Di ruangan kelas yang sudah sepi, hanya tersisa 4 orang siswa yang sedang bergelut dengan peralatan kebersihan.
"Kelas 3 nanti kayanya kita bakal kepisah deh Shaf.." Maya berkata sambil memeluk sapu.
"kok bisa?" tanya Shafa menatap Maya.
"kan Lo pinter nih, pasti di gabungin sama anak-anak sebelah yang sama pinternya. Lha gue kan otaknya pas-pasan, kayanya bakal kebuang ke kelas lain deh" lanjut Maya memanyunkan bibirnya.
"masa? kan gue suka nyontek di Lo..jd elo juga kayanya bakal di satuin sama anak yang peringkatnya bagus deh" sahut Shafa.
"tapi Shaf, Lo kan suka nyontek ke Maya, tp kenapa Lo yang dapat rangking ya? Tapi si Maya kagak" sambung Rio yang sedari tadi duduk di meja dan hanya menatap papan tulis.
"iye nih, jangan-jangan Lo nyuap Bu Pingkan ya? Hayoloh ngaku.." tunjuk Bian dengan kemocengnya ke depan muka Shafa.
"dih apaan..pulang pergi sekolah juga gue jalan kaki, nyuap pake daun maksud Lo?" sungut Shafa berkacak pinggang dengan menenteng tempat sampah yang sudah bersih, Shafa melanjutkan "gue tuh dari SD sampe SMP suka dapat rangking tau, pas masuk SMA aja nih jadi kurang di asah kecerdasannya..hehehe"
"malah yang di asah bakat nyonteknya ya Shaf.." cengir Maya.
"dah selesai kan semuanya?pulang yok..pengen bobo siang nih gua" lanjut Bian sambil menenteng tas ranselnya.
"gaya Lo bobo siang" sahut Rio sambil melempar kapur ke punggung Bian.
Mereka berjalan di lorong sekolah sambil sesekali bercanda. Tiba di depan lapang, terlihat 2 orang lelaki yang sedang bermain basket.
"woy Juna..ayo balik" teriak Shafa pada salah seorang yang bermain basket.
Arjuna Sugianto, siswa yang terkenal paling cerdas di sekolah SMA Cendrawasih sekaligus teman akrab Shafa Medina. Mereka dekat sejak kelas 4 SD. Shafa dan Arjuna yang sama sama cuek dengan sekitar tidak sengaja menjadi saingan di kelas karena kecerdasan mereka. Namun lama kelamaan mereka menjadi dekat sampai sekarang. Yah walaupun Juna tetap dengan prestasinya, sedangkan Shafa, karena satu hal dan lainnya menjadi murid yang masih tergolong pintar namun terkenal dengan kemalasannya.
"Lo beneran cuma temenan sama si Juna Shaf?" tanya Rio yang diangguki juga oleh Bian.
"teman nyontek dia selain gue ya Juna, Yo.." jawab Maya.
"100 buat Maya" cengir Shafa.
"katanya kalo cewek sama cowok temenan, pasti salah satunya ada yang baper" ucap Rio.
"pasti elo kan yang baper,,ya kan? ngaku Lo.." tuduh Bian.
"Lo punya dendam apasih sama gue? Lemes banget mulut Lo dari tadi" jawab Shafa memukul lengan Bian berkali-kali.
Bian mengelak dengan cengirannya "iya iya sorry deh..hehehe. Yo duluan yuk..bye teman-temanku" Bian berdadah ria sambil menyeret Rio untuk menjauhi lapang.
"udah selesai piketnya?" tanya Juan yang sudah berada didekat Shafa dan maya. David, cowok yang tadi bermain dengan Juan ikut mendekat. Tangannya dia letakkan di bahu Shafa.
"sana ah tangannya, berat tau. mana bau keringat lagi" canda Shafa.
"kagak mau..cape gua ngeladenin si Juna dari tadi. Lo lama banget sih piketnya?"
"suka suka gue dong! yuk ah Jun pulang" menaik kasar tangan David, Shafa melenggang pergi dengan Maya yang tersipu malu karena tidak sengaja menabrak tangan David.
"Yee..ditungguin malah gak tau diri Lo Shafa..woyy tungguin gue Juna,,Shafa!!" David berteriak ketika Juna ikut melangkah disisi Shafa.
"sebenarnya ada yang mau disampein sama David tadi" ucap Juna tenang.
Shafa menoleh "oh ya??apaan Dav?"
"gue mau pindah sekolah"
"PINDAH?" Maya terkejut menoleh ke arah David yang hanya dibalas senyuman.
Shafa menghentikan langkahnya "ko bisa?"
"kok bisa?" tanya Shafa menghadap David. "sebentar lagi kita kelas 3 lho..harus banget ikut bokap dinas? Kan masih ada Abang Lo disini, dia bisa jagain Lo kan. Lo juga udah gede. Apa apa bisa sendiri." cecar Shafa.
David adalah teman Shafa sewaktu di SMP. Mereka dekat karena Shafa yang cuek dan David yang tertekan karena dikejar cewek yang naksir dia. Maklum saja, David memang mempunyai paras yang tampan, walaupun kulitnya berwarna sawo matang, tapi itu yang membuatnya menjadi lebih charming. Shafa menolong David bersembunyi sewaktu dia sedang beristirahat di UKS karena sedang malas dengan pelajaran matematika. Shafa pintar tapi dia tidak pintar menghafal rumus.
"sssttt ssstt..Lo sakit?" David mencolek lengan Shafa yang waktu itu sedang berbaring di kasur UKS menghadap tembok.
"nggak" jawab Shafa cuek. Memandang David yang berkeringat dan ngos ngosan, Shafa berdecak "tidur aja. pake selimutnya. Gak bakal gue kasih tau cewek cewek itu klo Lo disini" lanjutnya sambil menonton lagi HP yang sedang memutar lagu Green Day.
"Lo gak tau gue?" tanya David penasaran pasalnya tiap cewek yang dekat dengannya pasti merasa senang atau salting karena ketampanannya.
"tau" jawab Shafa seadanya masih sambil melihat HP nya.
Merasa diabaikan, David hanya mengangkat bahunya dan mulai berbaring sambil ikut membuka HP nya.
"gue David..eh Lo udah tau kan ya?" tanya nya sambil menjawab pertanyaannya sendiri. "nama Lo?"
"Shafa" dari situlah kedekatan keduanya terjalin. Juna yang waktu itu bersekolah di SMP yang berbeda mulai kenal David ketika masuk SMA yang sama dengan Shafa.
"ya gimana lagi Shaf, Lo tau sendiri bokap gue kerasnya gimana. Katanya, harus mulai dari sekarang gue belajar gimana cara kerja bokap bangun perusahaannya. Abang gue...yaaa entahlah, belum akur juga mereka. Jadi gue deh yang harus nurut" cerita David.
Shafa masih diam, bingung harus menjawab apa sedangkan Maya mulai berkaca kaca. Maya menyukai David, Shafa tau itu. Tapi David belum mengetahui perasaan Maya terhadapnya. Juna menatap Shafa sambil tersenyum menenangkan. Mengusap bahunya perlahan, Juna ikut bersuara "kapan berangkatnya?"
"lusa kayanya..sorry guys" sesal David.
"baik baik Lo disana" usap Shafa pada lengan David yang dibalas anggukan.
"hhhhh sedih gue..tp ya gimana lagi? Gapapa deh, masih ada Juna yang bisa gue suruh suruh buat kerjain tugas gue..hehe" canda Shafa mencairkan suasana.
"gue anter Lo pulang" Juna menggenggam tangan Shafa. "ga usah Jun, biasanya juga gue pulang sendiri. Lo pulang aja sama David dan Maya." tolak Shafa karena hanya dia yang arah rumahnya berbeda dengan ketiga temannya. Namun seolah tidak mendengar penolakan dari Shafa, Juna tetap menyeret Shafa ke parkiran motor. "duluan ya Dav, jagain Maya." ucap Juna sebelum berlalu bersama Shafa yang sudah dipaksa duduk di jok motornya.
Hanya anggukan yang David berikan pada Juna. Berjalan bersama ke halte bus terdekat, Maya memberanikan diri menahan tangan David. "bentar Dav, kamu..kamu sampai kapan perginya?" tanya Maya yang masih tampak ragu. David menatap Maya dengan seulas senyum "belum pasti, mungkin sampai lulus kuliah." Menghela nafas dengan berat "tolong jaga Shafa ya May, dia orang yang berharga bagi gue." lanjutnya menggenggam tangan Maya. Menahan nafas sesaat, Maya tersenyum dan mengangguk "pasti..Lo tenang aja. Ada gue, Juna juga pasti bakalan jagain terus itu anak." senyum cerah Maya berikan untuk David yang di balas dengan usapan lembut ditangan Maya. Maya sempat berjengkit kaget karena usapannya, namun sebisa mungkin mempertahankan senyumnya.
"Lo gak apa apa kan?" tanya Juna ketika mereka sampai di rumah Shafa. Duduk di atas jok motor dengan posisi menyamping dan menggenggam helmnya, Juna menatap Shafa yang berusaha tersenyum. "kalo gue yang pergi, Lo juga bakalan sedih?" lanjutnya yang membuat alis Shafa mengerut.
"hahaha bercanda gue " ucapnya lagi sambil mengacak pelan rambut sebahu Shafa yang hari ini ia ikat setengah dengan poni yang tersampir rapi.
"apaan sih Lo..awas aja kalo sampai ikut ikutan David pergi mendadak." ucapnya dengan bibir mengerucut lucu. Juna menanggapinya dengan tertawa pelan. Dia juga ikut merasa kehilangan, namun Juna tidak ingin menunjukannya di depan Shafa. Bagaimanapun Juna dan David sudah berteman baik selama 2 tahun ini dan menjadi teman akrab Juna selain Shafa.
"Gue boleh peluk Lo?" tanya David menatap Shafa yang mengantarkannya ke Bandara sore hari ini, bersama Juna.
Shafa menubrukan diri ke pelukan David yang dibalas tak kalah erat oleh David. Cukup lama mereka berpelukan sampai terdengar bunyi pengumuman keberangkatannya. Juna mendekat dan ikut bergabung dalam pelukan mereka. Dengan senyum dan mata berkaca kaca, David berpamitan kepada dua sahabatnya.
"gua pergi..baik baik Lo berdua. jangan lupain gue ya"
"Lo juga jangan lupa kabarin kita terus, kalo ada apa apa, cerita. Oke. Kita berdua bakal nunggu Lo balik." jawab Shafa dengan senyum cantiknya
Menepuk pelan bahu sahabatnya "Lo juga baik baik di sana. Jaga kesehatan. Jangan nangis kalo kangen." ledek juna
Satu tahun berlalu
"kangen nih sama tu anak." Shafa yang duduk di ayunan menatap langit sore bersama Juna. Mereka menikmati sore hari dengan pergi ke taman.
"Semalam gue Videocall an sama David. Dia juga udah tau kalo Maya suka sama dia" Juna berpindah tempat di belakang Shafa sampai mengayunkan ayunannya.
"kok gue gak di ajak vc bareng kalian sih? Eh tapi dari kapan dia tahu?" heran Shafa.
"Lo nya udah tidur semalam, jam 1 an sih. Udah lama ko tahunya, cuma dia gak berani jujur aja, takutnya ya kaya gini. Dia tiba-tiba pindah dan gak mau nyakitin Maya."
Shafa tiba-tiba menghentikan ayunannya dan langsung menghadap Juna, "eh tapi ko Lo tau kalo Maya suka sama David?"
"semua orang juga tau kali.."
"masa??" heran Shafa
"Lo tuh pinter waktu kecil, kenapa pas gede gini jadi bego sih?" Juna menyentil kening Shafa yang langsung menutupi keningnya dengan telapak tangan.
"heh gini gini juga gue punya rangking kali.." "walaupun dibawah Lo" ucapnya dengan suara mengecil
"berkat gue sama Maya" balas Juna
"tapi kalo cuma ngandelin PR doang gak bakal bisa Juna, itu emang gue nya aja yang beneran pinter" kekeh Shafa
tersenyum kecil, Juna menganggukan kepalanya. "mau lanjut kuliah kemana Shafa?" lanjut Juna. Shafa menggeleng 3x menjawab pertanyaan Juna. "mau kerja aja, gak punya duit hehe" menjawab dengan cengiran khas nya. Shafa memang tergolong orang biasa. Beda dengan Juna dan David serta Maya yang termasuk jajaran orang terpandang di tempatnya. Sebenarnya dalam hati kecil, dia ingin melanjutkan kuliah, tapi karena sadar dengan keadaan keluarga nya, dia bertekad untuk langsung mencari kerja.
"Lo gimana, jadi lanjutin kuliah keluar kota?" Ya, Shafa sudah diberi tahu sebelumnya kalau Juna akan melanjutkan kuliah di luar kota. Jujur saja dia sedih karena lagi lagi harus ditinggalkan teman, tapi harus gimana lagi, dunia tidak terporos hanya di satu tempat kan?
Juna mengangguk kecil dan tertunduk. Dia tahu Shafa harus menahan kesedihan akan ditinggalkan oleh temannya lagi. Juna merogoh saku jaket abu yang dikenakannya, lalu mengulurkan sesuatu ke hadapan Shafa.
"apa nih?" Shafa membuka telapak tangan Juna untuk melihat apa yang dipegang Juna. Sebuah gelang titanium dengan ukiran bintang kecil.
"buat elo" Juna memakaikan gelang itu ditangannya. Setelah selesai, dia juga memamerkan tangan nya yang berbalut gelang yang sama, hanya saja ukiran gelang Juna terdapat bulan, sedangkan Shafa bintang.
"gift buat gue?" senyum Shafa menghiasi wajahnya membuat Juna ikut tersenyum.
"supaya Lo gak lupa sama gue!"
Shafa tak kuasa menahan tawa usai Juna berucap. Dia tak menyangka temannya bisa berbuat manis seperti itu kepadanya.
"gak bakalan lah Juna, ada juga elo yang jangan sampe lupain gue. cewek cewek kuliahan kan pada cantik, mana lo pinter lagi. Pasti banyak yang ngantri buat dapetin Lo. Tar gue kesingkir lagi." canda Shafa ditengah tawanya. Juna mendekap Shafa, membuat gadis itu tersentak, sampai akhirnya membalas pelukan Juna.
"ko jadi melow gini sih ah..ga mauuu" ucap Shafa ditengah pelukannya dengan Juna. Baru kali ini dia dan Juna berpelukan. Dia berpikir mungkin karena Juna tidak tega meninggalkan dia setelah kepergian David.
"maafin gue yah" ucap Juna dengan suara kecilnya. Dia menutup rapat matanya, menghirup aroma tubuh gadis itu. Dia ingin menikmati masa masa dia dekat dengan Shafa.
"gak usah minta maaf Juna, asal Lo jangan lupain gue. Jangan kaya si David yang berapa Minggu sekali baru ada kabar, udah punya cewek kali yah dia, takut ceweknya cemburu kalo ketahuan ngehubungin gue..hehe" canda Shafa disela pelukannya dengan Juna.
Juna melepaskan pelukannya, menatap tangan Shafa yang dibalut gelang pemberiannya. "cantik" ucapnya melihat Shafa.
"he em cantik, makasih Juna"
Sore itu mereka lalui dengan bermain di taman dan berjalan jalan di sekitarannya sampai malam menjelang.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!