NovelToon NovelToon

MERTUAKU PAHLAWANKU

Episode 1. Menagih Hutang

"Apa yang kalian lakukan ? tolong jangan ambil barangku." Ujar seorang wanita paruh baya menahan kedua orang yang bertubuh tegap dan kekar agar tidak mengobrak abrik, dan membawa keluar televisi dan beberapa perabot lainnya disana rumah sederhana itu.

Rumah sederhana yang dihuni oleh empat orang manusia yang tidak lain satu pasangan suami istri dan juga dia orang anak perempuan yang masih gadis dan cantik.

"Menjauhlah !" sergah salah satu lelaki yang bertubuh kekar dan mendorong tubuh wanita paruh baya yang mencegahnya hingga tubuh wanita tua itu jatuh.

Wanita paruh baya itu tidak peduli, dia segera bangkit lagi dan menarik tangan lelaki tegap yang mendorongnya tadi.

"Aku mohon, jangan ambil semua barangku." Wanita paruh baya yang tidak lain adalah Martha tetap menahan kedua lelaki bertubuh tegap itu agar tidak membawa semua perabot dalam rumahnya.

Kedua lelaki itu berhenti sesaat, keduanya saling pandang, kemudian menghela nafas berat.

"Jangan ganggu kami, kalau anda tidak mau barang anda kami ambil, maka bayar hutang suami anda pada bos kami." Ujar kedua lelaki itu.

Kedua lelaki itu menjalankan tugas, seperti perintah bosnya, Pak Alan suami Buk Martha seorang penjudi, dan pemabuk, dia memiliki banyak hutang pada juragan Sofyan karena selalu kalah judi.

Juragan Sofyan sudah memberi tempo beberapa bulan untuk Pak Alan membayar, namun Pak Alan belum juga membayar, makanya juragan Sofyan menyuruh anak buahnya mengambil perabotan rumah Pak Alan sesuai perjanjian.

"Tapi itu hutang suamiku, kenapa kalian tidak minta pada dia saja, kenapa mengambil barangku." Ujar Buk Martha tidak ingin barangnya dibawa.

Buk Martha tidak rela barangnya diambil, dia bersusah payah bekerja sebagai pembantu untuk membeli semua perabotan rumah, namun kini malah akan diambil oleh kedua anak buah juragan Sofyan karena hutang suaminya yang tidak tau diri itu.

Buk Martha dulu seorang janda ditinggal mati, dia hanya tinggal dengan seorang putri yang dia ambil dari jalan saat pulang kerja.

Buk Martha lalu menikah dengan Pak Alan seorang duda yng juga mempunyai seorang putri.

Singkat cerita Pak Alan dan putrinya tinggal dirumah Buk Martha karena ruang Pak Alan dijual untuk biaya menikah dengan Buk Martha dan sisa uangnya dia pakai untuk berjudi dan mabuk mabukan.

Buk Martha juga tidak tau kalau Pak Alan seorang pemabuk dan penjudi, andai dia tau tidak mungkin dia mau menikah dengan Pak Alan.

"Kami tidak mau tau, kami hanya menjalankan tugas, sekarang mana si Alan kurang ajar itu ?"

Belum sempat Buk Martha menjawab, Pak Alan yang tidak tau ada kedua anak buah juragan Sofyan dirumahnya dia langsung masuk.

"Kalian." Terkejut Pak Alan tidak menyangka kedua anak buah juragan Sofyan ada dirumahnya.

"Kebetulan sekali, orangnya sudah muncul, hei, mana uangnya, cepat bayarkan hutang kamu," salah satu anak buah juragan Sofyan langsung memegang tangan Pak Alan agar tidak kabur.

"Aku belum punya uang, tolong berikan aku waktu sedikit lagi." Mohon Pak Alan.

"Tidak bisa, kamu harus bayar hari ini juga, aku sudah memberimu waktu dan itu bukan sedikit, tapi enam bulan." Sahut juragan Sofyan yang baru sampai kerumah Buk Martha.

"Juragan." Ujar semua yang ada dirumah itu terkejut kecuali Buk Martha.

"Bawa dia, kita akan menjual organnya, kalau dia tidak bisa membayar hutangnya," Titah juragan Sofyan sembari menunjuk pada Pak Alan dengan tongkatnya.

Pak Alan terkejut, begitu juga dengan Buk Martha, Pak Alan bukan hanya terkejut, dia juga takut, dia tidak mungkin mau kalau juragan Sofyan akan menjual organ tubuhnya.

"Tidak, aku tidak mau, lepaskan aku !" Pak Alan meronta ingin lepas dari pegangan tangan kedua anak buah juragan Sofyan.

"Hei, kalian apakan Bapakku, lepas, lepas !" Ayu Putri kandung Pak Alan langsung memukul tangan kedua anak buah juragan Sofyan agar terlepas dari Bapaknya.

Juragan Sofyan, menatap ayu, dia menarik sudut bibirnya miring, tatapan mata juragan Sofyan pada ayu penuh nafsu.

Walau umur juragan Sofyan sudah 5 puluh tahun lebih, tapi kalau lihat gadis cantik, nafsu dan hasratnya meronta-ronta.

"Siapa gadis ini ?" tanya juragan Sofyan sembari menatap Ayu dari ujung rambut sampai ujung kaki.

"Dia putriku," jawab Pak Alan.

"Cantik sekali, hei Alan, kalau kamu tidak sanggup membayar hutangmu, maka berikan putrimu padaku untuk jadi istriku yang ketujuh, dan semua hutangmu aku anggap lunas." Ujar juragan Sofyan, sembari mengedip mata genit pada Ayu.

Pak Alan menatap Ayu putrinya, Ayu langsung menggeleng, dia tidak mungkin mau, juragan Sofyan cocok untuk jadi kakek buyutnya, bukan suaminya, apa lagi juragan Sofyan mengatakan tadi jadi istrinya yang ketujuh.

"Tidak Pak, Ayu tidak mau, Ayu anak Bapak, Bapak gak mungkin tegakan menjadikan Ayu untuk penebus hutang." Ayu menggeleng-gelengkan kepala.

Pak Alan terdiam, otaknya sedang berpikir keras. Benar kata Ayu, dia tidak mungkin tega menjadikan Ayu sebagai penebus hutang, Ayu itu darah dagingnya dengan istrinya dulu, tapi jika bukan Ayu siapa lagi. Otak Pak Alan langsung tertuju pada seorang gadis, dia menyunggingkan senyum.

"Baiklah juragan, aku akan memberikan putriku untuk jadi istri juragan, tapi bukan yang ini, aku ada seorang putri lagi, tapi dia lebih cantik dari Ayu." Pikiran Pak Alan tertuju pada seorang gadis yang bukan darah dagingnya dan juga bukan darah daging Buk Martha istrinya sekarang.

Gadis yang dimaksud oleh Pak Alan adalah anak angkat Buk Martha, Buk Martha menemukan gadis itu dijalan sewaktu masih bayi, Buk Martha memelihara bayi itu hingga sekarang tumbuh sebagai gadis cantik, periang dan juga sopan.

Buk Martha memberikan nama gadis itu April, nama panjangnya April Setiawan seperti nama yang tertulis di gelang bayi itu saat pertama kali dia temukan.

Mendengar itu, Buk Martha langsung melotot pada Pak Alan suaminya.

"Apa maksud mu mas, dia itu putriku, aku tidak akan sudi menjadikan putriku penebus hutang judi mu." Gerang Buk Martha tidak terima.

"Martha, April itu bukan putrimu, dia hanya anak angkat kamu, apa kamu tega membiarkan suamimu dijual organnya oleh juragan." Pak Alan berkata lembut, merayu sendu pada Bik Martha.

"Iya Buk, Kak April bukan putri kandungmu, masak Ibu tega sama aku, aku ini anak Ibu," tambah Ayu ikut merayu Buk Martha.

Buk Martha tidak semudah itu dirayu, apa lagi oleh Ayu, yang selalu banyak menuntut, dan sering merampas hak April, dan Ayu juga pemalas, dia tidak mau bekerja ataupun membantu pekerjaan rumah, sangat jauh berbeda dengan April yang sering membantunya dalam segi apapun.

"Tidak, April itu putriku, dia sudah aku anggap putriku sendiri, kamu lupa, kamu juga bukan putri kandungku, kamu hanya anak tiri." Buk Martha bersikap tegas.

"Assalamualaikum."

Bersambung.

Episode 2. April Dibawa

"Assalamualaikum." Terdengar suara orang memberi salam didepan pintu.

"Waalaikumsalam." Jawab Buk Martha, saat mendengar kalau itu suara anak gadisnya.

"Nah, itu dia, ayo masuk nak," Ujar Pak Alan lembut seolah dia sangat menyayangi April, padahal dialah yang selalu menyiksa April dan juga pernah ingin merenggut kesucian April.

"April langsung masuk, dia bingung kenapa banyak orang dirumahnya. April langsung mencium punggung tangan Buk Martha, dan kemudian Ayahnya serta semua yang ada dirumah itu, karena April pikir juragan Sofyan dan kedua anak buahnya adalah tamu, April sebagai gadis yang sopan dia mencium punggung tangan semua yang lebih tua darinya.

'Sini nak, disamping Bapak." Pak Alan menarik tangan April agar berdiri disampingnya.

"Gimana juragan, dia cantik 'kan, selain cantik dia juga rajin." Pak Alan memperlihatkan April pada juragan Sofyan.

Benar saja, juragan Sofyan, sangat menyukai April, juragan Sofyan sampai keluar liur melihat kecantikan April.

"Sangat cantik, baiklah aku mau dia." Ujar juragan Sofyan, langsung setuju saat melihat kecantikan yang dimiliki oleh April.

April yang tidak tau apa-apa, dia bingung apa yang sedang dibicarakan oleh semua orang dirumahnya.

"Tidak, aku tidak akan setuju, dia putriku, kalau juragan mau , ambil aja Ayu, itu Putri kandung suamiku, suamiku yang berhutang, jadi putrinya yang bayar, tidak harus mengorbankan putriku." Bik Martha langsung menarik April dan membawanya kekamar.

Juragan Sofyan marah, dia sudah tidak menginginkan Ayu setelah melihat April yang jauh lebih cantik dari Ayu.

"Alan, kamu jangan mempermainkan ku, aku tidak mau gadis disamping mu, kecuali yang tadi, kalian bawa dia." Titah juragan Sofyan, marah merasa dipermainkan.

"Tunggu, asalkan semua hutangku lunas, aku akan memaksa dia untuk juragan, jangan pedulikan istriku, dia itu bisa aku urus." Ujar Pak Alan akan melakukan apa saja, ya g penting dia tidak dibawa oleh juragan Sofyan, dan dia sangat takut kalau juragan Sofyan menjual organnya.

"Benar juragan, kak April pasti menjadi istri juragan, soal Ibu itu gampang," Ayu ikut nimbrung, dia ingin membantu Bapaknya bebas dari hutang.

Juragan Sofyan, tidak berpikir panjang lagi, dia sudah sangat tertarik pada April saat pertama kali tadi melihat gadis itu.

"Buktikan Alan, jangan hanya ngomong, aku ingin dia sekarang juga dibawa kerumahku." Juragan Sofyan tidak mau lagi mengulur waktu, dia mau sekarang April dibawa kerumahnya agar tidak kabur.

"Baik, kakinya paksa aja dia, istriku biar aku yang urus." Ujar Pak Alan pada kedua anak buah juragan Sofyan.

Sementara didalam kamar, April masih bingung apa yang terjadi, dia bertanya pada Ibunya, tapi Buk Martha bilang tidak ada apa-apa, dia hanya meminta April jangan keluar kamar.

Namun April bukan anak-anak lagi, dia gadis dewasa, yang sudah berumur 21 tahun, dia tau kalau Buk Martha menutupi darinya.

"Buk, ceritakan, sebenarnya apa yang terjadi, siapa ketiga orang itu ?" April tetap memaksa.

Melihat April sangat penasaran ingin tau, Buk Martha akhirnya menceritakan kalau April akan dijadikan penebus hutang oleh Pak Alan, dan April akan menikah dengan juragan tua itu menjadi istri ketujuh.

April sangat kaget mendengar, dia langsung menolak, dia tidak mau, lebih baik dia menjadi perawan tua dari pada harus menikah dengan juragan tua yang pantas menjadi kakek buyut untuknya.

Bik Martha, memeluk April menenangkan, dia juga mengatakan kalau dia tidak akan menyerahkan April pada juragan itu.

Namun mereka terkejut saat pintu diobrak. "Tarik gadis itu, cepat !" titah Pak Alan.

Kedua anak buah juragan Sofyan langsung menarik memaksa April keluar, Buk Martha melawan mereka, tapi Pak Alan langsung memegang Buk Martha agar tidak membantu April.

"Cepat ikut kami !"

"Tidak, aku tidak mau, lepaskan, lepaskan, aku tidak mau." April melawan, dia meronta.

"Mas, lepaskan, baji*gan kamu, dia putriku, jangan bawa putriku." Nyonya Martha juga meronta dari genggaman Pak Alan.

Sedangkan Ayu hanya melihat saja sambil tersenyum, dia sama sekali tidak ada niat membantu, malah dia senang tidak ada lagi April yang dia benci dirumah ini.

"Ibu, tolong aku, aku tidak mau dibawa, Ibu, Ibu, tolong, Ibu." April sambil meronta dia terus meminta tolong pada Buk Martha.

"Kep*rat kamu, mas, lepaskan putriku, Ayu tolong kakak kamu, tolong dia." Mohon Buk Martha saat melihat Ayu berdiri didepan pintu kamar.

Namun Ayu hanya tertawa, dia sama sekali tidak ingin membantu.

"Lepaskan, lepaskan aku, aku mau menolong putriku." Buk Martha menendang burung tutut Pak Alan hingga dia terlepas.

Buk Martha langsung berlari keluar mengejar dan membantu April dari kedua anak buah juragan Sofyan.

"Lepaskan, putriku, baj*Ngan kalian." Buk Martha memukul-mukul dan menggigit tangan kedua anak buah juragan Sofyan.

Begitu juga April, dia tetap meminta tolong pada Buk Martha, dia melawan dan menggigit. Namun apalah daya tenaga wanita kalah jauh dari lelaki, apa lagi lelaki itu punya tubuh tegap dan kekar.

Pak Alan yang sedikit kesakitan, dia sangat marah, dia langsung menarik tangan Buk Martha dengan keras dan kasar, dia menampar pipi Buk Martha dan mengurung Buk Martha dikamar.

April juga dipaksa masuk ke mobil, namun gadis itu masih memanggil Ibunya, dia jelas melihat dengan mata kepalanya saat Pak Alan menampar keras pipi Ibunya.

Didalam kamar, Buk Martha tidak diam, dia terus mendobrak pintu, mulutnya terus berteriak memanggil nama putrinya.

"Buka pintunya bangs*t, kamu itu binatang*ng, kamu tidak punya hati, aku ingin cerai denganmu." Teriak Buk Martha didalam kamar sembari menggedor gedor pintu.

"Pak Alan yang mendengar ingin cerai, dia langsung marah, dia buka pintu dan masuk kedalam kamar, dia tarik tangan Buk Martha dengan kasar.

"Kamu ingin cerai, baiklah, kita bercerai," Ujar Pak Alan, namun tangannya menampar pipi Buk Martha beberapa kali sehingga buk Martha jatuh dan memegangi pipinya yang perih.

"Aku sudah ceria kamu, kamu pergi dari sini." Ujar Pak Alan.

"Kamu gila ya, ini rumah ku, kamu yang harus pergi, bawa putrimu angkuh mu itu." Teriak Buk Martha sembari memegang pipinya yang masih perih karena tamparan Pak Alan.

"Hahaha, rumah kamu, rumah ini udah aku gadai, dan uangnya usah habis untuk judi dan perempuan." Jawab Pak Alan membuat Buk Martha shock.

Buk Martha langsung bangkit dia ingin memeluk Pak Alan, Buk Martha sangat marah, dia sudah hilang sabar.

"Kamu, benar-benar, iblis, binatang*ng, kamu tega melakukan ini padaku." Bik Martha ingin menjambak rambut Pak Alan, tapi tangannya langsung ditepis, dan Pak Alan mencekik leher Buk Martha.

Pak Alan menampar dan menyiksa Buk Martha hingga Buk Martha tidak sadarkan diri.

Setelah itu Pak Alan dan Ayu pergi dari rumah itu, dengan uang sepuluh juta yang diberikan oleh juragan Sofyan tadi karena berhasil memaksa April, dia akan menyewa rumah nantinya, sedangkan Buk Martha dia tinggalkan begitu saja dalam keadaan pingsan.

Bersambung.

Episode 3. Juni Terkejut

Driiiing, driiiing, terdengar suara dering ponsel pengeluaran terbaru disaku seorang pemuda tampan yang sedang meletakkan barang belanjaannya kedalam bagasi mobil.

Pemuda tampan itu langsung menghentikan aktivitasnya, dia merogoh ponsel yang sedang berdering didalam saku celananya.

Ketika melihat nama yang tertera dilayar ponselnya, pemuda itu berdecak. "Ibu," gumam pemuda itu, dia malas menjawab telepon dari Ibunya, karena sudah pasti Ibunya akan menanyakan calon menantu padanya.

Ibu Lusi, Ibu yang telah melahirkan pemuda tampan itu terus saja mendesak agar putranya segera menikah, itulah sebab pemuda tampan itu malas menjawab telepon dari Ibunya.

"Assalamualaikum, Ibu," Pemuda tampan itu memberi salam ketika sudah tersambung dengan Ibunya.

"Waalaikumsalam, gimana kabar mu nak, apa kamu sudah mendapatkan calon menantu untuk Ibu, ingat umur kamu sudah 26 tahun, Ini sudah tidak sabar ingin menggendong cucu, cepat bawakan menantu untuk Ibu." Cerca Ibu Lusi pada putranya yang bernama Juni.

"Tapi Bu--"

"Tidak ada tapi-tapi, pokoknya dalam tiga hari lagi kamu tidak membawakan Ibu menantu, maka kamu akan Ibu jodohkan dengan anak si Ratna di kampung kita." tegas Ibu Lusi tidak memberikan Juni kesempatan untuk bicara.

Setelah itu, sambungan telepon terputus. Juni memasukkan kembali ponselnya kedalam saku celana, dia meraup wajahnya frustasi, bagaimana tidak, sampai saat ini dia belum menemukan gadis yang cocok untuknya setelah berjanji dengan Ibunya agar tidak dijodohkan dengan anak bude Ratna dikampung nya. menolak dijodohkan dengan Mira anak bude Ratna, karena dia tidak suka pada gadis itu.

Juni mengakui kalau Mira memang cantik, tapi Juni tidak suka, selain matre, Mira juga sombong dan angkuh, Juni tidak suka gadis seperti itu, dia ingin mencari sendiri gadis yang cocok dan bisa menyayangi Ibunya.

"Dimana aku harus mencari calon menantu untuk Ibu." Juni merasa frustasi.

Dia lupakan dulu, soal calon menantu untuk Ibunya, dia kembali masuk kedalam super market, ada sisa belanjaan belum dia bawa.

Sementara disebuah Swalayan yang tidak terlalu jauh dari super market Juni belanja, sebuah mobil berhenti karena ingin membeli air.

Mobil yang tidak lain adalah mobil anak buah juragan Sofyan, berhenti didepan swalayan.

Salah satu anak buah juragan Sofyan turun dari mobil, sedangkan yang satu orang lagi menunggu dimobil agar menjaga April agar tidak kabur.

Juragan Sofyan yang duduk didepan mobil dia ketiduran, maklum umurnya sudah bau tanah.

Anak buah juragan Sofyan sengaja tidak mengunci pintu mobil karena hanya sebentar, dan juga ada orang didalam mobil.

April yang melihat ada kesempatan, dia langsung menghantam burung anak buah juragan Sofyan, dan segera keluar dari mobil itu.

Anak buah juragan Sofyan, menjerit kesakitan sehingga membangunkan juragan Sofyan yang sedang pulas.

"Apaan sih kamu, berisik, lho mana gadis itu ?" tanya juragan Sofyan terkejut saat tidak melihat April ada didalam mobil.

"Dia lari," jawab anak buahnya yang sedang kesakitan memegang burungnya.

"Bodoh, kejar dia, jangan biarkan dia kabur, kalau kamu tidak bisa menemukannya kalian aku hukum, cepat temukan dia !" titah juragan Sofyan.

"Ba-baik juragan," walaupun kesakitan, anak buah juragan Sofyan tetap keluar dari mobil, tapi anak buah yang satunya lagi juga sudah kembali ke mobil.

"Ada apa ?" tanya anak buah yang sudah kembali ke mobil.

"Itu, gadis itu, dia lari, dia juga menghantam burungku." Jawab orang itu.

"Bodoh, kemana dia lari, ayo kita kejar."

"Dia lari kesana, itu dia." tunjuk anak buah yang kesakitan burungnya akibat ulah April.

April menoleh kebelakang, dia melihat kedua anak buah juragan Sofyan, sedang mengejarnya, April mempercepat larinya hingga sampai diparkiran super market tempat Juni berbelanja.

April sudah kelelahan, dia sudah tidak sanggup lagi berlari, dai melihat sebuah mobil yang bagasinya terbuka, tanpa menunggu lama dia langsung masuk kedalam bagasi mobil itu dan langsung menutupnya.

Sedangkan Juni yang sudah masuk kedalam super market, dia baru ingat kalau dia tidak menutup bagasi, dan kunci masih di mobil.

Juni cepat-cepat mengambil sisa belanjaannya dan segera keluar, dia berlari kecil agar cepat sampai kemobil.

Ketika hendak sampai, dia melihat bagasinya tertutup. "Ternyata sudah aku tutup." Gumamnya memperlambat langkah kakinya.

Juni mengira dia sudah menutup bagasi mobilnya, karena dia tidak tau kalau bagasinya ditutup oleh April yang bersembunyi didalam bagasi itu.

Juni membuka pintu mobil, melihat kunci yang masih ditempatnya, dia lega, kemudian dia berjalan ke bagasi ingin meletakkan sisa belanjaannya.

Tangan Juni sudah memegang kenop bagasi, namun terhenti saat terdengar suara.

"Mas, lihat seorang gadis, lari kesini ?" tanya dia orang pria bertubuh tegap, dan kekar yang tidak lain adalah kedua anak buah juragan Sofyan.

Juni terdiam, dia menelisik penampilan kedua orang itu, kemudian menggeleng.

"Tidak, aku tidak melihat siapa-siapa, memangnya kalian cari siapa ?" tanya Juni, dia dapat memastikan kalau kedua orang didepannya adalah bodyguard, karena punya tubuh kekar dan tegap.

Kedua anak buah juragan Sofyan tidak menjawab, mata keduanya terarah kedalam mobil, mereka melihat-lihat kedalam mobil, tapi tidak ada tanda-tanda April bersembunyi disitu.

"Gadis itu tidak disini, mungkin dia lari kesitu, ayo cepat, jangan sampai kita kehilangan jejak, kalau tidak ketemu habislah kita." Kedua anak buah juragan Sofyan langsung pergi dari mobil Juni.

Juni jadi heran, dia tidak jadi membuka bagai, sisa belanjaannya yang hanya sedikit dia taruh dikursi penumpang disebelahnya.

Mobil Juni keluar dari perkiraan supermarket, April bernafas lega, dia dapat merasakan kalau mobil itu berjalan, jadi dia terbebas dari kejaran anak buah juragan Sofyan.

Mobil Juni membelah jalan raya, kebetulan waktu itu tidak banyak kendaraan berlalu lalang, jadi tidak ada macet.

Hingga tidak berapa lama, mobil itu sampai dipekarangan rumah berlantai dua, namun tidak terlalu besar.

Juni keluar dari mobil setelah terparkir, dia mengitari mobil dan membuka bagasi untuk mengambil barang belanjaannya.

Betapa terkejutnya dia, saat melihat seorang gadis tidak bergerak didalam bagasi mobilnya.

Dia melihat kesana kesini, sebelum menyentuh gadis itu, Juni takut, karena gadis itu tidak bergerak sama sekali.

Juni memanggil, gadis itu tanpa menyentuh, dia takut kalau gadis itu mati, maka sidik jarinya akan tinggal ditubuh gadis itu.

Juni jadi panik, dia tidak tau harus melakukan apa, kebetulan mobil Agus memasuki pekarangan rumahnya.

Agus langsung keluar dan segera menghampiri bosnya yang sedang panik menatap kedalam bagasi mobil.

Agus juga terkejut saat melihat ada seorang gadis didalam bagasi mobil bosnya.

"Bos," Agus menatap curiga pada bosnya.

Juni yang paham tatapan asistennya, dia menyentil kening asistennya itu.

"Kenapa menatapku seperti itu, jangan bilang kamu curiga padaku." Ujar Juni pada asistennya.

Bersambung.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!