NovelToon NovelToon

LEPASKAN AKU SUAMIKU

Bab 1

Anjani menatap penuh luka pada pria dan wanita yang sedang bermesraan di depan sana. Dia adalah Mahaka suaminya, yang sedang bersama dengan kekasihnya.

Sudah lima tahun mereka menikah, dan sudah selama itu pula Mahaka menyiksa Anjani lahir batin.

"Ehm .... "

Deheman kecil sengaja Anjani lakukan, berharap kedua orang yang sibuk memadu kasih di ruang tamu rumahnya itu berhenti.

"Kau sudah pulang?" sapa Mahaka yang kemudian menurunkan Amelia dari pangkuannya.

"Yah, sudah saatnya kekasihmu pergi," jawab Anjani dengan menahan gemuruh hebat di dadanya, tapi ternyata apa yang dikatakannya membuat kekasih suaminya tak terima.

"Memangnya kenapa aku harus pergi? aku tidak mau. Ini adalah rumah Mahaka!!" seru Amalia lantang.

"Kau benar, tapi rumah ini dibangun oleh kedua orangtuanya karena dia menikahiku. Jika itu tidak terjadi, rumah ini juga tidak mungkin berdiri. Apalagi jika kau yang dinikahi. Mahaka pasti akan ditendang dari silsilah keluarganya."

"Kauu .... " pekik Amelia yang semakin emosi.

Wanita itu hampir melangkah mendekati Anjani namun Mahaka langsung menahan.

"Amalia tolong, jangan membuat masalah dengan wanita itu. Kau tak perlu mempedulikan ucapannya karena itu tidak penting."

Kali ini Anjani tak memberikan tanggapan atas ucapan Mahaka. Kaki jenjangnya yang berbalut heegheels cantik melangkah pergi begitu saja. Baru beberapa menit berselang, Mahaka tiba-tiba mendatanginya ke kamar.

Tanpa permisi pria itu masuk begitu saja, membuat Anjani buru-buru mengenakan cardigan ke tubuhnya yang semula hanya mengenakan pakaian tidur minim.

Melihat itu Mahaka justru tertawa mengejek.

"Kenapa harus kau tutupi, kau pikir aku bisa bernafsu padamu? Lagipula kau sudah sering mengumbarnya di depan banyak orang," ujarnya yang sungguh melukai perasaan Anjani.

"Ada apa kau kemari?" tanya Anjani kemudian tanpa mempedulikan ucapan pedas pria di hadapannya.

"Aku hanya ingin memperingatkanmu, batasi interaksimu dengan Devan. Dia adalah pengacara keluargaku dan juga sahabatku. Apa kau sengaja mandekatinya untuk mencari perhatianku? kalau iya, lebih baik berhentilah!"

Mahaka melangkah mendekati Anjani lalu berjalan mengitarinya sebelum akhirnya mencengkeram lengan wanita itu dan menariknya agar posisi mereka berhadapan.

"Akhhh .... " pekik Anjani terkejut. Cengkeraman Mahaka sebenarnya cukup membuatnya kesakitan, namun ia tetap diam. Saat mata mereka saling menatap, Mahaka kembali memberikan peringatan.

"Kau dengar Anjani! sampai kapanpun, kecantikan dan keindahan tubuh yang selalu kau pamerkan ke hadapan semua orang ini ... tak akan pernah bisa menarik perhatianku!! camkan itu baik-baik!! jadi berhentilah melibatkan Devan, dia pria yang baik, tak pantas berdekatan dengan wanita sepertimu."

Air mata jatuh begitu saja dari pelupuk mata Anjani. Bibirnya tak mampu membalas semua penghinaan yang Mahaka lontarkan. Ia sangat mencintai pria itu melebihi pada dirinya sendiri, tapi sekian lama menunggu, sikap Mahaka tetap tak berubah. Ia tetap menjadi yang paling dibenci dalam hidupnya.

Sampai saat pria itu pergi, Anjani masih berdiri di tempatnya semula. Hatinya semakin sakit hingga tubuhnya bergetar. Hawa dingin seketika menyelimuti. Rasa sakit yang Mahaka berikan tak hanya menggores hatinya, tapi juga berhasil menggoncang kewarasannya sebagai seorang manusia.

Lima tahun lamanya Anjani berjuang untuk menjadi istri yang baik, tapi tetap tak dipedulikan. Hari ini hatinya mulai lelah. Kalimat demi kalimat yang pria itu lontarkan barusan sungguh berhasil mengguncang kesabarannya.

Masih dengan tangan bergetar ia meraih ponsel yang tergeletak di atas ranjang dan menghubungi seseorang.

"Dev .... " panggil Anjani lirih di sela-sela sesak yang mulai ia rasakan.

"Anjani, ada apa? apa kau baik-baik saja?" tanya Devan khawatir saat mendengar hembusan nafas yang tak teratur.

"Dev, tolong aku ... dadaku ... sakkiittt .... "

Akhirnya kalimat itu berhasil Anjani ucapkan meski setelahnya ponsel tersebut jatuh begitu saja.

Di sisa kesadaran yang ia miliki, Anjani berusaha meraih air minum, namun gagal. Pandangannya gelap dalam sekejap dan tak ada apapun yang bisa ia ingat lagi.

Tak sampai setengah jam, sebuah deruman mobil sport terdengar memasuki halaman luas kediaman Mahaka. Mobil itu adalah milik Devan. Dengan langkah cepat pria itu masuk ke dalam rumah sambil meneriakkan nama sahabatnya berkali-kali, namun yang menyambutnya adalah seorang pelayan.

"Maaf Pak Devan, Tuan Mahaka sudah beristirahat."

"Cepat panggil dia!! terjadi sesuatu pada Anjani, tunjukkan dimana kamarnya, dia butuh pertolongan," ujar Devan panik, sayangnya langkahnya justru dihalangi oleh pelayan, membuatnya hilang kesabaran dan terpaksa berteriak.

"Kalau begitu tunjukkan padaku dimana kamar Anjani!!"

"Ada apa ini?"

Ternyata Mahaka sudah mendengar suara mobil Devan yang memang cukup berisik. Saat pria itu turun dari tangga, Devan justru naik untuk menghentikannya.

"Terjadi sesuatu pada istrimu, cepat periksa dia!!" seru Devan masih dengan raut tegang. Membuat Mahaka terdiam sejenak untuk berpikir.

"Tunggu, dari mana kau tahu soal itu?" tanya Mahaka dengan tatapan menyelidik.

"Dia menelponku Mahaka, ayolah ... kita harus cepat!!"

Devan kembali berteriak. Sebelum keduanya sama-sama berjalan menuju ke kamar Anjani, Devan sempat melihat keanehan pada diri Mahaka.

Pria itu tampak marah, tapi saat ini Devan tak ingin membahasnya. Keselamatan Anjani jauh lebih penting. Rasa kasihan pada wanita itu kini sangatlah besar semenjak mengetahui kalau hubungan rumah tangganya dengan Mahaka hanyalah formalitas belaka.

Semua itu ia ketahui dari Mahaka tapi yang menjadi perhatiannya justru Anjani. Ia tahu bagaimana sahabatnya itu mengkhianati pernikahannya habis-habisan karena masih tetap merajut kasih dengan Amalia yang juga merupakan keponakannya.

Kini baik Mahaka maupun Devan sudah tiba di depan kamar Anjani, sayangnya pintu dikunci rapat.

"Bik!! ambilkan kunci cadangan!!" teriak Mahaka pada pelayan, namun belum sampai kunci tersebut sampai ke tangannya, Devan justru sudah berhasil mendobrak pintu.

"Anjani!!" teriak pria itu saat pintu terbuka lebar dan menampakkan tubuh Anjani tergeletak di lantai dengan kening terluka. Mungkin saat pingsan kepalanya terbentur.

Tanpa meminta persetujuan Mahaka lebih dulu, dengan sigap Devan bersiap membopong tubuh Anjani, namun aksi heroik itu dihentikan oleh Mahaka.

"Turunkan Dev, biar aku yang melakukannya! Aku yang berstatus sebagai suaminya bukan kau, dan jangan lupa, di luar sana banyak pasang mata yang memperhatikan Anjani," ucap Mahaka tegas yang akhirnya membuat Devan menyerah. Bukan karena ia takut pada sang sahabat, tapi karena ingin menjaga karir Anjani.

Mahaka bahkan membawa Anjani masuk ke mobilnya sendiri dan meninggalkan Devan begitu saja. Seketika mobil melaju cepat membelah keramaian di jalanan ibu kota. Mahaka bahkan harus berkali-kali membunyikan klakson demi bisa mendapatkan jalan agar lebih cepat sampai ke rumah sakit.

Saat terjebak lampu merah, pria itu menyempatkan diri untuk menggenggam erat tangan Anjani yang sedikit dingin.

"Come on Anjani ... jangan lemah ... kau harus kuat," gumam Mahaka yang hampir tak terdengar, tapi ternyata genggaman tangan yang ia lakukan justru membuat Anjani tersadar. Perlahan wanita cantik itu membuka matanya.

Bab 2

Mahaka yang masih tak tahu jika Anjani sudah sadar masih terus berkonsentrasi ke jalan, sedangkan Anjani cukup terkejut dengan genggaman yang Mahaka lakukan di tangannya, meski tak lama kemudian pria itu menariknya karena harus memegang stir kemudi.

Di sela-sela pusing yang ia rasakan, Anjani terus memikirkan apa yang baru saja terjadi. Benaknya semakin bertanya-tanya. Mungkinkah seorang Mahaka Wiratama mengkhawatirkannya.

Semua pertanyaan itu akhirnya melebur karena mereka sudah sampai di rumah sakit. Mahaka dengan sigap membopong tubuh Anjani. Pria itu bersikap layaknya sebagai seorang suami. Bukan karena ia cinta tapi karena mereka berada di tempat umum dan banyak orang yang memperhatikan.

Mahaka memang selalu seperti itu demi bisa meyakinkan kedua orangtuanya jika dirinya dan Anjani benar-benar menjadi pasangan suami istri. Pria itu bahkan tak beranjak sedikit pun dari sisi Senjani.

"Anjani ... syukurlah, kau sudah sadar," ucap Mahaka sambil menggenggam dan mengecup punggung tangan wanita itu.

"Ya, aku baik-baik saja, jangan khawatir," sahut Anjani sambil tersenyum tipis.

Selang infus mulai dipasang di tangan kirinya karena kondisi Anjani memang sangat lemah. Dokter juga mengatakan jika harus dilakukan tes secara menyeluruh untuk mengetahui penyebab Anjani bisa mengalami tremor hingga pingsan.

Mahaka memang sangat pandai bersandiwara. Tanpa ragu ia terus membelai lembut kepala Anjani. Tak sampai di situ. Di hadapan semua orang, Mahaka juga mencium kening wanita yang berstatus sebagai istrinya itu seolah sedang menguatkan wanita yang begitu dicintainya.

Benar saja, kehebohan langsung terjadi begitu media tahu kalau Deswita Anjani, pemeran utama salah satu sinetron terfavorit di layar kaca sedang sakit dan harus dilarikan ke rumah sakit. Fokus khalayak tak hanya pada sakit wanita itu tetapi juga pada sikap manis Mahaka.

Beberapa foto dan vidio amatir tentang betapa lembut Mahaka memperlakukan Anjani juga tersebar. Membuat orang-orang ikut terhanyut dan terbawa perasaan. Anjani dan Mahaka memang couple goals yang sangat diidolakan masyarakat. Mahaka sendiri melakukan itu tak hanya untuk mengelabuhi kedua orangtuanya tapi juga untuk menjaga nama baiknya sebagai pemimpin perusahaan besar, PT. Sentana Mas.

Tapi ternyata semua yang terjadi membuat Amelia kembali meradang. Kesokan paginya, tak peduli jika saat ini Mahaka tengah berada di sisi Anjani, Amelia tetap meneleponnya.

"Ya, ada apa Sayang?" jawab Mahaka begitu telepon tersambung. Pria itu bahkan tak beranjak dari sisi Anjani saat mengangkat telepon.

"Apa yang kau lakukan? haruskah kau bersikap seperti itu padanya?!" bentak Amelia yang sudah dilanda rasa cemburu.

"Ayolah Sayang, sampai kapan aku harus mengatakan. Semua itu hanya sandiwara, dan aku akan tetap melakukannya sampai peralihan perusahaan menjadi atas namaku."

"Tapi yang kau lakukan sangat berlebihan Mahaka!!"

Kali ini Amelia mulai terisak, membuat Mahaka terus berusaha menenangkan dengan ucapan-ucapan lembut yang membuat Anjani muak.

"Mahaka!! pergilah dari sini!!" ujar Anjani pada akhirnya. Tanpa keberatan Mahaka pun beranjak keluar kamar rawat inap.

Percakapannya dengan Amelia masih terus berlanjut sampai seseorang menepuk bahunya dari belakang.

"Mama ... Papa .... " pekik Mahaka yang langsung buru-buru mematikan sambungan telepon tanpa permisi lebih dulu.

"Siapa yang kau telepon?" tanya bu Martha yang merupakan ibu kandungnya.

"Em ... itu, klien Ma," jawab Mahaka.

"Yakin itu klien? kok telepon klien bukannya serius malah senyam senyum tak jelas."

Pak Arga ikut menimpali.

"Apa sih Pa, aku senyum biar suasananya tak terlalu tegang," ujar Mahaka menjelaskan. Pak Arga yang mendengar itu masih saja tak percaya karena menurutnya sikap putranya sangatlah aneh, namun sang istri langsung menghentikan interogasi yang pak Arga lakukan dan mengajak mereka semua masuk ke ruang rawat inap Anjani.

"Astaga Anjani, kau kenapa Nak?!" seru bu Martha saat melihat wajah anak perempuannya memerah dengan makanan berada di atas pangkuannya. Wanita itu buru-buru mengambil air putih dan memberikannya pada Anjani.

Dengan sigap Mahaka juga mendekat dan mengusap lembut punggung sang istri. Berharap agar mual yang wanita itu rasakan bisa reda.

"Sudah Mas, aku tidak apa-apa," ucap Anjani kemudian.

"Kamu mual, apa jangan-jangan hamil?" tanya pak Arga yang sebenarnya sangat berharap bisa segera menimang cucu, tapi pertanyaannya justru membuat sang istri marah.

"Papa jangan sembarangan bicara. Anjani masih terikat kontrak yang panjang, bisa-bisa dia dituntut kalau sampai hamil dan tidak bisa syuting," ujar bu Martha menjelaskan.

Ditengah-tengah percakapan mereka, seorang dokter dan seorang suster masuk ke sana.

"Selamat pagi semuanya. Mohon maaf, saya akan menyampaikan sesuatu yang penting mengenai kondisi kesehatan Bu Anjani. Tolong yang bukan merupakan keluarga inti untuk keluar sebentar."

"Kami semua adalah keluarga inti, dia suaminya dan kami berdua adalah orangtuanya," ucap bu Martha cepat. Jelas saja ia harus tahu kondisi putri kesayangannya. Meski ia membawa Anjani masuk ke rumahnya bukan dari bayi, tapi ia sangat menyayanginya.

Banyak hal manis yang bu Martha lakukan bersama Anjani. Menurutnya, semua hal yang tak pernah ia dapatkan dari Mahaka justru ia dapatkan dari putri angkatnya.

Anak perempuan yang sangat penurut dan pintar. Harapan bu Marta memiliki anak yang berkecimpung di dunia intertain juga terwujud. Berkat dukungan ibu angkatnya, Anjani kini menjadi salah satu selebritis papan atas tanah air. Karena itu bu Martha sangat menyayanginya hingga menjodohkan dengan putra tunggalnya.

Saat ini wanita itu tengah cemas setelah mendengar semua penjelasan dokter. Anjani ternyata menderita asam lambung yang cukup serius. Setiap pagi ia diharuskan untuk melakukan infus dulu agar tubuhnya tidak lemas.

Banyak makanan yang harus dihindari. Untuk saat ini ia juga harus mengonsumsi makanan yang lembut.

"Mama, jangan sedih. Anjani minta maaf karena tidak menjaga kesehatan dengan baik," ucap Anjani saat melihat raut cemas di wajah ibunya.

"Bukan kamu yang salah, tapi Mahaka!!"

"Kok aku Ma?!" seru Mahaka tak terima.

"Tentu saja kamu. Anjani menderita asam lambung. Kamu dengar kan bagaimana tadi dokter menjelaskan?! asam lambung itu tak hanya karena salah makan, tapi juga karena pikiran yang terlalu stres!!" hardik pak Arga yang ikut merasa kecewa pada anak laki-lakinya.

"Sudah Pa ... Ma ... Mas Mahaka selama ini sudah berusaha yang terbaik. Mungkin karena Anjani kurang menjaga kesehatan dan terlalu sibuk pada pekerjaan."

"Papa rasa tidak seperti itu. Untuk menjaga semuanya agar tetap baik-baik saja, mulai besok setelah Anjani diizinkan keluar dari rumah sakit, kalian berdua akan kembali tinggal serumah dengan Papa dan Mama."

Mahaka jelas tak terima. Itu akan menyulitkannya melakukan rencana yang selama ini selalu ia pikirkan sepanjang malam. Amelia juga pasti akan marah besar jika mengetahuinya.

Dengan segala cara Mahaka berusaha menolak apa yang kedua orangtuanya inginkan, beruntung Anjani memberikan pembelaan.

"Oke,tapi ingat Mahaka, kamu harus bisa menjaga istrimu dengan baik, jika tidak bisa, jangan mimpi perusahaan itu akan benar-benar menjadi milikmu. Karena kebahagiaan mama kamu ada pada Anjani."

Pak Arga kembali memberikan peringatan tegas yang membuat Mahaka mengepalkan tangannya.

Bab 3

Meski sudah diperingatkan, Mahaka tetap tak berubah. Sehari setelah kepulangan Anjani dari rumah sakit, Amelia sudah kembali mendatangi rumah mereka tanpa sepengetahuan Anjani.

Hari itu ia memang memiliki jadwal yang padat. Setelah syuting ada acara talk show yang harus ia hadiri. Sebelum kembali ke rumah ia juga menyempatkan diri untuk mengatur sesuatu. Ia menemui vendor ternama untuk menyiapkan surprise party di hari ulangtahun Mahaka.

Sayangnya saat tiba di rumah ia kembali mendapatkan laporan tak mengenakkan dari pelayan.

"Ada apa Bik?" tanya Anjani penasaran saat melihat raut wajah cemas dan ketakutan di wajah pelayannya.

"Anu Nyonya .... "

"Katakan saja jangan takut!" ucap Anjani lembut.

"Itu, ada Non Amelia di kamarnya Tuan."

Dada Anjani seketika bergemuruh. Tak hanya marah, hatinya juga begitu sakit hingga tubuhnya hampir kembali kehilangan keseimbangan.

"Nyonya!! Nyonya baik-baik saja?!" teriak pelayan panik saat tubuh sang majikan limbung dan terduduk lemas di sofa.

"Tolong ambilkan air minum Bik!"

Dengan langkah cepat pelayan pun segera mengambil air putih.

Begitu merasa lebih tenang Anjani kembali bertanya.

"Apakah Mahaka sendiri yang memberikan izin pada wanita itu?"

"I _ iya Nyonya."

"Dimana dia sekarang?"

"Tuan, masih di kantor."

Mendengar jawaban itu Anjani langsung bangkit dari tempat duduknya. Ia berjalan cepat menuju ke kamar Mahaka. Amarah yang menguasai hati membuatnya mulai gelap mata.

Ia meraih salah satu vas bunga sebelum benar-benar masuk ke dalam kamar. Begitu pintu kamar terbuka, amarahnya semakin berkobar karena di depan matanya tampak Amelia yang hanya menggunakan lingerie. Sudah terbayang di benaknya apa saja yang wanita itu lakukan bersama suaminya.

"Anjani!! beraninya kau masuk tanpa permisi!!" pekik Amelia yang sadar kalau Anjani membuka pintu kamar dengan kunci cadangan. Tapi bukannya jawaban yang ia dapatkan melainkan hadiah istimewa dari tangan Anjani.

Praaang ....

Suara nyaring itu menjadi bukti nyata betapa sakitnya hati Anjani. Kepala Amelia menjadi sasaran kemarahannya. Sesuatu yang berwarna merah seketika mengalir dari kening wanita itu tapi Anjani masih tak berhenti.

Baginya itu bukan apa-apa jika dibanding dengan luka yang setiap hari Amelia goreskan di hatinya. Wanita itu benar-benar tak memberinya kesempatan untuk menunjukkan pada Mahaka akan cinta tulus yang ia miliki.

Kini tak hanya hantaman yang Anjani berikan. Jemari lentiknya seolah menjelma menjadi batu yang keras. Entah sudah berapa tamparan yang ia layangkan ke wajah Amelia.

"Jalang sepertimu beraninya terus mengusikku!!"

Anjani terus memaki seperti orang kesetanan. Pelayan yang hendak mendekat juga dibentaknya.

"Jika kalian berusaha melindungi wanita ini, aku juga akan menghabisi kalian!!" hardik Anjani dari depan tubuh Amelia yang mulai tak berdaya.

"Dasar lemah!! ayo Amelia, lawan aku. Binatang licik sepertimu apa benar-benar ingin mati di tanganku hahh?!"

Plakk ....

Lagi-lagi tamparan keras mendarat di wajah Amelia yang membuat wanita itu akhirnya ambruk di atas ranjang.

"Mmahhakkaaa ... pasti ... akan menghabisimu .... "

"Diaaammm!!" bentak Anjani yang sudah benar-benar kehilangan dirinya.

Melihat Amelia tak berdaya, Anjani semakin ingin menghabisinya. Ia mulai berandai-andai. Jika saja tak pernah ada Amelia, mungkin Mahaka bisa membuka hati untuknya. Semua perhatian dan pengorbanannya mungkin akan tersampaikan di hati pria itu. Sayangnya Amelia merusak segalanya. Menghancurkan harapan demi harapan yang ia pupuk setiap harinya.

Anjani mulai merasa, mungkin sekarang memang sudah saatnya menyingkirkan Amelia. Serpihan vas yang runcing kini menjadi perhatiannya. Dalam hitungan detik, benda itu sudah siap menerkam Amelia, namun disaat yang sama seseorang datang dan menahan kuat-kuat tangannya.

"Apa yang kau lakukan Anjani!! kau bisa membunuhnya!!" teriak Mahaka masih sambil memegangi kedua tangan Anjani dan berusaha menyingkirkan benda berbahaya tersebut.

Saat benda itu sudah terlempar, Mahaka berteriak pada pelayan agar membawa Amelia ke rumah sakit. Ia jelas tak mungkin ikut karena itu bisa menimbulkan spekulasi bermacam-macam pada masyarakat.

"Kau gila!!" sentak Mahaka setelah semua orang pergi.

"Ya, aku memang gila dan itu karenamu Mahaka Wiratama!!"

"Cukup Anjani, berhentilah mencari gara-gara dengan Amelia jika ingin hidupmu tenang."

Mendengar itu seketika bibir Anjani tersenyum getir.

"Tenang kau bilang ... aku sudah gila Mahaka!! aku istrimu tapi kau malah memperhatikan mantan kekasihmu!!"

"Dia memang pantas mendapatkan perhatianku," sahut Mahaka yang membuat Anjani kembali tertawa sumbang.

"Bagiku, dia pantas mati!!" sahut Anjani yang langsung mendapatkan tamparan keras di pipinya.

"Kau, adalah wanita yang paling kubenci di dunia ini. Sadarlah! sebenarnya kaulah yang pantas mati."

Setelah berkata demikian, Mahaka pergi begitu saja. Disaat yang sama lelehan bening mengalir deras dari sudut mata Anjani.

Malam ini hatinya benar-benar hancur, tatapannya kosong. Masih terbayang jelas semua pengorbanan yang ia lakukan. Bagaimana ia membantu Mahaka menyelamatkan perusahaannya kala itu.

Ia rela menjadi brand ambassador produk baru yang diluncurkan perusahaan Mahaka tanpa bayaran sepeser pun. Ia bahkan dengan tenang menemui salah satu investor penting yang akhirnya mau bekerjasama dengan PT. Sentana Mas tanpa sepengetahuan siapapun.

Berkat Anjani perusahaan itu berhasil bangkit kembali. Belum lagi perannya sebagai seorang istri. Sedingin apapun sikap Mahaka, setiap pagi ia sama sekali tak melupakan semua yang pria itu butuhkan.

Semua hal tentang Mahaka diaturnya dengan rapi dan sepenuh hati. Ia rela memikirkan semuanya agar sang suami merasa nyaman. Tapi ternyata tetap Amelia yang menjadi pemenangnya.

Lima tahun Anjani setia menunggu, membumbungkan harapan pada Mahaka, tapi ternyata ia benar-benar dikhianati habis-habisan. Dadanya terasa sesak tapi nafas masih berhembus, dan itu semakin menyiksanya, sampai akhirnya pintu kamar yang tertutup rapat diketuk dari luar.

Ternyata Devan yang datang. Sahabat yang dipercaya Mahaka untuk menjaga Amelia di rumah sakit ternyata justru mengkhawatirkan dirinya.

"Anjani, kau baik-baik saja?"

Devan menyentuh lembut bahu wanita yang duduk bersimpuh di atas lantai tersebut sebelum akhirnya memeluknya dengan erat.

"Bawa aku pergi Dev, aku sudah tak sanggup lagi," bisik Anjani pada akhirnya.

"Kau yakin?"

"Yah .... aku tak bisa seperti ini. Ini sangat menyakitiku .... "

Kini Anjani terisak di pelukan Devan, membuat pria itu merasa bahwa ia harus menyelamatkan wanita dalam dekapannya.

Malam itu juga Devan membawa Anjani pergi. Ia membawa wanita itu ke suatu tempat yang tak diketahui oleh Mahaka. Semua itu Anjani yang minta.

Devan bahkan tak mempedulikan Mahaka yang terus meneleponnya. Besar kemungkinan sahabatnya itu sudah diberitahu pelayan di rumahnya jika dirinya membawa Anjani kabur, tapi Devan tak peduli. Saat ini ia hanya fokus pada Anjani.

"Pergilah Dev! aku akan baik-baik saja. Terimakasih kau sudah membantuku," ucap Anjani yang kini duduk berdua dengan Devan di atas sofa.

"Mana mungkin aku meninggalkanmu dalam keadaan seperti ini."

Namun baru saja Devan berhenti bicara, sebuah pesan masuk ke ponselnya.

[Kembalikan Anjani jika tak ingin ada masalah dengan pekerjaanmu.]

"Bangs*tt!!" umpat Devan tanpa sadar. Membuat Anjani kembali memintanya untuk pergi.

"Pergilah Dev, jangan mencari masalah dengan Mahaka. Jika itu menyangkut Amelia dia pasti akan melakukan segalanya. Jangan khawatirkan aku. Mulai sekarang aku tak akan membiarkan pria itu mendekatiku."

"Bagaimana kau akan melakukannya?" tanya Devan penasaran.

"Aku akan melakukannya dengan caraku. Lihat saja nanti!" jawab Anjani diikuti senyuman tipis.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!