Evindro terkejut melihat banyak pendekar yang berbondong-bondong menuju Makam Kuno. Kemudian Joni menjelaskan mengenai situasi Makam Kuno.
"Sebenarnya aku juga tidak menyangka kalau sekarang Makam Kuno telah diambil alih Pemerintahan Sulawesi. Hal ini terjadi sejak kepulangan para pendekar Sulawesi dari kota Bengkulu. Mereka tiba-tiba mendatangi Makam Kuno dengan cara yang tergesa-gesa, sehingga terjadi pertarungan karena masing-masing pendekar ingin memasukinya duluan dan tidak menginginkan siapapun yang mengikutinya."
"Berita ini sampai ke telinga Gubernur Sulawesi, dan setelah Gubernur Sulawesi menggelar rapat darurat, akhirnya diputuskan bahwa hanya orang yang mendapat undangan dari Pemerintahan Sulawesi saja yang diperbolehkan memasuki lokasi Makam Kuno."
Evindro menyimak penjelasan Joni dengan seksama. "Lantas apakah engkau memiliki undangan tersebut?
Joni tersenyum bangga. "Kau masih meragukan kemampuanku? Aku mampu melakukan apapun dengan menguasai Kitab Kaisar Naga. Engkau sendiri menyadarinya bukan?"
Evindro menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Aku tidak mengerti yang kau katakan, Joni. Sepertinya aku tidak mau tau, sekarang bisakah engkau memberikan undangan tersebut kepadaku?"
Joni mengeluarkan sebuah kartu dari sakunya. "Ini, aku berikan undangannya, berlaku untuk dua orang."
Evindro memandangi kartu yang diberikan oleh Joni. "Apakah engkau tidak ikut? Jika kartu ini hanya berlaku untuk dua orang, aku tidak bisa meninggalkan Yessi."
Yessi tersentuh mendengarnya. "Owh gantengnya Yessi, benarkah yang engkau katakan? Engkau tidak bisa jauh dariku?"
Evindro langsung mendaratkan kitakan ke kepala Yessi. "Jangan terlalu Ge'er kamu, aku hanya tidak menginginkan kebebasan kamu, karena terlalu berbahaya."
Yessi mengusap kepalanya, Joni menyaksikan kejadian itu sedikit tertawa. "Evindro, kamu membebani dirimu sendiri. Oh iya, ketahuilah. Jika aku bisa dengan mudah memberikan kartu undangan kepadamu, menurutmu apakah aku terlalu arogan?"
Evindro tersenyum. "hahahaha. Aku mengerti. Baiklah, sampai bertemu di Makam Kuno."
Evindro mengajak Yessi meninggalkan Joni dan Kaisar Kecil. Dengan petunjuk dari peta yang telah diberikan oleh Joni, Evindro melesat terbang dengan cepat menuju kawasan Makam Kuno.
Dari kejauhan, Yessi melihat ada berpuluh-puluh pendekar berdiri berbaris ke arah satu tempat. "Evindro, coba kau lihat di sana. Apakah mereka para pendekar yang sedang mengantri memasuki kawasan Makam Kuno?"
Evindro mengangguk. "Dugaanmu benar, Yessi. Aku bisa memastikan kebenarannya karena mereka semua membawa senjata masing-masing."
Yessi mengumpat dalam hati, teringat Makam Kuno tempat dia dikurung, Makam Kuno yang berada di kota Batam. "Dasar manusia aneh, apa sebenarnya yang mereka cari? Paling mereka akan mendapatkan benda pusaka yang serupa dengan seruling milikku."
Evindro mengetahui apa yang diomeli oleh Yessi. "Jangan bawel, mereka mungkin seperti yang engkau pikirkan, tetapi tidak denganku. Aku memiliki sebuah misi disini."
Di antrian pendekar, mereka berjumpa dengan Joni yang sudah berada pada barisan antrian. Di sana juga mereka berjumpa dengan Bastian dan seluruh pendekar yang pernah Evindro hadapi baik di kota Kalimantan maupun di kota Bengkulu.
Setibanya di depan gerbang Makam Kuno, Evindro dan Yessi langsung ikut mengantri.
Sebastian melirik ke samping Evindro, tapi tidak berbicara, tapi tatapan inilah yang membuat Evindro merasakan perasaan aneh. Jangankan melihat wajah Sebastian yang tersenyum dan mudah didekati, malahan Evindro merasakan dari orang ini sebuah ancaman yang berbahaya.
Sebastian kemudian di tegur oleh Macan Ompong, "Panglima! Mungkin orang seperti itu yang harus kamu temui!"
“Direktur Arya, ini undangan saya…” Tanpa menunggu Arya Dwipangga berbicara, Sebastian langsung menyerahkan undangan tersebut kepada Arya Dwipangga.
Keluarga Arya adalah keluarga yang memenangkan tender dalam pengelolaan Makam Kuno.
Arya Dwipangga melihat undangan itu dan tidak berkata apa-apa, tapi wajahnya menjadi jelek.
Pembukaan kunjungan untuk hari ini sebenarnya hanya uji coba, sebelum membuka kunjungan makam kuno secara resmi.
Dalam uji coba ini, bertambahnya orang-orang ini secara tiba-tiba membuat Arya Dwipangga merasa tertekan, terutama orang tua di belakang Sebastian.
Kekuatan orang tua ini sebanding dengan Arya Dwipangga. Jika dia benar-benar menemukan harta karun yang tak tertandingi di Makam Kuno, dan pihak lain menjadi serakah, dia mungkin tidak bisa menengahinya.
Namun, karena ada undangan untuk memasuki lokasi Makam Kuno, Arya Dwipangga tidak bisa menghentikan yang lain untuk ikut serta, dan sekarang dia hanya bisa mengawasi secara bertahap.
“Panglima Bastian, Panglima Bastian, Anda tidak bisa masuk tanpa undangan.”
Tiba-tiba ada suara seseorang berseru, dua penjaga di pintu tiba-tiba berteriak, dan dilihatnya Bastian bergegas masuk.
“Panglima Bastian…”
Melihat ini, Arya Dwipangga bergegas menemuinya, melambaikan tangannya, dan memerintahkan kedua penjaga itu mundur.
“Ayah, kenapa kamu ada di sini?” Sebastian juga melangkah maju dan bertanya dengan bingung.
Bastian mengabaikan mereka, tetapi menatap Evindro dengan pandangan yang sinis. Ketika semua orang melihat Bastian menatap Evindro, mereka semua bingung. “Tuan Evindro, kenapa Panglima Bastian melihatmu seperti ini?”
Gendis bertanya pada Evindro dengan suara rendah.
“Bagaimana aku tahu, mungkin karena aku tampan!” Evindro tersenyum ringan.
Gendis tidak percaya dengan apa yang dikatakan Evindro, tapi Evindro tidak mau mengatakan alasan sebenarnya, jadi Gendis tidak bertanya lagi.
Setelah menatap Evindro beberapa saat, Bastian membuang muka, lalu berkata kepada Sebastian, “Sebastian, kemarilah!”
Bastian memanggil Sebastian ke samping, lalu berkata dengan ekspresi muram.
“Dalam penjelajahan ini, engkau akan melihat saya menemukan kesempatan untuk membunuh Evindro.”
Sebastian tercengang. “Ayah, apa yang Evindro lakukan? Apakah orang ini telah memprovokasi kita sebagai Keluarga Pemerintahan?”
Sebastian bingung, bagaimana mungkin ayahnya tiba-tiba ingin menghadapi Evindro ini, mengingat Evindro tidak terlalu kuat, dan tidak ada yang istimewa darinya.
“Jangan membantah, sebaiknya kamu hanya melakukan apa yang aku perintahkan, tapi jangan bunuh dia, apakah engkau sudah memahami?” Bastian bertanya.
“Baiklah kalau begitu!” Sebastian mengangguk.
Merasakan kemarahan dan niat membunuh ayahnya, Sebastian tidak bisa mengerti bagaimana Evindro ini bisa memprovokasi ayahnya.
Setelah memberikan instruksi kepada Sebastian, Bastian mendekati Arya Dwipangga dan berbisik, “Direktur Arya Dwipangga, apa yang akan terjadi pada Evindro selama penjelajahan nanti, saya harap Anda tidak ikut campur.”
“Panglima Bastian, apa maksudmu? Kamu ingin membunuhnya?” Arya Dwipangga sedikit mengernyit.
“Tuan gubernur baru saja menjelaskannya. Jika kamu mencoba membunuhnya sekarang dan ternyata tidak berhasil, akan sangat sulit bagi kami untuk melakukannya.”
“Direktur Arya jangan khawatir, saya tidak akan membunuhnya, saya hanya menghilangkan keahliannya.” Bastian berkata, lalu mengeluarkan cincin bermatakan zamrud, dan diam-diam memasukkannya ke dalam saku Arya Dwipangga.
Arya Dwipangga sudah melihatnya, jadi dia mengangguk dan berkata, “Selama engkau tidak membunuhnya, aku akan berpura-pura tidak melihat apa pun.”
Bastian memelototi Evindro lagi lalu pergi.
Tidak ada yang tahu apa yang terjadi dengan Bastian, karena hanya Evindro sendiri yang tahu. Tampaknya Bastian sudah mengetahui sendiri tentang pembunuhan lima penjaga Keluarga Pemerintahan.
Mata Sebastian yang menatap Evindro saat ini juga penuh permusuhan.
Arya Dwipangga melihat jam tangannya, lalu membetulkan pakaiannya dan berkata, “Sekarang waktu pendaftaran sudah habis, setelah memasuki area pendaftaran, semua orang harus berhati-hati, didalam penuh bahaya, saya harap kalian tidak gegabah, lakukan urusan masing-masing, jangan berbelas kasih kepada yang lain."
"Jika anda menyentuh sesuatu, jika anda secara tidak sengaja memicu jebakan di dalamnya, tidak ada yang akan menyelamatkan anda, putuskan sendiri pilihan kalian apakah kalian ingin tetap hidup atau mati. …”
Arya Dwipangga memperingatkan tentang berbagai tindakan pencegahan, tetapi ini bukan pertama kalinya semua orang mencobanya, jadi tidak ada yang mendengarkan dengan cermat, dan semua orang tidak sabar untuk memasuki Makam Kuno.
Setelah menyampaikan nasihat tersebut, Arya Dwipangga melihat ke arah keluarga Arya dan berkata kepada Arya Kamandanu, “Arya Kamandanu, waktunya telah tiba, pergi dan buka pintu makam.”
“Seperti yang diperintahkan!”
Arya Kamandanu segera membawa anggota keluarga Arya dan langsung melompat ke depan pintu makam yang berat itu.
Pintu makam ini diukir dari marmer putih, tingginya lebih dari 5 meter dan berat 1 ton. Bagi orang biasa, bahkan jika mereka melihat pintu masuk makam ini, mereka bahkan tidak akan berpikir untuk membuka pintu batu itu.
Arya Kamandanu mengeluarkan semangkuk kacang merah, lalu menaburkan semuanya di depan gerbang makam. Beberapa anggota keluarga Arya berdiri di kedua sisi, masing-masing memegang lilin putih di tangannya. Lilin menyala dan nyala api menerangi sekitarnya.
Arya Kamandanu melafalkan mantera dari mulutnya, dan kacang merah di tanah benar-benar masuk ke dalam tanah satu persatu, dan segera berakar dan bertunas.
Semua orang menatap Arya Kamandanu dengan seksama, tidak ingin kehilangan pertunjukan apa pun.
Tak lama kemudian, sepetak kecambah merah tumbuh di tanah di depan gerbang makam. Arya Kamandanu melambaikan tangannya, mengambil semua kecambah merah dengan tangannya, dan tiba-tiba memasukkannya ke dalam mulutnya dan mulai mengunyah.
Tidak lama kemudian, tangan Arya Kamandanu mulai bersinar, dan kemudian cahayanya menjadi semakin terang, dan akhirnya menjadi sangat terang seperti dua lampu depan mobil.
“Membuka…”
Arya Kamandanu mengepalkan kedua tangannya untuk beberapa saat, dan kekuatan besar menghantam gerbang makam.
Pintu makam yang berat itu mulai bergerak perlahan, membuka celah, dan celah itu semakin besar.
Aliran metafisik keluar dari celah pintu makam, menyebabkan suhu di sekitarnya turun secara tiba-tiba.
Lilin di tangan beberapa murid keluarga Arya mulai berdetak kencang, dan saat pintu makam terbuka semakin lebar, awan kabut hitam langsung keluar.
Lampu lilin langsung padam, dan semua orang merasa sedikit kedinginan. Aura kematian terasa sangat pekat merasuk kedalam dada semua orang yang berada di sekitarnya.
Arya Kamandanu mengerutkan kening, dan tiba-tiba memuntahkan kecambah merah yang telah dikunyah didalam mulutnya.
Akhirnya yang semua orang nantikan telah di peroleh, seluruh pintu makam telah terbuka, semua orang yang hadir di sana melihat ke dalam Makam Kuno, tetapi mereka tidak ada yang melihat dengan jelas di dalam lorong hitam yang sangat gelap tersebut.
“Direktur Arya Dwipangga, pintu makam telah dibuka.”
Arya Kamandanu melapor pada Arya Dwipangga.
Arya Dwipangga melangkah maju untuk melihatnya dan mengangguk puas. “Arya Kamandanu, kali ini keluarga Arya kita telah berkontribusi, dan Aliansi Seni Bela Diri tidak akan pernah melupakan jasa keluarga Arya kita.”
“Merupakan kehormatan bagi keluarga Arya kami untuk dapat melakukan sesuatu untuk Aliansi Seni Bela Diri.”
Arya Kamandanu buru-buru membungkuk dan berkata dengan rendah hati. "Semuanya, mari ikuti aku dengan hati-hati!" Arya Dwipangga berkata, lalu berbicara pada Arya Kamandanu. “Arya Kamandanu, kamu ikut bersamaku, jika kamu menemukan sesuatu, beri tahu aku sebelumnya.”
Meskipun Arya Dwipangga berada di puncak Pendekar Suci, dia tidak tahu apa-apa tentang senjata tersembunyi di Makam Kuno ini, dan Arya Kamandanu sangat mahir dalam situasi seperti ini, jadi dia membiarkan Arya Kamandanu memandu dan berada di sisinya.
“Jangan khawatir, Direktur Arya Dwipangga, ada puluhan atau ratusan Makam Kuno yang telah aku jelajahi, dan selama itu aku tidak pernah mengalami kesulitan apa-apa!”
Wajah Arya Kamandanu penuh percaya diri, dan kali ini adalah kesempatan bagi keluarga Arya untuk menunjukkannya.
Dari segi kekuatannya, keluarga Arya-nya hanya bisa dianggap sebagai keluarga kelas tiga di Dunia Persilatan, namun dengan kemampuan menemukan gua dan makam ini, keluarga Arya juga sangat terkenal di Dunia Persilatan kota Sulawesi.
Kerumunan orang-orang itu bergegas masuk dalam sekejap. Yessi memandang Evindro dan berkata, “Evindro, aku hanya bisa mengantarmu sampai ke sini. Setelah memasuki Makam Kuno, berhati-hatilah untuk dirimu sendiri. Aku akan menunggumu di luar lokasi Makam Kuno.”
Yessi tidak ada dalam daftar undangan, jadi dia tidak bisa ikut memasuki Makam Kuno.
“Jangan khawatir Yessi, sepertinya aku harus memberikan sebuah tugas untukmu. Segera tinggalkan kota Sulawesi ini dan segera temui Aurora dan bantu dia sampai aku kembali!”
Evindro mengangguk, lalu mengajak Joni ke dalam lorong Makam Kuno.
Segera setelah Evindro masuk ke dalam Makam Kuno, Evindro merasakan perasaan tercekik di sekitarnya, aura kematian terasa sangat pekat, perasaannya sangat tertekan, dan lorong makam yang sangat panjang bagaikan tidak berujung.
Arya Kamandanu berada di depan rombongan dan memerintahkan anggota keluarga Arya untuk mengeluarkan obor yang telah disiapkan mereka, lalu mereka mengeluarkan korek api dan bersiap menyalakan obor.
Namun saat Arya Kamandanu hendak menyalakan obor, tiba-tiba banyak lilin menyala sendiri di kedua sisi makam.
Seluruh bagian makam telah diterangi. Lilinnya sangat besar, ukurannya setebal gelas air, dan dua baris lilin yang berwarna merah tiba-tiba muncul di lorong makam ini, yang membuat pandangan semua orang merasa hal ini sungguh luar biasa aneh.
Lilin yang tiba-tiba menyala mengejutkan banyak orang, dan Arya Kamandanu mendekati Arya Dwipangga dan berkata, “Direktur Arya Dwipangga, engkau jangan panik, semua ini terjadi karena oksigen masuk ke dalam makam, dan oksigen bertemu dengan fosfor, yang menyebabkan terciptanya api dan fosfor tersebut memang sudah ditempatkan terlebih dahulu. Hanya lilin saja yang disediakan di dalam Makam Kuno ini."
Arya Dwipangga mengangguk, lalu berteriak keras ke belakang. “Semua orang tidak perlu panik! semua harus mengikuti dengan waspada, karena ada jebakan di mana-mana, hati-hatilah demi hidupmu sendiri!”
Setelah Arya Dwipangga selesai berbicara, dia terus berjalan menuju kedalaman makam kuno bersama Arya Kamandanu. Ada cahaya di lorong makam, dan tentu saja semua menambah kecepatan berjalan.
Setelah berjalan lebih dari sepuluh menit, seluruh jalur makam sepertinya tidak ada habisnya. Semua orang merasa pasrah karena gugup saat memasuki makam kuno. Lagipula, mereka sudah lama tidak merasakan tantangan yang berbahaya. Banyak orang mulai mengobrol sambil berjalan ke atas.
Evindro membawa Joni ke dalam timnya, tetapi kali ini wajah Evindro sangat waspada, tidak sesantai yang lain.
“Saudara Evindro, Makam Kuno ini sangat besar, sudah seberapa jauh kita berjalan, dan kenapa makam itu belum kita jumpai?”
Joni berkata sambil menghela nafas.
Evindro sedikit mengernyit, merenung sejenak dan berkata, “Apakah mungkin ini bukan Makam Kuno…”
“Bukankah itu Makam Kuno?” Joni tercengang ketika mendengar kata-kata Evindro. “Saudara Evindro, bukankah kamu mengatakan ini adalah makam gubernur pertama? Jika itu bukan Makam Kuno, apakah itu?”
“Sejauh ini aku belum mengetahui kebenarannya, tapi tempat ini membuatku merasa bahwa sangat berbahaya jika kita berada di sini, berhati-hatilah!”
Evindro tidak tahu apa yang salah, tapi selalu ada perasaan yang janggal di dalam hatinya.
Seni Naga di dalam tubuh mulai beroperasi secara tidak sadar, dan Aura Tasawuf dalam jumlah besar membanjiri tubuh Evindro.
Tubuh Evindro seperti sedang berperang, hal ini sangat mengejutkan Evindro.
'Sebesar apa pun bahayanya, tubuhku tidak pernah berada dalam kondisi yang sangat mencekam seperti ini sebelumnya, tapi aku tidak tahu kenapa, kali ini seperti ini.'
Evindro menjadi sangat berhati-hati.
Setelah berjalan beberapa menit, lorong makam tiba-tiba menjadi jelas, dan sebuah aula berukuran ratusan meter persegi muncul dihadapan mereka.
Orang-orang di belakang mulai bergegas menuju makam, tetapi makam itu kosong, hanya ada bangku batu, bahkan peti mati pun tidak ada.
Kali ini semua orang tercengang, jangan-jangan sampai akhir seperti ini, itu makam yang kosong, maka penjelajahan ini akan sia-sia dan hanya omong kosong.
“Arya Kamandanu, lihat apa yang terjadi!”
Arya Kamandanu mengangguk, dan segera mengajak anggota Keluarga Arya untuk memeriksa makam, sementara yang lain duduk di bangku batu dan mulai beristirahat.
Banyak Keluarga Padepokan aliran hitam mengepung Arya Dwipangga, dan orang-orang ini merasa sangat ketakutan, sementara Evindro duduk di sisi lain bersama Joni dan dua orang dari Villa Penjaga Makam.
Gendis dan Bastian membawa orang-orang mereka sendiri dan duduk di tempat lain, dan sama sekali tidak berbaur dengan Keluarga Padepokan ini dalam Aliansi Seni Bela Diri.
“Ayah, kamu pernah bertarung dengan Evindro di masa lalu, dan kehilangan sebelah kaki…” Sebastian teringat cerita Bastian, jadi dia berkata pada Bastian.
Ketika Gendis mendengarnya, dia buru-buru berbisik. “Tuan muda tertua, saya… saya khawatir dia bukan tandingan Evindro!”
Sebastian sudah menebak di dalam hatinya ketika dia melihat kemunculan Evindro sebelum penjelajahan dimulai, bahwa lima penjaga yang dikirim oleh Bastian mungkin lebih beruntung dari beruntung.
Meskipun dia tidak tahu siapa yang akan membantu Evindro sebagai pelindungnya, tetap saja dia bukanlah orang biasa yang bisa menghancurkan lima pelindung Keluarga Arya sekaligus.
“Kamu tidak bisa mengalahkan Evindro itu walaupun dengan kekuatan Puncak Pendekar Raja saat ini?” Arya Dwipangga memandang Arya Kamandanu dengan heran.
“Tuan muda tertua, anda tidak tahu, Evindro ini memiliki kekuatan tersembunyi, dan dengan kekuatannya saat ini aku khawatir dia telah mencapai ranah Pendekar Suci yang sudah membuka lima gerbang.” Arya Kamandanu menebak.
“Kamu benar-benar brengsek, sementara kamu diandalkan sebagai yang paling berbakat di Keluarga Arya selama ini!” Arya Dwipangga melirik ke arah Arya Kamandanu. “Sepertinya aku yang harus turun tangan sendiri.”
Arya Kamandanu dipermalukan oleh Arya Dwipangga, tapi dia tidak berani mengatakan apa-apa, dia hanya bisa menahan, dan menyarankan dengan membisikkan di telinga Arya Dwipangga. “Tuan muda tertua, Sebastian dan Bastian sama-sama berselisih dengan Evindro, kenapa kita tidak menggunakan kesempatan ini membiarkan kedua orang itu membalaskan dendam yang akan memberikan kita keuntungan dari dendam terhadap Evindro?”
Arya Dwipangga menyetujui saran dari Arya Kamandanu, lalu dia melambaikan tangannya ke Sebastian dan Bastian.
“Tuan Arya…”
Melihat Arya Dwipangga memberi isyarat, Sebastian dan Bastian mendekat.
Keduanya menundukkan kepala saat melihat Arya Kamandanu, terlebih lagi di depan Arya Dwipangga.
“Apakah kalian berdua punya dendam terhadap Evindro?” Arya Dwipangga bertanya.
Bastian mengangguk. “Tuan Arya, lenganku tinggal satu ini karena dipotong oleh Evindro.”
Saat Arya Dwipangga mengetahuinya, dia langsung tersenyum dan berkata, “Sekarang adalah kesempatan yang bagus. Kalian berdua pergilah untuk mencelakakan Evindro, tapi kalian tidak boleh membunuhnya. Setelah penjelajahan ini, saya akan memberi kalian hadiah berupa dua sumber daya.”
Sebastian dan Bastian buru-buru mengangguk setuju setelah mereka mendapatkan izin.
Saat ini, Evindro sedikit mengernyit, merasakan sesak napas di Makam Kuno ini. Dia tidak mengetahui apa yang bisa menyebabkan Teknik Seni Naganya bekerja sendiri.
Sekarang, Sebastian dan Bastian mengajak orang-orang memusatkan perhatiannya kepada Evindro.
Gendis ingin berbicara, tapi dihentikan oleh Arya Dwipangga. Melihat itu adalah ide Arya Dwipangga, Gendis tidak bisa berkata apa-apa lagi.
“Evindro, kamu telah memotong lenganku. Saya harus membalas dendam hari ini. Meskipun Tuan Gubernur melindungi anda, dia hanya bisa mengatakan bahwa dia tidak dapat membunuh anda, tetapi dia tidak mengatakan bahwa dia tidak dapat melenyapkan Anda. Aku akan memotong tangan dan kakimu dan membiarkanmu menjadi pecundang…”
Aura Pembunuh Bastian meningkat, dan kekuatan spiritualnya juga meningkat, Bastian termasuk yang terbaik di kalangan generasi muda.
“Evindro, jika kamu memberitahu Arya Kamandanu sekarang, aku tidak akan mempermalukan kamu, jika tidak, aku hanya bisa menghancurkan kamu…” Kata Bastian sambil mencibir.
“Sebastian, Bastian, kamu berani menyentuh tuan Evindro, aku akan membunuhmu…”
Baskoro berdiri di depan Evindro, dan dua Pendekar Raja dari Partai Pengemis juga menunjukkan senjata mereka.
“Baskoro, kamu urus dan jaga dirimu sendiri. Jika kamu menginginkan kematian kami, aku juga menginginkan kematianmu sekarang…”
Bastian tampak memprovokasi, dan tiba-tiba menyerang Baskoro.
Tubuh Bastian meledak dengan nafas Pendekar Suci yang telah membuka gerbang ke delapan. Dengan pukulan ini, Baskoro khawatir dia akan menjadi bongkahan daging cincang.
Baskoro terkejut, tetapi dia tidak mengelak dan masih melindungi Evindro, dan kedua Pendekar Raja dari Partai Pengemis melihat bahwa Baskoro dalam bahaya, dan mereka segera menyerang ke arah Bastian bersama-sama.
Bastian tidak peduli sama sekali. Pada saat yang sama dua Pendekar Raja dari Penjaga Makam mulai melakukannya, dua Pendekar Raja dari Hutan Kematian di belakang Gendis juga mulai melakukannya.
Segera Partai Pengemis dibantu oleh orang-orang dari Asosiasi Kitab Suci untuk bertarung bersama.
Melihat pukulan Bastian hendak mengenai Baskoro, dia menjumpai kekuatan yang besar datang dari belakang Baskoro, dan kemudian sosok Evindro muncul di depan Bastian.
Bastian terkejut, tetapi sebelum dia bereaksi, dia melihat Evindro menghajar Bastian.
Tubuh Bastian dengan cepat berputar beberapa kali di udara, dan kemudian jatuh dengan keras ke tanah, darah mengucur dari tepi mulutnya.
“Aku membiarkan kamu hidup lebih lama, tapi kamu sendiri yang meminta kematian…”
Setelah Evindro selesai berbicara, dia mengangkat kakinya dan menginjak kepala Bastian.
Sebelum Bastian sempat berteriak, kepalanya diinjak oleh Evindro, otaknya berceceran, dan aura berdarah langsung memenuhi seluruh makam.
“Panglima…”
Melihat hal tersebut, kedua Pendekar Raja dari Keluarga Bastian terbang ke arah Evindro dan menyerang. Dua Aura Pembunuh yang keras langsung mengunci Evindro.
Evindro hanya melirik ke arah dua Pendekar Raja dari keluarga Bastian, matanya penuh dengan jijik, lalu dia mengepalkan tinjunya, dan cahaya keemasan mulai muncul samar-samar di atas mereka.
“Pergi ke sana…”
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!