tak ... Tak ... tak .... Suara langkah kaki terdengar saat seorang wanita mulai menuruni satu per satu undakan anak tangga.
Melinda putri--wanita berusia 25 Tahun, yang sudah menyandang status sebagai seorang istri selama tiga tahun, tetapi belum juga di karuniai Seorang anak.
langkah kakinya berhenti tepat di ruang makan, dimana di ruangan itu terlihat seorang wanita paruh baya yang baru saja meletakan menu makanan tepat di atas meja makan.
"Mari Bu Melinda bantu." ucap Melinda. Lalu ibu Rauf menatap Melinda dan menjawab ."tidak usah ,ini sudah siap."
"cepat panggil Rauf ,untuk sarapan!"
"baik Bu." Ucap Melinda. Lalu Melinda menuju pintu kamar , Tok.. Tok..tok..mas sarapannya sudah siap ,ibu sudah menunggu di meja makan.
Terdengar suara mengetuk pintu. Rauf langsung keluar dari kamarnya ,dengan wajah tampan dan berpakaian rapi .
"iya sayang, mas lagi sudah siap. habis sarapan mas langsung ke tempat kerja." Jawab Rauf pada Melinda.
Lalu Melinda dan Rauf berjalan sambil berpegangan tangan ,menuju meja makan. sampai di meja makan ,mereka duduk dan mulai sarapan.
"kapan kalian berdua punya anak?" tanya ibu Tini kepada Rauf dan Melinda.
" Sabar Bu. ni kami lagi sedang berusaha
."jawab Rauf kepada ibunya.
" Ibu sudah ingin punya cucu Rauf." ucap ibu kepada Rauf.
"Melinda, kalau kamu masih juga belum bisa kasi Rauf keturunan, kamu harus merelakan Rauf, untuk kawin lagi!" .
ucap ibu Tini, kepada Melinda dengan kasar.
melinda hanya terdiam, dan meneteskan airmata.
"Ibu. kenapa ibu bicara seperti itu kepada Melinda?" tanya Rauf kepada ibunya.
"ibu pengen punya cucu Rauf, ibu mau kamu punya keturunan ,ibu tidak mau kamu punya istri mandul, seperti Melinda." Ucap ibu Tini kepada Rauf , dengan marah.
" udah.. ibu mau siap-siap ke kampung dulu, mau melihat perkebunan yang di olah oleh paman Adi.
Kamu urus istri kamu, yang mandul itu!"
ucap ibu Tini kepada Rauf dengan kasar.
Tidak lama ibu Tini pamit.
" Rauf ibu mau berangkat dulu ke kampung." Teriak ibu Tini kepada Rauf dari mobil.
"iya Bu,hati-hati di jalan Bu!" jawab Rauf kepada ibunya.
Melinda masih menangis, karna memikirkan perkataan ibu mertuanya.
"Udah lah sayang.. maafkan perkataan ibu tadi ya. " ucap Rauf sambil mencium kening Melinda.
"Mas, mau pergi kerja dulu sayang." ucap rauf.
" iya mas. hati-hati di jalan." jawab Melinda kepada Rauf. Sambil membereskan meja makan yang berantakan.
Hari mulai gelap. Melinda baru saja selesai mandi ,dan siap-siap untuk sholat magrib. sudah jam 8 malam, Rauf tiba dari tempat kerjanya, dan masuk ke dalam rumah, Dan mengetuk pintu. Tok..tok..tok.."sayang buka pintunya!" panggil Rauf kepada Melinda.
Rauf mencoba membuka pintu, Ternyata Melinda tidak menguncinya, Rauf masuk, dan melihat Melinda tertidur dengan pakaian sholatnya.
Tiba -tiba ada suara memanggil.
" Rauf ayo sini makan malam nya sudah ibu siapin." teriak ibu Tini kepada Rauf.
" Iya Bu." jawab Rauf, sambil berjalan menuju meja makan.
"Istri kamu mana?"tanya ibu Tini.
"sudah tidur Bu." jawab Rauf.
"ya, sudah, makan lah!" nanti kalo sudah bangun, kamu suruh makan istri kamu itu." Ucap ibu Tini kepada Rauf.
"Rauf. kamu sayang kan pada ibu?" tanya ibu Tini kepada Rauf.
"Iya Bu sayang ,kenapa ibu bertanya seperti itu?" tanya Rauf kepada ibunya.
"kalo begitu, menikah sirih lah, dengan Sintia anak tetangga ibu dulu, waktu di kampung!" dia cantik ko, soal Melinda, nanti kamu cerita kalo sudah menikah. lagian kan, istri kamu itu, tidak bisa Kase kamu keturunan. Jadi wajar kan, kalo kamu menikah lagi."
ucap ibu Tini kepada Rauf.
"Tapi Bu." tanya rauf.
"Tidak usah, tapi-tapi. pokonya kalau kamu sayang ibu, harus turuti perkataan ibu. kalau tidak, ibu akan cabut semua Asep yang ibu percayakan kepada kamu, Setelah ayah kamu meninggal, Dan silahkan angkat kaki dari rumah ini." ucap ibu tini dengan tegas.
"Ibu...baik lah. aku akan ikutin perkataan ibu , tapi, aku tidak mau bercerai dengan Melinda bu." Ucap Rauf kepada ibunya.
"Jangan khawatir, ibu akan atur semuanya . nanti ibu sediakan rumah untuk Sintia dan kamu, untuk bulan madu." Ucap ibu Tini kepada rauf.
Besok, kita akan ke kampung, tanpa sepengetahuan istri kamu , karna Melinda jangan dulu tahu, nanti bisa gagal semuanya." ucap ibu Tini kepada rauf dengan tegas.
"Tapi bu, kalo Melinda tanya, aku harus jawab apa?" tanya Rauf kepada ibunya.
"bilang saja, kalo kita ada urusan di kampung, untuk beberapa hari." Jawab ibu Tini kepada Rauf.
"Baiklah Bu. Rauf mau tidur dulu." ucap rauf.
Sampai di kamar, Rauf mencium kening Melinda yg sedang tidur, dengan wajah yg manis dan cantik.
Hari sudah pagi. Melinda sudah menyiapkan sarapan untuk, Rauf dan ibu mertuanya, dengan berpakaian rapi, dan wajah cantik, memakai kerudung berwarna hitam.
Dug..dug..dug .terdengar suara kaki menuju meja makan. Rauf yang sudah berpakaian rapi ,dan terlihat sangat ganteng memakai celana jens, dan kaos berwarna putih, dan iya memakai jaket berwarna hitam.
"Sayang. mas mau pamit untuk beberapa hari ke kampung bersama ibu. untuk membantu paman Adi, di perkebunan teh. kamu tidak keberatan kan. ?" tanya Rauf kepada Melinda. "Tidak mas. Hati-hati di jalan ya!" ucap Melinda kepada Rauf.
"Oya mas, sekalian Melinda mau pamit ke rumah ibu. ibu kemarin telpon katanya ibu kangen." ucap melinda.
"Oh.. ya, kamu juga hati-hati di jalan, salam buat ibu, dan bapa ya.." ucap Rauf kepada Melinda.
"Iya mas." jawab Melinda kepada Rauf.
"Kamu sudah siap Rauf. ?" tanya ibu Tini kepada Rauf, dari pinggiran meja makan.
"oh iya sudah bu." jawab Rauf kepada ibu nya.
"Kalo begitu kita sarapan dulu, habis sarapan, kita langsung berangkat." ucap ibu Tini kepada Rauf.
"Oya bu. melinda sekalian numpang ya, dia mau ke rumah ibunya." Ucap Rauf kepada ibunya.
"Tidak usah, naik taksi saja kita lagi buru-buru." Jawab ibu Tini dengan kasar.
"Tapi Bu.." ucap Rauf.
"tidak apa mas, nanti Melinda naik taksi saja." Ucap Melinda kepada Rauf.
"Itu, kamu tau diri." ucap ibu Tini kepada Melinda dengan kasar.
"Oh ya mas.melinda pamit ya." ucap melinda. "Iya, hati-hati di jalanya.!" ucap Rauf kepada Melinda.
"Oh ya Bu, ayo kita berangkat." Ucap Rauf kepada ibunya.
Hari sudah siang, sebentar lagi Rauf,dan ibunya sampai di rumah paman Adi...
.
Melinda, sudah sampai di rumah ibunya, yang bernama ibu Siti, dan ayahnya, ayah mahmut. "assalamualaikum..." ucap salam Melinda di rumah ibunya.
"waalaikum salam" ..jawab ibunya sambil membuka pintu.
"Melinda, sini nak." ibunya memeluk Melinda, sambil bertanya.
"bagai mana kabarmu sayang?" Apakah mertuamu baik, dan sayang kepadamu?" tanya lagi ibu Siti kepada Melinda.
"Iya bu..ibu mertuaku, sangat baik kepadaku." Jawab Melinda kepada ibunya, sambil memendam tangisannya, mengingat mertuanya yang begitu kasar kepadanya.
"mandilah dulu, baru kita makan.!
nanti, habis makan, kita ngobrol-,ngobrol lagi dengan ayahmu." ucap ibu Siti kepada Melinda.
" Iya Bu." jawab Melinda kepada ibunya.
Hari sudah sore. Rauf dan ibunya juga baru saja sampai di rumah paman Adi.
Tok.. Tok..tok.."assalamualaikum.."ucap salam ibu Tini di depan pintu rumah paman Adi.
"waalaikumsalam .."Jawab paman Adi, sambil membuka pintu.
"Oh..kamu tin, Ini..Rauf kan?" tanya paman Adi kepada ibu Tini.
"iya, ini Rauf." Jawab ibu Tini kepada paman Adi.
"Adi, kamu sudah siapkan semuanya kan seperti yg saya suruh kan. ?" tanya ibu Tini kepada paman Adi.
"Iya, sudah. Saya sudah siapkan semuanya. Besok, Rauf, dan sintia akan melaksanakan akad nikah, di rumahnya Sintia tepat jam 8 malam." jawab paman Adi kepada ibu Tini.
Keesokan harinya, sekitar jam 4 sore. Rauf ,ibu Tini ,paman Adi dan istrinya Tante Yuni ,pergi ke rumah Sintia , Untuk melaksanakan akad nikah.
"assalamualaikum..".ucap salam paman Adi di depan pintu rumahnya Sintia.
"waalaikumsalam.." Jawab salam terdengar dari dalam rumah, sambil membuka pintu. terlihat seorang wanita berdiri dengan wajah cantik, yang berambut pendek ukuran sebahu.
"Mari masuk !" ucap Sintia.
ibu tini, Rauf ,paman Adi ,dan Tante Yuni langsung masuk, dan duduk di kursi sofa yang sudah Ter tata rapi, dan di lantai sudah Ter alas karpet, Untuk persiapan ijab Kabul Rauf dan sintia.
Sambut mamanya Sintia, ibu Jana dan papanya om rustam, bersama adik laki-laki bernama yudi. mereka saling bersalam- salaman, dan mereka sedang membicarakan tentang pernikahan Rauf dan sintia.
Sintia sudah menyiapkan teh hangat, dan kue di meja.
"Mari semua, diminum tehnya !" ucap sintia.
Terlihat Rauf, hanya fokus memainkan hp nya. tidak pernah melirik sedikitpun kepada wajah Sintia.
Sintia terlihat malu-malu, karna melihat Rauf, tidak pernah memandangnya.
hari sudah malam, pa imam sudah tiba, dan beberapa keluarga Sintia yang lainnya, juga ikut hadir.
Sintia sudah berganti pakaian busana berwarna putih, dan rauf, memakai baju kokoh berwarna putih. dan mereka sudah mulai ijab kabulnya dengan mas kawin seperangkat alat sholat, yang sudah di sediakan oleh Rauf.
selesai akad nikah, yang lain sudah pulang . tersisa tinggal ibu Tini, Rauf, paman Adi, dan Tante yuni. dan mereka pun sudah mau pamit.
"Rauf, kamu disini dulu, bersama istrimu Sintia , nanti besok ibu antar ke rumah baru kalian, yang berada juga di kampung ini!" ucap ibu Tini kepada Rauf.
" Iya bu." jawab Rauf kepada ibunya. dan hanya bisa pasrah dengan keadaan.
di satu sisi, iya tidak tega pada Melinda istri pertamanya. di sisi lain juga, dia tidak mau durhaka, pada ibunya yang hanya tinggal sendiri.
melihat Rauf sudah ngantuk, dan begitu cape, sintia persilahkan Rauf untuk tidur.
"ayo mas, tidur, kelihatannya kamu sudah ngantuk dan cape." ucap Sintia kepada Rauf.
dan Rauf langsung berjalan ke kamar mengikuti sintia.
Rauf, langsung mengganti pakaiannya dengan baju tidur. Begitu juga dengan Sintia, yang mengganti pakaiannya dengan baju tidur, yang begitu seksi, karna dia ingin membuat Rauf, terpesona oleh ke cantikan nya.
Rauf langsung tertidur. Sedangkan Sintia masih belum tertidur. dia memandang terus wajah tampannya Rauf, Yang sedang tertidur. dia berharap, malam ini adalah malam yang terindah, untuk malam pertamanya.
Tapi Rauf ,Tertidur pulas, dan membelakangi sintia. dia tidak sanggup melakukan malam pertamanya. karna terus memikirkan ,Melinda istri pertamanya, yang sangat di cintainya. karna dia melakukan ini semata, karna ibunya.
Hari sudah pagi. Rauf terbangun dan Sintia sudah tidak ada di tempat tidurnya. Rauf keluar dari kamarnya, terlihat di meja makan, sudah ada ibunya Rauf.
yang ingin menjemput Rauf, dan sintia, pergi ke rumah mereka berdua. yang sudah di belikan oleh ibunya Rauf, sebagai hadiah pernikahan Sintia dengan Rauf.
"Mas. Ayo sarapan." Panggil Sintia kepada Rauf.
dan Rauf langsung duduk, dan sarapan bersama ibunya Sintia, dan mertuanya, Dan adik Yudi.
Selesai sarapan, mereka langsung bergegas untuk pergi ke rumah baru Sintia dan Rauf. Yang tidak jauh, dari rumah ibunya Sintia. tidak lama kemudian, mereka sudah sampai.
"inilah rumah kalian." ucap ibu Tini kepada Sintia dan Rauf, sambil membuka pintu.
Terlihat, di dalam yang begitu rapih, dan di kamar mereka, di hiasi dengan bunga-bunga, layaknya pengantin baru.
"rauf, Besok ibu sudah mau pulang, .kamu tinggal lah dulu untuk beberapa hari di sini. Melinda, nanti ibu yang akan menjelaskannya, bahwa kamu belum bisa pulang, karna masih ada urusan.!" ucap ibu Tini kepada Rauf anaknya.
" Iya Bu." Jawab Rauf ke pada ibunya.
"Ibu sekalian mau pamit, ke rumahnya paman adi. karna besok ibu langsung pulang, jangan kecewakan ibu. Rauf..?"ucap lagi ibu Tini kepada Rauf.
"Iya Bu" jawab Rauf kepada ibunya.
"Sintia.. ibu pamit ya.." ucap ibu tini.
"Iya bu." jawab Sintia kepada mertuanya.
Sintia ke dapur, dan memasak, sedangkan Rauf masuk ke kamar, dan dia sedang mengambil ponsel, untuk menelpon istri pertamanya Melinda.
Tut..tut..tut.
terdengar hp Melinda berbunyi .
"Melinda ..hp kamu berbunyi." teriak ibunya Melinda ibu Siti.
Dan Melinda cepat-cepat mengangkat telponnya.
"halo..mas..bagai mana kabarmu, ibu juga bagaimana di sana.?" tanya Melinda.
meskipun mertuanya kasar kepadanya, tapi dia begitu peduli kepada mertuanya. "Alhamdulillah baik." jawab Rauf.
"Sayang ..mas minta maaf ya, belum bisa pulang untuk beberapa hari ini, masih ada urusan di kampung.
kalo ibu, Besok sudah mau pulang.sayang.." ucap Rauf, kepada Melinda di telpon.
"Iya mas, tidak apa-apa, ini aku juga nanti baru pulang besok ke rumah ibu mertua." jawab Melinda di telpon.
"udah dulu ya sayang, kamu baik-baik di sana ya!" ucap rauf.
" iya mas." jawab Melinda.
"Mas mau makan dulu ya, nanti mas telpon lagi kalo ada waktu dada...." langsung di tutup telpon.
terdengar suara memanggil dari dapur . "Mas..mas..ayo makan." panggil sintia.
" iya. "
jawab Rauf sambil menuju meja makan, yang sudah di sediakan makanan oleh Sintia untuk mereka makan.
Hari sudah mulai malam, Rauf dan Sintia, masing-masing sudah selesai mandi. dan memakai baju tidur.
sintia begitu seksi, dengan baju tidur yang berwarna pink, karna dia sudah tidak sabar dengan malam pertamanya yang tertunda .
malam ini, dia ingin membuat Rauf lupa dengan semuanya, termaksud istri pertamanya..
Malam semakin larut. Diluar hujan sangat deras, dan petir menyambar.
Sintia masih menunggu reaksi dari Rauf, yang hanya memainkan ponselnya.
dia berharap, malam ini dia berhasil, untuk melakukan malam pertama dengan Rauf. Tapi ,Rauf sampai sekarang belum juga memandang tubuh, dan wajah Sintia.
Sintia ingin mendekati dan merayu Rauf. Tapi dia malu, takut, tidak di hiraukan oleh Rauf. Dan akhirnya, Sintia berkesimpulan untuk memberanikan diri untuk menggoda rauf.
Karena, ibu mertuanya sudah berpesan kepada Sintia, agar menggoda rauf, supaya berhasil untuk malam pertama dengan Rauf. Karena, mertuanya ingin Sintia cepat memberikan keturunan pada Rauf.
Perlahan Sintia mulai mendekati Rauf, Dan duduk di pangku Rauf, Sambil mengambil ponsel yang ada di tangan Rauf.
"Mas, aku..kan sudah sah menjadi Istri mas..jadi aku ingin, mas melakukan malam pertama ini dengan aku."
ucap Sintia kepada Rauf, dengan kata-kata yang pelan dan lembut, sambil mencium bibir Rauf.
"Ayo lah mas.. kita lakukan sekarang.!" ucap lagi Sintia dengan bibir yang seksi. "tapi..." ucap rauf.
"ust..." Sintia menutup bibir Rauf dengan jari telunjuknya .
Rauf langsung lengah, dan tidak berdaya apa -apa melihat wajah Sintia yang cantik, dan berpakaian yang seksi. Dia langsung mematikan lampu, dan melaksanakan kewajibannya seorang suami kepada istrinya
Tiba-tiba ponsel Rauf berbunyi, tut.....tut.....tut...dan Rauf, meraba ponselnya yang berada di meja samping tempat tidur Sintia dan Rauf.
terlihat, Melinda yang telpon. Rauf langsung mematikan ponselnya .
Ada apa ini? kenapa Rauf mematikan ponselnya?" tanya Melinda di dalam hatinya. "Tidak biasanya Rauf mematikan ponselnya seperti ini." ucap melinda, di dalam hati.
Melinda langsung merasa gelisah, dan penasaran , pada Rauf yang tidak biasanya dia mematikan ponselnya, saat Melinda telpon .
"Ya, udahlah, nanti aku tanyakan, kalo Rauf sudah pulang." ucap lagi Melinda di dalam hatinya.
Hari sudah pagi. dan terlihat Sintia sudah kelihatan cantik, dan segar sehabis mandi.
Iya sedang sibuk di dapur, memasak makanan untuk sarapan pagi. Selesai masak, semua hidangan sudah tersedia di meja makan.
Sintia ke kamar, dan melihat Rauf masih tertidur. sintia mencoba untuk membangunkan Rauf. "Mas..mas..mas..bangun.." ucap sintia.
Rauf membuka matanya.
"iya kenapa sayang?" tanya Rauf dengan panggilan sayang kepada Sintia.
Sintia terkejut, karna Rauf memanggilnya sayang.
"Terima kasih mas. Atas semuanya." ucap Sintia sambil mencium pipinya Rauf.
"Mas..sudah jam 7. Bukannya mas mau ke perkebunan dengan paman Adi?" tanya Sintia kepada Rauf.
"Oh ..iya..."Jawab rauf.
"Ayo mandi ,Sintia mau tunggu di meja makan untuk sarapan.! " ucap sintia.
Selesai mandi. Rauf langsung menuju ke meja makan, dan mereka berdua sarapan pagi ,dan saling suap menyuap .
Rauf seakan-akan sudah melupakan Melinda. sampai ponsel Rauf, belum di aktifkan juga. dan dia begitu mesra kepada sintia.
Melinda sudah bersiap-siap. pulang ke rumah mertuanya.
"Ibu..bapa..Melinda pamit dulu ya...nanti di lain waktu Melinda datang lagi kemari." Ucap Melinda sambil berpelukan dengan ibu dan bapaknya.
"Iya hati-hati nak, di jalan!" ucap ibu dan bapa Melinda.
"Salam buat ibu mertuamu dan suamimu."
ucap ibunya melinda.
"iya bu.
*assalamualaiku*m.."ucap salam Melinda kepada orang tuanya.
"waalaikum salam" jawab ibunya melinda.
Tidak lama kemudian, Melinda sampai di rumah mertuanya.
dan dia langsung membereskan rumah. Dan memasak makanan, untuk makan siang. karena sebentar lagi, mertuanya tiba dari kampung.
Karna di telpon, Rauf katakan, bahwa ibunya akan pulang.
Jadi Melinda cepat membereskan rumah, dan memasak.
Sehabis memasak ,Melinda langsung mencuci pakaian yang menumpuk.
Terasa cape seharian kerja. Melinda mandi dan istirahat di kamarnya .
Dia mencoba untuk telpon lagi kepada Rauf. Tapi sampai saat ini ponselnya Rauf, belum juga di aktifkan.
Melinda begitu penasaran .tidak lama kemudian bunyi ketuk pintu.
tok....tok..tok.."
Melinda cepat buka pintu nya?' teriak ibu Tini dengan keras kepada Melinda.
"Iya Bu..."jawab melinda sambil berlari membuka pintu.
"Ngapain aja sih?" tanya ibu Tini dengan marah.
"Maaf,Bu. tadi Melinda di kamar. jadi butuh waktu untuk sampai di pintu." jawab Melinda.
"Awas ibu mau lewat." ucap ibu Tini dengan marah sambil berjalan dan menyambar bahu sebelah kanan Melinda.
ibu Tini langsung ke kamarnya, terus dia mandi, Sehabis mandi, ibu Tini langsung ke meja makan dan makan.
Melinda juga ikut duduk di meja makan, untuk makan.
"Ngapain kamu di sini?
seharusnya kamu tidak pulang dari rumah ibu kamu. Karna kamu sekarang sudah tidak berharga lagi di rumah ini." tanya ibu Tini sambil membentak-bentak Melinda dengan kasar.
"Ibu ..sayakan istrinya Rauf, jadi kalo Melinda masih di rumah ini, itu karna Rauf suaminya Melinda Bu.." jawab Melinda dengan pelan.
"Tapi seharusnya kamu malu, dan sadar diri, kamu itu mandul, dan tidak bisa kasih Rauf keturunan." Jawab ibu Tini dengan sangat marah kepada Melinda.
"Ibu..mungkin Allah belum mau memberikan kita keturunan Bu..."jawab lagi Melinda dengan sangat pelan kepada mertuanya.
Pak.k.k...ibu Tini menampar Melinda dengan kuat, sampai pipi Melinda terlihat sangat merah.
"Ibu..kenapa menampar Melinda Bu? melinda salah apa sama ibu?" tanya Melinda dengan meneteskan airmata.
"salah kamu, karna kamu perempuan tidak berguna, di rumah ini."Jawab ibu Tini dengan keras.
"ibu. Tega kepada melinda." ucap Melinda sambil berlari ke kamar, dan memegang pipinya . Yang habis di tampar oleh mertuanya.
Dan Melinda terus menangis, sambil membuka ponselnya, dan mencoba menelpon rauf .
dan ponselnya rauf belum juga aktif.
"kenapa... kenapa... ibu sekejam itu ke pada melinda..." ucap melinda sambil menangis dan mengusap rambutnya. "mas.. kenapa sampai saat ini ponsel kamu masih juga belum aktif?" tanya melinda sambil menangis.
hari berganti hari. tidak terasa sudah seminggu, rauf belum juga pulang, dan ponselnya belum juga aktif.
melinda hanya bisa pasrah, dan menunggu rauf pulang. setiap hari melinda di bentak-bentak mertuanya, dan kalau melinda melawan atau menjawab, setiap perkataan mertuanya, dia selalu di tampar.
dan melinda hanya terus merenungi nasib nya yang malang. dia tidak bisa melawan pada mertuanya, karena, dia sangat sayang mertuanya, meskipun mertuanya begitu ke jam ke pada nya.
sudah seminggu rauf ber dua dengan sintia. dan rauf sudah begitu mencintai sintia. seakan -akan dia belum mau pulang. masih ingin tinggal bersama sintia .
tapi, pekerjaannya di perusahaan yang membuat rauf merasa terpanggil,
karena beberapa hari lalu, sekretarisnya menelpon rauf.
bahwa di perusahaan lagi ada masalah.
jadi sementara, rauf mengabaikan dulu urusan perusahaan. nanti urusan nya dengan sintia sudah selesai,
baru dia akan urus urusan di perusahaan.
"sayang...besok mas mau pulang dulu ya. karna masih ada urusan yang akan mas selesaikan di kantor."..
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!