NovelToon NovelToon

Disakiti Istri Disayang Tiga Janda Seksi

Namanya Yoko

"Hoamm.."

Seorang pria, terlihat sedang meregangkan kedua tangannya kala mulut pria itu menguap, begitu dia keluar dari sebuah pos jaga, tempat pria itu berjaga.

Senyum pria itu terkembang dengan mata terpejam dan tangan yang membentang, seakan sedang menyambut cahaya matahari yang bersinar terang di pagi ini.

"Tidak terasa, ternyata sudah satu tahun aku berada di negara ini," ungkapnya, setelah sejenak pria itu menghela nafas panjang.

Di saat bersamaan datanglah sebuah mobil dari arah jalan raya. Pria itu segera menepi dan langsung memberi salam hangat seperti yang biasa dia lakukan."

"Selamat pagi, Tuan Yang," sapa pria itu ramah.

"Selamat pagi juga, Yoko," pria yang sedang mengemudikan mobil kembali menyapa balik lalu berlalu.

Pria bernama Yoko melempar senyum termanisnya. Bukan hanya kepada satu orang, Yoko juga memberi salam dan senyum hangat pada setiap orang yang lewat di depannya.

Di tempat itu, banyak orang yang sudah mengenal Yoko karena sikap ramahnya, hingga mereka tak segan menyapa petugas keamanan tersebut. Yoko pun sama, dia sudah mengenal beberapa orang yang menghuni di sebuah gedung mewah, tempat dia bertugas.

"Yoko!" tiba-tiba sebuah suara, memanggil pria itu dari arah belakang.

Yoko menoleh, dan dia segera menghampiri orang yang memanggilnya.

"Selamat Pagi, Tuan Chen," sapa Yoko.

"Pagi juga, Yoko. Bagaimana? Apa hari ini kamu sudah siap, untuk bekerja di tempat baru?" tanya Tuan Chen, atasan tempat Yoko bekerja.

"Tentu saya sangat siap, Tuan. Tidak ada salahnya saya mencoba tempat baru kan?" jawab Yoko, sangat optimis.

"Baguslah," Tuan Chen merasa senang. "Ya sudah, nanti malam, kamu berangkat bersama Tong."

"Baik, Tuan Chen, terima kasih."

Obrolan singkat pun berakhir. Setelah Tuan Chen pergi, Yoko kembali masuk ke dalam pos jaga. Tangannya meraih ponsel yang masih terhubung dengan kabel pengisi daya.

"Uang lagi?" Yoko nampak kaget saat membaca pesan dari wanita yang sangat dicintainya. "Baru minggu kemarin aku kirim 5 juta, masa sudah habis?" Yoko merasa heran.

Ada apa, Yok?" tanya rekan kerjanya yang kebetulan ada di sana.

"Ini, istriku. Dia minta aku kirim uang lagi. Padahal minggu kemarin udah aku kirimi uang, eh, sekarang malah minta lebih banyak," keluh Yoko sembari duduk di bangku plastik yang ada di sana.

"Emang alasannya buat apa?" tanya rekannya lagi.

"Istriku lagi merintis usaha sembako di kampung."

"Ya kirim aja. Merintis usaha kan memang butuh modal yang cukup banyak."

"Iya sih, dia juga seperti itu. Apa lagi dia selalu ngirim foto nota belanjanya. Padahal aku nggak minta."

"Nah, berarti istrimu jujur itu. Harusnya kamu senang dong."

Yoko menghela nafasnya dalam-dalam. Dia pun bersiap melakukan transaksi melalui ponselnya.

Yoko Arianto, pria berusia 28 tahun itu terpaksa meninggalkan istrinya, untuk merantau ke negeri orang.

Karena sulitnya mencari rejeki di negeri sendiri, mau tidak mau, Yoko pun mengambil keputusan yang cukup berat.

Tanpa terasa satu tahun sudah Yoko bekerja di negeri orang sebagai penjaga apartemen karena postur tubuh dan keahliannya dibidang bela diri.

Yoko bersyukur, selama satu tahun ini, dia bisa melunasi hampir semua hutang yang menjerat keluarga kecilnya. Pernikahannya baru berusia tiga tahun dan Yoko juga belum dianugerahi keturunan.

Sekarang istri yang sangat Yoko cintai, sedang membangun tempat usaha. Sejak dua bulan yang lalu, Yoko hampir tiap minggu mengirim sejumlah uang yang dibutuhkan sang istri sebagai modal.

Yoko percaya, karena istrinya juga mengirimkan beberapa bukti melalui foto dan video kepadanya. Yoko berharap, setelah masa kontraknya habis, Yoko akan fokus menjalankan usaha yang dirintis istrinya hingga fokus menghadirkan buah hati di dalam pernikahannya.

Tanpa terasa kini hari sudah berganti malam, dan sekarang sudah memasuki pukul 10 malam. Yoko telah siap pergi ke tempat kerja barunya. Meskipun agak berat, Yoko tidak punya pilihan lain karena itu ketentuan yang harus dia jalankan.

"Apa tempat kerja baruku sangat jauh?" tanya Yoko pada Tong, supir yang mengantarnya. Semua barang sudah masuk ke dalam mobil.

"Tidak terlalu jauh. Paling sekitar satu jam dari sini," jawab sang supir. "Cuma di sana, mungkin kamu harua beradaptasi lagi, karena kerja di lingkungan baru."

"Ada berapa pegawai di sana?"

"Empat, sama, seperti tempat kerja yang lama."

Yoko mengangguk paham.

Tak butuh waktu lama, mobil pun melaju dengan kecepatan sedang. Yoko benar-benar menikmati perjalanannya. Apa lagi pemandangan malam kota yang dilewati Yoko terlihat sangat menawan, membuat Yoko semakin terpesona dengan negara ini.

Di saat melintasi jalan yang cukup sepi, tiba-tiba sang supir melambatkan laju mobilnya sembari menepi.

"Kenapa? Kok berhenti?" tanya Yoko.

"Kebelet, hehehe..." ucap Tong cengengesan, lalu dia segera turun, begitu mobil benar-benar berhenti.

Yoko hanya menggeleng, lalu matanya mengedar ke sekitar tempat dia berada.

"Ini kebun apa hutan? Kok nggak ada seram-seramnya?" tanya Yoko.

Saat ini, dia memang berada di antara area yang cukup gelap dengan berbagai jenis tumbuhan.

Yoko heran karena selama satu tahuan di negeri orang, baru kali ini dia menyaksikan area sepi seperti tempat dia berada sekarang.

Di saat matanya tak sengaja memperhatikan ke arah supir berada, sang supir justru memberi kode dengan tangan agar Yoko mendekat.

Kening Yoko berkerut, sikap Tong terlihat sangat serius. Yoko pun segera keluar dari mobil dan menghampiri Tong karena penasaran.

"Ada apa?" tanya Yoko sembari terus melangkah mendekat.

"Sini, sini, sini, cepetan," titah Tong. Begitu Yoko mendekat, dia segera menunjuk ke satu arah. "Lihat, tuh, ada mobil bagus di sana."

Yoko melihatnya, sebuah mobil berwarna hitam, terparkir di tempat yang sangat sepi. "Mobil siapa itu?"

"Nggak tahu, kita lihat yuk," ajak Tong. "Mobil bagus tuh, lumayan."

"Cih. Emang mau kamu ambil?" ucap Yoko sembari melangkah menuju mobil, yang letaknya cukup menjorok ke dalam hutan.

"Kalau nggak ada pemiliknya, ya nggak apa-apa. Lumayan, bisa kita jual," ujar Tong, mengikuti langkah Yoko sambil cengengesan.

Yoko pun ikut tersenyum. Begitu langkah kakinya semakin dekat, keduanya berpencar. Yoko meneliti mobil bagian belakang, sedangkan sang supir meneliti bagian depan.

"Kok, kaya ada suara," ujar Yoko.

"Suara apa?" sahut sant supir.

"Nggak tahu." Langkah Yoko semakin mendekati mobil dan suara yang dia dengar semakin jelas.

Yoko berusaha mengintip ke dalam. Karena terlalu gelap, Yoko pun menyinarinya menggunakan lampu ponsel.

"Astaga! Ada anak kecil, Tong!" seru Yoko. Wajahnya jelas sangat terkejut.

Tanpa pikir panjang, Tong langsung mendekat. "Astaga! Ada dua, Yok!" Tong pun tak kalah terkejut. "Mereka disekap."

"Iya. kita tolong, Tong, ayok! ajak Yoko. Tong langsung mengiyakan. Keduanya, segera, berusaha membuka pintu mobil itu.

Di saat bersamaan, tiba-tiba.

"Yoko! Awas! Dibelakangmu!

Yoko pun langsung berbalik badan dan mata seketika melebar.

Srak!

"Aaaaaa..."

#####

Mencoba lagi dan berusaha lagi. Kalau cerita ini kembali menuai kegagalan dalam mencapai retensi, mungkin sudah saatnya tutup lapak dulu seperti sebelumnya. Mohon kerja sama dan dukungannya ya teman teman, jangan skip ataupun lompat bab dalam mengikuti kisah ini. Karena bagi kami penulis yang tidak memiliki banyak pembaca setia, hanya mengandalkan bonus agar tetap semangat melanjutkan jalan ceritanya. Terima kasih.

Menjadi Pahlawan

"Yoko! Awas! Di belakangmu!" teriak Tong.

Yoko yang berada di sisi mobil satunya, langsung berbalik badan begitu mendengar teriakan Tong.

Begitu melihat sesuatu, mata Yoko langsung melebar. Betapa terkejutnya pria itu kala tak jauh dari keberadaannya, nampak seseorang melangkah cepat sembari mengangkat senjata tajam.

Srak!

"Aaaa..."

Yoko telat menghindar sedikit, hingga dada dan lengan kirinya terkena sabetan benda tajam.

"Aaa.." Yoko mengerang kesakitan dan seketika itu juga tubuhnya terdiam.

"Yoko!" teriak Tong kencang.

Sosok misterius itu kembali mengacungkan senjata. Tapi kali ini, Tong lah yang dia incar. Tong pun segera lari menyelamatkan diri, menggunakan mobil tersebut sebagai penghalang.

Tong tidak akan pergi begitu saja karena dia harus memastikan keadaan Yoko. Tong terus berusaha menghindar sembari berpikir keras mencari jalan keluar.

Namun diluar dugaan, sosok misterius bersenjata tajam itu justru naik ke atas mobil dan langsung bergerak cepat mendekat ke arah Tong.

Mata Tong melebar. Seketika dia mengambil langkah cepat melewati tubuh Yoko. Sosok misterius pun segera terjun dari atap mobil, untuk mengejar Tong.

Namun, di saat satu kakinya berhasil melewati tubuh Yoko, sosok misterius itu dibuat kaget karena ada yang mencekal kaki satunya. Sosok misterius itu menoleh dan betapa terkejutnya dia kala matanya menangkap sosok yang tadi terdiam kini sedang mencengkeram salah satu kakinya.

Dari balik penutup wajahnya, sosok misterius itu mengacungkan senjatanya. Namun, di saat sosok itu hendak mengayunkan senjatanya, kembali dibuat terkejut oleh sosok yang sudah terluka.

Yoko menarik kaki penjahat dan menendang kaki yang satunya hingga sosok itu hilang keseimbangan.

Bukan itu saja dilakukan Yoko. Sosok misterius itu kembali dibuat terkejut, hingga dia berteriak sangat kencang.

"Aaaa..."

"Aaaa..."

Dua kali teriakan kencang, keluar dari mulut sosok misterius karena rasa sakit yang luar biasa sampai senjata tajam yang dia pegang terjatuh.

Bahkan, sosok misterius itu sampai berjongkok menahan sakit sambil memegangi bagian tubuh di bawah perutnya, yang baru saja dihantam dua kali oleh Yoko.

Ya, Yoko baru saja menghantam dengan sekuat tenaga, benda berharga milik sosok misterius itu, kala kakinya terbentang di atas tubuh Yoko

Yoko pun langsung bangkit dan mengabaikan rasa sakitnya. Dia menggunakan kesempatan itu untuk kembali melakukan seranganan. Yoko segera mendekat dan langsung melayangkan kaki bersepatunya selagi sosok misterius itu masih kesakitan.

Dak!

"Aaaa..." sosok misterius itu kembali mengerang kesakitan dan kali ini pipinya yang menjadi korban, sampai dia terkapar. Sosok itu menatap Yoko penuh murka.

Tapi, Yoko tidak peduli dan tidak takut sedikitpun. Dia benar-benar memanfaatkan kesempatan itu untuk melakukan penyerangan.

Dia sama sekali tidak memberi musuh kesempatan sedikitpun untuk sekedar bangkit dari keterpurukan. Yoko terus menyerangnya dan sasarannya bukan hanya wajah, tapi bagian tubuh lainnya juga.

Dak!

Bug!

"Aaaa..."

Yoko benar-benar menghajar sosok itu tanpa ampun, seperti orang yang sedang meluapkan amarah yang dia pendam

Bahkan saat sosok misterius itu terkapar tak berdaya, Yoko menduduki dada sosok tersebut dan memberi hadiah kepalan tangan pada wajah sosok yang melukainya.

Di sisa tenaganya, Yoko mengedarkan pandangannya, mencari sesuatu yang bisa dia gunakan untuk mengamankan sosok misterius yang wajahnya sudah bersimbah darah.

"Yoko!" Beruntung, Tong segera kembali ke tempat itu. Dia baru saja mencari bantuan dan dengan berjalan mengendap penuh waspada, Tong kembali karena khawatir dengan keadaan Yoko.

Tong sungguh dibuat terkejut begitu menyaksikan pria yang dia khawatirkan, justru sedang menduduki tubuh sosok yang tadi menyerangnya.

"Tong, amankan orang ini," ucap Yoko dengan suara yang sangat lemah. Dia kehilangan banyak tenaga dan darah terus mengalir di dada dan lengannya.

Tong pun langsung mengambil alih pria misterius dan segera mengamankannya. "Bantuan sebentar lagi akan datang, Yok. Kamu masih mampu berjalan keluar dari sini?"

Yoko mengangguk lemah. Dia bangkit dan melangkah keluar hutan menuju tepi jalan. Sedangkan Tong menyeret sosok misterius yang sudah benar-benar tidak berdaya.

Tak lama, bantuan pun datang. Dua anak yang tadi disekap berhasil diselamatkan. Yoko dan dua anak itu pun langsung dilarikan ke rumah sakit. Sedangkan tersangka di bawa ke rumah sakit khusus para penjahat.

Polisi langsung bergerak cepat, mengambil tindakan dengan mencari informasi dua anak yang memiliki wajah sama persis.

Begitu informasi dua anak laki-laki itu ketemu, polisi langsung menghubungi pihak keluarga untuk memberi tahu informasi keadan anak kembar tersebut.

Satu jam kemudian.

"Noel!" Niel!" seru seorang wanita begitu masuk ruang perawatan dua anak kembar korban penyekapan.

"Mommy!" teriak dua anak dari atas brangkarnya.

Wanita itu langsung memeluk dua bocah sambil terisak.

"Kalian, tidak apa-apa? Kalian tidak terluka kan?" Wanita yang dipanggil Mommy itu, langsung memeriksa kondisi anaknya.

"Mereka baik-baik saja, Nyonya," ucap seorang suster yang kebetulan ada di sana.

"Mommy, aku takut, tadi ada orang yang membawa senjata tajam, Mom," rengek Noel. "Dia mengancamku dan melukai orang."

"Iya, Mom, aku melihatnya," Niel menyahuti. "Tadi ada yang teriak-teriak," adu bocah sambil terisak.

"Ya ampun," pekik sang Mommy. "Ya udah, yang penting sekarang kalian aman. Penculiknya sudah ditangkap polisi," sang Mommy menenangkan sembari terus mendekat kedua anaknya.

"Oh ya, Suster, orang yang menolong anak-anak saya bagaimana keadaannya?" tanya Mommy si bocah kembar.

"Saat ini dia belum sadarkan diri, Nyonya. Dia baru saja menjalani operasi untuk menutup lukanya," jawab sang suster.

"Apa lukanya sangat parah? Di ruang mana, dia dirawat?"

"Lukanya tidak terlalu parah, tapi tetap membutuhkan penanganan intensif. Dia ada di sebelah sana, tepat di sebelah ruang ini."

"Baik, Sus, terima kasih," balas sang Mommy. Tak lama setelahnya, sang suster pun melangkah pergi.

"Niel, Noel!" di saat bersamaan, ada suara lain yang baru datang, hingga dua bocah kembar dan ibunya langsung menoleh. "Kalian selamat? Syukurlah," ucap orang yang baru datang nampak begitu lega.

"Kalian ke sini juga?" tanya Mommy si kembar. "Aku pikir kalian akan nunggu di rumah."

"Ya nggak mau lah," jawab salah satu dari dua orang yang baru datang. "Kalau menunggu di rumah, aku nggak bakalan bisa tenang."

"Sama," sahut orang yang satunya. "Makanya, pulang kerja, aku langsung lari ke sini."

Wanita beranak kembar mengangguk paham. "Ya sudah, aku nitip Noel dan Niel sebentar. Aku mau nengok keadaan orang yang menyelamatkan mereka."

"Dimana?"

"Di sebelah, katanya dia terluka."

"Astaga! Ya udah, sana."

Wanita beranak dua itu mengangguk, lalu dia pamit pada si kembar. Setelah mendapat izin, wanita itu segera melangkah menuju kamar sebelah.

Di saat hendak sampai tujuan, wanita itu mendengar dua orang sedang berbincang di dalam ruangan yang dia tuju. Wanita itu agak kaget, karena perbincangan yang dia dengar, sedang membahas orang yang telah menolong anaknya.

Tempat Yang Asing

"Permisi."

Dua sosok pria yang sedari tadi terdengar sedang berdebat, seketika terbungkam begitu mendengar suara sapaan. Keduanya lantas menoleh dan mereka cukup tertegun kala matanya menangkap sesosok wanita anggun nan cantik, berdiri diambang pintu.

"Iya, Nona, ada yang bisa saya bantu?" salah satu dari pria itu langsung bangkit dari duduknya dan menghampiri wanita yang memiliki rambut bergelombang.

"Maaf, saya orang tua dari dua anak yang ditolong pria itu," ucap si wanita sembari menunjuk sosok pria yang terbaring di atas brangkar. "Apa saya boleh melihat keadaannya?"

"Oh, tentu. Silahkan, Nona, silahkan," pria yang sama nampak begitu ramah sampai membuat rekannya menggeleng heran.

Wanita itu tersenyum manis membuat dua pria di sana terpana. Wanita itu melangkah, mendekati brangkar, dimana Yoko terbaring dengan mata terpejam karena pengaruh obat bius.

"Apa lukanya sangat parah?" tanya si wanita setelah mengamati keadaan Yoko.

"Tidak," jawab pria yang sama dengan antusias. "Kata dokter, lukanya tidak terlalu dalam, jadi kemungkinan seminggu sudah kering," sambung pria berkaos biru tersebut.

"Syukurlah," wanita itu nampak lega. "Kalau boleh tahu, apa dia bukan orang sini?"

"Iya, dia datang dari negara lain," sekarang gantian pria satunya yang menjawab. Pria berkaos kuning itu bangkit dari duduknya dan mendekat, lalu berdiri di seberang brangkar.

"Apa keluarganya sudah dikasih tahu?" tanya si wanita lagi.

"Belum," jawab pria berkaos kuning. "Tadi dia sempat pesan sama kami, supaya tidak menghubungi keluarganya. Takutnya istri dan keluarganya panik, tapi mereka sangat jauh."

"Terus solusinya bagaimana? Setidaknya harus ada yang menjaga dia kan?"

Kedua pria yang ada di sana kompak mengangguk.

"Kami tahu," balas pria berkaos biru. "Kami sendiri sedang membahas tentang itu, tapi kami belum menemukan jalan keluar yang tepat."

Wanita dua anak itu mengangguk paham. "Kalau boleh tahu, apa pekerjaannya?" si wanita kembali bertanya.

"Dia bekerja sebagai petugas keamanan apartemen pribadi, satu perusahan sama kita. Cuma dia baru bekerja selama satu tahun," terang pria berkaos kuning.

"Apartemen pribadi? Kalau boleh tahu, apa nama perusahaannya?"

"Thae Wong State. Perusahaan yang bergerak di bidang jasa, apartemen, hotel dan fasilitas pariwisata."

"Oh, saya tahu itu," ucap si wanita. "Kalau yang bekerja di sektor keamanan, berarti orang-orang pilihan bukan?"

"Benar, Nona," jawab pria berkaos kuning.

Si wanita nampak mengangguk beberapa kali dan matanya kembali menatap pria yang menolong anaknya.

"Begini, daripada pria ini tidak ada yang menjaganya, bagaimana kalau dia dirawat di rumah saya saja," ucap si wanita. Tentu saja, apa yang dikatakan wanita itu, sangat mengejutkan dua pria yang ada di sana.

"Dirawat di rumah anda?" tanya Pria berkaos biru.

Si wanita mengangguk. "Kebetulan, di rumah saya ada seorang dokter. Anggap aja ini juga sebagai bentuk terima kasih saya, karena orang ini telah menolong anak saya. Biar rekan-rekannya kerja termasuk kalian, bisa lebih fokus bekerja, tanpa mengkhawatirkan keadannya. Bagaimana?"

Kedua pria itu saling tatap untuk beberapa saat.

"Kalau saya pribadi sih setuju saja, Nona," ucap pria berkaos kuning. "Setidaknya, Yoko ada yang merawat dan mengontrolnya."

"Benar, saya juga setuju," sahut pria berkaos biru. "Tapi kami juga harus mendiskusikan dengan atasan kami dulu."

"Tentu saja, silahkan," jawab si wanita. "Kalau sudah ada keputusan, silahkan hubungi saya. Saya ada di kamar sebelah."

"Baik, Nona."

Dan setelah itu, mereka pun kembali terlibat perbincangan seputar kejadian yang membuat mereka harus berada di rumah sakit malam ini.

Hingga beberapa jam kemudian, tepatnya ketika hari sudah berganti, di dalam sebuah ruangan, nampak seorang pria yang terbaring sejak semalam, nampak menggerakkan tubuhnya.

"Eughh..." suara khas orang terbangun, terdengar dari sebuah kamar. "Eugh..." suara berat itu kembali terdengar disertai tubuh yang bergerak.

"Mommy! Om jagoan bangun, Mommy, tubuhnya bergerak!"

Pria yang baru saja tersadar dari pengaruh obat bius itu, agak terperanjat begitu telinganya mendengar suara bocah berteriak, tak jauh dari tempat dia terbaring.

Pria itu, yang tak lain adalah Yoko, langsung membuka matanya dan dia semakin tercengang begitu mengedarkan pandangannya.

"Aku ada dimana? Bukankah semalam, aku dibawa ke rumah sakit?" Yoko bergumam.

Setelah itu di saat Yoko hendak bangkit dari berbaringnya, Yoko merasakan pusing kepala yang luar biasa.

"Jangan bangun dulu," tiba-tiba telinga Yoko mendengar suara.

Yoko pun langsung melempar pandangan ke arah sumber suara, dan betapa kagetnya Yoko hingga matanya agak melebar kala melihat si pemilik suara tadi sedang melangkah menghampirinya.

Pemilik suara itu tidak datang sendiri, tapi ada dua orang lain yang melangkah bersama, mendekatinya. Di sana juga ada dua anak kecil berwajah kembar, yang langsung naik ke atas ranjang, dimana Yoko terbaring.

"Akh..." Yoko tak sengaja menggerakan tangan yang terluka karena dia terlalu gugup dalam situasi yang sedang dialaminya saat ini.

"Jangan banyak bergerak," wanita yang sudah berdiri di sebelahnya, langsung melakukan pemeriksaan. "Apa masih terasa pusing?"

"Sedikit," jawab Yoko gugup.

"Tidak, apa-apa, itu hanya efek dari obat bius semalam," ucap si wanita dengan lembut. "Karena luka kamu masih basah, jadi sebisa mungkin jangan bergerak dulu."

Yoko mengangguk samar. "Tapi, saya ada di mana? Sepertinya, ini bukan di rumah sakit?" tanyanya.

"Iya, ini rumah kami," jawab wanita yang berdiri di tepi ranjang. "Lebih tepatnya, rumah Kak Sansan."

"Rumah kalian?" Yoko cukup syok mendengarnya. "Bagaimana saya bisa berada di sini?"

"Kami yang membawa kamu ke sini," jawab wanita bernama Sansan. "Karena kamu di rumah sakit sendirian, semua rekan kerjamu pada sibuk, tidak ada yang menjaga kamu di sana. Sebagai ucapan terima kasih karena telah menyelamatkan kedua anak saya, saya memutuskan merawat kamu di sini."

Yoko semakin tercengang. Lalu dia melempar tatapannya ke arah dua bocah yang sedang menatapnya sembari tersenyum menggemaskan

"Apa kalian baik-baik saja?" Tanya Yoko. Kedua anak itu mengangguk.

"Mereka baik-baik saja," jawab Sansan yang kebetulan duduk di tepi ranjang, di belakang anak-anak. "Mereka tinggal menyembuhkan rasa traumanya saja."

Yoko mengangguk lega. "Tapi, pekerjaan saya bagaimana? Harusnya hari ini, saya bekerja di tempat baru. Apa ada yang menitip pesan?"

"Kamu tidak perlu terlalu memikirkan soal pekerjaan," ucap wanita yang berdiri di ujung ranjang. "Kami sudah meminta pihak agen agar kamu kerja di rumah ini."

"Apa! Kerja di sini?" Yoko kembali dibuat syok. "Bagaimana mungkin saya kerja di sini?"

Ketiga wanita yang mengelilinginya nampak tersenyum.

"Kebetulan, perusahaan tempat kamu bekerja itu milik teman saya," ucap wanita yang tadi memeriksa Yoko. "Kamu tidak perlu khawatir, semua sudah kami urus termasuk barang-barang kamu. Semua sudah ada di sini."

"Hah!"

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!