NovelToon NovelToon

Panggung Kehidupan

Aku Hamil

Sosok pria tampan dengan jubah panjang di tubuhnya terus melangkah mendekati seorang gadis yang meringkuk ketakutan di dalam sebuah ruangan temaram cahaya. Dentuman suara sepatu pantofel dengan lantai kian membuat gadis itu ketakutan.

"Tolong jangan bunuh saya." Rintihan kesakitan dan permohon terus gadis itu layangkan, akan tetapi sang pria malah menarik pedang kemudian mengayunkan ke arah gadis itu.

Cut

Instruksi sutradara berhasil menghentikan para aktor yang sedang mendalami peran masing-masing.

Aktor pria bernama Kairos Lim segera menjauhi lawan mainnya dan duduk di sebuah kursi. Menerima air minum pemberian manajernya.

"Syuting selesai untuk hari ini, Kai."

"Hm."

Pria itu sedang sibuk dengan benda pipih di tangannya, membaca beberapa pesan dari sang kekasih.

Oppa ingat ini hari apa? Jangan bilang tidak.

Aku tahu Oppa sibuk, tapi tidak ada toleransi untuk hari ini

Jika benar-benar lupa aku tidak mau bertemu Oppa lagi.

Kairos mendongak dan menatap manajer yang duduk di sampingnya. "Ada jadwal lain hari ini?

"Tidak."

"Tolong reservesi restoran Luxury Lounge untukku." Kairos beranjak dari duduknya dan meninggalkan lokasi syuting. Dia sangat sibuk akhir-akhir ini sampai lupa dengan kekasihnya.

"Kai!"

Kairos enggang berhenti meski mendengar suara seseorang memanggilnya di tempat lumayan sepi. Mungkin karena lokasi syuting mereka yang sengaja dipilih sedikit menyeramkan demi mendapatkan vibes misteri.

"Kai." Suara itu kembali menginterupsi, kali ini tangan Kairos ditarik agar berhenti melangkah.

"Aku ingin bicara."

"Aku sibuk."

"Sebentar saja." Pupil mata Han Sena mengecil dengan bibir sengaja dikerucutkan. Gadis itu adalah lawan main Kairos di drama terbarunya.

"Aku sibuk Sena." Menghempas tangan Han Sena dan masuk ke mobilnya.

Kali ini Kairos tidak pulang dengan sang manajer sebab memiliki kesibukan yang berbeda. Pria itu mengendarai mobil dengan sebelah tangan untuk menerima panggilan dari sang kekasih.

"Oppa!" Suara itu melengking di seberang telepon, anehnya tidak membuat Kairos marah.

"Iya Sayang."

"Oppa benar-benar lupa?"

"Mana mungkin oppa lupa satu tahun kita Hanna. Oppa menunggumu di restoran Luxury Lounge Distrik-Yongsan jam 8 malam."

"Saranghaeyo Oppa."

Kairos tertawa mendengar kecupan di seberang telepon sebelum terputus. Ia kembali fokus mengemudi agar tiba di restoran yang telah di sepakati tepat waktu. Jaraknya sekarang lumayan jauh, tetapi ia rela melakukannya demi menyenangkan hati sang kekasih.

Sedangkan di belahan dunia lainnya, Shin Hanna-kekasih Kairos tengah mempersiapkan dirinya untuk bertemu Kairos. Memiliki kesibukan yang sama membuat keduanya kurang kebersamaan. Kadang jika dia memiliki waktu, Kairos malah sibuk dan begitu pun sebaliknya.

Hanna memilih warna mencolok, yaitu gaun merah darah sebatas lutut. Rambutnya dibiarkan tergerai dan sudah menjadi ciri khas dirinya.

"Unni, aku akan pergi bersama oppa Kai, tidak perlu mencariku," ujarnya ketika sang manajer menerima panggilannya.

"Baik Nona."

Shin Hanna mengemudikan mobil mewah dengan warna sedana dengan bajunya. Atap yang dibiarkan terbuka membuat rambut panjang blondenya menari-nari seolah ikut bahagia malam ini.

Hanna tiba di restoran Luxury Lounge tepat waktu. Sudut bibirnya tertarik melihat mobil sang kekasih ada di salah satu parkiran.

Gedung tinggi nan mewah yang selalu ramai tersebut tidak membuat Hanna tersesat sebab sudah mendapatkan informasi langsung dari manajer Kairos.

"Kemana Oppa?" gumamnya. Ruangan yang telah di reservasi nan terlihat indah dengan bunga warna mencolok menghiasi tempat tersebut.

***

"Kai."

Kairos yang hendak memasuki ruangan VIP di restoran tersebut segera menoleh. Ia menghela napas panjang melihat Han Sena ada di belakangnya. Entah di mana gadis itu tahu bahwa ia ada janji dengan seseorang di restoran ini.

Alih-alih bicara, Kairos hanya meneliti penampilan Sena dari ujung kaki hingga rambut. Gadis itu mengenakan gaun panjang hingga kaki yang memperlihatkan lekuk tubuh indahnya. Bagian belakang gaun tersebut terekspos, sangat tidak cocok dengan musim yang sedang berlangsung.

"Aku ingin bicara, ini sangat penting."

"Hanya lima menit," ujar Kairos.

Melihat Han Sena mengangguk, Kairos melangkah lebih dulu menuju rooftop agar tidak dilihat oleh orang lain. Bisa fatal akibatnya jika paparazi memergoki keduanya sedang berduaan. Sebisa mungkin Kairos menghindari scandal demi keberlangsungan drama barunya.

"Waktumu lima menit," ujar Kairos setelah sampai di rooftop. Pria itu menatap ke bawah dengan sebelah tangan berada di saku celanya kain miliknya. Sedangkan Sena berdiri satu langkah di belakang.

"Aku hamil."

"Hamil?" Kairos tampak terkejut, ia kini berbalik dan menatap Han Sena.

"Iya aku hamil Kai." Han Sena mengangguk. "Apa yang harus aku lakukan sekarang. Aku takut ini akan berimbas pada karirku."

"Itu bukan urusanku."

"Kai? Kita pernah tinggal bersama kurang lebih dua tahun."

"Lalu kenapa Sena? Jangan mengusik kebahagianku."

"Han Sena!" Suara Kairos naik satu oktaf ketika Sena berlutut. "Tolong jangan seperti ini Kai, karir aku akan hancur jika kamu lepas tangan." Gadis itu memegang kaki panjang Kairos dan terus menitikkan air matanya.

Kairos melepas paksa kakinya dan mundur beberapa langkah kemudian mencondongkan tubuhnya ke depan. "Aku tidak peduli penderitaanmu. Berhenti menangis, aku tidak akan luluh dengan mudah," ujarnya seraya tersenyum miring. Pria itu menegapkan tubuhnya kembali dan meninggalkan Han Sena di rooftop tersebut.

"Aku akan melompat!"

Ancaman itu tidak membuat Kairos menghentikan langkahnya.

...TBC...

Hai apa kabar, masih ada ya menunggu cerita author?

Jangan lupa Like, komen dan subscribe untuk membangkitkan semangat author🥰

Bunuh Diri

Kairos, pria itu duduk dengan tenang di kursi yang telah dipesan manajernya. Ia terus memandangi ponselnya untuk, menunggu kabar seseorang.

Detik-menit berlalu, baik kedatangan Hanna atau pun kabar tentangnya tidak Kairos dapati. Lantas Kairos menghubungi sang kekasih dan langsung dijawab, artinya perempuan itu sudah lama menunggu inisiatif Kairos.

"Kenapa belum datang?"

"Untuk apa aku datang, toh sudah ada nona Sena yang menemani, Oppa," ucap Hanna dengan nada ketusnya. "Daripada merayakan satu tahun kita, lebih baik oppa bertanggung jawab atas kehamilan nona Sena."

"Sayang? Yang kamu dengar itu tidak benar."

"Apanya yang tidak benar? Aku mendengar semuanya Oppa. Nona Sena hamil, dan kandidat paling cocok adalah Oppa. Kalian pernah pacaran, tinggal bersama dalam waktu yang lama."

"Itu ...."

"Tidak mungkin bukan hanya tinggal bersama?"

"Shin Hanna."

"Sudahlah Oppa, mungkin saja Oppa pacaran denganku karena kasihan, bukan sebuah cinta."

Kairos menghela napas panjang menyadari sambungan telepon terputus. Ia tidak menyangka bahwa Hanna melihat dirinya dengan Han Sena di roftop.

Apakah nona Shin bersamamu?

Pesan itu Kairos tujukan pada manajer Shin Hanna.

Benar.

Tolong foto diam-diam, saya sangat merindukannya

Saya tidak berani melakukannya, mood nona Shin sedang jelek.

Maka dari itu aku menghubungimu, sekali saja. Ponselnya tidak aktif.

Kenapa membiarkannya menyetir? Itu sangat berbahaya manajer. Suasana hatinya tidak baik. Kalian akan ke mana?

Suwon, nona Shin ada pemotretan besok

Tolong jaga dia untuk saya

Kairos meremas rambutnya, rasa pening menjalari kepalanya. Kejutan yang telah ia persiapkan sekaligus melamar Hanna malah hancur karena pengakuan mantan kekasihnya.

"Pak Kai, bagaimana dengan kejutannya? Berapa lama lagi kami akan menunggu."

"Batalkan saja," ujar Kairos dan meninggalkan gedung Luxury Lounge.

Kening pria itu mengerut melihat kerumunan tidak jauh dari parkiran. Namun, dia tetap melajukan mobilnya tanpa bertanya, dia bukan tipe orang yang ingin tahu bagaimana dunia bekerja.

Kairos tiba di apartemennya jam 10 malam, alih-alih istirahat, ia menikmati waktunya menonton film di ruang tamu. Pria itu hanya mengenakan kimono mandi di temani sebotol soju penghilang penat.

"Aku sudah bilang tidak ingin diganggu," ujar Kairos ketika menyadari keberadaan seseorang di apartemennya, tentu dia melihat pantulan manajernya pada layar tv.

"Nona Han Sena meninggal."

"Aku sudah tahu."

"Dan kamu masih bisa bersantai?"

"Aku tahu kalian baru saja bertemu, pasti ada sesuatu di antara kalian sebelum Nona Sena memilih untuk bunuh diri." Manajer Park terus mondar mandir sambil mengigit kukunya.

Masalah akan semakin besar jika ada yang mengetahui bahwa Kairos dan Han Sena sempat bertemu. Semua pengemar tahu bahwa mereka punya hubungan sebelumnya.

"Dia hamil."

"Apa?" Kelopak mata manajer park melebar. "Hamil? Bukan anakmu kan Kai?"

"Tentu saja bukan, aku yakin itu."

"Syukurlah, semoga tidak ada yang ...."

Manajer Park tidak melanjutkan kalimatnya dan lebih memilih menjawab panggilan dari sahabat Kairos yang entah kenapa nyasar ke ponselnya.

"Manajer Park, Kai ada bersamamu?"

"Ya."

"Han Sena meninggal."

"Kami sudah tahu."

"Tapi beberapa media menyeret nama Kai di dalamnya. Di mana Kai? Kenapa ponselnya tidak aktif? Hanna pun begitu."

"Di apartemen."

"Aku ke sana sekarang."

Manajer Park lantas mengecek tab nya dan benar saja media sosial Kairos yang dipegang olehnya telah banjir notifikasi, entah komentar, permintaan pesan bahkan tag dari seseorang.

"Ada yang melihat dan mendengar pembicaraan kalian." Manajer Park menyerahkan tab, berisi rekaman suara yang dikirimkan oleh seseorang di media sosial Kairos.

"Harusnya aku hati-hati," guman Kairos masih fokus pada film kartun di layar Tv.

"Suasana di luar sangat kacau. Aku akan mengurusnya, tolong bantuannya Kairos Lim!"

"Hm."

Ekor mata Kairos terus mengikuti pergerakan manajernya. Ia langsung menegak soju dari botolnya langsung ketika mendengar pintu apartemen tertutup.

Bohong jika Kairos bisa tenang di situasi seperti ini, terlebih Hanna salah paham padanya dan tidak bisa dihubungi.

"Aku mengira kamu bersenang-senang dengan Hanna, tapi melihat berita sepertinya tidak berjalan lancar," ujar Park Minho, sahabat Kairos dan Hanna yang baru saja tiba setelah manajer park pergi.

Minho duduk dengan kaki menyilang di samping Kairos. Tangannya terbentang di sandaran sofa sehingga terlihat seperti penguasa.

"Dari rekaman suara sepertinya Sena meminta pertanggung jawabanmu." Melirik Kairos. Pose penguasa tadi berubah menjadi kucing penurut ketika melihat tatapan mematikan Kairos.

"Oke lupakan tentang Han Sena, mari membicarakan Nona Shin kita."

"Nona Shinku."

"Oh baiklah tuan bucin, nona Shinnya- Kairos Lim." Minho tergelak, di tengah-tengah gentingnya masalah, Kairos sempat cemburu pada dirinya. Sangat lucu.

"Dia mendengarnya dan salah paham padaku. Dia tidak bisa dihubungi padahal masalah ini sangat serius. Bagaimana jika Hanna percaya semua berita dan meninggalkanku?"

"Tidak akan, Hanna tadi menghubungiku. Dia menangis di telepon. Dia mengucapkan sumpah serapah untukmu karena marah. Namun, di akhir dia menyuruhku menjagamu selagi dia sibuk di Suwon."

"Menjagaku?" Kening Kairos mengerut.

"Mungkin dia mendapatkan firasat buruk." Minho mengedikkan bahunya. "Lihat."

Minho memperlihatkan pesan yang baru masuk ke ponselnya.

Oppa Minho, apa yang aku takutkan terjadi. Oppa Kai terseret scandal. Aku kesal pada oppa Kai yang sembrono, apa dia tidak berpikir imbasnya seperti apa sampai bertemu di tempat terbuka seperti itu?

Apa dia pikir dirinya hanya upik abu? Seluruh dunia memperhatikan oppa dan menunggu celah untuk menjatuhkannya, dan sekaranglah saatnya.

Karir di Ujung Tanduk

Berita kematian Han Sena- aktor yang namanya sedang naik daun, membuat para drama lovers terkejut dan bertanya-tanya hal apa yang membuat wanita cantik nan baik hati itu, mengakhiri hidupnya dengan mudah.

Di lihat dari sisi panggung, hidup Han Sena adalah hidup yang diinginkan semua orang. Terlebih aktor cantik itu sedang membintangi drama "Mystical You" bersama Kairos Lim.

Akibat kematiannya, nama Kairos Lim ikut terseret sebab pernah menjalin hubungan sebelumnya. Terlebih rekaman suara yang entah dari mana, membuat Kairos Lim menjadi tersangka utama atas meninggalnya Han Sena.

Hujatan demi hujatan telah memenuhi kolom komentar Kairos. Namun, tidak sedikitpun yang mati-matian membelanya dan menyakini bahwa Kairos tidak bersalah.

Satu persatu teman Kairos menjauh dan meng unfollow sosial media masing-masing, yang tersisa hanya Shin Hanna dan Park Minho saja.

"Jangan sering-sering keluar masuk di apartemenku. Sebaiknya kamu mencari kesibukan lain," ujar Kairos kepada sahabatnya yang lagi-lagi mendarat di apartemen, padahal situasi di luar sana sedang kacau.

"Aku takut kamu ikut bunuh diri," jawab Minho yang sedang menikmati kopi hangat di meja patri. Seperti rumah sendiri, Minho sering kali membuat kopi atau makanan di dapur.

Kairos tertawa pelan, menghampiri Minho. "Itu tidak akan terjadi. Meski karir di ujung tanduk pun, mengakhiri hidup bukan pilihanku. Memangnya bisa sampai di titik ini tidak membutuhkan perjuangan?"

"Baguslah."

"Manajermu." Kairos melirik ponsel Minho yang terus berdering.

"Biarkan saja."

Minho, keluar dari apartemen Kairos sekarang, para pencari berita sedang menuju ke sana.

"Masih mau tinggal?" Kairos senyum miring membaca pesan yang baru saja masuk ke ponsel sahabatnya.

"Ck." Minho berdecak. Pria itu segera menyeruput kopinya hingga tandas dan meninggalkan apartemen Kairos secepat kilat. Meski sahabat sejati, dia tidak bodoh untuk mempertaruhkan karirnya dengan terang-terangan memperlihatkan kedekatan bersama aktor yang namanya sedang terseret scandal.

Negeri Ginseng bukanlah negara yang lunak pada aktor atau pun idol yang terkena scandal, apalagi jika sudah mengarah pada pelecehan seksual.

Sepeninggalan Minho, Kairos berdiri menghadap dinding kaca. Memperhatikan salju yang mulai turun. Pikirannya sedang kacau, ia khawatir karirnya benar-benar berakhir. Belum lagi hingga saat ini dia tidak mendapatkan kabar dari sang kekasih.

Sayang, jangan lupa membawa jaket tebal udara sangat dingin.

Kairos mengirimkan pesan tersebut, tetapi hanya di read oleh sang kekasih tanpa mendapatkan balasan.

Segalanya, perhatikan kebutuhan Hanna. Jangan biarkan dia kedinginan meski sebentar saja.

Kalian masih di Suwon? Kapan pemotretan Hanna selesai?

Kali ini Kairos mengirim pesan kepada manajer Hanna.

Sudah Kai, semuanya aman terkendali. Kita akan pulang besok.

Manajer yang baru saja membalas pesan Kairos, segera menyimpan ponselnya dan menghampiri Hanna yang baru saja selesai pemotretan di ruangan terbuka. Wanita yang sudah dianggap sebagai kakak oleh Hanna, memasangkan jaket tebal dan memberikan penghangat tangan.

"Makasih Unnie."

Manajer Hanna mengangguk dan segera undur diri sebab di panggil oleh tim fotografer yang sedang menangani iklan yang dibintangi oleh Hanna.

"Sejak pagi nona Shin tidak fokus dan selalu melakukan kesalahan. Ini tidak seperti nona Shin yang saya kenal," protes penanggung jawab kepada manajer Hanna.

"Maaf Pak, saya akan memberitahu nona Shin agar lebih fokus lagi."

"Jika ada masalah, sebaiknya kesampingkan dulu. Ini demi kebaikan bersama. Cuaca tidak mendukung jika harus berada di ruangan terbuka terus-menerus."

"Akan saya sampaikan, Pak."

Manajer tersebut kembali menghampiri Hanna yang lagi-lagi melamun dengan tatapan kosongnya. Bahkan teh hangat yang disediakan tidak perempuan itu sentuh.

"Fokuslah sedikit Nona, agar pemotretan cepat selesai dan kita pulang," ujar sang manajer.

"Bagaimana bisa, Unnie?" Hanna menoleh dengan tatapan terlukanya. "Oppa sedang dalam masalah dan karirnya terancam hancur. Berita terus menyudutkan dirinya padahal tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi."

"Kamu mempercayainya?"

"Tentu, oppa Kai bukan orang seperti itu. Setelah kembali, akan kubuktikan pada dunia bahwa oppa bukanlah orang jahat. Si Sena-Sena itulah yang licik."

Manajer Hanna mengeleng dan mengenggam tangan Hanna yang mengepal. "Pelankan suaramu, ada banyak mata dan telinga di sekitar kita. Benar atau tidaknya Kai, kita tidak boleh memperlihatkan dukungan secara terang-terangan."

"Tapi Unnie ...."

"Kamu bisa percaya pada Kai sebesar apapun, tapi jangan mengambil tindakan yang akan mempertaruhkan karirmu."

"Unnie percaya pada oppa?" tanya Hanna memastikan dan dijawab gelengan oleh manajernya. "Kenapa?"

"Ya karena kehidupan kita layaknya sebuah panggung dimata orang lain. Sama seperti Kai, mungkin saja sikap baik yang aku perlihatkan padamu hanyalah sebuah drama."

Hanna terdiam, membenarkan ucapan manajernya. Berpikir secara logika, tidak ada seorang pun yang benar-benar mengenali orang lain, bahkan untuk mengenali diri sendiri saja sudah sulit.

"Kami berteman sejak kecil, oppa tidak mungkin menyembunyikan sesuatu padaku," lirih Hanna dengan sudut bibir melengkung ke bawah.

"Faktanya nona Han dan Kai pernah menjalin hubungan sangat dalam sampai tinggal serumah."

"Maksud Unnie sulit untuk mereka berdua tidak melakukan hal ...."

"Kamu seperti orang polos saja."Manajer tersebut tertawa.

"Unnie!" Hanna merengut.

"Jangan lepaskan penghangat tangannya Nona, sepuluh menit lagi kita mulai pemotretan," ujar sang manajer dan berlalu pergi.

Hanna mengangguk, ia mengambil ponselnya dan kembali membaca pesan yang dikirimkan oleh Kairos. Sebenarnya ia sedih karena dua hal. Karir sang kekasih yang berada di ujung tanduk dan pengakuan Sena yang hamil.

"Bagaimana jika benar oppa adalah penyebab kematiannya?"

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!