NovelToon NovelToon

Yang Bukan Manusia

Bangun

Langit tak bergerak. Abu-abu pekat, tanpa matahari, tanpa arah. Reva membuka mata, duduk perlahan. Di sekelilingnya, kehampaan. Tidak ada suara. Tidak ada bayangan
Seorang pria duduk tak jauh darinya, memijat pelipis.
Damar
Damar
Aku Damar, Ini... bukan dunia biasa.
Reva
Reva
Reva. Kita... di mana?
Seorang perempuan lainnya, duduk memeluk lutut, berbisik lirih.
Nira
Nira
Aku Nira. Rasanya... seperti tempat setelah mati.
Langkah pelan terdengar tanpa gema. Seorang pria bertubuh tinggi, wajah datar, muncul.
Sena
Sena
Sena.
Lalu—teriakan.
Azhar
Azhar
SIAPA KALIAN?!
Pria terakhir datang. Nada suaranya meledak.
Azhar
Azhar
Azhar. Dan gue nggak ingat apa pun soal tempat ini!
Damar
Damar
Tenang. Kita semua baru bangun.
Tiba-tiba— Sebuah suara muncul dari udara. Datar. Tidak berasal dari mana pun.
>"Bangunlah. Dunia telah dikosongkan. Kalian adalah yang tersisa."
Mereka semua diam. Nafas menahan. Pikiran bergetar.
> “Satu dari kalian bukan manusia. Temukan dia. Sebelum terlambat.”
Reva menatap ke empat orang di sekelilingnya.
Reva
Reva
Satu dari kita...?
Azhar
Azhar
Ini gila, Siapa yang main-main?!
Sena
Sena
Atau ini nyata
Sena
Sena
Kita di tempat yang bukan dunia
Damar
Damar
Lihat bayangan kalian
Mereka menunduk. Tak ada bayangan.
Nira
Nira
Langkah kita juga nggak bersuara
Reva perlahan menyadari sesuatu. Ia mengamati dada mereka satu per satu. Empat dada naik turun. Yang kelima
Reva
Reva
Tidak.
Reva
Reva
Tunggu. Seseorang dari kita... tidak bernapas.
Semua saling menatap. Diam. Seseorang sedang berpura-pura hidup.

Tanpa Nafas

Diam menguap di antara mereka. Reva menatap satu per satu. Semua tampak bernapas—tapi sekarang dia tak yakin apa yang ia lihat benar adanya. Siapa pun yang tak bernapas... kini mungkin sudah menyamarkannya.
Azhar
Azhar
Lo nuduh siapa barusan? Jangan main kode-kode!
Reva
Reva
Aku nggak nuduh siapa-siapa. Hanya... tadi aku lihat satu dari kalian nggak bernapas. Sekarang semua kelihatan seperti bernapas.
Damar
Damar
Artinya, dia sadar sedang diawasi. Sekarang menyamar.
Sena
Sena
Pura-pura hidup. Atau meniru. Seperti makhluk yang belajar jadi manusia.
Nira
Nira
Kalau dia meniru, dia bisa meniru napas. Tapi... bisa nggak dia meniru perasaan?
Hening lagi. Kata-kata Nira menempel di udara seperti kabut. Reva menggenggam lengan kirinya erat. Ada sesuatu yang tumbuh dalam dirinya. Perasaan cemas yang bukan berasal dari luar—tapi dari dalam tubuhnya sendiri.
Azhar
Azhar
Gue nggak akan diem aja sambil dikelilingi makhluk aneh. Kita tes aja satu-satu. Cari tahu siapa yang aneh.
Damar
Damar
Tes dengan apa? Kita bahkan nggak tahu hukum dunia ini. Mungkin yang manusia justru terlihat paling aneh.
Sena
Sena
Dan siapa yang mulai? Kau mau kita berakting bodoh, biar tahu siapa yang terlalu sempurna?
Nira
Nira
Atau terlalu dingin.
Sena meliriknya tajam. Tapi tak menjawab.
Tiba-tiba, tanah di bawah mereka sedikit bergetar. Bukan gempa, tapi lebih seperti... tarikan napas dari bawah permukaan.
Damar
Damar
Kalian merasakannya?
Azhar
Azhar
Oke, sekarang tempat ini juga hidup?!
Dari kejauhan, cahaya muncul. Sebuah titik putih seperti bintang di tengah kabut abu-abu. Berkedip. Perlahan bergerak mendekat.
Reva
Reva
Itu... bukan bintang. Itu—sesuatu yang datang ke kita.
Suara dari langit—atau dari ruang, muncul lagi. Kali ini lebih pelan. Lebih dalam.
> "Kalian akan segera diuji."
Azhar
Azhar
Apa maksudnya diuji?!
> "Yang bukan manusia... akan mencoba bertahan sebagai manusia."
Kelima orang itu kini berdiri saling berjauhan. Mata saling awas. Mereka sudah tidak berjalan bersama lagi.
Mereka kini mulai melihat satu sama lain bukan sebagai rekan—tapi kemungkinan ancaman.

Rasa yang Tidak Pasti

[Mereka berlima berdiri melingkar. Cahaya putih menggantung di atas tanah. Sunyi.]
> Suara: “Ujian pertama: rasa kehilangan.”
Azhar
Azhar
Ujian? Gila, ini semacam eksperimen psikologis?
Damar
Damar
Lebih dari itu. Ini... menyerang dalam.
Nira
Nira
Kita semua merasa sesuatu barusan, kan?
Reva
Reva
Itu bukan ilusi. Aku kembali ke kamar adikku... yang sudah meninggal.
Azhar
Azhar
Gue dengar suara orang tua gue. Suara yang seharusnya udah nggak ada.
Damar
Damar
Ibuku. Duduk di sebelahku. Tersenyum. Lalu menghilang.
Nira
Nira
Aku... melihat ibu juga. Tapi dia bilang aku bukan anaknya.
Sena
Sena
Aku tidak melihat siapa pun.
Hening sejenak. Reva menatap Sena tajam.
Reva
Reva
Apa maksudmu?
Sena
Sena
Tidak ada suara. Tidak ada wajah. Tidak ada kehilangan.
Azhar
Azhar
Kau bohong.
Sena
Sena
Atau mungkin, aku memang tidak punya yang bisa hilang.
Damar
Damar
Itu... tidak masuk akal. Setiap manusia punya sesuatu yang ia takut kehilangan.
Reva
Reva
Dan manusia, mau sekuat apa pun, pasti akan goyah kalau diberi kehilangan yang cukup dalam.
Sena
Sena
Mungkin aku bukan manusia sekuat itu. Atau mungkin... kalian terlalu sentimental.
Nira
Nira
Tidak. Ini bukan tentang kuat atau lemah. Kau tidak bereaksi sama sekali.
Azhar
Azhar
Terlalu tenang. Sejak awal.
Reva
Reva
Aku pikir, kau paling mungkin.
Sena
Sena
Mungkin benar. Tapi jika aku bukan manusia... kenapa kalian masih hidup?
Azhar
Azhar
Ancaman?
Damar
Damar
Atau tantangan. Kita disuruh memilih, bukan bertahan hidup.
Nira
Nira
Dan mungkin, makhluk itu sendiri... juga belum yakin siapa dia sebenarnya.
Cahaya putih meredup. Tanah kembali diam. Tapi di antara mereka—keheningan kini dipenuhi kecurigaan.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!