Di pagi yang cerah ini, di sekolah SMA Bright M School.Ada 4 orang perempuan sedang berjalan di koridor sambil tertawa terbahak-bahak entah apa yang mereka bicarakan hingga menjadi pusat perhatian para siswa siswi yang masih lalu lalang.
Mari kita perkenalkan dengan empat perempuan tersebut.
Yang pertama ada, Larasati Ardhiana atau kerap dipanggil Laras. Perempuan cantik tapi sedikit nakal dan juga.Mempunyai kesabaran setipis tisu di bagi 4, dengan hidung sedikit mancung dan mempunyai tinggi mencapai 170 cm, dan bb hanya 43 kg.
Selain itu, Laras juga mempunya kakak laki-laki yang hanya berbeda satu tahun saja.Yang bernama Aditya Ravendra, atau kerap di panggil Adit. Laki-laki tampan dengan pemikiran dewasa yang selalu menjaga dan melindungi adik kesayangannya itu agar terhindar dari maraknya bahaya laki-laki diluaran sana. Adit sendiri mempunyai tinggi tubuh hingga 180 cm, dengan berat 60 kg.
Yang kedua ada, Clara Nhatalie putri atau kerap dipanggil Clara. Perempuan cantik dengan gaya yang selalu modis dan berpenampilan menarik, ia kemana-mana membawa kaca untuk memperlihatkan dirinya sendiri. Jangan lupakan Clara yang merupakan selebgram terkenal, Clara mempunyai tinggi tubuh 168 cm dengan bobot yang hampir sama dengan Laras. Dan mulutnya suka asik ceplas ceplos, dan suka menjawab lawan yang menurutnya sangat asik.
Yang ketiga ada, Maria Chantal Videra atau kerap di panggil Maria. Perempuan
Cantik yang memiliki mulut pedas dan jiwa bar bar. Ia juga menjadi benteng utama untuk sahabat yang lainnya, Maria mempunyai tinggi tak jauh beda dari Laras namun berbeda bobotnya saja. Jika Laras mempunyai berat dengan 43 kg, maka Maria mempunyai berat badan 45 kg.
Yang terakhir ada, Lily Dewi Seravina atau kerap di panggil Lily. Perempuan cantik yang mempunyai pikiran seperti anak kecil yang masih terlalu polos. Sehingga ke tiga temannya itu harus sabar jika Lily sudah bertanya yang sudah di liar nurul. Lily juga mempunyai tubuh yang paling kecil dan imut
Di antara teman lain,
Mereka juga ada sebutan geng yaitu Flower Power.
***
Ke empat perempuan itu terus bercanda hingga masuk kelas, karena bel sebentar lagi hendak berbunyi. Mereka sekarang kelas 11 IPS 7, karena umur mereka sudah 17 tahun jadi, mereka sudah memasuki kelas 11.
Tringgg, Tringgg,Tringgg,
Bunyi bel sudah terdengar, untung Laras dan yang lainnya pun sudah masuk kedalam kelas
Karena biasanya satu menit setelah bel para guru yang bertugas mengajar di kelas sudah tiba.
"Selamat pagi, Bu Jingaaaa!" Sapa semua siswa siswi saat guru tersebut memasuki kelasnya.
"Selamat pagi, semuanya." Balas Bu Jingga dengan tersenyum.
"Baik, karena pagi ini kita memulainya dengan pelajaran Seni. Apakah kalian sudah membawa apa yang sudah ibu umumkan, kemarin?" Tanya Bu Jingga.
"Sudah, Bu!" Jawab mereka
Ya, kelas mereka pagi ini akan melakukan kerajinan dari kain untuk membuat batik, Mereka membuat kelompok dengan satu kelompok terbagi menjadi 4 orang.
"Baik, Minggu lalu ibu sudah memberitahu langkah-langkah dan caranya! Kalian hari ini akan mempraktikkan semuanya, karena kerajinan kalian akan ibu masukkan kedalam daftar nilai dan karya kalian yang bagus akan ibu di pajang di ruang kepala sekolah dan di ruang kepemilikan sekolah kita!" Beritahu Bu Jingga.
"Woaaaahhhh serius bu!"
Tanya Hanum - teman kelas Laras.
"Iya benar, ibu masih menyeleksi semuanya dari kelas 10 sampai 12. Karya yang bagus akan ibu pilih!" Jelas Bu Jingga. "Baik, pertama-tama kalian singkirkan terlebih dahulu tas atau benda-benda yang mudah terkena cat! Lalu hubungkan empat meja menjadi satu agar mudah kalian mengerjakan nya!" Pintah Bu Jingga.
"Bu kalau meja yang kosong ini gimana?" Tanya Deni - teman kelas Laras.
"Di kosongkan saja, atau di geser ke tembok juga tidak apa-apa!" Jawab Bu Jingga.
Siswa siswi di kelas itu pun menuruti apa yang di ucapkan oleh Bu Jingga, sehingga sekarang mendadak kelas menjadi beda suasana.
"Baik, kita pakai sarung tangan terlebih dahulu! Lalu kalian taruh plastik untuk menutupi meja dan wadah untuk merendam kain tersebut!" Ujar Bu Jingga.
Mereka semua masih setia mendengarkan ucapan guru ini, karena mereka paling suka seperti ini tak capek berpikir dan hitung-hitungan.
"Oke, sekarang kalian pilih konsep mau yang seperti apa! Ibu hanya mengawasi kalian dan
Membantu jika ada kelompok yang kesusahan!" Titah Bu Jingga.
Mereka pun mulai berdiskusi untuk mencari model yang bagus, karena karyanya akan di pajang di meja kebesaran di sekolah ini.
Laras, Clara, Maria dan Lily sudah mulai mempraktikkan karena mereka sudah menemukan model batik yang menurutnya sangat bagus, jangan lupakan Clara yang suka berpetualang di dunia fashion jadi ia sudah tahu model apa yang paling bagus.
"Lo yang benar dong, gimana mau bagus kalau gitu!"Komen Clara.
"Lo juga, Ly. Di ikat yang lurus jangan mencang mencong gitu!"
Klaim
"Ck, gimana sih, Na! Masa gini aja ngga bisa!" Omel Clara.
"Bac*t lo! Lo ngga ada bantuin kita ya, ogeb! Ngapain lo ngatur-ngatur gitu, gue juga bisa kalau cuma gitu Anj*r! Sekarang lo mau bantuin apa kagak? Gue tanya hahh!! Kalau lo bisanya ngatur doang mending gue ganti sama yang lain!" Garang Maria.
"Sabaaarrrr, nddorooo!" Ledek Laras.
"Yang sabar ih Maria, marah-marah terus kayak
Tetangga sebelah yang kehilangan duit!" Ucap Lily.
"Ck, iya-iya gue bantu! Marah-marah mulu lo, lihat muka lo udah kayak pant*t panci juga!" Balas Clara.
Maria menganga mendengarnya, "Anj*r wajah ayu tenan gini di bilang pant*t panci,!" Protes Maria.
"Ayo! Lo pada mau bantuin apa mau marah-marah aja?" Tanya Laras,
"Aarrggghh, kampr*t emang lo Clar! Gue cincang jadiin daging buat Pretty gue baru tahu!" Ancam Maria, Pretty adalah hewan buah milik Maria yang sudah dirawat dari bayi
Hingga sekarang sudah besar, hewan tersebut adalah Harimau yang ganas tapi menurut penglihatan Maria Pretty adalah kucing kecil yang menggemaskan.
"Ngga ada ya! Daging gue Alot!" Potong Clara, membayangkan nya saja sudah buat jantung ia pindah ke usus 12 jari. Bagaimana jika beneran, entahlah nasibnya akan seperti apa.
"Kalian unik deh!" Kata Lily dengan wajah polosnya.
"Diam lo! Fokus bantuin aja, jangan banyak bac*t!" Jawab Maria yang masih sensi.
"Dia lagi PMS ya, Ras?" Bisik Lily pada Laras.
"Kayaknya, Ly! Lihat aja wajahnya udah seperti ingin makan orang" ejek Laras.
"Ngomongin apa lo berdua?!" Tanya Maria dengan wajah yang masih garang dan berkacak pinggang.
"Ngga ada gue ngomong apa-apa! Ngga usah pede deh lo! Lo tuh ngga di ajak!" Sahut Laras dengan cuek.
"Ck, dia omong apa Ly?" Tanya Maria pada Lily.
"Kata Laras wajah Maria sudah seperti ingin makan orang!" Jawab Lily, seketika Laras mengumpat sejadi-jadinya. Sengaja ia menutupi temannya ini, eh malah dia sendiri yang membongkarnya. Memang teman sungguh ajaib,
"Itu kelompok Laras, kenapa yang berisik banget? Apa udah selesai?" Tegur Bu Jingga lalu bertanya.
"Akh, engga kok bu! Kita masih berdiskusi untuk membuat batik ini, soalnya masih belum ada yang cocok sama kita" balas Clara dengan berbohong tentunya.
"Baik, kerjakan dengan tenang. Ingat waktu kalian dua jam! Nanti kalau sudah kita jemur di halaman belakang yang tersambung keruang guru, agar ibu pantau!" Ujar Bu Jingga sambil memeriksa siswa siswi yang sedang kesusahan.
Tangan Clara sibuk mencari gambar di ponsel untuk mencari gaya model yang menurutnya menarik.
"Di bikin kayak gini lah cakep juga nanti!" Beritahu Clara pada ketiga temannya itu.
"Iya deh, bagus itu tapi warna nya yang masuk. Jangan sama kayak di gambar" sahut Laras.
"Wokeeh, kuy lah kita buat" riang Lily.
Tangan mereka pun terus berkutat di kain putih itu,sedangkan Maria sedang memindahkan warna cat yang di butuhkan kedalam botol plastik. Suasana di kelas hening menyelimuti, hingga suara ketukan pintu mengalihkan pandangan mereka.
Tok
Tok
Tok
Pintu di buka oleh Bu Jingga,
"Maaf Bu, saya ganggu!" Ujar siswi lain.
"Ada apa, neng?" Tanya Bu Jingga.
"Ibu di panggil sama Pak Guntoro di ruang kepala sekolah" beritahunya.
Tidak lama dari Bu jingga keluar kelas ibu jingga pun kembali.
Klekk
Pintu di buka oleh Bu Jingga, lalu di belakang Bu Jingga itu menampilkan ke empat cowok yang wajahnya.sedikit familiar.
"Baik, sekarang perkenalkan nama kalian" ujar Bu Jingga.
Ke empat cowok itu mengangguk.
"Kenalin nama gue Arjuna Geofino M, tapi biasanya orang panggil gue Geo!"
"Hallo, nama perkenalkan nama gue Elvano Kavindra. Panggil saya Vano!"
"Perkenalkan gue Sagara Bimantara, orang-orang panggil gue Bima!"
"Hay, Alzian Dion Nakara. Panggil aja Dion!"
Mereka semua diam tak ada yang mengeluarkan suara.
"Kami pindahan dari sekolah Azward School" ujar Bima.
Seketika kelas 11 IPS 7 ricuh.
"Wwooahhh, sumpah sih pesona Geo ngga kaleng-kaleng" ujar Sabit.
"Ini dia orangnya toh yang viral itu" pekik Hanum.
"Geeoo, notice mee pleaasee" kata Aurel.
"Bos geng dari Black Wolf ganteng banget sumpahhhh!!" Jerit Risa.
"Sudah harap tenang kembali! Kalian bisa duduk di meja yang kosong" lerai Bu Jingga.
Mereka pun duduk di meja yang masih kosong,dan setelah itu murid-murid kembali melanjutkan tugas mereka yang belum selesai.
Bu, kelompok kami sudah!" Ujar Laras dengan lantang.
"Bagus, kalian jemur di belakang ruang guru dulu jangan lupa kasih tanda! Setelah kering baru di kasih nama okay" ujar Bu Jingga.
Keempat perempuan itu hanya mengangguk saja, lalu pergi keluar dengan tangan mereka masing-masing membawa barang.
"Bro lo suka?" Tanya Dion pada Geo. Pasalnya sahabatnya ini terus memperhatikan Laras,
"Ngga" balas Geo cuek,
"Ingat, Tasya sama Qairen mau di apain!" Canda Vano.
"Haha, kaya gue pacarannya pakai hati aja" balas Geo.
Di belakang ruang guru, ke empat perempuan sedang menjemur dan memberi tanda. Dengan ancaman.
''Barang siapa yang mengambil barang ini! Akan saya cincang dan kasih ke Pretty!'
Begitu lah isi ancaman ini, karena mereka sudah hampir tau dengan nama Pretty ini. Jadi tak ada yang berani untuk macam-macam padanya.
Mereka berempat meninggalkan lahan belakang itu, untuk pergi ke kamar mandi untuk mencuci tangannya yang sedikit terkena cat.
Kok bisa mendadak gini ya, ada murid baru! Biasanya kan pagi" tanya Laras.
"Ntah, mungkin mereka telat" balas Clara.
"Siapa yang telat, Clar?" Tanya Lily.
"Otak lo yang telat, Ly! Makanya orang ngomong di dengerin! Nih fungsinya telinga lo buat apa?" Omel Maria, sambil sedikit menjewer telinga Lily.
"Awww, Maria marah-marah terus! Cepat tua terus meninggoy gimana? Siapa yang bakal jadi bentengin Lily" tanya polos Lily.
"Ppfftt"
"Apa lo berdua, Hahh!" Bentak Maria.
"Bentar dah, lo sensian mulu apa ngga bakalan keriput itu mulut?" Ejek Clara.
"Anj*ng banget lo, Clar! Lo tuh mau nya gimana sih, Hahh!! Asal gue kalem lo nanya 'tumben ngga marah-marah' asalan gue marah-marah lo malah ngejek gue gitu! Mau lo apa sih anj*r? Mau gelut kita hahhh!" Tanya Maria dengan sedikit bar bar.
Saat Maria menoleh ke arah Clara, rasanya ia ingin menenggelamkan nya saja di laut yang banyak ikan piranha nya saja.
"Gue malas balik ke kelas" ucap Clara masih mengaca di kamar mandi dan mengoleskan sedikit pewarna di bibirnya itu.
"Sama gue juga, kantin apa yakk! Gue denger dari Duta katanya nanti pelajaran Pak Dafi free, dia cuma ngasih tugas doang ke Genta!" Beritahu Laras.
"Kita mau makan di kantin?" Tanya Lily.
"Ngga! Kita Makan di warung Mang Darsah di Surabaya!" Balas Maria asal ceplos.
"Berarti kita mau ke Surabaya?" Tanya Lily lagi.
"Astagaaaaa, tolong bisa bantu jelaskan kepada si kunti bogel imut ini?" Tanya Maria pada Laras dan Clara dengan nada yang sedang menahan amarah.
"Pppffttt" lagi-lagi Clara menahan tawanya melihat wajah tertekan Maria.
Skip.....
Waktu terus berlalu jam pelajaran telah usah dan waktu nya murid-murid pulang ke rumah masing-masing.
*Bersambung*
* Jangan lupa tinggalkan jejak di kolom komentar*
*Salam manis dari AUTHOR 🤭*
*Selamat datang di Novel baru Author jangan ketingalan yah karya-karya terbaru Author*
@vera_miceela.
@putri488241.
Motor sport milik Laras mulai meninggalkan sekolah mereka , tujuan nya saat ini Basecamp. Saat ini Laras sendirian soalnya teman-teman nya belum menyusul dia.
Brum
Brum
Tak butuh waktu lama untuk tiba disana, karena jarak dari sekolah nya ke basecamp hanya memerlukan waktu lima belas menit saja. Laras yang sudah tiba pun sengaja menggeber suara bising motornya.
"Woaahhh, anj*r tumben sendiri mana teman-teman Lo!" Pekik Danto - leaders geng Fallen Angel.
"Bete gue ngab!" Jawab Laras sambil memarkirkan motornya.
"Jiah, tiga buntut lo kemana?" Tanyanya.
"Masih di sekolah mungkin" balas Laras acuh, ia langsung mengeluarkan barang Nikot*n lalu menyalakannya.
Danto yang melihatnya hanya biasa aja, gimana pun selagi bukan barang Narkoba ia tak akan melarangnya.
"Gue denger-denger katanya ketua Black Wolf pindah ke sekolah lo?" Tanya Surya.
"Ho'oh tapi gue ya bodo amat lah, selagi dia ngga merecoki kehidupan gue" balas Laras setelah mengeluarkan asap dari hidung dan mulutnya.
"Iya sih, lo ada bener nya juga! Lagian kita ngga pernah nyari masalah sama geng dia" sambung Danto.
"Ya ngga abis pikir lagi, bisa-bisanya cowok Playboy itu bisa jadi ketua dan inti anj*r!" Ujar Laras, ia baru mengingat ucapan Clara tadi.
"Lo baru tahu?" Tanya Atlas yang baru nimbrung.
"You know lah gue gimana!
So, buat ngurusin kehidupannya seseorang bukan hal yang penting buat gue kecuali tiga anak curut gue" balas Laras cuek.
"Nanti malam, Jadi?" Tanya Laras mengalihkan pembicaraannya karena sudah tak ada lagi yang di bahas dari masalah itu.
"Jadi! Tapi ini liar, lo mau?"
Tanya Surya selaku yang suka mendapatkan informasi dari mana pun, sekaligus ia ahli dalam lacak melacak.
"Boleh, udah lama gue ngga main-main" balas Laras.
"Yaudin, motor lo mau gue periksa ngga?" Tawar Atlas selaku ahli otak atik mesin dan mainan oli.
"Cek aja, tapi kemarin gue abis ganti oli sama bersihin karbu!" Ujar Laras setelah itu ia menghisap barang nikot*n yang di apit oleh kedua jari.
"Oke!" Balas Atlas.
Geng Fallen Angel sendiri kebanyakan dari kaum Laki-laki tapi karena mereka kenal oleh kakaknya, dan hobi Laras main motor akhirnya Ia menggabungkan dirinya di ikuti oleh ketiga sahabatnya itu.
Sedangkan Adit sendiri tak mau mengikuti langkah sang Adiknya, bahkan ia juga tahu jika Laras menggunakan barang Nikot*n tersebut karena ia pun juga sama halnya tapi tak seaktif Laras.
Kenapa Adit hanya diam?
Karena ia sudah lelah mengingatkan adiknya untuk tidak seperti itu lagi, dengan alasan akan mempermudah merusak organ-organ yang ada di dalam tubuh. Tapi karena memang dasarnya Laras keras kepala ia, kalau ia di nasihati pasti ada saja jawabannya yang akan membuat sang lawan kalah telak termasuk ayahnya.
Tin
Tin
Suara klakson motor dan mobil memasuki perkarangan tersebut, Laras yang sudah hapal dengan ciri-ciri tersebut hanya diam saja di pojokan dekat pohon sambil memakan bakso mercon yang di belikan oleh Danto. Ia tak berniat ingin memberitahukan posisinya karena itu akan menganggu aktifitasnya.
"Bang, lo liat Laras ngga?"
Tanya Maria pada Surya yang sedang mencuci motor kesayangannya.
"Lah bukannya dia tadi situ lagi nyebat?" Jawab Surya.
"Ada sepatunya doang, noh!" Ucap Maria dengan tangan sambi menunjuk ke arah yang di maksud Surya.
Surya tepok jidat, "Lo kan punya ponsel, jenong! Telpon lah" ledek Surya.
"Asem, banget lo ah!" Kesal Maria.
"Hahaha" Surya menjawab hanya dengan tertawa saja,
Mata Clara yang sangat jeli pun mengerutkan keningnya saat melihat wanita sedang duduk di pojokan membelakangi pohon.
"Lo ada anggota baru, Bang?" Tanya Clara.
"Haahh! Ngg ada tuh, kenapa emangnya?" Tanya Surya.
"Coba liat kearah sana!"
Pintah Clara sambil menunjuk ke arah yang di maksud.
Surya mengerutkan keningnya, ia tak tahu itu siapa.
Langkah kaki Surya membawanya kesana namun sebelum itu ia mematikan terlebih dahulu keran Air yang dari tadi mengalir.
Surya berjalan kesana di ikuti oleh Maria dan Clara, mereka bukan takut tapi hanya penasaran siapa kah pemilik tubuh tersebut.
"Gila, Danto beli bakso dimana ya? Gue cuma ngirim pesan pengen makan ini langsung di beliin!" Ucapnya Laras, namun di belakangnya tidak ada yang mengetahui jika itu orang yang mereka cari.
"Wajib banget sih ini, gue mau minta alamatnya ah!"
Dor
"Uhuk-uhuk" "Airr" lirih Laras, ia merasakan jia tenggorokannya mulai terbakar panas pedas di jadi didalamnya.
Clara yang dengar langsung menarik minumannya yang ada di sebelah tas nya. Kemudian menyodorkan ke arah Laras yang sedang memegang lehernya sendiri.
Glek
Glek
Glek
Laras meminum minuman tersebut hingga tandas, setelahnya ia menggeplak satu persatu menggunakan botol yang sudah kosong.
Puk
Puk
Puk
"Ba*i lo pada! Gue lagi asik makan juga, di kagetin. Til*l banget lo ah" kesal Laras.
"Ya gue kira siapa, Nj*r! Lagian lo ngapain sih disini?" Tanya Surya.
"Lo ngga liat gue lagi ngapain?" Tanya baik Laras dengan garangnya.
"Ya gue ngga tahu anj*r! Udah-udah ntar gue ganti bakso lo!" Lerai Surya.
"Bodo anj*r! Udah ngga nafsu gue" balas Laras lalu berjalan entah kemana.
"Dih, ngambek dia?" Tanya Clara.
"Ngga tahu bang*at! Jangan tanya gue!" Jawab Maria.
"Jangan ngegas juga set*n! Gue nanya baik-baik juga" balas Clara, sedangkan Surya sudah pergi untuk melanjutkan aktifitasnya yang tertunda.
Laras melangkahkan kakinya untuk masuk kedalam sebenarnya ia bukan marah pada para sahabatnya itu, tapi karena ia dapat info beberapa hari yang dari Adit sang kakaknya jika ia akan dijodohkan.
"Ck, dikira sekarang jaman siti purbaya kali ya segala di jodoh-jodohin!" Gerutu Laras.
"Apa gue pura-pura cari pacar kali ya biar perjodohan batal!" Gumam Laras bertanya pada dirinya sendiri.
"Ck, aarrrggghh bikin puyeng aja!" Kesal Laras sambil mengacak rambut nya guna meredakan stresnya.
Klek
Clara dan Maria membuka pintu kamar milik Laras.
"Hhuuufffttt, lo ngapa cosplay jadi singa dah!" Ejek Clara.
"Bacot lo ah!" Kesal Laras.
"Sabar nyai! Cerita coba ada apa sih lo? Ngga kayak biasanya" tanya Maria, mungkin ia peka dengan Sikap Laras hari ini.
Laras mengatur nafasnya, entah apa respon kedua sahabatnya ini ia tak tahu tapi apapun itu ia akan menanggung resikonya.
"Jodohin anj*r!" Ujar Laras, seketika Clara dan Maria saling pandang dengan wajah yang melongo karena syok tak mungkin apa yang di ucapkan oleh satu sahabat yang ada di depannya ini.
"Yang benar lo?"
"Serius lo?"
Tanya Maria dan Clara secara bersamaan. Sudah Laras tebak jika kedua sahabatnya ini pasti tak akan percaya dengan apa yang ia ucapkan.
"Serius bang*at! Makannya gue dari tadi nyebat mulu, pusing gue mikirin ini!" Jawab Laras dengan frustasi.
"Lo tau darimana?" Tanya Clara.
Laras tak menjawab melainkan ia membuka fitur chat ia bersama sang kakaknya, ternyata mereka mendengar sebua voice note entah percakapan dari siapa.
''pokoknya mamah harus bujuk Laras untuk menerima perjodohan ini! Papah sudah tak sanggup mendapatkan banyak laporan dari sekolah, setidaknya dengan menjodohkan Laras. Ia akan berhenti membuat masalah'begitu isi percakapan tersebut.
Clara dan Maria sama-sama melongo dengan mulut yang terbuka lebar,
"Bang*at! Bang*at! Kalau udah begini, gue harus gimana!" Tanya Laras dengan kesal sekaligus frustasi,
Setelahnya mereka bungkam sibuk dengan berperang ide di dalam otak mereka, namun tiba-tiba suara jentikan jari dari Maria membuyarkan mereka semua.
"Gue ada ide!" Ujar Maria.
"Apa?" Tanya Laras dengan singkat.
"Gimana lo ikutin permintaan bokap lo buat jadi rajin lagi? Dia kan menyuruh nyokap lo buat nerima perjodohan ini karena lo susah di atur dan selalu mendapat banyak laporan serta panggilan dari sekolah, benar bukan?" Tanya Maria.
Laras diam mencoba mencerna perkataan dari Maria dengan tatapan matanya menatap langit-langit kamar dan jarinya mengetuk dagu secara cepat.
"Bener juga sih ngga salah juga dengan saran lo ini! Tapi ini berimbas ke cara main gue, pasti ngga ada gue yang keluar malam-malam dan pulang pagi-pagi buta" ujar Laras.
"Ya lo tinggal pilih aja, keputusannya ada di tangan lo" balas Maria dengan acuh.
Laras bungkam memikirkan kembali saran dari Maria ini.
"Tapi kan malam ini gue turun, gimana dong?" Tanya Laras.
"Ya terus kenapa?" Tanya Clara yang semula diam.
"Bang*at lo ah! Makanya orang ngomong tuh didengerin lama-lama kayak Lily juga lo!"Balas Laras yang masih kesal.
Maria menahan tawanya karena biasanya ia lah yang di si semprot omongan pedas oleh Laras.
Clara yang mendengar penuturan perkataan Laras hanya bisa memanyunkan bibirnya seperti bebek, ia hanya bertanya baik-baik kenapa di jawabnya begitu ngotot.
"Apa! Lo mau marah Clar?" Tanya Laras menebak diamnya Clara.
"Ngga, gue diem salah gue tanya salah! Serba salah gue dimata lo!" Jawab Clara dengan cuek.
"Ya lo emang salah!
Makanya gue ngomong baik-bai, nih telinga lo pasang pendengaran dengan baik!" Ujar Laras tangannya sambil menjewer pelan telinga Clara.
"Ppppfffttt" Maria tak bisa lagi menahan tawanya karena melihat wajah pasrah dari Clara.
"Ck, mending gue tidur aja! Kabari Bang Adit gue balik jam sepuluh gitu!" Pintah Laras entah pada siapa, namun tangan Maria mengeluarkan ponselnya di balik saku seragam yang tertutup oleh jaket.
Setelah Maria selesai dengan urusannya, ia segera merebahkan tubuhnya di samping Clara yang tengah memilih film drachin kesukaannya.
"Ck, ngga dimana-mana itu mulu lo!" Gerutu Maria.
"Cot lo ah! Gue nonton juga buat diri sendiri bukan buat lo" balas Clara dengan jengah.
Maria mendengus sebal mendengarnya, ia lebih memilih mengambil minuman dingin bersoda yang ada di lemari pendingin yang berada di kamar Laras.
"Wiihh, anj*r minuman ker*s siapa ini?" Tanya Maria.
"Punya Danto, ya kali gue minum pas ada bokap nyokap gue" balas Laras yang masih memejamkan matanya.
Maria mengerit kan keningnya, tak biasa nya Danto akan menyimpan barang miliknya di tempat lain, lalu Maria bertanya kembali dengan kalimat. "Tumben dia nyimpen disini? Biasanya di kamarnya" tanya Maria.
"You know lah Surya sama Atlas gimana?" Jawab Laras seraya membangkitkan tubuhnya.
"Mau kemana lo?" Tanya Clara.
"Nyari makan" jawab singkat oleh Laras.
"Ikut" rengek Clara.
"Ganggu aja lo ah" protes Laras.
Clara acuh ia malah mengikuti Laras dari
belakangnya sedangkan Maria berdiam diri di kamar Laras karena tubuhnya belum istirahat dari kemarin malam.
*Bersambung*
* Jangan lupa tinggalkan jejak di kolom komentar*
* Salam manis dari AUTHOR 🤭*
*Ig vera_miceela
@putri488241
Pov Arjuna Geofino
Mahendra.
2 Oktober
Di pagi yang cerah, seorang laki-laki sedang menjemput kekasihnya.
"Cepat, gue kalau masih telat. Seminggu lagi bakalan di pindahin ke sekolah bokap gue!"Ucap laki-laki itu pada kekasihnya.
"Sabar dong, Ay! Lagian juga kamu ngabarin nya dadakan!"Protes perempuan tersebut.
"Lama gue tinggal!" Ancam nya.
"Iya-iya," ucap perempuan itu dengan sedikit tergesa-gesa menghampiri laki-laki tersebut.
Setelah perempuan itu naik ke motornya, ia segera menancapkan pedal gasnya. Tak butuh waktu lama mereka sudah tiba di gerbang sekolah yang sudah hampir tertutup itu, karena laki-laki itu membawa laju kendaraan seperti prang bak kesetanan.
"Woy lo, kita tungguin juga! Kirain ngga bakalan datang!" Ucap teman laki-laki itu.
"Biasa" balas laki-laki itu. "Cabut" setelah mengatakan itu ia langsung pergi begitu saja tanpa mengajak perempuan yang tadi ia jemput, membuat sih perempuan menggerutu kesal. Di ikuti oleh ketiga temannya itu yang sudah menunggu di tempat biasa mereka parkir.
Sepanjang perjalanan banyak siswa siswi yang masih lalu lalang membicarakan mereka. Siapa sih yang tak kenal mereka si most wanted, tapi sayang dari keempat cowok itu yang otaknya benar hanya satu orang saja.
Mari kita kenalan dengan laki-laki itu,
Yang pertama ada, Arjuna Geofino Mahendra atau kerap dipanggil Geo. Laki-laki tampan yang mempunyai masa lalu kelam terhadap pasangannya, menjadikannya lelaki yang sangat playboy. Goe juga merupakan ketua geng motor yang bernama Black Wolf.
Yang kedua ada, Elvano Kavindra atau kerap di panggil Vano. Laki-laki tampan yang mempunyai rasa dendam terhadap perempuan akibat masa lalu yang begitu sangat menyakitkan, ia juga hampir sama dengan Geo yang hanya main-main dengan perempuan.
Vano sendiri ada wakil ketua geng tersebut, Yang ketiga ada, Sagara Bimantara atau kerap di panggil Bima. Laki-laki yang di bilang setia terhadap pasangannya ini pun juga masih di bilang sama karena menaruh rasa ketakutan pada perempuan. Bima sendiri adalah ahli IT, dan ia juga tak pandai berkelahi seperti temannya ini. Namun kedudukannya dia sangat di butuhkan pada mereka. Ia juga laki-laki yang gampang mengajak bercanda atau lebih tepatnya menggoda temannya untuk melihat wajah kekesalannya saja.
Yang keempat ada, Alzian Dion Nakara atau kerap di panggil Dion. Laki-laki tampan ini, yang paling waras di antara teman-teman lainnya. Ia tak punya pengalaman dari pasangan, ia juga tak punya rasa trauma terhadap perempuan, ia tergolong laki-laki yang mahal karena banyaknya wanita yang menggodanya namun tak ada satupun orang yang berhasil menaklukannya. Dion sendiri ahli strategi, karena ia punya insting yang tak jauh beda dari Geo. Ya walau Geo playboy namun dalam skill bela diri jangan di ragukan lagi,,
****
Mereka berempat jalan di koridor menuju kelas, karena waktu sebentar lagi akan bel.
"Tumben ngga bolos lo?" Tanya Bima pada Geo.
"Anj*ng gue kan udah bilang! Kalau gue kena masalah lagi, gue di suruh pindah ke sekolah bokap gue!" Balas Geo dengan kesal, pasalnya temannya ini senang menggoda.
"Kalem lah, pakek kuah gini lo ngomongnya!" Balas Vano sambil mengelap tangannya yang terkena air liurnya Geo.
"Bac*t!" Jawab Geo, lalu duduk di kursinya itu.
"Hallo, cewek" ucap Geo pada perempuan di sebelahnya.
"Hallo juga ganteng" balas Perempuan itu.
"Udah makan belum?" Tanya Geo.
"Belum, kenapa mau beliin?" Tanya balik Perempuan itu.
"Ck, ngarep banget lo nzel!"Ucap Bima, sambil meraup wajah Enzel itu.
"Rusuh banget sih lo!" Ketus Enzel.
Geo yang melihatnya hanya tersenyum miring, entah pandangan apa yang di pikirannya saat ini.
"Lo nanti malam ada janji gak?" Tanya Geo.
"Anj*r Geo, sat set aja lo!" Cecar Vano.
"Ya jelas lah, cowok tampan begini" ujarnya dengan nada sombong.
"Any*ng malah makin belagu lo!" Balas Bima.
Dion hanya diam saja melihat teman-temannya itu, karena menurutnya itu sangat tidak penting. Lagipula ia tak mengerti apa itu cinta,
"Gimana, Nzel?" Tanya Geo sekali lagi.
"Lo ijinin ke bokap gue ya?" Tawar Enzel.
"Anj*r, hahaha. Bokapnya Enzel bukan orang sembarang loh" ucap Vano. Memang benar ayah Enzel salah satu abdi negara yang penting, beliau merupakan TNI Angkatan Udara.
"Bang*at banget emang, Enzel!" Canda Geo.
"Hahahaha" pecah sudah tawa mereka.
Tak lama guru mereka masuk kedalam.
"Pagi anak-anak" ucap guru tersebut.
"Pagi juga bu" balas mereka kompak.
"Sekarang tutup buku kalian, tinggalkan selembar kertas dan bulpen saja!"
"Aahh, masa gitu bu?" Protes Vano.
"Tak ada yang protes! Nilai ulangan kalian yang kemarin banyak yang di bawah KKM!" Ucap guru itu.
Akhirnya mau tak mau murid di sana pun mengikuti apa yang di ucapkan guru itu,
Guru tersebut memeriksa, barang-barang agar tak ada kecurangan dalam mengisi soal.
Banyaknya yang menyimpan ponsel di kolong mejanya hal tersebut langsung guru itu menyita jamaah ponselnya murid-murid.
Sekira guru itu sudah memastikan jika tak ada contekan dari barang apapun, ia langsung mengeluarkan soal yang kemarin mereka mengisinya.
"Waktu kalian dua jam setengah! Dimulai dari sekarang" ujar guru itu, murid disana pun segera menulis jawaban tersebut. Untung saja tak ada soal tentang hitung menghitung kalau ada, pasti mereka sudah mereog seperti seorang kesetanan.
"Ppssttt" panggil Vano pada Geo. Geo pun menoleh padanya.
"Nomor 10 apa?" Tanya Vano tanpa bersuara, dengan jahilnya Geo mengatakan jika ia belum mengerjakan sampai disitu.
"Belum" balas Geo tanpa bersuara.
"Alvano Kavindraaa!" Panggil guru itu, saat melihat kepala Vano menoleh ke kanan ke kiri.
"Eh iya bu kenapa?" Tanya Vano sok polos.
"Kepala kamu mau ibu copot kah?" Tanya baik guru itu.
"Ya, jangan dong bu! Nanti kadar ketampanan saya menurun gimana?" Canda Vano.
Membuat seisi kelas berdecih sinis.
"Kalau ngga mau ibu copot, ya jangan noleh sana sini dong!" Jawab guru itu.
"Copot aja bu, sekalian sama daleman tubuhnya bu!" Sahut Geo.
"Any*ng dikata gue kuyang apa!" Gerutu Vano.
Geo tak membalasnya ia hanya ber gedikan bahunya saja, lalu melanjutkan lagi jawaban yang hampir selesai itu.
"Psstt" panggil Bima kali ini pada Dion.
"Dion, yon, psstt" panggil Bima sedikit memaksa, Dion yang terpanggil oleh temannya itu pun jadi terusik.
"Apa, sih" balas Dion sambil menoleh kebelakang.
"Terkejoet aku," cecar Bima sambil memegang dadanya karena kaget.
"Cot" balas Dion dengan kesal.
"Anj*r baper sekali dia!" Gumam Bima.
Menit demi menit, waktu terus berjalan. Perlahan satu persatu murid-murid segera mengumpulkan kertas soal dan jawaban yang sudah di beri nama. Begitu pun dengan Geo dan Dion, saat di tanya pada Vano dan Bima mereka menjawab belum mengejarkan nya Sungguh teman ajaib bukan.
"Sabar, orang sabar pacarnya banyak!" Ujar Vano mengelus dadanya sendiri.
Plakk
Bima menggeplak kepala belakang Vano yang sedang asik mengelus dadanya itu.
* Bersambung*
* Jangan lupa tinggalkan jejak di kolom komentar*
* Salam manis dari AUTHOR 🤭
*ig @vera_maceela
@putri488241
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!