NovelToon NovelToon

Kepincut Pesona Pengasuh Keponakanku

Clarisha Hanna Wijaya

Clarisha Hanna Wijaya, gadis yang hari ini berulang tahun yang ke 19 tahun. Mempunyai tubuh mungil, lesung pipi yang manis, dan selalu ceria seolah yang melihatnya pun ia tak pernah merasakan kesedihan.

Senyuman manisnya mampu membuat siapapun ikut tersenyum, dia selalu berusaha membuat orang sekitarnya bahagia. Dia juga sangat menyukai anak kecil.

Bagaimana tidak menyukai? Dia tumbuh dan hidup di Panti Asuhan selama 7 tahun sejak dia berumur 12 tahun.

Siapa sangka dibalik keceriaannya dia telah melewat kehidupan pahit, pengalaman yang menjadikan dia tumbuh menjadi wanita kuat dan tidak mudah menangis.

Dia mengerti bagaimana kehidupan dan perasaan anak anak panti disana, ada yang kehilangan orang tuanya maka dititipkan di panti asuhan oleh neneknya, ada yang dibuang oleh ibunya dan ada juga dari jalanan yang sengaja dibawa ke panti agar mempunyai kehidupan yang jauh lebih baik. Hanna besar di panti bersama mamanya, lalu mamanya meninggalkan Hanna dan menitipkannya kepada adik mamanya yang tak lain pemilik panti asuhan tersebut.

***

Mentari pagi sudah mulai terlihat dan cahayanya menembus jendela kamar membuat Hanna merasa silau...

"Hooaaamm, Wah sudah jam 7, nyenyak sekali aku tidurnya".

Hanna sedang kedatangan tamu bulanan jadi dia mematikan alarmnya agar bisa bangun lebih siang lagi. Lagipula dia sedang berulang tahun hari ini jadi tidak masalah kalau berleha-leha sedikit.

Lalu Hanna mengambil bingkai foto yang berada di meja kecil di samping tempat tidurnya

"Hai ma, ini ulang tahun ke 5 aku tanpa mama, lihat aku sudah besar hehe walaupun aku masih terus sedih memikirkan mama dan masa lalu kita dulu tapi percaya mah aku sudah jauh lebih baik. Aku kangen banget sama mama, apa mama juga kangen sama aku? Aku sudah kuliah mah tapi aku juga tidak bisa terus terusan merepotkan tante dan ka Syifa. Aku mao cari pekerjaan saja dulu. Aku sudah harus mandiri. Hm, Sudah dulu ya mah nanti sore aku ke makam mama ya, kita lanjut cerita ceritanya."

Sejenak dia menyeka buliran air yang jatuh dari pelupuk mata, apapun yang menyangkut mamanya pasti akan sedih terlebih dengan kehidupan masa lalunya yang begitu menyakitkan.

"Ah sudahlah aku harus bangkit demi mama, aku akan jadi anak yang pemaaf dan selalu ceria". Ujar Hannah sembari membawa handuk untuk segera mandi.

***

Dibawah sudah ada tante dewi yang tengah sibuk menyiapkan sarapan untuk Hannah dan anaknya "Syifa Latifa".

Selama 7 tahun dia tinggal bersama dengan tante Dewi, adik dari mamanya Hanna, yaitu Hanindita. Tante dewi punya anak hanya satu yaitu cuma kak Syifa aja. Umur mereka cukup terbilang jauh yaitu beda 7 tahun.

"Selamat pagi, ponakan tante tersayang, nyenyak ya nak tidurnya?"

"Hehe iya tante maaf ya aku bangun siang karna lagi palang merah"

"Gapapa kok nak, oiya, selamat ulang tahun ya nak semoga selama hidup kamu selalu diberi kebahagiaan dan segera menemukan jodoh". ujar tante dewi sambil memeluk Hanna.

"ah tante aku belom kepikiran soal jodoh , aku masih ingin bebas kemanapun aku mau, lagian mana ada cowo yang mau sama aku"

"Halah bukan ga ada, kamu tuh yang pemilih". kali ini ka Syifa datang dan meyahuti sepupunya itu.

"Hm bukannya ka Syifa tuh yang pemilih, sudah banyak yang melamar kaka tapi kaka masih aja terpaku dengan cinta semasa SMA kaka wleee". ujar Hanna, mereka walaupun sering berdebat tapi mereka saling menyayangi, melindungi dan tentunya bergosip hehehe..

"Bener tuh apa yang dibilang adik kamu, kamu sudah mau 27 tahun harusnya kamu sudah menikah dan beri mama cucu, ini sibuk terus dengan dunia roti kamu".

"Kalo sudah bahas ini aku pasti kalah telak, udahlah aku berangkat aja ke toko, hari ini banyak pesanan. Oiya dek, nanti malam bisa jemput kaka? Kamu kan hari ini ulang tahun, kita pergi rayakan bersama. Gimana?".

"Mau kemana ka? Kaka yang teraktir ya hehe"

"Kamu yang ulang tahun kok aku yang teraktir, hm yasudah gapapa hitung- hitung kasih bonus soalnya pesanan roti lagi membludak nih" seru ka Syifa.

"Wah alhamdulillah rejeki anak solehah! Terimakasih kaka, love you sekebon hehehe".

Seru Hannah sambil berpelukan dan menciumi pipi ka Syifa.

"Ih apa sih kamu. Yaudah aku berangkat dulu ya mah". Sambil mencium punggung tangan mama Dewi.

"Hati hati dijalan ya nak, jangan ngebut bawa mobilnya".

"Iya mah, assalamu'alaikum".

"Wa'alaikum salam". Hanna kamu jadi ambil cuti kuliah kamu hari ini nak? Tante serius gapapa tidak merasa direpotkan, kamu kuliah aja yah sesuai kemauan mama kamu".

"Tante ku yang cantik, aku gapapa kok, aku sudah pikirkan baik baik gimana nanti, tolong tante gausah khawatirkan aku lagi, aku mau mandiri dulu". Sambil mengedipkan satu matanya.

"Baiklah, tante hanya bisa dukung semua keputusan kamu. Oh iya apa boleh tante minta tolong antarkan tante ke supermarket dekat sana, tante mau belanja kebutuhan untuk anak anak panti?"

"Jam berapa tante? Aku bisa kok, aku cuma ke kampus sebentar saja hari ini"

"Yaudah selepas kamu dari ke kampus saja ya"

"Siap komandan hehe". Ucap Hannah sambil hormat.

"Lihatlah Hanin, anakmu sudah dewasa sekarang meskipun dia masih terlihat seperti anak kecil dimataku, aku tau dia selalu menangis sendirian agar aku tantenya pun tidak boleh mengkhawatirkan dia sedikitpun, dia selalu ceria dan terlihat baik baik saja padahal aku tau betapa rapuhnya dia". Batin tante Dewi.

***

Sedangkan di ke kediaman lain...

"Pagi ma"

Sambut Arka, si tampan yang dingin.

Iyah dia Arka Heyan Narendra, anak kedua dari pasangan Ratna Sari dan Adnan Narendra.

"Pagi sayang. Kamu sudah mau berangkat ke kantor nak?"

"Iya ma, setelah itu aku mao ke kampus karna ada urusan penting".

"Oh baiklah, mama minta tolong jemput oma ya di supermarket deket kampus kamu, soalnya nanti pak supir kan antar mama jemput Raka ke sekolah. Kamu kan searah kalo sekolah Raka kan tidak searah nak".

"Siap ma, apa nenek sendiri?"

"Iyah nak, eyang tadi ikut papa ke kantor duluan".

"Yaudah aku berangkat dulu ya ma". Ujar Arka sambil mencium punggung tangan bu Ratna.

Sudah jam 09.30, lalu lintas sungguh padat oleh kendaraan roda 2 dan roda empat. Kemacetan ibu kota menjadi ciri khasnya di pagi hari.

Lampu lalu lintas yang mati makin menambah kemacetan pagi ini. Di sebuah kejauhan Arka melihat 3 anak sekolahan sedang menunggu untuk menyebrang namun karna padatnya kendaraan anak anak tersebut takut untuk menyebrang.

Namun, tak lama datang seorang gadis cantik membantu 3 anak tersebut sambil seraya melambai tangannya agar bisa menyebrang.

Sampai di ujung jalan, gadis tersebut memberikan permen kepada ketiga anak tersebut untuk menghiburnya seraya mengelus rambut anak tersebut.

Arka yang di dalam mobil tersenyum melihat bagaimana cara gadis itu membantu dan menghibur ketiga anak tersebut. Sambil ia bergumam "cantik".

Di sebuah kampus, sebuah mobil memasuki area parkiran mobil khusus dosen.

"Gilaaaa gue gak salah liat nih, itu kan Pak Arka, dosen baru di kampus kita". Seru para mahasiswi tersebut.

"Iya sih ganteng tapi killer woy, sama nilai pelit, udah gitu kalo ngajar dingin banget. Gue pernah ikut kelas dia dan habis habisan kena marahnya dia".

"Loh bukannya dia baru disini?"

"Ah lo tuh ketinggalan info, dia udah 2 tahun disini, tapi beliau jarang ngajar, atau sempet cuti sih beberapa bulan ini".

"Perfect banget ya pak Arka, udah ganteng, kaya, badan juga ideal, pinter, waahh perfect!!".

"Kebangetan sekali para mahasiswi selalu membicarakan yang tidak penting, apa sih yang mereka puji-puji itu". batin Arka

Menangkap Pencopet

Di supermarket, ada oma yang sedang menunggu kedatangan cucunya untuk menjemputnya. Oma habis belanja sekaligus membeli hadiah untuk cicitnya, Raka Arya Narendra yang akan dirayakan ulang tahunnya hari ini.

Lalu nenek menelepon cucunya, Arka.

"Halo Arka, oma tunggu di depan ya, biar nanti tidak repot lagi kamu harus masuk ke dalam".

"Baik oma, 5 menit lagi aku sampai ya, oma hati hati".

Oma Menyimpan kembali hp nya ke dalam tas, tanpa oma tau dari kejauhan Sudah dipantau oleh seseorang dan...

BRUG...

Tas oma dicopet!!

"Tolong, tas saya dicopet tolong" teriak oma.

Lalu tiba-tiba ada seorang gadis pemberani menghadang pencopet tersebut pakai motornya. Gadis itu Hanna, dia abis mengantar tante Dewi ke supermarket.

"Heh sini lu kalau berani, jangan beraninya sama orang tua, balikin tuh tas nenek itu". Ucap Hanna

"Waduh bocah kecil berani lu sama gua, mending lu pergi, gue ga lawan perempuan!! Atau kalau lu maksa jangan salahin kalau lu gue tusuk" kata pencopet sambil memegang pisau.

"Ya Allah bagaimana ini, aku tidak boleh takut". Gumam Hanna

Tiba-tiba dia teringat sesuatu bahwa dia selalu antisipasi jikalau ada kejahatan yang akan menimpanya, dia selalu menyimpan semprotan air cabai di dalam tasnya lalu mengambil spray tersebut kemudian menyemprotkannya langsung ke mata pencopet itu.

"Aduuuhh, perih sekali mata ini".

Pencopet itu meringis kesakitan lalu perlahan tas itu jatuh ke tanah. Dengan secepat kilat dia mengambil tas nenek tersebut.

Tidak lama kemudian para warga membawa pencopet itu ke kantor polisi.

"Huft, akhirnya aku berhasil. Ini nek tasnya, coba di cek dulu nek ada yang hilang tidak?". Ucap Hanna sambil memberikan tas nenek itu.

Lalu nenek mengecek tas itu dan tidak ada yang hilang hanya sedikit sobek saja.

"Ya Allah terimakasih ya nak, kamu kok berani banget sih, kamu gapapa kan?" tanya nenek khawatir.

"Aku baik baik saja nek, nenek hendak kemana? Boleh saya antar? Takutnya nenek ketemu penjahat lagi kaya tadi".

"Tidak perlu nak, saya disini sedang menunggu cucu saya untuk jemput, tadi dia bilang sebentar lagi sampai mungkin lagi macet". Tidak lama kemudian, datang mobil Arka "nah itu cucuku".

"Oh begitu, ya sudah saya pergi dulu ya, nenek hati hati ya pulangnya". Ucap Hanna membungkuk

Tidak lama setelah itu Arka datang menjemput oma.

"Oma kenapa, itu tadi siapa?".

"Kamu ini lama sekali, tadi oma kecopetan untung ada gadis baik hati mau nolong oma".

"Ya ampun maafin Arka ya oma, tadi beneran macet sekali di depan persimpangan, tapi oma gapapa kan?". Tanya Arka penuh kekhawatiran

"Oma gapapa. Gadis itu baik sekali dan cantik, tapi sayang oma lupa tidak nanyain namanya".

"Semoga nanti aku bisa ketemu gadis itu lagi, hatiku sungguh mengatakan dia akan jadi mantuku". Ucap oma dalam hati.

"Yasudah oma ayo naik ke mobil". Ucap Arka sembari membuka pintu mobil untuk oma.

***

Sesampainya dirumah, Arka langsung merebahkan tubuhya diatas tempat tidur. Dia begitu lelah, bukan karena aktivitas atau jadwalnya yang padat tapi karena kemacetan lalu lintas di sepanjang jalan.

Sebentar dia memejamkan mata, lalu bayangan gadis tadi tibatiba muncul dalam benaknya.

"Ah gadis itu kenapa aku memikirkannya, hal yang ia lakukan begitu menarik perhatianku".

***

Di sisi lain, tepatnya masih di supermarket, tante dewi sudah selesai berbelanja lalu menghampiri Hanna.

"Nak ayo pulang, tante sudah selesai".

"Oke tante hehe, banyak juga ya tante belanjanya".

"Iya nak, ini sengaja tante belanja banyak, kebutuhan bulan kemarin di panti sudah habis banyak. Hm oiya tadi Syifa nelpon tante, dia bilang kamu disuruh ke toko rotinya katanya dia mau minta tolong sama kamu, tante ga ngomong banyak lagi soalnya tadi lagi repot, nelpon kamu juga ga diangkat2".

"Oh ya ampun, ternyata hp aku di silent hehe". Ucap Hanna sambil memegang hpnya.

"Yaudah sehabis aku antar tante, aku ke toko roti dulu ya"

"Apa kamu tidak cape nak?"

"Ah tante kaya gatau ponakannya aja, aku justru kalau diem dirumah malah cape, kan tante tau aku kaya ular keket hahaha".

"Ada ada aja kamu".

15 menit sudah akhirnya mereka sampai dirumah, Hannah membantu tante Dewi membawa barang belanjaan ke panti lalu menyerahkannya sama mbok Darmi.

"Yaudah tante aku pamit ya mau ke toko roti dulu".

"Kamu hati hati ya dijalan, jangan ngebut bawa motornya".

"Siap bos hehe"

Lalu 20 menit perjalanan akhirnya Hanna sampai di toko roti. Di masuk ke toko roti langsung menuju ruang ka Syifa namun disana ruangannya kosong. Hanna bertanya sama karyawan disana ternyata Ka Syifa berada di dapur.

"Ka, ada apa suruh aku kemari? Butuh bantuan? Keliatannya kaka begitu gelisah?".

"Ah Hanna, sini ke ruangan kaka aja dulu".

Syifa menarik tangan Hanna untuk masuk ke ruangannya.

"Kaka minta tolong antar kue dan roti ini ke alamat ini, soalnya kurir yang biasa antar, istrinya masuk rumah sakit. Apa kamu bisa dek antar? Soalnya kaka juga harus antar pesanan yang lain.

"Hm begitu, yaudah biar aku antar, sini alamatnya"

"Maaf ya Han jadi merepotkan kamu".

"Kak! Please deh kaya sama siapa aja. Tenang ya". Seru Hanna sambil tersenyum.

"Makasih ya dek, pesanannya semua udah ditaro di mobil, kamu tinggal berangkat aja, keburu kok ini acara mereka soalnya sore.

"Siap bos cantik hehe".

***

Dirumah bu Ratna semua sedang sibuk mengurusi acara ulang tahun cucu satu satunya itu, ia bernama Akbar Raka Narendra.

Biasa dipanggil Raka. Papanya seorang dokter dan ibunya sudah lama meninggal ketika Raka berumur 1 tahun akibat kecelakaan.

"Mama kapan pulang?" tanya bu Ratna kepada mertuanya.

"Mama sudah pulang daritadi tapi mungkin kamu lagi di halaman belakang jadi tidak dengar, mama cape jadi langsung aja masuk kamar"

"Oh begitu"

"Tadi mama hampir kecopetan untung saja ada gadis baik nolongin mama, kalo tidak entah apa jadinya mama".

"Tapi mama baik baik aja kan? Ga terluka sedikitpun? Kok bisa, emang Arka belum datang menjemput?"

"Dia lama datangnya karna katanya jalanan macet sekali".

"Yasudah alhamdulillah yang penting mama baik baik saja".

Lalu pak satpam datang menghampiri bu Ratna dan oma Ratih.

"Permisi nyonya, di luar ada gadis katanya mau mengantarkan pesanan nyonya"

"Oh ya ampun, saya lupa. Yaudah pak suruh masuk aja ya dan tunggu saya sebentar nanti saya keluar sebentar lagi".

"Baik nyonya".

"Permisi bu, saya dari toko roti mau mengantarkan pesanan"

"Iya terimakasih ya sudah mengantarkan". Bu Ratna menyuruh pak satpam angkut semua kue dan rotinya ke dalam rumah, "pak tolong ya semua masukin dan hati hati rusak"

"Baik nyonya". Sahut pak satpam

"Yasudah bu terimakasih, saya pamit dulu ya".

Tiba-tiba oma datang menghampiri keduanya.

"Hei tunggu, kamu gadis yang di supermarket tadi kan? Yang nolongin saya tadi?".

"Oalah nenek, iya ini saya tadi, alhamdulillah nenek masih ingat saya".

"Saya ga mungkin lupa sama kamu, malah saya berharap bisa bertemu kamu lagi. Oiya Ratna ini gadis yang mama ceritakan tadi, dia yang udah nolong mama dari pencopet tadi".

"Masya Allah alhamdulillah, terimakasih ya nak sudah membantu mama mertua saya".

"Iya bu sama sama, kebetulan aja tadi saya ada disana menunggu tante saya selesai berbelanja".

"Ayo masuk dulu yuk, oma mau ngajakin kamu makan siang sebagai tanda terimakasih, mau ngobrol-ngobrol juga sama kamu. Dan satu lagi Jangan panggil nenek, panggil oma aja".

"Aduh maaf nek, eh oma, saya sungkan, gapapa saya ikhlas bantuin oma tadi".

"Pokoknya kamu harus ikut oma, jangan sungkan ya".

" baiklah oma jika memaksa hehe jadi enak".

"Aduh kamu lucu dan cantik sekali sih".

"Terimakasih bu". Ucap Hanna sambil tersenyum.

Di kejauhan dekat kolam renang, ada anak kecil lagi merenung dengan tatapan sendu.

"Maaf bu, apa anak itu yang ulang tahun hari ini?"

"Iya itu cucu saya namanya Arka, dia lagi ngambek sama papanya makanya dia daritadi sedih dan saya juga bingung gimana ngebujuknya lagi. Acara ulang tahunnya sore ini tapi dia tiba-tiba mau membatalkan acaranya, papanya sedang ada kunjungan keluar kota jadi tidak bisa pulang minggu2 ini akhirnya Raka marah. Tadinya papanya akan pulang cepat tapi karna ada kondisi darurat mengharuskan dia disana dulu.

"Oh begitu ya bu, apa boleh saya membujuknya?".

"Ya ampun boleh banget, mungkin sama kamu bisa".

"Terimakasih bu, permisi oma saya kesana dulu".

Oma tidak menjawab, hanya tersenyum saja. Begitu senang oma melihat gadis itu, dia teringat akan seseorang.

Membujuk Raka

Lalu Hanna menghampiri Raka yang sedang duduk di gazebo, begitu sendu tatapannya mengisyaratkan akan sesuatu yang tidak pandai untuk ia ungkapkan.

"Hai, boleh aku duduk disini".

"Kamu siapa? Pengasuh ganti lagi? Kalo iyah mendingan kamu pulang aja sana!" jawab Raka dengan ketus.

"Aku bukan siapa siapa kok, aku kesini cuma mau antar kue dan roti aja untuk acara ulang tahun kamu".

"Tidak perlu seharusnya, batalkan saja acara itu! Aku tidak menginginkannya".

"Hm biasanya anak seusia kamu malah ingin dirayakan, kaka saja yang sudah besar malah ingin dirayakan hehe".

"Yasudah acaranya untuk kaka saja!".

"Wah bener nih? Rejeki dong hehe, soalnya aku juga ulang tahun hari ini". Hanna harus sabar menghadapi anak ini, karna ia merasa anak ini menyimpan banyak sekali rasa sakit.

"Kaka ulang tahun hari ini? Aku tidak percaya".

"Beneran dong, aku tidak mungkin bohongin kamu, kamu perlu bukti?"

"Tidak perlu, aku percaya kamu". Akhirnya Raka tersenyum sumringah.

"Terimakasih anak manis. Jadi gimana, masih mau dibatalkan gak nih?"

"Kita rayakan bersama saja ka! Akhirnya aku punya teman hehe".

"Baiklah, apa kita bisa berteman?"

Hanna mengulurkan tangannya untuk saling berjabat.

"Tentu!". Anak itu begitu tampan sekali jika ia tersenyum.

"Apa kaka tidak malu berteman dengan aku yang nakal ini?"

"Hei kata siapa kamu nakal? Justru aku melihat kamu seperti anak baik, tidak ada anak yang nakal hanya orang dewasa yang tidak sepenuhnya mengerti apa yang dirasakan anak seusia kamu".

"Cuma kaka yang bilang aku tidak nakal"

"santai saja, aku ada disini kok untuk selalu mendengarkan kamu hehe. Jadi sebagai teman, boleh dong kamu cerita kenapa kamu merasa sedih dan ingin membatalkan acara ulang tahun kamu?"

"Hm aku... Aku kecewa dengan papa, dia berjanji akan datang tapi dia selalu sibuk dengan dunia kerjanya. Aku hanya ingin menghabiskan waktu bersama, aku tidak punya mama, kata oma dan eyang mama meninggal disaat aku berumur 1 tahun. Aku ngerasa sendiri meskipun mereka selalu memberikan segalanya, aku tidak seberuntung teman teman aku yang orang tuanya selalu hadir disaat anaknya ulang tahun atau ada acara di sekolah anaknya". Raka menjelaskan panjang lebar dengan menahan tangisnya.

Hanna sangat tau apa yang dirasakan Raka karna ia juga merasakan yang sama, kehilangan seorang ibu itu memang luka paling menyakitkan. Anak ini benar benar membuat Hanna tersentuh, ia ingin sekali menjadi pelipur laranya agar ketika dia dewasa dia tidak tumbuh menjadi anak yang selalu minder dan punya rasa trauma.

"Oh jadi seperti itu ya. Apa boleh kaka menasehati?".

"Tentu, kita sudah menjadi teman"

"Sepertinya kita senasib hehe, kaka juga tidak memiliki mama, dia meninggalkan aku 5 tahun yang lalu, aku tumbuh dan besar di pantai asuhan, papa aku entah kemana. Nenek dan kakek pun pergi ninggalin kami. Sudah 5 tahun sejak mama pergi, aku selalu merasa sendiri tapi aku beruntung punya tante dan sepupu yang selalu memberikan kasih sayangnya.

Raka sayang, dunia memang terkadang tidak adil jika kita hanya bisa melihat ke atas tidak ke bawah. Masih banyak anak anak yang kurang mampu tapi orangtuanya lengkap. Ada anak yang mampu tapi salah satu orang tuanya sudah meninggal. Mungkin kamu iri dengan mereka yang punya orang tua lengkap dan selalu ada untuk anaknya. Tapi ketika kamu lihat di luar sana, banyak juga anak anak yang menginginkan posisi kamu sekarang. Contohnya kaka, iri sekali melihat kamu begitu disayangi siapapun dirumah ini, sedangkan kaka orang tua tidak ada bahkan nenek dan kakek pun tidak ada. Kamu tidak perlu bersedih lagi kalau papa itu sibuk, sekarang ada kaka disini, bahkan seluruh keluarga disini tidak akan membiarkan kamu sendirian. Kalo kamu merasa sedih atau butuh pelukan cari orang yang bisa bikin kamu nyaman ya".

"Apa aku boleh memeluk kaka?" Raka menangis terharu mendengar perkataan Hanna

"Boleh dong, sini peluk".

Mereka berpelukan, dan dari kejauhan ada Oma dan bu Ratna menangis terharu melihat cucunya mengutarakan isi hatinya. Tidak menyangka ada luka dj hatinya yang tidak ia ketahui. Padahal dia baru saja berkenalan dengan Hanna tapi dia tidak sungkan untuk bercerita dan memeluknya. Entah pesona apa yang ada di Hanna mampu menaklukan hati Raka.

Tidak lama kemudian, papa Hanung dan eyang sudah pulang dari kantor dan Arka yang baru turun dari kamarnya. Lalu mereka juga melihat pemandangan yang menyejukkan dimana disitu Raka begitu asyik bercerita, bercanda dan terlihat bahagia bersama Hanna.

"Eh papa sudah pulang, sini pa mama bawakan tas papa"

"Itu siapa ma? Kenapa Raka begitu dekat dengan gadis itu? Pengasuhnya baru lagi?".

"Itu loh Hanung, gadis itu tadi siang udah nolongin mama di supermarket dari pencopet terus ternyata dia itu kurir dari toko roti dimana tempat Ratna pesan kue"

"Iya pah, namanya Hanna. Dia membantu mama membujuk Raka dan papa lihat sendiri kan Raka bener bener terlihat bahagia. Ini pertama kali ada orang yang mampu membuat Raka merasa nyaman untuk bercerita. Mama gatau pa apa yang Hanna bicarakan sampai Raka bisa luluh".

"Gadis itu kan yang di lampu merah tadi" batin Arka.

Raka menghampiri seluruh keluarganya..

"Eyang, opa, oma, dan om, Maaf ya kalau Raka sudah menyusahkan kalian, Raka mau kok acaranya dilanjutkan tapi ka Hanna boleh kan ikut bersama Raka merayakannya karna ka Hanna juga berulang tahun hari ini, boleh kan". Ucap Raka sambil tersenyum

"Sayang, cicitnya eyang, boleh kok nak, apa kamu menyukai ka Hanna?".

"Iya dong eyang! Ka Hanna baik sekali, dia mengerti perasaan Raka, lega rasanya sudah bercerita panjang lebar, apa boleh juga kalau ka Hanna jadi pengasuh aku sekaligus guru les aku?"

"Raka, apapun yang buat kamu senang, kita akan usahakan sayang. Tapi tanya dulu ya sama ka Hannanya.

Raka menarik tangan Hanna untuk bertemu semuanya.

"Maaf bu tadi sudah bikin Raka menangis sedikit hehe".

"Aduh cah ayu sekali ini, nama kamu siapa nak?".

"Hanna eyang".

"Raka suka sama kamu, saya rasa dia nyaman dengan kamu, apa kamu bisa jadi pengasuh dan guru les dia?". Tanya pak Hanung.

"Kaka mau kan? Tadi kata kaka kita berteman".

Raka meminta dengan penuh harap. Hanna sedang berpikir..

"Baiklah ka Hanna mau".

"Asikkk terimakasih ya, Raka senang sekali". Raka lompat lompat karna begitu senang hatinya.

"Hanna, ini kenalkan suami saya namanya Hanung. Ini papa mertua saya, kamu bisa panggil dia eyang aja ya, dan ini anak kedua tante namanya Arka".

Hanna pun salim dengan mereka kecuali dengan Arka karna Arka sudah pergi selepas mamanya memperkenalkan diri.

"Maaf ya nak, Arka emang anaknya dingin, dia tidak suka basa basi".

"Gapapa kok bu, saya mengerti".

"Kamu tinggal dimana Han? Kalo kamu bekerja disini apa bisa menginap saja tidak usah pulang pergi?"

"Aku tinggal di sebelah panti asuhan kasih bunda bu, iya gapapa tapi nanti setelah acara selesai saya izin pulang ya bu untuk ambil barang-barang saya".

"Iya boleh, besok pagi datang ya kemari.

"Hanna, kamu hebat sekali bisa meluluhkan hati Raka, kita semua keluarganya saja agak susah untuk nasehatinya".

"Saya juga tidak tau eyang, mungkin apa yang Raka alami saya juga mengalaminya. Saya tau betul bagaimana kehilangan seorang ibu. Raka hanya bercerita bahwa sebenernya ia kesepian, dia merasa orang orang menganggapnya anak yang nakal karena tingkahnya yang menyebalkan tapi itu hanya bentuk cari perhatian dia terhadap orang sekitarnya. Raka tidak mampu mengutarakan isi hatinya karna ia takut tidak ada yang mengerti dan mendengarkannya, itu saja eyang".

"Saya juga tidak bermaksud menggurui yang lain, tapi saya selama ini tinggal di panti asuhan jadi saya belajar bagaimana karakter anak dan cara mengatasinya".

"Masya Allah hebat kamu nak, kamu umur berapa? Masih muda tapi pemikiran kamu sudah matang begitu."

"Hehe saya tidak begitu hebat oma, hanya saja saya selalu belajar dari almarhumah mama saya".

"Eyang sungguh berterima kasih kepada kamu, tadi oma juga bercerita kalau kamu sudah tolongin istri eyang yang cantik ini dari pencopet hehe".

"Sama sama eyang"

"Yasudah ayo kita makan siang dulu, ngobrol terus kapan selesainya". Ucap Arka dengan ketus.

"Aduh galak banget nih omnya Raka, sinis banget kayanya sama gue". Ucap Hanna dalam hati.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!