Arya terus berlari menyusuri hutan rimba , ia tak melihat arah mana yang di tuju, tujuannya menjauh dari desa tempatnya tinggal demi menghindari pembantaian yang sedang terjadi , desa nya saat ini sedang di serang oleh segerombolan perampok dari Gunung Elang , ia dengan jelas melihat kekejaman perampok perampok itu saat membunuh paman nya yang berusaha melawan demi dirinya bisa melarikan diri. Pamannya tewas dengan badan seperti landak , badannya di penuhi oleh anak panah yang menghujam dirinya.
Arya tak tahu bila hutan yang di tuju nya saat ini sedang berkumpul pendekar pendekar sakti dari semua golongan , baik hitam maupun putih, entah dari mana mereka mendengar kabar bila di hutan itu terdapat sebuah peninggalan dari pendekar besar , hutan itu jarang di jamah oleh manusia karena terkenal angker dan juga banyak binatang buasnya, banyak warga desa yang masuk dan tak pernah keluar lagi. Mereka meyakini bila hutan itu di tunggu mahluk halus dan menjadi hutan larangan bagi warga sekitar.
Arya terjatuh, kakinya tersandung oleh akar pohon yang banyak menonjol pada permukaan tanah, badannya penuh luka baret karena ia menerobos semak berduri , ia berusaha bangun namun tenaga nya telah habis terkuras, selama dua jam dia berlari sekuat tenaga menjauh dari desanya .
Auuum
Saat berusaha bangun Auman harimau terdengar sangat dekat, membuat Arya terdiam , tenaga yang di kumpulkan mendadak hilang mendengar suara Auman raja rimba tadi. Ia terduduk tapi matanya mencari cari asal suara dan mencari celah peluang agar bisa melarikan diri.
Krosaaak
Jantung Arya berdetak kencang mendengar suara semak yang tersibak . Ia terdiam ,walau ia masih kecil jelas ia tahu akan sosok harimau yang pernah di ceritakan oleh pamannya , di usianya yang baru menginjak sepuluh tahun sering membantu pamannya bekerja di sanalah pamannya sering bercerita penghuni penghuni hutan ,dan salah satunya adalah Harimau yang menjadi penguasa hutan rimba.
Badan kecil Arya semakin gemetaran saat sosok harimau itu terlihat , ia mengambil dahan pohon yang menggeletak di sisinya , walau takut ia harus berusaha menyelamatkan diri , kematian pamannya membuat ia bertekad melawan , ia harus tetap hidup demi membalaskan dendam pamannya
wuush
Harimau itu menerkam Arya
buk
Arya mengelak dan memukulkan dahan yang di pegangnya ke arah harimau itu
aaaaakh
harimau itu terpukul tapi lengan Arya pun terserempet cakar harimau , darah yang keluar dari luka Arya membuat harimau itu terlihat bersemangat mendapatkan mangsa dengan aroma darah yang segar.
" maju sini!" teriak Arya nekat . ia tak menghiraukan rasa sakit di tangannya , walau masih kecil Arya sering bekerja keras membantu pamannya, yang secara tidak langsung membuat badan dan tenaga Arya lebih kuat di bandingkan dengan anak seumuran dengannya.
Auuuum
Harimau itu meraung ia mengitari Arya dengan perlahan , bagai seekor kucing yang memainkan seekor tikus.
Wuush
buk
kraaak
Saat harimau itu menyerang lagi Arya memukul, kena hanya saja kayu yang di pakainya rapuh, saat Arya memukul sekuat tenaga kayu itu patah saat mengenai tubuh harimau.
" ayah, sepertinya dia bagus menjadi pelayanku" di atas pohon yang tak jauh dari tempat Arya berjuang melawan harimau seorang anak sepantaran Arya berkata pada ayahnya .
" hmm, Luwi, anak itu memang punya keberanian , hanya saja ia tak mempunyai tenaga dalam" ucap sang ayah memperhatikan Arya yang sedang bertarung dengan harimau di bawah.
" tidak apa apa ayah, dia bisa menjadi pelayanku " sahut Luwi
" baiklah, " sang ayah menyahut ia mematahkan sebuah ranting dan membuang daun daun yang masih menempel. mereka ayah dan anak berasal dari kepulauan seribu , mereka terkenal dengan kesaktiannya hanya saja mereka bertindak sesuka hati, tak peduli salah satu benar bila bertindak asal hati mereka senang. Sang ayah di kenal dengan sebutan tapak merah, karena ilmu andalannya bila di kerahkan akan membuat tangan nya berubah menjadi merah darah, mengandung racun yang sangat ganas, kali ini ia juga datang ke hutan larangan karena mendengar ada harta Karun peninggalan pendekar dari masa lalu , ia mencoba peruntungan siapa tau anaknya bisa mewarisi ilmu ilmu dari pendekar itu
Arya berhasil mengelak setiap serangan ,namun tubuhnya sudah penuh dengan luka , baik yang terbaret semak berduri maupun yang tercakar oleh harimau.
Wuuush
Buk
Kali ini Arya tak bisa menghindari lagi, ia sudah kehabisan tenaga serangan harimau itu tak bisa ia hindari, Arya terpental , kini ia hanya bisa menatap harimau yang berjalan mendekat,
auuuum
wuuush
clap
bruk
Harimau itu mengaum dan menerkam Arya yang terbaring di tanah , namun belum sampai harimau itu mencengkram Arya sebuah ranting melesat menembus kepala harimau itu.
Arya melihat kiri dan kanan mencari yang menolongnya,
" terima kasih tuan, " Arya menangkupkan kedua tangan nya saat melihat dua orang turun dari atas pohon .
" siapa namamu!" tanya Tapak Merah
" saya Arya tuan" ucap Arya
" hmm, kalau kamu berterima kasih pada ayahku, kamu harus menjadi pelayanku!" ucap Luwi dengan jumawa, Arya kaget dengan ucapan Luwi .
" Maaf, aku tak bisa ?" tolak Arya , jelas ia tak mau niatnya belajar ilmu silat agar bisa membalaskan dendam kematian pamannya . Bila menjadi pelayan maka ia tak akan bisa menjadi pendekar
" desh" Luwi menendang Arya begitu Arya selesai berbicara
" aaahk"
Arya menjerit kesakitan , tendangan Luwi mengenai dadanya,
" kalau ia tak mau bunuh saja ayah!" teriak Luwi kesal.
" tenang saja , aku akan menyiksanya agar dia mau menjadi pelayanmu" ucap sang ayah ,ia mendekati Arya yang telah terkapar tak berdaya.
" aaaargh" Arya kembali menjerit kesakitan saat tapak merah menotok beberapa jalan darah , seluruh tubuhnya bagai di selubungi api, Arya bergulingan mencoba meredam rasa panas itu.
" apa kamu sudah berubah pikiran!!! Bentak Luwi sambil menjambak rambut Arya .
" ti...tidak, cuih" Arya berteriak dan meludahi Luwi
" kurang Ajar,"
" Plaaak"
Luwi sangat marah dan menampar Arya hingga sudut bibir Arya pecah dan berdarah .
" ayo kita kesana , nanti keburu orang lain yang mendapatkan peninggalan pendekar sakti itu" ajak sang ayah, namun sebelum mereka pergi tapak merah menotok beberapa tempat di tubuh Arya, membuat Arya kesakitan dan tak bisa bergerak.
" muka Arya memucat dan keringat bercucuran menahan rasa sakit yang mendera tubuhnya, namun ia tak berteriak karena itu akan membuat tapak merah dan Luwi senang.
" apa iya mati ayah!" ucap Luwi karena tak mendengar keluhan dari mulut Arya .
" biar saja mati, tak mati pun akan di makan binatang buas di sini" sahut sang ayah.
" huh, salahnya kenapa ga mau jadi pelayanku,!" dengus Luwi,
" aaargh"
Arya mengerang pelan saat di rasa tapak merah dan Luwi sudah jauh, Arya merasa tulangnya seperti di bakar oleh bara api, ingin ia mencari sungai dan merendam tubuhnya , namun apa daya tubuhnya tak bisa di gerakkan.
Setelah dua jam baru rasa sakit di sekujur tubuhnya menghilang hanya saja ia masih tak dapat bergerak, totokan Tapak Merah belum hilang saat malam datang ia hanya bisa menatap bulan yang bersinar teduh.
Rasa lelah karena berlari dan bertarung dengan harimau serta menahan sakit akibat totokan Tapak Merah membuat Arya tertidur kelelahan, apa yang di laluinya hari ini sudah melewati batas tenaganya
Auuuuuuuu
Tengah malam Arya terbangun karena lolongan serigala , saat tangannya bisa di gerakan Arya sadar totokan Tapak Merah telah hilang . Ia bergegas bangun walau tenaganya belum pulih ia harus segera pergi , ia teringat dengan cerita pamannya yang mengatakan kalau serigala hewan yang berkelompok dalam mencari mangsa. Ia tak mau terkepung oleh kelompok serigala itu.
Auuuuuuu
Auuuuuuu
Lolongan serigala bersahutan, Arya mendengarkan dengan seksama , lalu berlari ke arah yang berlawanan dengan suara lolongan itu, ia tak sadar bila arah yang di tuju nya adalah arah yang sama dengan arah Tapak Merah pergi tadi.
Arya terbelalak, di pinggiran jurang mayat berserakan , pohon pohon sekitar pada tumbang bagai di amuk badai .
" sepertinya serigala tadi mencium bau darah ini" kata Arya dalam hati, ia terus berjalan melewati mayat mayat dalam kondisi mengenaskan , saat melihat pedang pendek tergeletak ia mengambilnya, sebagai alat jaga jaga bila ada binatang buas menyerang. Banyak pedang panjang yang berserakan , namun terlalu berat dan panjang untuk ia pakai.
Wuuush
desh
blaaar
tak jauh dari tempat Arya, tapak merah sedang bertarung dengan seorang kakek tua , Arya yang melihat itu langsung bersembunyi agar tak terlihat oleh tapak merah
" Ki ludira, di mana pusaka itu berada, atau kau akan mati seperti mereka!" teriak tapak Merah menunjuk mayat mayat yang berserakan.
" Kamu terlalu kejam ,Tapak Merah, aku dan mereka pun sedang mencari keberadaan pusaka itu! " teriak Ki ludira marah,
" Sudah Ayah ,bunuh saja kalau tak memberitahu!" Luwi yang berdiri agak jauh di belakang tapak Merah berseru. Di dekat kakinya terdapat satu buntalan yang cukup besar sepertinya Luwi telah mengambil perbekalan orang orang yang telah di bunuh ayahnya.
Arya mengendap endap menjauhi daerah itu , namun Luwi melihatnya.
"Ayah anak itu belum mati!" teriak Luwi ,melihat Arya berlari menjauh
" cepat tangkap dia jangan sampai di memberitahukan bila kita yang membunuh mereka ini" seru tapak merah ,ia tak mau ada yang mengetahui bila ia yang membunuh para pendekar yang datang ke tempat ini, ia bisa di kejar kejar oleh pendekar lain karena melakukan pembantaian , Luwi langsung mengejar Arya , Luwi yang mempunyai ilmu meringankan tubuh tentu saja dengan cepat mampu menangkap Arya.
" lepas kan !" teriak Arya kesal, ia di tarik paksa oleh Luwi.
"bruuk"
" Aduuh"
Arya mengaduh saat tubuhnya di jatuhkan di pinggir jurang yang tepat di atas buntelan kain yang cukup besar, Arya tak mengerti kenapa buntelan itu ada barang keras yang membuat tubuhnya sakit.
" sebaiknya kamu diam saja, atau aku akan menghabisi mu!" ancam Luwi melihat Arya akan bangun lagi.
Arya terdiam , walau badannya sama dan usianya sepantaran Arya tak bisa melawan , selama ini ia hanya berlatih fisik sambil membantu pamannya bekerja. Sedangkan Luwi di latih olah Kanuragan oleh ayahnya .
Ki ludira yang terdesak semakin mundur saja ke sisi jurang dekat Arya .
Desh
serangan telapak tangan Tapak Merah mengenai dada Ki ludira , membuat Ki Ludira terjatuh di dekat Arya
" lompaaat" tiba tiba Ki ludira menarik tangan Arya dan terjun ke bawah jurang.
" aaaaaa"
Arya menjerit ketakutan , buntelan kain besar itu terbawa karena saat Ki ludira menariknya tangannya sedang merangkul buntelan itu.
" berhenti!!" tapak merah berteriak dan berusaha menggapai namun Arya yang membawa buntelan itu meluncur dengan cepat ke dalam jurang .
" sial, buntelan itu terbawa oleh anak mereka!" ucap Luwi yang tak menyangka bila buntelan perbekalan mereka terbawa juga.
Arya dan Ki ludira terus meluncur , Ki ludira mengambil pil dan menelannya, sambil berjaga jaga untuk melindungi Arya. Namun kabut di dalam jurang sangat tebal , ia tak bisa melihat apa yang ada di bawah jurang.
Byuuur
Ki ludira dan Arya terjatuh , ternyata di dasar jurang ada danau yang cukup luas, mereka terselamatkan walau badan sakit menghantam permukaan air , beruntung Ki ludira mengerahkan tenaga dalam nya pada mereka berdua, kalau tidak sudah pasti badan Arya akan patah tulang dan terluka .
Ludira dengan cepat menyeret Arya yang pingsan ke pinggiran , saat sampai di pinggir danau tenaga Ki ludira habis, ia pun jatuh pingsan karena kelelahan dan juga luka dalam yang beracun karena terkena pukulan tapak merah
" apa yang harus kita lakukan ayah!" teriak Luwi, ia tak terima buntelan kain itu ikut masuk ke dalam jurang.
Tapak merah melihat sekelilingnya ,lalu menggeleng .
Tak ada cara untuk turun ke bawah, ayo kita pulang, sebelum pendekar yang lain berdatangan.
Tanpa menunggu persetujuan anaknya Tapak merah menarik tangan Luwi dan melesat pergi dengan mengandalkan ilmu meringankan tubuh.
" ugh"
Arya terbangun dan melihat ke sekeliling , ia melihat Ki Ludira sedang memanggang ikan.
" Kamu sudah bangun?" tanya Ki ludira ,
" sudah kek, terima kasih sudah menolongku" ucap Arya sopan dan membungkuk memberi penghormatan juga rasa terima kasihnya.
Ki ludira tak menjawab ia menyerahkan seekor ikan yang telah matang pada Arya,
" makanlah, " ucapnya ia juga menyantap satu ikan .
Arya yang memang lapar menerima dan langsung memakan ikan yang di sodorkan Ki Ludira.
Ki Ludira tersenyum melihat Arya makan seperti kelaparan. ia kembali bersemedhi mencoba melawan racun yang menyerangnya. Tenaga nya pulih namun racun itu semakin kuat
" Kamu harus terbiasa hidup di sini nanti" ucap Ki Ludira pada Arya,
" lho kok sendiri, bukankah ada kakek di sini, apa kakek mau pergi dari sini, tolong ajak aku kek" ucap Arya ketakutan bila di tinggal oleh Ki ludira .
" aku terkena serangan Tapak Merah yang sangat beracun, racun ini tak ada penawarnya selain di obati oleh Tapak Merah sendiri " desah Ki Ludira pasrah.
" tuk "
" tuk "
Tiba tiba Ki ludira menotok Arya , tubuh Arya menjadi lemas tak bertenaga , mulutnya pun tak bersuara.
" dari pada di bawa mati , lebih baik aku berikan pada Arya tenaga dalam milikku ini" gumam Ki ludira . rupanya Ki ludira ingin memberikan tenaga dalamnya yang sudah di latih puluhan tahun olehnya pada Arya.
" aku akan memberikan tenaga dalamku, aku harap kamu menjadi pendekar yang membela kebenaran." ucap Ki Ludira . Arya ingin menolak , tapi mulutnya tak bisa berkata , dan tubuhnya lemas tak bisa di gerakan.
ia pernah mendengar bila seseorang yang memberikan tenaga dalamnya maka ia akan mati karena kehabisan energi penopang kehidupannya.
Ki ludira menempelkan kedua tangannya pada punggung Arya, dan ia mulai mengoperkan tenaganya pada Arya.
Arya merasakan satu aliran hangat dari tangan Ki Ludira , namun lama kelamaan hawa yang di salurkan Ki Ludira menjadi panas .
Ternyata selain tenaga dalam milik Ki ludira , racun yang berada di tubuh Ki ludira pun ikut masuk ke dalam tubuh Arya menjadi satu dengan tenaga dalam itu yang membuat Arya kepanasan .
Setelah beberapa jam aliran tenaga dari Ki Ludira itu melemah dan akhirnya berhenti.
Bluk
Ki ludira terjatuh dari duduknya , Arya mengeraskan rahangnya ,
aaargh
Arya menjerit saat totokan di tubuhnya terbuka , ia dengan cepat melihat Ki Ludira , namun ia mendapati Ki ludira telah tewas kehabisan tenaga .
" kenapa kakek mengorbankan diri seperti ini" tangis Arya , dia merasa menjadi anak pambawa sial , setiap ada yang dekat dengannya selalu berakhir dengan kematian.
dengan pedang pendeknya dia menggali tanah , untuk menguburkan jasad Ki Ludira.
" jangan Khawatir kek, aku akan menuruti pesan terakhirmu, aku akan menjadi pendekar yang membela kebenaran." Arya berjanji di depan makam Ki ludira , kini ia sendiri lagi di dunia yang luas ini , ia memeriksa buntelan yang terbawa saat ia jatuh .
Arya membuka simpul yang terdapat di ujung kain, ada banyak koin emas dan beberapa koin perak.
mata uang yang di pakai pada masa itu , koin emas , koin perak dan koin tembaga .
satu koin emas sama dengan sepuluh koin perak, dan satu koin perak sepuluh koin tembaga, selain koin ada banyak juga baju baju yang pas di tubuhnya ,
" ini sepertinya baju Luwi " gumam Arya.
" kitab racun, huh dasar manusia durjana " ucap Arya menjauhkan kitab itu setelah membaca sekilas ,ternyata dalam mengembangkan racunnya Tapak Merah tak segan segan menangkap pendekar yang memiliki ilmu di bawahnya sebagai percobaan racunnya.
" kotak apa ini yah?" tanya Arya melihat sebuah kotak yang indah berukuran 15 X 20 centimeter dengan ketinggian 15 centian dalam bungkusan itu, dengan berhati hati Arya membuka kotak itu.
cahaya menyilaukan keluar dari dalam kotak yang terbuka,
" perhiasan, " seru Arya senang , tapi ia kembali kehilangan kesenangannya, perhiasan dan koin emas itu jelas berharga, tapi apa gunanya di dasar jurang. Saat memeriksa kotak itu kembali ia menemukan di dasar kotak ada sebuah kitab dengan sampul sebuah tanaman . Seperti teratai tapi berwarna transparan.
Arya mengambil dan membaca kitab itu.
" buku pengobatan tabib Dewa Mata Tiga" gumam Arya membaca tulisan di halaman pertama . Buku itu menjelaskan semua tanaman herbal juga menjelaskan khasiat serta efek sampingnya. selain itu ada juga ramuan untuk memperkuat badan , yang tanamannya banyak terdapat di hutan hutan, juga ada yang bisa menaikan tenaga dalam hanya saja bahannya cukup langka.
Arya terus mempelajari buku itu, dari cara mengenali tanaman berkhasiat , memeriksa dan mengobati penyakit, membuat Arya semakin giat mempelajari kitab itu , dalam hatinya ia berpikir, tak apa aku tak bisa silat dan hanya mempunyai tenaga dalam, setidaknya ia bisa mengetahui cara mengobati penyakit dan luka dalam, dan juga ada satu latihan khusus untuk memperkuat diri, dengan ramuan, pelatihan kasar untuk membentuk tubuh kuat dari racun dan pukulan biasa.
dasar jurang selain danau nya yang jernih , banyak juga tanaman herbal yang cukup langka, tak ada binatang buas di sini, hanya Arya harus mewaspadai ular yang sering berkeliaran di sana.
Walau mempunyai tenaga dalam yang tinggi hasil operan dari Ki Ludira, Arya tak tahu cara menggunakannya, dan tenaga itu mengendap di pusat tenaga dalamnya . Arya juga mengambil kembali kitab milik Tapak Merah, bukan ingin mempelajari racun tapi mempelajari cara mengobatinya, apalagi dalam kitab Tabib Dewa Mata Tiga dalam mengobati racun bisa dengan metode racun lawan racun , pesan terakhir dari pemilik kitab sang Tabib Dewa, menyuruh siapapun yang mempelajari buku itu harus membakar buku itu bila sudah selesai mempelajarinya. Setelah mempelajari bagian titik titik nadi penting Arya membakar kitab itu
Walau sayang mau tak mau Arya harus membakar ia sudah menganggap Tabib Dewa Mata Tiga sebagai gurunya maka ia akan menuruti apa perintahnya apalagi itu hanya membakar kitab yang sudah selesai ia pelajari. Arya juga membakar kitab Tapak Merah, ia sudah mengetahui racun racun apa yang biasa di gunakan di rimba persilatan ,ia tak mau nantinya kitab racun itu jatuh ke tangan yang salah.
Api dengan cepat membakar kedua buku itu, hanya saja sampul buku kitab Tabib Dewa Mata Tiga tak juga terbakar , ia menambah lagi kayu pada api yang sedang menyala, namun sampai dua jam sampul buku itu masih saja utuh.
" tang" terdengar suara logam beradu saat pedang pendek Arya membentur sampul buku itu.
" sepertinya ada logam di sampul itu" kata Arya dalam hati , ia mencongkel sampul itu dengan pedangnya agar keluar dari api unggun
" teng"
" teng"
Arya membenturkan kembali pedangnya untuk memastikan dan ternyata benar ada lapisan logam di dalam sampul itu.
" setelah dingin Arya membersihkan sampul itu, kini baru nampak ternyata sampul itu adalah selembar logam , dan ada garis lurus menandakan logam itu ada dua lapis yang menandakan sampul itu berlapis, Arya memastikan ada sesuatu di dalam logam berlapis itu.
Dengan hati hati ia mencongkel tepian
klaaang
logam itu terbelah dua, dan satu kitab tipis ada di sana.
Arya mengambil kitab itu, dan membacanya.
" ilmu tenaga dalam"! Arya berteriak kesenangan, di dalam kitab itu ternyata memuat pelajaran tentang menghimpun tenaga dalam dan juga cara menyalurkan ,di sana juga ada ilmu khusus yang membuat Tabib Dewa terkenal pada masanya , Cara mengaktifkan mata Ketiga. Arya mulai berlatih dengan tekun mempelajari kitab Tenaga dalam peninggalan dari Tabib Dewa .
Di atas jurang ,tak lama setelah Tapak Merah pergi , para pendekar mulai berdatangan. Mereka terkejut dengan mayat mayat yang bergelimpangan dengan kondisi yang mengenaskan.
" siapa yang melakukan tindakan kejam seperti ini?" para pendekar mulai bertanya tanya.
" coba kita periksa ada luka dalam khusus tidak" seorang pendekar menyarankan untuk memeriksa kondisi mayat mayat itu.
Sepandai pandainya menyimpan barang busuk, pasti tercium juga.
" tapak merah beracun!?" seru seorang pesilat yang memeriksa kondisi mayat mayat itu.
" ya disini juga bekas pukulan Tapak merah beracun " sahut seorang pendekar lagi.
hampir semua yang tewas di sana terkena serangan telapak merah, hanya beberapa saja yang tewas karena pedang dan pukulan lain.
" Tapak merah, terlalu kejam, kita harus berhati hati bila bertemu dengannya," ucap seorang pendekar,
" ya, tapi bagaimana dengan kabar harta pusaka peninggalan pendekar itu?" tanya seorang pendekar lagi, di punggungnya membawa sebatang pedang panjang dengan pita di gagang berwarna biru yang menandakan ia seorang pendekar Berpedang. Tidak sembarang orang memakai pita berwarna biru, karena tingkatan ilmu pedang sangat di hormati, bila kemampuannya belum di kenal berani memakai pita berwarna biru sudah di pastikan akan banyak yang menantang nya untuk membuktikan ilmu pedangnya. Pendekar pedang yang biasa biasa saja hanya bisa memakai pedang tanpa tanda pita.
Di saat itu tingkatan pedang di bagi menjadi tujuh tingkat dengan di tandai oleh Pita berwarna
Tingkat pertama putih
Tingkat Kedua merah
Tingkat ketiga kuning
Tingkat keempat orange
Tingkat kelima hijau
Tingkat ke enam Biru
Tingkat ketujuh Emas.
Tingkatan ini sudah lama di tetapkan, namun banyak juga yang tak memakai tanda pita karena tak mau menyombongkan diri, atau juga tak mau mengikuti Ujian Pedang yang di adakan oleh pihak kerajaan.
Setiap Tiga tahun sekali , semua kerajaan mengadakan test Ujian pedang untuk menentukan tingkatan mereka , selain untuk mengetahui tingkat ilmu pedang, pihak kerajaan juga merekrut generasi muda yang mempunyai ilmu tinggi untuk bergabung bersama pasukan kerajaan.
Bagi para tuan muda acara itu sangat bergengsi , karena mereka bisa menyombongkan ilmu pedang warisan keluarga mereka ,namun bagi para pendekar bebas hal itu kurang menarik.
Di Atas Jurang para pendekar berkumpul
" sepertinya Tapak merah sudah mendapatkan pusaka itu, kita harus memberitahukan yang lainya " ucap seorang pendekar saat mereka melihat banyaknya mayat yang bergelimpangan di sana,Mereka semua membubarkan diri setelah menguburkan mayat mayat itu.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!