebih memilih pria lain.
Inka hanya tersenyum dan diam seribu bahasa.
"Yaelah mulai bisu dia, padahal biasanya cerewet. " sindirnya
"Aku sedang berfikir dan saat aku berfikir maka aku akan___" Suara kentut terdengar begitu besar hingga membuat putri marah.
"Inkaaaaa..., sialan lu!!! " Putri menendang kaki Inka dan keluar dari kamarnya. Ia tidak ingin kehabisan oksigen dan pingsan oleh bau kentut gadis itu. Sedangkan Inka hanya tertawa keras. Gadis yang menyebalkan.
"Najis banget punya calon kakak ipar kayak lu, ogah gue!!! " Teriak Putri dari luar. Inka hanya terkekeh dan tidak peduli dengan teriakan gadis itu, baginya yang terpenting tidak sakit perut karena menahan nya.
"Inkaaaa...!!! " Lagi-lagi putri berteriak pada gadis itu. Gadis yang dengan santai nya tidur dengan nyaman seolah kamar itu miliknya sendiri.
"Ya ampun, untung saja temen akrab gue. " Putri menghela nafas panjang nya lalu memotret Inka yang sedang tertidur dan mengirimkan foto itu kedua orang pria, yang satu kakaknya dan yang satu temannya. Lalu ia tersenyum penuh kemenangan.
"Assalamu'alaikum." Suara seorang wanita terdengar dari luar dan putri bergegas membuka pintu, ia sudah paham siapa yang datang ke rumah nya.
"Walaikum salam mah. " Putri mencium takzim dan membawakan beberapa barangnya. Inka yang mendengar ibu Rahmi pulang dengan cepat menghampiri nya, ia sebenarnya tidak tidur hanya saja ingin mengerjai teman nya dengan tidur di kamar nya.
"Mamah mertua. " Dengan percaya diri Inka menyebut ibu Antoni dengan sebutan mama mertua. Ia mencium takzim tangan ibu Antoni dengan sopan seperti biasanya.
"Cuih.. Cuih.. Cuih... " Putri dengan cepat mentoyor kepala Inka. "Dia emak gue, bangke! "
"Emakmu adalah mertuaku. " Sahutnya lagi sembari cengengesan. Inka dengan cekatan mengambil plastik belanjaan milik bu Rahmi. Dan wanita paruh baya itu hanya tersenyum, ia sudah tahu sifat Inka yang selalu bercanda dan selalu ceria.
" Mah, mamah capek. Mau Inka ambilkan minuman? "Tawarnya
" Eh, bangke. Dia emak gue dan ini rumah gue, kenapa lu yang repot dan seolah ini rumah lu! " Seperti biasa mereka terlibat perdebatan kecil.
"Nanti bakal jadi rumah ku juga. " Seloroh nya lagi.
"Kepedean lu! " Sahut putri. Bu Rahmi sudah biasa melihat dua gadis itu saling sahut menyahut . Jika ada Inka rumah nya terasa ramai karena gadis itu selalu membawa keceriaan dan kehangatan di rumah nya.
" Mah.. Mamah mau makan tidak mah nanti aku siapkan. "Lagi-lagi Inka yang sibuk menawarkan diri.
" Tidak usah cari perhatian, mamah..mamah emang dia emak lu! " Putri terlihat kesal.
"Sudah.. Sudah kalian tidak usah bertengkar. Tante sudah makan tadi di toko. Kamu sudah makan, Ka? " Tanyanya
"Sudah tan. "
"Tante bawa chesse cake dari toko dan tadi mampir beli belanjaan untuk besok produksi. Besok ada orderan cukup banyak dari kantor ekspedisi.Ada pesanan cake ulang tahun dan beberapa pesanan cemilan di toko" Ujarnya
"Aku mau chesse cake tan, boleh tidak? " Ucap Inka
"Tentu saja boleh, ambilan di kantong plastik warna putih itu. " Perintah nya dan benar saja bolu keju kesukaan Inka terlihat begitu menggoda. Inka memotongnya dengan cepat.
"Mama nawarin kuda Nil ya pasti abis lah disikat dia" Sindir Putri , ia melihat Inka makan dengan lahap. Gadis itu memang hobi makan dengan porsi doubel
"Putri, tidak boleh seperti itu Nak. " Bu Rahmi tidak suka saat anaknya mengejek seseorang.
"Maaf."
"Alhamdulillah, akhirnya ibu mertua membelaku dari penyihir jahat . " Inka terkekeh.
" Itu emak gue, bukan mertua lu! " Lagi-lagi putri mentoyor kepala Inka.
"Besok mau aku bantuin tan bikin kue di toko? "
"Tidak usah bantuin yang ada lu bikin kacau dapur emak gue. " Bukan Bu Rahmi yang menjawab tetapi Putri.
" Tidak kok, aku kan bisa bantu-bantu bungkusin ke box agar rapi. " Inka masih kekeh menawarkan diri, lumayan bisa pedekate dengan calon mertua,pikirnya.
" Memang bisa bantuin,masukin kue satu ke box lalu masuk perut dua bungkus. Tekor emak gue kalau lu yang bantuin." Sindir Putri ,ia sangat tahu kebiasaan Inka yang suka makan.Sedangkan gadis itu hanya terkekeh saat putri terlihat kesal dengan nya.
Di sela perdebatan mereka terdengar suara seseorang yang mengetuk pintu.
Suara sepeda motor terdengar dari luar dan suara pria yang mengucapkan salam itu begitu ia kenali.
"Kakak, tumben pulang jam segini. " Putri mencium takzim tangan kakaknya. Biasanya Antoni akan pulang larut malam namun tidak untuk hari ini.
"Kakak ingin pulang cepat. " Jawabnya . Ia kemudian mencium takzim ibunya dan melirik gadis yang selalu datang ke rumah nya. Inka tersipu malu, tidak menyangka bisa bertemu Antoni disaat sekarang padahal waktu baru menunjukkan pukul lima sore. Itu artinya pria itu bolos kerja.
" Kak, apa kau sudah ijin mas Fafa? Dia biasanya tidak mengijinkanmu pulang secepat ini. Aneh sekali. " Inka tahu sifat kakaknya yang suka memerintah dan memberikan banyak tugas pada Antoni hingga pria itu harus lembur tiap hari.
" Aku sudah ijin. " Lalu Antoni masuk ke dalam kamarnya.
" Kakak mu memang menyebalkan, irit sekali saat bicara. "Gerutu Inka , namun ia langsung menutup mulutnya yang kelepasan bicara. Ia lupa ada ibu Antoni di samping nya.
" Antoni memang seperti itu , tapi sebenarnya dia cerewet juga saat bicara dengan keluarga nya sendiri. "Ucap bu Rahmi. Inka hanya mengulas senyum.
Beberapa menit kemudian Antoni keluar dengan wajah segar, bahkan bulir air masih terlihat di pucuk rambutnya
" Sexy sekali.... " Inka terpesona dengan sosok Antoni yang begitu tampan di matanya bahkan gadis itu melihat tanpa berkedip.
"Tutup matamu! " Putri melempar kain serbet tepat di wajah sahabat nya yang masih saja mengagumi kakaknya.
"Apaan sih! Rese banget jadi orang. " Inka langsung berdiri tidak peduli putri akan marah saat ia mendekati kakaknya itu.
"Aku siapkan makanan nya ya. " Dengan cepat Inka menyiapkan piring dan air minum untuk lelaki pujaan hati nya. Ia berani melakukan itu karena bu Rahmi sudah masuk ke dalam kamar nya sendiri.
" Lah, malah dia yang sibuk. " Putri terkekeh melihat Inka yang lihai menyiapkan makanan untuk kakaknya. Inka sudah mengenal dimana letak perabotan di rumah itu hingga ia dengan cekatan mengambilnya.
" Silakan... " Inka menggeser kursi agar bisa lebih dekat dengan Antoni dan pria itu masih diam saja tidak bicara. Ia hanya makan tanpa melirik gadis itu.
"Enak tidak masakan nya? " Inka mulai bertanya basa -basi karena Antoni masih saja diam.
" Sudah jelas enak lah, itu kan masakanku jangan mengklaim itu masakanmu ya. "Kali ini Putri yang menjawab dengan sinis.
" Kau jangan dekat dengan kakak ku, dia pasti akan mual saat kau disampingnya. "Ejeknya lagi
" Tanpa aku beri tahu juga kak Antoni pasti tahu kalau aku tidak bisa memasak, aku sadar diri, put. "Jawab Inka tanpa malu.
" Dan perlu kamu tahu saat aku di sisinya seperti ini maka kak Antoni akan lebih bersemangat lagi makan nya. Iya kan kak? " Inka meringis menampakkan deretan giginya yang rata. Antoni hanya menatap sekilas lalu menyelesaikan makanan nya.
"Aku masuk kamar dulu, permisi. " Antoni pamit kepada dua gadis itu.
" Tunggu dulu. "Inka menahan lengan pria itu. " Kakak akan mengantarku pulang kan? " Inka bertanya dengan penuh harap, ingin rasanya sesekali diantar oleh pria pujaannya
"Maaf, aku tidak bisa. " Antoni langsung pergi ke kamar setelah menjawab pertanyaan gadis itu. Tanpa melihat wajah kecewa dari Inka yang ditolaknya.
"Sudah tidak perlu kau pikirkan, kakak ku memang seperti itu. Besok aku kenalin dengan sahabatku yang tampan dan normal, yang pasti tidak seperti kakak ku yang kulkas itu. " Lirih Putri , ia berkata seperti itu agar Inka tidak bersedih.
Antoni mendengar ucapan adiknya walaupun terdengar sayup-sayup namun ia tidak peduli. Sekarang yang ingin dia lakukan adalah istirahat. Hari ini kepalanya begitu sakit, pekerjaan di kantor begitu banyak apalagi dia ikut menghandle proyek diluar kantor. Antoni membuka ponselnya, satu pesan dari sang adik yang memberi foto seorang gadis yang sedang tidur dengan mulut terbuka. Ia tersenyum simpul dan menonaktifkan ponselnya, jika itu tidak dilakukan maka bos gilanya pasti akan mengirimkan tugas secara terus menerus.
***
Dan benar saja Inka pulang dengan dijemput oleh Khaffi karena Antoni menolak untuk mengantar nya. Pak Ari tidak bisa menjemputnya juga karena sedang pergi bersama Inha.
"Tante aku pulang dulu, terimakasih untuk makanan nya. " Inka menunjukkan beberapa kantong makanan pemberian dari Bu Rahmi
"Iya, kamu hati-hati ya. Kapan-kapan main kesini lagi ya. " Bu Rahmi menyukai Inka karena gadis itu selalu sopan dan ceria. Suasana rumah nya terasa lebih hidup, walaupun Inka anak orang kaya namun ia tidak berpangku tangan, ia mau mencuci piring kotor bekas makan nya dan menyapu lantai.
"Tidak perlu ditawari juga setiap ada masalah juga si cerewet ini akan kesini mah! " Celetuk Putri
Inka hanya terkekeh, saat mendengar perkataan putri, dia memang benar hanya di rumah ini Inka bisa berkeluh kesah karena putri sahabat yang bisa dipercaya.
"Saya juga boleh main kesini juga kan tan? " Tanya Khaffi sembari mencuri pandang pada adik Antoni yang imut itu.
"Tidak!" Kali ini Inka dan Putri kompak menjawab. Mereka saling memandang dan tergelak tawa.
"Aku tidak menerima tamu pria buaya. " Ujar Putri
Khaffi tergelak tawa, putri seperti biasa selalu ketus saat bertemu dengan nya.
"Aku kira Nak Khaffi pacarnya Inka? " Tanya bu Rahmi
"Mana ada tan pria yang mau dengan gadis cerewet dan menyebalkan ini. Aku saja jemput terpaksa tan karena kami sepupu iihh. "
Inka mencubit pipi Khaffi dengan gemas.
"Sakit! " Keluh Khaffi sembari meringis kesakitan
"Syukurin, habis kamu ngeselin! "
"Tante, aku pulang dulu. Assalamu'alaikum." Inka pamit dan tak lupa mencium takzim tangan ibu Rahmi. Begitu pun dengan Khaffi, ia mengekor di belakang Inka lalu dengan cepat mengandeng tangan gadis itu menuju mobil. Beberapa kali Khaffi menggoda dengan merengkuh bahunya namun Inka menolak dan menjambak rambut Khaffi.
Antoni hanya melihat kejadian itu dari balik jendela yang berwarna gelap. Ia melihat Inka dan Khaffi dengan wajah tanpa ekspresi seperti biasa.
Sepanjang perjalanan Inka menceritakan tentang pertengkaran nya dengan Inha. Ia berharap Khaffi bisa menjadi penghubung dan bisa membuat hubungan mereka baik lagi.
" Kau seperti tidak tahu Inha saja. "
" Besok juga kalian akan baikan, aku jamin itu. "
" Mungkin Inha sedang banyak pikiran, kau harus memaklumi nya. "
Itulah beberapa kalimat yang dilontarkan oleh Khaffi. Ia meminta agar Inka lebih mengerti dari adiknya.
" Aku selalu sabar, maka dari itu badanku kian melebar. "Ujarnya sembari mengunyah kue pemberian ibu Antoni
" Eh, bangke! Lu lebar itu bukan karena sabar Tapi emang doyan makan, rakus kaya tikus. "Sindiran Khaffi yang begitu pedas
" Seharusnya kau salahkan saja kue ini kenapa begitu menggodaku. Aku kan laper mata dan perut. Lihat sudah setengah aku habiskan karena ini sangat enak. Ini buatan mamanya Antoni. "
Khaffi hanya menghela nafas panjang nya, bagaimana bisa ia menyalahkan kue sedangkan benda mati itu tidak bisa bicara. Inka memang menyebalkan. Khaffi lalu melirik kue tersebut dan benar saja ,kue sudah habis setengahnya.
"Emang lu tukang ngemil tambah gembul, nanti lebaran haji aku sembelih di masjid . Untuk kurban idul adha. "
"Aku princess bukan sapi gelonggongan. " Sahut Inka sembari memukul lengan Khaffi.
"Suapin aku. " Pinta Khaffi, ia juga ingin merasakan kue buatan bu Rahmi yang terkenal enak. Dan tanpa ragu Inka menyuapi Khaffi yang sedang menyetir. Ini sudah biasa ia lakukan. Baginya Khaffi seperti kakaknya sendiri yang selalu melindunginya dan menjemputnya tanpa pamrih.
"Enak kan? "
"Iya, enak banget ini kue buatan emaknya Putri. " Khaffi memuji makanan itu karena benar adanya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!