Rumah Bagaskara yang dulu menyimpan banyak misteri dan juga derita kutukan pemusnah darah Darmawan, sekarang terlihat lebih hidup dengan banyaknya anggota keluarga Darmawan yang telah terbebas dari kutukan, tapi semua itu belum berakhir sampai sang keturunan yang bernama Dimas bersatu dengan salah seorang keluarga pemberi kutukan, yaitu Kania Tatiana Raharja.
Berawal dari Bintang yang pindah kerumah itu karena perusahaan miliknya yang bangkrut, dia yang harus berhadapan dengan banyak hal mistis yang belum pernah dia temui selama di kota tempat dia tinggal dulu, juga kehadiran sosok penjaga yang selama ini menjaga keluarganya dan juga rumah yang di juluki rumah Bagaskara sang Kakek.
Tak hanya hal mistis, dia juga di teror oleh teluh keluarga Raharja yang selama ini membenci keluarga Darmawan, sampai ada satu kejadian yang membuat Galuh Raharja memilih untuk berdamai, yaitu saat darah Dimas yang berusia enam belas tahun di satukan dengan darah putri semata wayangnya yang saat itu berusia tiga tahun. Sejak saat itu, dua keluarga bersatu dan berdamai, kutukan itu juga Sirna dan hanya menunggu bersatunya dua pasangan yang di jodohkan melalui ikatan darah.
Tiga belas tahun pasca kejadian terakhir Bintang mengalahkan Gatra, kakak dari Galuh dalam sebuah pertarungan sengit, sekarang Dimas sedang menunggu sang calon istri yang saat ini sudah berusia enam belas tahun.
"Hanya menunggu dua tahun lagi Dimas, kamu sudah bersabar selama tiga belas tahun" ungkap Bintang yang saat ini sudah berada di depan pesantren Miftahul Huda milik almarhum Abah Khalid dan sekarang di pegang oleh Adrian Wijaya sang cucu.
"Assalamu'alaikum" sapa seorang perempuan muda yang masuk ke dalam rumah Adrian, dia terlihat sangat cantik dengan balutan gamis hitam dan kerudung berwarna coklat susu, gadis kecilnya sekarang sudah beranjak remaja dan Dimas tak pernah berhenti tersenyum setiap kali dia menatap Kania.
"Wa'alaikumussalam.. Alhamdulillah kamu baru selesai belajar? Sini, kamu tidak rindu Dimas? Kalian sudah lima tahun tidak bertemu karena Dimas bekerja di luar negri" ucap Galuh merangkul putrinya itu.
"Apa kabar Kania?" Tanya Dimas setelah Selama lima tahun ini dia bekerja di Korea sebagai engineering di sebuah perusahaan yang bergerak di bidang otomotif, dia kembali ke Indonesia setelah kontraknya selesai dan memilih untuk tinggal bersama orang tuanya dan juga adik adiknya.
Semua itu dia lakukan setelah Silvia jatuh sakit satu tahun lalu dan terpaksa harus menjalani operasi pengangkatan rahim karena di vonis memiliki kista di rahimnya.
"Alhamdulillah baik kak, kak Dimas apa kabar?" Tanya Kania dengan suara lembutnya
"Alhamdulillah kak Dimas juga baik" jawabnya
"Sepertinya ada yang sudah tidak sabar ingin melakukan ijab kabul" ledek Adrian
"Benar Opa, mungkin harusnya hari ini langsung ijab kabul saja" ucap Abidzar
"Kasihan Kania, dia masih kelas sepuluh" ucap Adrian
"Halalkan dulu mas, sama seperti kita dulu" ucap Sari
"Apa Kania bersedia?" Tanya Adrian karena dia tahu Kania banyak di lamar oleh para santri dan juga ustadz disana, tapi semuanya di tolak Adrian karena tahu kalau Kania terikat perjodohan darah dengan Dimas, dan jika mereka menyukai orang lain, maka orang tersebut akan meninggal.
"Kania masih ingin lulus sekolah dulu Abah" jawabnya
"Kamu juga akan tetap sekolah, hanya saja jika kamu sudah menikah, kamu sudah bisa keluar bersama Dimas tanpa harus melakukan banyak ijin sana sini, cukup pada Abah dan nyai saja" ungkap Sari.
Kania menatap Dimas tapi sedetik kemudian dia menundukkan pandangannya karena Dimas juga menatapnya dengan dalam. Ada perasaan berat tapi dia juga tahu kalau dirinya dan Dimas harus berjodoh, bahkan demi orang yang dia hormati agar bisa tetap hidup.
"Kania bersedia"
"Alhamdulillah..." Ungkap semuanya tapi Dimas melihat sedikit keraguan dari Kania dan dia ingin membicarakan ini terlebih dahulu dengan Kania.
"Bisakah Dimas bicara empat mata dengan Kania terlebih dahulu?" Tanya Dimas
"Tidak bisa" jawab semuanya
"Bawa Bintang bersama kalian, dia akan menjadi penengah kalian dan tidak akan memihak salah satu dari kalian" ucap Adrian
Dimas berjalan lebih dulu di susul oleh Bintang yang berjalan bersama Kania di sampingnya, mereka memilih gazebo yang berada tepat di bawah pohon mangga pesantren, Dimas duduk di sisi kanan Bintang begitupun Kania yang duduk di sisi kiri Bintang.
"Aku melihat keraguan Kania dan aku tidak mau menikahi orang yang ragu bersamaku" ungkap Dimas langsung membuat Bintang terkejut.
"Apa kamu punya seseorang yang menduduki hati kamu saat ini? Teman ataupun guru kamu mungkin?" Tanya Dimas
"Kania tidak berani melakukan itu kak" jawab Kania menunduk
"Tapi aku melihat keraguan meski kamu mengatakan kalau kamu bersedia tadi" ucap Dimas
"Kamu tahu Kania, saat di Korea aku juga sempat menyukai seseorang, dan aku sempat berharap bisa bersamanya, jadi kamu tidak perlu malu kalau kamu juga sempat menyukai seseorang dalam masa remaja kamu ini" ungkap Dimas
Bintang langsung menjewer telinga Dimas, dia sangat tidak suka Dimas melakukan itu, tapi Dimas hanya tersenyum saja dan mengangguk tanda kalau dia meminta maaf.
"Lalu kenapa kak Dimas mengatakan itu sekarang, apa kak Dimas tidak mencoba untuk menjadikan dia istri kak Dimas?" Tanya Kania
"Karena aku tahu, dia bukan jodohku, jadi aku singkirkan perasaan itu, karena kedudukan tertinggi di hatiku dari awal sampai akhir adalah kamu, bukan karena aku takut dia meninggal, tapi karena kamu adalah orang yang aku pilih" jawab Dimas
"Kania juga punya seseorang yang Kania kagumi, hanya sebatas kagum, tapi tidak sampai bermimpi ingin bersamanya meski dia sudah melamar Kania pada Abah Adrian, Kania juga tahu, kalau Kania hanya akan menikah dengan Kak Dimas" balas Kania
"Kalau kamu ingin menunggu dua tahun lagi, aku tidak masalah, aku sudah tiga belas tahun menunggu, jadi jika dua tahun lagi aku harus menunggu, itu tidak akan jadi masalah" ungkap Dimas jujur
Dimas akan memilih untuk menyibukkan diri di kebun ataupun di bengkel yang dia buka di samping rumahnya, apalagi sekarang kampung Curug sudah banyak berubah meski hal hal mistis dan berbau perdukunan masih banyak di temui disana.
"Tidak, Kania akan menikah dulu dengan kak Dimas, Kania juga ingin semua orang disini tahu kalau Kania sudah punya pasangan, jadi tidak akan ada yang mendekati Kania lagi" jawab Kania
"Alhamdulillah.." ungkap Dimas dan Bintang
"Hihihi... Akhirnya pacar Sahara menikah hari ini, lihat ayah angkat kamu nak, dia akan menikah" ucap Sahara yang sedang duduk bersama kedua anaknya di atas pohon mangga.
"Ayo Ibunda kita lapor pada ayahanda, dia pasti senang karena saingannya telah menikah sekarang" ajak Argadana
"Hihihi... Ibunda punya madu" ucap Sahara cekikikan dan Dimas juga Bintang hanya terkekeh saja karena Kania sama sekali tidak bisa melihat Sahara ataupun kedua anaknya.
"Ayo Ibunda, kerajaan ayahanda pasti akan geger dan ayah akan mengadakan pesta" ajak Anggadana
"Ayo.. ayo.. ayo.." jawab Sahara dan ketiganya langsung menghilang dari sana
"Sepertinya kerajaan Gandradana juga akan merayakan pernikahan kalian" ungkap Bintang
"Apa itu Sahara?" Tanya Kania
"Iya, dia Sahara, pelindung keluarga Darmawan setelah nenek Rukmini" jawab Dimas tersenyum lembut dan Kania juga membalas senyuman itu.
"Mahar apa yang kamu inginkan?" Tanya Dimas
"Apa saja yang penting tidak memberatkan kak Dimas dan juga tidak merendahkan Kania" jawab Kania
"Apapun yang aku berikan kamu akan ikhlas?" Tanya Dimas dan Kania mengangguk yakin
"Alhamdulillah... Aku siap menikahi kamu hari ini juga Kania Tatiana Raharja" ungkap Dimas
Di sisi lain sebuah tempat, tepatnya di balik sudut rumah Adrian, seorang lelaki sedang menatap tak suka pada Dimas, karena dia lah yang selalu menjaga Kania selama di dalam pesantren, bahkan dia di gadang gadang akan menjadi suami Kania di masa depan oleh para santri dan juga guru disana.
"Kenapa harus dia Kania, kamu harusnya memilihku yang punya ilmu agama lebih baik darinya, aku lulusan luar negri dan pasti akan lebih cocok berdampingan denganmu di banding dia" gumam Lelaki itu mengepalkan tangannya lalu pergi dari sana.
Persiapan ijab kabul sudah di lakukan pihak pesantren karena mereka akan menikah di pesantren itu, Dimas akan tetap disana sampai lusa karena dia ingin melihat kegiatan Kania di sekolah. Kania masih berada di asrama teman temannya karena masih merasa malu saat menatap Dimas.
"Kania ayo kamu kan harus ke tempat Abah Adrian dan nyai Sari" ajak teman Kania yang bernama Aqila
"Iya qila tunggu di depan ya, Kania mau ke toilet dulu" jawab Kania
"Kalau begitu aku duluan ya, kamu jangan lama" ucap Aqila dan Kania mengangguk
Kania berjalan dengan tenang ke arah toilet, dia tidak curiga pada siapapun karena setiap dia bertemu santri lain, mereka akan menatapnya seperti biasa, hingga tarikan tangan seseorang mengagetkannya.
"Pak ustadz" kaget Kania menunduk dan berusaha keluar tapi pintunya di kunci oleh orang itu
"Kania, saya kurang apa? Saya bahkan lebih baik dari orang yang kamu pilih tadi, saya sudah memendam rasa suka saya sejak kamu masuk kelas sembilan" ucap ustadz itu yang bernama Soleh
"Maaf ustadz Soleh, tapi saya memang sudah di lamar sejak lama, tolong buka pintunya, saya tidak mau kalau sampai ada fitnah" jawab Kania terus berusaha membuka pintu.
Brak. Brak. Brak.
"Tolong!" Teriak Kania ketika dia terus mengendor pintu itu
"Terus saja kamu gedor pintu itu, dan akan banyak orang yang datang, setelah itu kamu tidak bisa lari lagi dariku Kania, kita akan di nikahkan Abah Adrian" gumam Soleh tersenyum miring
"Pak ustadz tolong buka pintunya" ucap Kania sekali lagi
"Tidak akan sampai aku bisa menikahimu Kania" jawab Soleh
"Itu tidak mungkin ustadz" balas Kania malah membuat Soleh kesal
Soleh berjalan mendekati Kania yang masih berdiri di depan pintu kelas kosong yang dia gunakan untuk mengurung Kania, Kania yang takut langsung bergeser dan menghindari Soleh, bahkan dia terus waspada saat Soleh semakin dekat dengannya.
"Terima saya Kania, Karena saat orang orang menemukan kita disini, mereka akan menikahkan kita juga" bujuk Soleh
"Tidak, Abah Adrian pasti akan mendengarkan saya ustadz, Abah Adrian tahu saya tidak akan seperti yang orang tuduhkan" balas Kania
Brak.
Pintu tiba tiba terbuka dan Kania segera berlari keluar dengan wajah yang pucat dan keringat dingin di wajahnya. Dia bersyukur dan berterima kasih pada orang yang membukanya.
"Kalian sedang apa di dalam!" Bentak seorang pengajar dan beberapa santri yang mendengar gedoran pintu Kania.
"Kami hanya sedang bicara ustadz" jawab Soleh
"Saya di tarik Ustadz Soleh kedalam dan dia mengunci saya pak ustadz" adu Kania
"Kamu berdua di dalam? Apa dia menyentuh kamu?" Tanya ustadz dan para santri mulai heboh
"Tidak ustadz, tidak di sentuh kecuali tangan saya di tarik paksa ustadz Soleh" jawab Kania
"Bohong! Kami berpelukan karena Kania juga mencintai saya ustadz Fikri" jawab Soleh
"Bohong ustadz, saya tidak mungkin melakukan hal berdosa itu selain dengan mahrom saya ustadz" ucap Kania
"Ada apa disini ribut ribut?" Tanya Abidzar yang datang setelah di panggil seorang santri kalau ada orang yang berbuat mesum di ruang kelas. Dan santri itu adalah orang suruhan Soleh. Dia sengaja meminta orang yang mendukungnya berjodoh dengan Kiara, untuk menjebak Kiara agar tidak jadi menikah dengan Dimas.
"Ustadz Soleh berada dalam satu ruangan dengan Kania Kiai, dan mereka berpelukan" jawab santri tersebut
"Tidak Kiai, itu bohong" ucap Kania mulai panik karena tidak mau kalau sampai orang tuanya kecewa padanya apalagi itu sebuah fitnah
"Ustadz Soleh, ikut saya sekarang, Kania juga akan saya panggil orang tuanya" perintah Abidzar
"Baik Kiai" jawab Soleh
Galuh di panggil ke tempat para santri yang sering bermasalah di pondok, Galuh sengaja mengajak Bintang untuk ikut karena mempunyai firasat yang buruk tentang Kania.
"Saya akan bertanggung jawab Kiai, saya siap menikahi Kania" ungkap Soleh setelah mengatakan kalau dia dan Kania punya hubungan diam diam dan sering bertemu di ruangan itu saat kelas kosong.
"Tidak Kiai, saya tidak bersedia" balas Kania tegas
"Kamu tidak perlu bertanggung jawab karena saya tahu anak saya tidak bersalah" ucap Galuh menatap tajam Soleh
"Tapi Kiai, Citra pesantren ini akan tercemar karena banyak orang yang melihat ini tadi" ucap Fikri
"Kami akan keluar dari pesantren ini" ucap Bintang dan Galuh setuju
"Ini bukan masalah itu pak, ini masalah nama baik pesantren yang akan tercemar, masalah ini tidak pernah terjadi di pesantren ini dan sekarang banyak santri yang melihat hal itu" ungkap Fikri
"Saya perlu berdiskusi dulu dengan Abah Adrian" ungkap Abidzar karena dia juga khawatir dengan nama baik pesantren, tapi dia juga yakin kalau Kania tidak bersalah.
"Jangan cari mati anak muda, kamu tidak tahu Hal apa yang mungkin akan menimpamu kalau sampai kamu mendekati anak saya" ucap Galuh
"Kami saling mencintai, harusnya bapak bisa lihat itu, apa salahnya kalau kami menikah?' tanya Soleh
"Tentu salah, karena orang yang kamu kejar adalah jodoh orang lain" jawab Bintang
"Jodoh itu adalah saat Allah SWT yang menentukannya" ucap Soleh
Jangan menyebut asma Allah dengan mulut kamu yang kotor itu, seharusnya kamu malu dengan gelar ustadz yang kamu miliki sekarang, apa kamu tidak takut, ilmu yang selama ini kamu pegang hilang begitu saja" ungkap Bintang merasa geram
"Papa, sudah pa, Kania yakin Abah Adrian tidak akan menikahkan Kania dengan ustadz Soleh" bujuk Kania
"Mohon tenang sampai Kiai Abidzar datang bersama Abah Adrian" bujuk Fikri
"Apa kamu juga lebih percaya teman kamu ini?" Tanya Galuh menjauhkan Kania dari Soleh yang terus menatap Kania dengan tatapan kemenangan
"Saya tidak percaya pak, tapi semua murid juga mengatakan itu, saya memang ada disana dan saat Kania keluar dia dalam keadaan berantakan juga wajah yang pucat dengan keringat di wajahnya" jawab Fikri
"Tentu saja Kania akan pucat dan berkeringat, dia tidak pernah berada satu ruangan berdua dengan seorang laki laki jahat!" balas Galuh
Adrian sudah datang bersama Abidzar, di belakangnya juga ada Dimas yang mengikuti karena di ajak oleh Adrian setelah mendengar kesaksian Abidzar dari versi Soleh dan Kania.
"Assalamu'alaikum" sapa Adrian, Abidzar dan Dimas
"Wa'alaikumussalam" jawab semua yang ada di dalam
"Saya sudah dengar apa yang di sampaikan Abidzar tentang masalah ini, ustadz Soleh apa anda bisa mempertanggungjawabkan apa yang anda katakan?" Tanya Adrian
"Insya Allah Abah" jawab Soleh
"Kania apa kamu juga bersedia mempertanggungjawabkan perkataan kamu tadi saat menjelaskan versi kamu?" Tanya Adrian
"Insya Allah Abah" jawab Kania
"Apa kamu keberatan kalau saya meminta kamu untuk menikah dengan ustadz Soleh?" Tanya Adrian
"Iya saya keberatan Abah" jawab Kania
"Dimas apa kamu keberatan kalau Kania saya nikahkan dengan ustadz Soleh" tanya Adrian
"Saya keberatan Abah, karena mereka tidak melakukan apapun, kalau masalah kesaksian ustadz Soleh yang mengatakan Kania dia peluk, saya juga sering memeluk Kania, dia bahkan makan bersama saya di pangkuan saya dulu" jawab Dimas membuat Soleh dan Fikri terbelalak
"Tak hanya itu, kami juga pernah tidur berdua, apa saya juga boleh bertanggung jawab pada Kania?" Tanya Dimas menatap dingin Soleh
"Kamu dengar kan Soleh?" Tanya Adrian tanpa menyebutkan gelar ustadz pada Soleh
"Tapi ustadz, Kania bilang kalau dia mengagumi saya beberapa Minggu yang lalu" jawab Soleh
"Benar itu Kania?" Tanya Adrian dan Kania mengangguk
"Hanya kagum sebatas murid dan guru Abah" jawab Kania lagi
"Tidak, saya tidak terima Abah, saya harus menikahi Kania, bahkan saya sudah menelepon orang tua saya untuk datang hari ini" ucap Soleh memaksa
"Dia tidak sayang nyawanya" ucap Hala
"Harusnya dia merasa cukup dengan ilmu yang dia punya, masih banyak perempuan yang menyukainya selain Kania, tapi lihat akibat cinta buta seseorang, dia lupa dengan ilmunya" ungkap Rukmini
"Perlu Sahara sentil?" Tanya Sahara
"Tugas itu bukan tugas kita Sahara, sosok yang melindungi ikatan jodoh Antara Dimas juga Kania adalah jin lain" jawab Rukmini
"Siapa?" Tanya Hala
"Kamu pikir dengan tujuan apa dua anak Sahara lahir?" Tanya Rukmini
"Melenyapkan setiap orang yang menghalangi atau mengganggu hubungan Dimas dan Kania?" Tanya Hala dan Rukmini mengangguk
"Dimas, Kania kamu percaya pada ketetapan Allah SWT kan?" Tanya Adrian
"Insya Allah Abah" jawab keduanya
"Menikahlah dengan Soleh, dan lihat bagaimana Allah mengatur jodoh Kalian nanti, jika benar kalian berjodoh, maka kalian akan bersama meski ada duri sekalipun di jalan kalian" ungkap Adrian
"Tapi Abah" protes Galuh
"Percaya padaku, biar semua orang disini tahu, kalau pesantren tidak main main dalam mendisiplinkan penghuninya" bujuk Adrian
"Alhamdulillah, Kania aku akan berikan mahar terbaik untukmu, kamu tenang saja" ungkap Soleh
"Saya tidak akan menjadi walinya Abah" ucap Galuh
"Satu lagi Soleh, Kania ini adalah anak di luar nikah, jadi hak walinya akan di serahkan pada wali hakim, apa kamu menerimanya" tanya Adrian sedikit membuat Soleh terkejut tapi beberapa detik kemudian dia mengangguk ragu.
"Saya terima Abah, saya akan jelaskan nanti pada orang tua saya" jawab Soleh
Akhirnya rencana Dimas untuk mengikat Kania harus batal karena ulah dari Soleh, tapi Dimas meyakinkan Kania kalau ijab kabul itu tidak akan terjadi dan Kania tidak perlu khawatir.
"Jangan menangis, pakai ini, ini adalah hadiah pertemuan pertama kita setelah lima tahun" bujuk Dimas memberikan gelang emas pada Kania, karena Kania terus menangis bahkan sampai terisak.
"Kania.. Kania minta maaf kak, harusnya Kania diam saja di asrama atau tidak ke toilet santri saja" ungkap Kania masih terisak dengan tangan Dimas sudah memasangkan gelang di tangan Kania
"Dia calon istri saya, kenapa kamu sentuh!" Bentak Soleh
Bugh.
"Diam kamu! Jangan bangga karena kamu berhasil menjebak Kania" umpat Bintang memukul Soleh karena kesal
Adrian tidak membela Soleh sama sekali dia hanya melihat interaksi Dimas dan juga Kania yang sepertinya semakin kuat terikat, terlihat dari benang merah yang mengikat mereka sekarang sudah begitu kuat melekat di jantung mereka.
Persiapan yang tadinya di siapkan untuk Dimas, sekarang malah akan di gunakan oleh Soleh, dia terus mengatakan kalau dia bahagia pada kedua orang tuanya yang sudah datang membawa serahan dan juga maskawin besar untuk Kania atas permintaan Soleh.
"Kemarin harusnya Kania menikah dengan kamu Dimas, sekarang Kania malah harus menikah dengan laki laki itu, papa khawatir Kania kenapa kenapa" ungkap Bintang
"Insya Allah Kania akan baik baik saja pa, jika jodoh Kania memang ada bersama Dimas, maka Kania tidak akan kemanapun" jawab Dimas
"Kita lihat apa yang akan darah kalian lakukan saat salah satu dari kalian mencoba terpisah dari yang lain" ucap Bintang menatap tajam Soleh
"Hihihihi.. kenapa ko pengantinnya namanya Soleh, bukan Dimas?" Tanya Sagara tiba tiba berdiri di samping Dimas dengan pakaian kerajaan yang di belikan Gandra di pasar gaib.
"Kamu terlambat, Kania di jebak laki laki itu dan sekarang di paksa menikah dengannya juga" jawab Dimas menunjuk Soleh
"Ish.. tidak tampan seperti Dimas, wajahnya juga suram seperti jurang kematian" gerutu Sahara
"Kenapa kamu terlambat?" Tanya Bintang
"Cah Bagus, anak anak Sahara hilang, tak tahu kemana, Sahara cari cari tidak ada, kata Gandra mungkin sedang ke tempat pamannya di Jakarta" jawab Sahara
"Mungkin iya disana, tidak apa apa, Icang juga kan punya anak yang seusia Argadana dan Anggadana" ucap Bintang
"Hiks.. hiks.. Dimas mau nangis? Sini Sahara peluk" ucap Sahara terisak dan memeluk Dimas
"Kamu tahu Sahara, kalau sampai Kania berhasil ijab kabul dengan laki laki itu, aku akan jadi manusia paling sedih di dunia ini, karena aku sudah sabar menunggu Kania, tapi takdir justru tidak berpihak padaku" ungkap Dimas mengusap rambut Sahara yang terasa sejuk di tangannya dan menenangkan hatinya.
"Dimas jangan khawatir, Kania hanya untuk Dimas dan Dimas untuk Kania" jawab Sahara
Di dalam kamar.
"Kania kamu jangan terus menangis nak, kamu akan menikah sebentar lagi, ini sudah jadi keputusan Abah, lagipula semua ini demi nama baik pesantren nak" bujuk Renita terus menghapus air mata Kania
"Tapi Kania tidak mau ma, Kania cuma mau sama kak Dimas, Kania di jebak ma" rengek Kania
"Iya mama tahu, apa kamu pikir papa kamu akan menyerahkan kamu begitu saja pada guru kamu itu, Abah Adrian juga tidak akan membiarkan itu nak" ungkap Renita
"Maksud mama?" Tanya Kania
"Setelah akad, kalau kamu merasa terpaksa, kamu bisa minta talak dari dia, dan papa akan bawa kamu pulang ke kampung Curug langsung" jawab Renita
"Tapi ma, ustadz Soleh pasti tidak akan menceraikan Kania" ucap Kania
"Mama tahu, tapi kamu tahu kan, hubungan kamu dengan Dimas itu sudah di buat sejak lama, bahkan perjanjian itu sudah terikat dengan darah kalian, jadi tidak akan mudah di lepaskan" jawab Renita
"Mama tahu?" Tanya Kania
"Papa kamu sudah menceritakan semuanya pada mama sayang, bahkan tentang kalian juga mama tahu, itu sebabnya Hala juga jadi ayah angkat kalian sejak kalian lahir" jawab Renita
"Tapi Kania tidak bisa melihatnya ma, hanya kak Gading dan kak Gibran yang bisa" ucap Kania
"Itu karena, saat kedua kakak kamu lahir, mereka ada dalam lingkaran ilmu dari Hala dan juga ritual papa kamu saat menganut ilmu hitam dulu, mereka jadi punya kemampuan melihat hal hal gaib juga sama seperti papa" jawab Renita
"Sekarang kamu hapus air mata kamu ya, ada kami di sini" bujuk Renita dan Kania mengangguk
Selang setengah jam, semua persiapan sudah selesai, Kania sudah siap di dalam kamar, bahkan penghulu juga sudah datang bersama para saksi yang di pilih oleh Soleh dan Galuh.
"Baiklah saudara Soleh apa anda sudah siap?" Tanya penghulu
"Insya Allah saya siap pak" jawab Soleh yang sudah menjabat tangan penghulu yang akan jadi wali hakim Kania. Awalnya keluarga Soleh keberatan karena Kania ternyata anak di luar nikah, tapi Soleh terus memaksa dan mau tak mau keluarganya jadi luluh.
"Saudara Solehudin Firdaus bin Ahmad Firdaus, saya nikahkan dan saya kawinkan engkau dengan Kania Tatiana Raharja, yang hak perwaliannya sudah di wakilkan kepada saya dengan maskawin seperangkat alat sholat dan uang tunai sebesar dua ratus juta rupiah di bayar tunai" ucap penghulu langsung menghentakkan tangannya.
"Saya.... Hhkkkkkk" tiba tiba suara Soleh tercekat seperti ada sesuatu yang mencekiknya
"Soleh kamu kenapa nak?" Tanya sang ayah
"Hhkkkk" Soleh tak menjawab matanya melotot dan lidahnya juga sudah terjulur keluar dengan mata memerah dan melotot.
"Kiai tolong lakukan sesuatu Kiai, kenapa anak saya jadi seperti ini" ucap Ahmad
"Bismillahirrahmanirrahim" Adrian mengusapkan ujung tongkatnya pada Soleh dan tiba tiba Soleh muntah darah di sertai gumpalan gumpalan kawat.
"Aakhhh, innalilahi" teriak para santri yang melihat kejadian aneh itu
"Soleh, nak kamu harus ke rumah sakit sekarang, ayo nak" bujuk ibunya
"Tidak ma, Soleh mau menikah du.." belum sempat Soleh melanjutkan kalimatnya dia kembali di hantam sesuatu yang berat di atas pundaknya.
"Aakhh apa ini kenapa berat sekali" ucap Soleh
"To... tolong Kiai" lirih Soleh
Adrian menatap datar Soleh, dia sudah memperingatkan Soleh sebelumnya untuk membatalkan pernikahan itu, tapi Soleh tetap keukeuh dengan cinta butanya pada Kania, bahkan Soleh bilang kalau dia akan membawa Kania ke kampung halamannya setelah dia menikahi Kania.
"Aku sudah memperingatkan Kamu, tidak ada yang akan menikah dengan anakku kecuali jodoh yang sudah di tentukan oleh darahnya sendiri" ungkap Galuh
"Ma... Pa..." Lirih Soleh terus mengeluarkan darah di mulutnya
"Kak, kamu masukkan lagi kawatnya, aku tusuk lehernya pakai jarum keramat milik nenek Rukmini ini" ucap Argadana yang mendiami punggung Soleh, dan Anggadana berada di lehernya Soleh
Hhkkkk...
Soleh terus menjulurkan lidahnya ketika Anggadana terus memasukkan gumpalan kawat kawat itu secara gaib, dan Argadana menusuk nusuk lehernya juga.
"Pak Kiai, kenapa Soleh jadi begini pak Kiai" lirih ibu dari Soleh
"Itu di luar kendali saya Bu, Soleh sudah berbohong dan sekarang dia sedang mendapatkan balasan dari kebohongannya" jawab Adrian
"Nak, apa benar kamu berbohong?" Tanya ibunya
"Ti.. tidak" jawab Soleh pelan karena tenggorokannya terasa sakit
"Aakhhh.. Kiai!" Teriak Soleh yang suaranya mulai tenggelam dengan banyaknya darah di sertai gumpalan kawat yang terus keluar dari mulutnya. Para santri terus menatap miris keadaan Soleh tanpa bisa membantu karena mereka juga tidak tahu dengan apa yang terjadi pada Soleh.
Hkkkk.. hkkk..
"Soleh!" Teriak ayah dan ibunya
"Minggir!" Ucap Adrian berusaha menolong Soleh karena tidak tega melihat orang tuanya
"Soleh, lepaskan Kania, dan kamu akan kembali sembuh, aku akan jelaskan semuanya padamu nanti, tapi katakan kalau sekarang ini, kamu menyerah" bisik Adrian
Soleh begitu berat melepaskan Kania, tapi dia juga tidak tega melihat ibunya menangis, apalagi lehernya terus tersiksa dan begitu terasa perih dan tercekik.
"Bismillahirrahmanirrahim.. saya menyerah pak Kiai" jawab Soleh yang setelah mengatakan itu langsung tak sadarkah diri.
"Soleh!" Tangisan tak bisa di bendung lagi oleh orang tua Soleh, mereka terus mengguncang tubuh Soleh yang di penuh darah di bagian leher dan dadanya.
"Hahaha.. lihat kan, tugas pertama kita telah berhasil, kalau sampai ada yang ngeyel maka nyawa mereka taruhannya" ungkap Argadana
"Kamu benar saudaraku, tidak ada yang boleh mengganggu perjodohan darah ini" jawab Anggadana
"Ayo kita temui Ibunda, nanti dia mencari kita, apa mereka bisa melihat kita?" Tanya Argadana
"Mana bisa mereka melihat kita, kita ada di dalam tubuh orang ini, ayo keluar" jawab Anggadana
Srak. Srak. Hhhkkk.
Soleh yang tak sadarkan diri tiba tiba membuka mulutnya dan mengeluarkan sebuah batu di dalamnya yang berwarna hitam dan mengeluarkan asap putih yang pekat, membuat semua orang disana semakin panik ketakutan. Adrian meminta para santrinya untuk membacakan alfatihah dan juga Al ikhlas agar asap itu hilang.
"Sadaqallahul'adzim.. Abidzar, Aryasatya, bawa Soleh ke ruang kesehatan, nanti Abah akan kesana" ucap Adrian
"Baik Abah" jawab keduanya segera membawa Soleh pergi dari sana setelah asap itu menghilang begitupun dengan darah, kawat dan juga batu hitam yang keluar dari tubuh Soleh.
"Panggil Dimas, dan lakukan ijab Kabul saat ini juga" perintah Adrian.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!