NovelToon NovelToon

Ibu Susu Untuk Anak CEO

Awal Mula

Adelia Jelita, seorang wanita muda yang baru saja kehilangan bayinya beberapa hari lalu, karena sang bayi keracunan air ketuban di dalam kandungannya. Dan di saat yang bersamaan pula keluarga dari sang suami menyalahkan dirinya atas kejadian ini, yang dianggap teledor dan tidak bisa menjaga bayi yang ada di kandungannya itu.

 “Mulai sekarang aku talak kamu, kau telah membunuh anakku!” suara lantang Bima menusuk hati Adelia.

  “Mas, kenapa kau menyalahkan aku, bahkan aku sendiri tidak pernah menginginkan hal ini, aku juga hancur atas kepergian anak kita,” jelas Adel yang tidak di hiraukan oleh suaminya.

  “Aku tidak mau tahu, yang jelas aku sudah tidak bisa lagi mempertahankan rumah tangga ini, selama tiga tahun kita menantikan seorang anak, tapi apa! Ketika di kasih kau tidak bisa menjaganya dengan baik,” cetus Bima dengan tatapan tajamnya.

  “Mas, semua ini sudah kehendakNya, padahal kau tahu sendiri, aku begitu mendambakan seorang anak, dan kau tahu sendiri bagaimana aku menjaga kandunganku, semua itu di luar batas kemampuanku, tapi baiklah jika itu keinginanmu untuk berpisah denganku, maka akan ku permudah jalanmu menuju pengadilan agama,” sahut Adel tanpa pikir panjang.

Setelah kepergian suaminya Adel menangis dalam kesepiannya, tidak ada yang tahu jika hatinya begitu hancur, tapi apa! Semua orang malah menyalahkan dirinya atas kematian anaknya.

  “Anakku maafkan Mama yang tidak bisa menjagamu Nak, Mama tidak tahu kalau akan seperti ini jadinya, semoga kau bahagia di surga sana,” ucap Adel sambil menatap foto USG sang anak.

  ******

Setelah beberapa hari Adel menjalani hari-harinya penuh dengan kesendirian, tidak mudah bagi Adel menerima semua ini, hanya saja dia terpaksa untuk melawan semua rasa sakitnya demi kewarasan mentalnya.

Pagi ini mentari mulai bersinar, membuat dirinya harus segera bangkit dengan sisa-sisa semangat yang dia miliki, meskipun kondisi hatinya sedang tidak baik-baik saja, akan tetapi dirinya tidak mau terpuruk terlalu dalam, baginya hidup harus tetap berjalan tak peduli seberapa besar badai menghantam, tidak akan menghalangi dirinya untuk tetap bangkit bekerja dan terus bekerja agar kesakitan yang dia pikul sedikit berkurang.

  "Tuhan, maafkan aku jika selama ini tidak bisa menjaga hati dan fisikku sendiri, untuk sekarang aku akan berjanji lebih menyayangi diriku lagi dari segi apapun," ucap Adelia sambil memeluk dirinya sendiri.

   Pagi ini wanita cantik itu sudah mulai rapi dengan balutan kemeja putih dan juga rok sepan selutut yang membuat penampilannya masih seperti gadis berusia 18 tahun, padahal usianya sudah menginjak angka 28 tahun.

  Dengan menenteng tasnya wanita kuat itu mulai berangkat bekerja dengan senyum yang mengembang di sudut bibirnya, seperti harapan yang semestinya ia gapai.

Pukul setengah delapan dia sudah mulai sampai di depan gedung-gedung kaca itu, langkah tegapnya menunjukkan bahwa dia bisa menghadapi semua masalah ini.

   "Selamat pagi ...," sapanya kepada teman-teman yang sudah datang.

  "Del, kamu sudah sehat?" tanya seorang teman yang bernama Ambar.

  "Sudah Mbar," sahut Adel.

  "Turut berduka cita ya atas kepergian anak mu, maaf belum sempat jenguk," ucap Ambar.

  "Iya gak apa-apa, sudah garis takdir, mau diapakan lagi, yang terpenting sekarang aku harus kuat untuk menghadapi semua ini," ujar Adel.

  "Iya Del, semangat ya," sahut Ambar.

  Saat ini Adel mulai di sibukkan kembali dengan tumpukan dokumen dihadapannya, matanya mulai menatap layar laptop melihat skema yang harus dia kerjakan hari ini juga, ketika jari-jari lentik itu mulai menari-nari diatas keyboard tiba-tiba saja rasa nyeri di dadanya kembali menyerang sehingga membuatnya memberhentikan sejenak aktivitasnya lalu mulai mengambil alat pumping ASI.

  Sambil menunggu wadah pumping terpenuhi air susunya, tangan wanita itu mulai menari-nari diatas keyboardnya mengerjakan semua tugas-tugas yang harus dia kerjakan hari ini juga.

  "Del, ASI mu kasih deras ya," tanya Ambar.

  "Iya Mbar," sahut Adel.

  "Terus setelah di pompa kamu Huang gitu?" tanyanya kembali penuh penasaran.

  "Enggak Del, selama beberapa hari ini masih aku simpan, di kulkas sih," sahut Adel.

  "Oh, ya Del, dengar-dengar anak dari bos kita begitu rewel dengan susu Formula, padahal itu susu yang terbaik, entah kenapa ya, paling anak bayi itu menginginkan sebuah ASI," ujar Ambar tiba-tiba.

 "Mungkin saja, kasihan ya bayi itu baru beberapa hari lahir langsung di tinggal ibunya, sedangkan aku baru beberapa jam melihat anakku dia langsung tidak ada," ujar Adel yang merasa memiliki kesamaan dengan bayi itu.

  Tanpa mereka berdua sadari di belakang tembok sana tanpa sengaja asisten dari sang CEO mendengar percakapan kedua karyawannya itu, sehingga dia pun merasa keberuntungan ada di depan matanya.

  "Yes, baru saja si Bos, menyuruhku mencari ibu susu untuk bayinya dan sepertinya Dewi Fortuna menghampiriku," ujar Raihan.

  Saat ini pria tampan yang terkenal dengan sikap dinginnya itu mulai mendekati karyawan yang sedang berbicara di saat waktu kerja, sehingga membuat kedua wanita itu begitu terkejut ketika melihat asisten bosnya itu tiba-tiba berada dihadapannya.

  "Maaf Pak Reihan," ucap kedua.

  "Kalian ini bisa nggak bekerja dengan profesional," sahut Reihan dengan tatapan yang mengintimidasi.

  "Maafkan kami Pak," ulang Adelia.

  "Oh ya, kalian tadi bukannya sedang membicarakan ASI. ASI siapa di sini yang masih mengalir?" tanya Reihan dengan nada datarnya.

  "ASI saya Pak, kebetulan saya baru melahirkan," sahut Adelia.

 "Bayi kamu dimana?" tanya Reihan kembali.

  "Sudah di surga Pak, beberapa jam setelah di lahirkan," sahut Adel, setengah menunduk.

  "Turut berduka, ya," ucap Reihan merasa tidak enak hati.

  Saat ini pria bertubuh jangkung itu mulai berbicara dan mengutarakan keinginannya terhadap Adel, mengenai ASI dan hal itu langsung mendapatkan persetujuan dari gadis tersebut, karena memang dirinya mengharap ASI nya yang berlimpah tidak sia-sia.

  "Del, gimana apa kamu setuju, kalau kamu setuju saya akan bicarakan ini dengan Althur?" tanya Reihan sekali lagi.

  "A-aku setuju Pak, beberapa hari ini aku memang kepikiran dengan jumlah ASI ku yang melimpah dan aku tidak mau terbuang sia-sia," ujar Adel.

  "Baiklah kalau begitu nanti saya akan sampaikan kepada Bos, dan kamu harus siap ya, jika besok atau lusa Bos memanggilmu, ya sudah selamat bekerja, ingat kalau kerja harus profesional, kamu tidak mau kan makan gaji buta," ucap Reihan yang sudah kembali ke setelan awal.

  "Iya Apak," sahut Adel. Dengan senyum masamnya, gara-gara keasyikan ngobrol dirinya sampai kena tegur seperti ini.

******

  Jam istirahat pun sudah tiba saat ini Adel dan Ambar sudah ada di kantin kantor, mereka berdua sama-sama menikmati makan siangnya, dan kali ini lagi-lagi Adek harus merasakan nyeri yang begitu dahsyat di area dadanya.

  "Ya Allah sakit banget," ucap Adel yang membuat sahabatnya itu mengerutkan keningnya.

  "Ada apa Del?" tanya Ambar.

  "Dadaku mulai nyeri," sahut Adel.

  "Iya bahkan bajumu sudah basa, gara-gara ASI mu yang melimpah," ujar Ambar.

  "Ya sudah kalau begitu aku balik dulu ya ke kantor mau ambil pumping," ijin Adel dengan langkah yang terburu-buru.

  Saat ini langkah Adel begitu buru-buru sangking tidak kuat menahan rasa nyeri di dadanya, hingga membuatnya kurang fokus dan malah menabrak Tuan Arthur yang merupakan CEO di tempatnya bekerja.

  "Bruuugh ....!" Badan Adel terperangkap dalam dekapan CEO yang terkenal arogan itu.

Bersambung ....

Bismillah semoga menjadi awal yang baik.

Pertama Menyusui

Adel hanya menatap sambil terkejut, karena keteledorannya sampai-sampai dirinya harus menabrak tubuh Sang CEO yang terkenal dingin dan super arogan ini, lihat saja sekarang, tatapan pria itu begitu tajam mengarah ke Adel, bahkan mulutnya pun berucap begitu menyakitkan hati.

  "Kalau jalan tuh hati-hati, wanita itu tugasnya menjaga kehormatan bukan malah di suguhkan seperti ini, siapa yang mau ayo ambil," desis Althur yang benar-benar membuat Adel tersinggung.

  "Maksud anda apa? Saya benar-benar terjatuh tanpa ada niatan lain," balas Adel tidak terima.

  "Kalau tidak ada niatan, kenapa kau begitu nyaman berada di dekapanku," cetus pria itu.

  Seketika Adel langsung melepas dekapan pria yang ada dihadapannya itu, rasanya hari ini hati Adel begitu malu diperlakukan seperti itu, padahal di dalam hati tidak ada niatan untuk mencari kesempatan di dalam kesempitan.

 "Aku hanya reflek saja Pak, dan maaf saya bukan wanita seperti itu," ucap Adel, lalu mulai pergi meninggalkan pria bermata elang itu.

  Saat ini Althur benar-benar geram melihat sikap karyawan nya yang terkesan sombong itu, padahal kalau dia mau banyak wanita yang melemparkan tubuhnya kepadanya.

  "Dasar wanita sombong kamu pikir aku tertarik dengan modelan yang seperti itu," cetus Althur sambil berlalu pergi.

 Saat ini Adel langsung memompa ASI nya yang terus menerus mengalir layaknya air sumber dari telaga yang tiada habis mengalir tanpa ada surutnya, bahkan meskipun sudah di pompa terus menerus ASI nya tetap melimpah ruah.

  "Habis ini kau tidak akan terbuang sia-sia semoga ASI ku cocok dengan anak Bos ku," gumam sambil memompa ASI nya.

  *******

 Saat ini Reihan sedang menghadap atasannya itu, Althur pun mulai menagih janji kepada Reihan kalau dirinya akan membawa ibu susu untuk anaknya. Bayi berusia tiga bulan itu saat ini sedang berada di rumah sakit karena kekurangan cairan akibat menolak susu formula pemberian dari keluarganya, padahal jenis susu formula merupakan merek terbaik dan termahal di negeri ini.

  "Reihan mana janjimu yang katanya ingin membawa ibu susu untuk putraku," ucap Althur dengan tatapan elangnya.

  "Sekarang bisa Tuan, karena orangnya ada di kantor ini dia bekerja di bagian adminitrasi keuangan," sahut Raihan.

  "Ya sudah kalau begitu bawa dia segera karena hari ini dia harus menemui putraku di rumah sakit," ungkap Althur menegaskan.

  "Baik Tuan kalau begitu akan saya panggilkan dia sekarang," sahut Reihan.

  Saat ini Reihan mulai menelpon Adel, untuk menghadap ke ruangan bosnya dan tidak lama kemudian wanita itu datang, dengan pandangan yang menunduk karena ia tidak mau sang atasan mengingat kejadian barusan.

  "Tok ... Tok ... Tok ...," pintu pun di ketuk.

  "Masuk saja Del," ucap Reihan.

  Adel mulai masuk dengan tatapan yang menunduk dan hal itu membuat pria dihadapannya itu mulai terkesiap karena begitu terkejut melihat penampakan wanita yang benar-benar menyebalkan itu dan membuat mood nya jadi kurang baik.

  "Reihan, apa tidak ada wanita lain yang menyusui selain ini," ucap Althur dengan setengah menyindir.

  "Maaf Tuan, di luaran sana banyak yang ingin menyumbangkan ASI mereka akan tetapi setelah di tes kualitas ASI mereka tidak memadai standar yang Tuan inginkan, maka dari itu pihak kami menolak, dan untuk sekarang kenapa kita tidak coba dulu dengan Adel, siapa tahu ASI dia cocok dengan Tuan Dalton," terang Raihan.

  "Tapi tidak juga dengan wanita menyebalkan ini, nanti anakku akan menjadi anak yang pembangkang seperti dia, pokoknya aku tidak setuju," tolak Althur dengan ketus.

  Adel pun merasa tersulut dengan penolakan atasannya itu, dia pikir mencari pendonor ASI itu gampang? Dan tidak semua ibu rela berbagi ASI dengan anak lain.

   'Dasar Bos sombong awas saja kalau anaknya sampai cocok dengan ASI ku, pasti malu sendiri itu orang,' gerutu Adel di dalam hatinya.

  Saat ini Raihan sedang memberikan penjelasan kepada atasannya itu agar memikirkan hal ini untuk yang kedua kalinya, di jaman seperti ini mana ada orang tua yang mau berbagi ASI kalaupun ada, tentu dari pihak sini yang merasa keberatan jika harus berbagi, maka dari itu entah bagaimana caranya Raihan membujuk agar bosnya itu mau menggunakan jasa Adelia, karena Reihan pun sudah merasa lelah mencari ibu susu untuk sang anak yang tiada ujungnya itu.

  "Baiklah kalau begitu aku setuju, segera bawa wanita ini ke rumah sakit," perintah Althur yang akhirnya menyetujui saran dari asisten pribadinya itu.

  *********

  Singkat cerita, saat ini Adel sudah berada di rumah sakit dan sekarang wanita itu kembali bersedih karena melihat seorang anak yang terbaring lemah kekurang cairan akibat menolak susu yang di berikan oleh keluarganya.

  Sejenak Adel mulai mendekat ke arah bayi tersebut, yang mulai membuka matanya di sertai dengan tangisan yang menyebabkan suara bayi itu serak mungkin karena keseringan menangis, sampai-sampai suaranya hampir tak terdengar, bahkan hawa panas menyelimuti badannya.

  "Sus, kok dedek bayinya nangisnya sampai begini," ucap Adel kepada pengasuh bayi itu.

  "Iya Mbak, soalnya si dedek selalu nangis apalagi ketika diberi susu formula," sahut pengasuh yang bernama Ina itu.

  "Oh begitu ya," ucap Adel.

  "Del, ya sudah ayo di coba sekarang mumpung dia lagi bangun ucap Reihan sambung membawa kain penutup dada Adel.

  "Iya Pak," sahut Adel sambil mengangkat makhluk kecil dengan suhu panas yang begitu tinggi.

  "Sus kok badan dedeknya panas begini di biarkan saja," celetuk Adel yang merasa tidak ada tindakan dengan bayi yang sedang di gendongnya ini.

  "Dokter barusan sudah memeriksanya, dan menyuntikkan beberapa obat melalui selang infusnya," sahut Ina.

  Perlahan Adel pun mulai meletakkan kepala bayi itu di depan dadanya, dan tidak lama kemudian mulut kecil itu mulai mencari sendiri sumber makanannya, rasa sesak di dada Adel kini merasa sedikit lega ketika makhluk kecil itu mulai menghisap kuat puting Adel, bahkan suara menelan terdengar jelas.

  "Wah, dia langsung mau Del," ucap Raihan yang merasa senang karena sudah dua bulan ini semenjak kepergian ibu dari bayi tersebut dirinya yang selalu di sibukkan untuk mencari ibu susu bayi itu.

 "Alhamdulillah ya Kak akhirnya dia mau," sahut Adel.

 "Del, dia itu punya nama, kita harus manggil dia dengan sebutan Tuan Dalton, karena kalau ketahuan Tuan Althur, sudah deh kita bisa angkat kaki," ucap Reihan memperingati.

 "Iya Pak, makasih banyak ya sudah di nasehati," sahut Adel lalu mulai fokus menyusui anak susunya itu.

  Entah kenapa rasanya Adel begitu bahagia bisa memberikan ASI nya kepada bayi yang benar-benar membutuhkannya, dan tanpa di sadari, seketika tubuh mengeluarkan keringat yang banyak, bahkan tangan Adel yang tadinya memanas kini sedikit berkurang hawa panasnya.

Adel masih mendekam dan memberikan ASI nya dengan senang hati apalagi Dalton merupakan seorang anak yang baru dua bulan yang lalu di tinggal ibunya untuk selamanya.

  'Ya Tuhan jika memang di ijinkan aku bertukar kasih saling melengkapi terhadap bayi ini, maka ikhlaskan hati ini untuk memberikan yang terbaik untuk tubuh kecil ini, Dalton kita ini sama Nak, jika kau kehilangan ibumu, maka Tentu kehilangan anak Tante beberapa hari yang lalu,' batin Adek sambil menimang makhluk kecil itu.

  Bersambung ....

Kematian Yang Misterius.

Bayi itu masih terus menyesap sumber makanannya dengan kuat seakan tidak mau berhenti, bahkan tangan kanannya langsung menutupi buah dada Adel, seolah ini miliknya dan tidak boleh ada yang mengambil, adek begitu terkikik melihat tangan kecil itu mulai memegangi buah dadanya seolah tidak mau melepaskan.

  "Del, kenapa kau tertawa?" tanya Raihan yang memang tidak tahu karena Adel pun mengenakan penutup kain.

  "Tangannya menopang ke arah dadaku, seakan tidak mau lepas," sahur Adel diiringi dengan gelak tawa.

  "Hah! Berarti dia itu memberi kalau itu benar-benar sumber makanannya dan tidak boleh ada orang lain yang mengganggunya," celetuk Reihan sambil senyum-senyum sendiri melihat bayi berusia 3 bulan itu.

 Entah berapa lama Baby Dalton menyesap dada ibu susunya itu hingga pada akhirnya dia melepas sendiri sumber makanannya itu dari mulutnya.

  "Alhamdulillah dia sudah tertidur lagi, dan panasnya pun sepertinya sudah menurun, lihat saja tubuhnya dipenuhi dengan keringat," ucap Adel, yang merasa begitu lega.

  "Apa iya Del?" tanya Reihan sedikit tidak percaya.

  "Coba pegang saja Pak," titah Adel.

  Reihan pun mencoba untuk memegang kening bayi itu, dan ternyata benar, wajahnya di penuhi oleh keringat yang mengembun di area wajah, dan hal ini benar-benar membuat Reihan terkesima akan fenomena ini.

  "Wiiiih, tokcer juga ASI mu Del," ucap Raihan di selangi dengan candaan.

 Adel pun gak mau menggubris karena memang dibelahan dunia manapun lelaki memang suka bicara prontal seperti itu.

  "Oh ya Pak, terus sekarang posisi aku gimana, pulang dulu atau tetap di sini?" tanya Adel.

  "Kau tetap saja di sini Del, soalnya kata Tuan besar, kalau memang anaknya sudah cocok, kamu tidak boleh kemana-mana selain menjaga anaknya," sahut Raihan yang memang sudah diberi amanah oleh bosnya.

  "Hah! Tidak boleh kemana-mana, terus gimana dengan kerjaanku?" tanya Adela.

  "Sudah jangan pikirin pekerjaan di sini profesi mu sudah berganti menjadi Ibu susu dari anak CEO, dan bayaranmu pun tiga kali lipat dari gaji kantor," jelas Raihan yang membuat Adel menjadi haru.

  Teringan 20 hari yang lalu ia di talak oleh sang suami karena dianggap tidak bisa menjaga sang anak, bahkan suami dan keluarganya tega mengusir Adel, dari rumah yang selama ini di beli dari hasil jerih payahnya bersama dengan sang suami, bodohnya Adel pada waktu itu percaya begitu saja ketika rumah yang dia tinggali atas nama suaminya, hingga pada akhirnya dia tidak bisa berbuat apa-apa, bahkan ingin menggugat pun sulit.

  Hingga pada akhirnya Adel memilih untuk tinggal di rumah kontrakan, akan tetapi sekarang Allah sepertinya mengganti kesedihannya itu dengan rejeki yang lebih banyak dari sebelumnya.

  'Masya Allah aku tidak menyangka ASI ku ini akan menjadi ladang rejeki ku,' gumam Adel di dalam hatinya.

  ********

  Sedangkan di dalam ruang kerjanya saat ini Althur sedang di landa kesedihan pasalnya kematian istrinya dua bulan yang lalu masih menjadi misteri, karena dia tidak boleh melihat jenazah istrinya yang katanya sudah hancur semua akibat kecelakaan yang begitu dahsyat.

  "Sisi, aku tidak tahu lagi harus menerima takdir ini atau tidak, kenapa hari itu kau tidak mendengar kata-kataku, untuk tidak datang di acara temanku itu Si," gumam Althur yang masih menyesali kematian istrinya itu.

Ketika Althur masih menyelami rasa sedihnya, tiba-tiba saja sekretarisnya datang ingin memberi tahukan kalau saat ini ada jadwal meeting dengan Tuan Mike dari Singapura.

  "Tok ... Tok ... Tok ....," suara ketukan pintu terdengar membuat pria di dalam ruangan itu menghentikan sejenak lamunannya.

  "Masuk," sahut suara bariton dari dalam.

  "Tuan sekarang jadwalnya meeting bersama dengan Tuan Mike," ucap Sarah, sekretaris dari Althur.

  "Kapan mereka datang?" tanya Althur.

  "Kurang lima menit lagi, semua stap sudah menunggu tinggal kedatangan Tuan saja," ucap Sarah.

  "Baiklah sebentar lagi saya datang," sahut Althur.

   Setelah kepergian sekretarisnya pria itu langsung menyiapkan dieu untuk mendatangi ruangan meeting yang ada di dalam kantornya, pria itu begitu tertegun ketika mulai berpapasan dengan Tuan Mike yang merupakan rekan kerjanya dari negara Singapura itu.

   "Selamat datang Tuan Mike, senang bisa berjumpa dengan anda kembali," ucap Althur sambil menjabat tangan rekan bisnisnya itu.

Meeting sudah di mulai saat ini para pihak yang bersangkutan mulai menyimak apa yang di terangkan oleh Althur Rayendra mengenai pembangunan Apartemen yang akan di agendakan bulan depan.

  "Baiklah apa yang saya terangkan hari ini semoga bisa di pahami, dan apabila ada yang ingin di tanyakan silahkan di pertanyakan melalui asisten pribadi saya," ucap Althur lalu mulai duduk kembali di kursinya.

   Setelah dua jam kemudian meeting pun selesai lalu Althur mulai berbincang-bincang ringan dengan rekan jauhnya itu, entah apa yang mereka bicarakan sehingga omongan mereka merambat kemana-mana.

  "Oh ya Tuan, Althur kemarin pas aku berada di Amerika, tidak sengaja aku berpapasan dengan istri anda bersama seorang pria," ucap Mike, sedangkan Althur hanya mengerutkan keningnya.

  "Anda salah orang Tuan bahkan istriku sudah meninggal dunia dua bulan yang lalu," sahut Althur.

  "Apa meninggal!" Mike pun mulai terkejut karena merasa tidak percaya.

  "Tidak mungkin Tuan, aku berpapasan dengannya, lalu diapun tersenyum ketika aku memanggil namanya (Nyonya Sisi)," terang Mike akan tetapi Althur masih sulit mempercayainya karena memang dia sendiri yang melepas cincin pernikahannya di jari manis istrinya.

  "Istriku sudah meninggal Tuan dan saya sendiri yang menemukan bukti-bukti seperti cicin pernikahan yang masih tersemat di jari manisnya, dan bukti-bukti lain seperti baju tas dan juga handphone milik istri saya," ujar Althur menegaskan.

 "Mungkin yang aku lihat kemarin hanya seseorang yang mirip dengan istri anda Tuan," sahut Mike yang akhirnya mengalah akan tetapi dalam hati kecilnya dia yakin kalau wanita itu merupakan istri dari rekan bisnisnya itu.

  ********

  Malam harinya, saat ini suasana di rumah sakit begitu sunyi, tidak terdengar suara tangisan lagi,bahkan pengasuh dan tim medis lainnya merasa heran, karena sebelum kedatangan ibu susu dari bayi itu Dalton selalu menangis setiap satu jam sekali, bahkan sangking seringnya air mata anak itu sampai kering.

"Selamat malam Bu, gimana keadaan Baby Dalton malam ini?" tanya Dokter yang menangani Dalton.

"Alhamdulillah dari tadi Dalton tidak pernah nangis, kalaupun nangis paling dia sedang lapar, dan begitu di susui langsung diam," sahut Adel.

"Syukurlah akhirnya bayi ini menemukan Ibu susu yang tepat, semoga saja anda selalu diberi kesehatan agar bisa menyusui Dalton dengan baik," ucap dokter itu penuh harap.

"Semoga saja ya Dok," sahut Adel singkat.

Dokter pun mulai memeriksa tubuh kecil itu yang masih terlelap diatas bed nya, senyum indah itu terukir dari sudut dokter cantik itu entah perubahan apa yang dialami oleh pasiennya ini sehingga dirinya terlihat begitu sumringah.

"Alhamdulillah, demamnya sudah menurun, dan sepertinya ada peningkatan kesehatan yang cukup baik, kalau kondisi sudah normal seperti ini mungkin besok Dalton sudah boleh di bawa pulang," ucap Dokter cantik itu.

"Beneran Dok?" tanya Adel.

"Benar Mbak," sahut dokter tersebut lalu mulai meninggalkan kamar Dalton.

Di sini Adel begitu senang akhirnya besok Dalton sudah bisa pulang, entah kenapa meskipun baru pertama kali bertemu dengan Dalton rasa sayang Adel begitu besar, Dalton memang menjadi obat pelipur lara di saat dia mulai kehilangan segalanya.

"Cepat sembuh ya Nak, kata dokter besok kamu sudah di ijinkan pulang," ucap Adel sambil mencium kening Dalton.

"Hei siapa yang mengijinkan kamu mencium bayiku!" suara bariton itu tiba-tiba terdengar begitu menyeramkan.

Bersambung

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!