NovelToon NovelToon

Kemarahan Sang Penghuni

bab 1.Ketenangan itu Hilang

"Ambu.. Ambu.. " Ujar Abah berteriak-teriak memanggil Ambu sang Istri.

Sang Istri yang merasa di panggil dia pun datang menghampiri Abah, Ambu merasa heran kenapa Abah teriak-teriak karna biasanya Abah tidak begitu.

"Aya naon Abah? Naha make gogorowokan cigah budak teu di bere jajan? " (Ada apa Abah? Kenapa pake teriak-teriak kaya anak gak di kasih jajan?) Ujar Ambu menjawab sbil bertanya kepada Abah.

Abah terlihat seperti orang yang di kejar-kejar wajah nya pucat pasi keringat bercucuran membasahi wajah dan badan nya. melihat itu Ambu merasa kaget karna Abah biasanya juga tak seperti itu, Abah adalah orang yang sangat tenang dia sama sekali bukan lah orang yang panikan seperti itu.

"Aduh Ambu, cilaka.. Kumaha geura ayeuna? Urang kabeh bakal cilaka" (Aduh Ambu, celaka.. Gimana coba sekarang? Kita semua bakal celaka) Ujar Abah, dia tampak ketakutan.

"Abah, ngomong lalaunan sok caritakeun aya naon? Lain kalah ujug-ujug ngomong bakal cilaka" (Abah ngomong pelan-pelan sok ceritain ada apa? Bukan malah langsung ngomong bakal celaka) Ujar Ambu yang menggerutu kepada Abah, Ambu meminta Abah untuk bercerita.

Abah terlihat menghela napas panjang, Abah terlihat seperti kebingungan mau menceritakan nya dari mana. Abah takut Ambu juga akan merasakan perasaan takut seperti yang dirinya rasakan karna kalau masalah ini di ceritakan bukan hanya Ambu, tapi satu kampung itu akan merasakan ketakutan yang sama.

Kita sebut saja nama Abah adalah Abah Kohar dan Ambu bernama Ambu Iti, mereka menghuni kampung Legok (kita sebut aja itu nama kampung nya) salah satu. kampung yaang berada di Jawa Barat, Abah Kohar adalah sesepuh di kampung itu dia adalah petugas Desa (tapi bukan pak lurah😅) jadi Abah tau semua informasi kampung itu

.

.

.

Meski Abah ragu dia mulai bercerita tentang apa yang dia tau pada Ambu, Abah menceritakan kepada Ambu bahwa di kampung mereka tepat nya di hutan yang tak pernah terjamah oleh orang akan di dirikan sebuah perusahaan. Dan benar saja hal itu mampu membuat Ambu kaget bukan main.

"Deg".

" Astaghfirullah.. Aduh, Abah.. Kumaha? Kumaha engkena lembur urang? Kumaha lamun Mahluk nu aya di leuweng eta ngamuk? "(Astaghfirullah.. Aduh, Abah.. gimana? Gimana nanti kampung kita? Gimana kalau Mahluk yang ada di hutan itu ngamuk?) Ujar Ambu bertanya kepada abah, Ambu benar-benar kaget dengan berita itu dia bingung juga merasa takut kalo sampai benar akan ada pembangunan perusahaan di hutan itu.

Terlihat Abah yang kebingungan, ternyata benar apa yang Abah pikirkan bahwa Ambu akan merasa kaget dengan cerita nya. Dan benar apa yang Abah pikirkan kalau Ambu akan merasa takut pasti nya semua orang yang ada di kampung itu akan merasakan ketakutan yang sama.

" Ceuk Abah geu naon? Sieun cilaka Abah geu. Teu kabayang ke cigah kumaha ngambek na nu aya di leuweng eta"(Kata Abah juga apa? Takut celaka Abah juga. Gak kebayang nanti seperti apa kemarahan nya yang ada di hutan itu) Ujar Abah menjawab Ambu sambil dia juga merasakan rasa takut nya.

Abah tak sampai pikir bahwa di kampung Legok akan ada pembangunan perusahaan, di kampung nya itu sangatlah Asri dan damai. dan mulai sekarang semuanya akan berubah, Abah takut akan kemarahan Mahluk penghuni hutan itu.

BERSAMBUNG

bab 2.Awal adanya Teror

Seminggu sudah dari waktu Abah bercerita kepada Ambu, sekarang kampung mereka di datangi beberapa orang asing. Mereka datang dengan menaiki mobil ada Enam mobil yang datang ke kampung itu mereka datang untuk mengecek lokasi pembangunan.

Warga kampung mulai panik mereka benar-benar merasakan rasa takut, mereka tau apa yang akan terjadi berikutnya. Dan pastinya itu akan membuat mereka tersiksa dengan adanya kemarahan Mahluk sang penghuni hutan

"Tuh tinggali, nyaan beja Abah teh.. Ayeuna loba semah anu teu warawuh daratang ka lembur urang" (Tuh lihat, benar kata Abah.. Sekarang banyak tamu yang tidak di kenal berdatangan ke kampung kita) Ujar Mang Ujang salah salah warga di sana

"Nyaan euy, kumaha geura mun geus kieu? Urang nu bakal riweuh" (Bener ihh, gimana kalo udah gini? Kita yang bakal repot) Ujar Mang Tono menimpali omongan Mang Ujang.

Warga lain pun ikut berkumpul, mereka membahas rasa bingung mereka tidak terbayang kan oleh mereka nanti akan seperti apa nasib mereka.

"Lain nanaon nya, kumaha mun ngamam Tumbal?" (Bukan apa-apa ya, gimana kalo makan Tumbal?) Ujar Mang Shukri yang tiba-tiba ikut nimbrung dalam pembicaraan itu, dan dia langsung membuat yang lain nya kaget bukan main.

"Heh, Shukri.. Ulah asal engab ai ngomong teh! Nyaho urang sarerea ayeuna keur kasieunan ehh ku maneh kalah di ucapkeun".(Heh, Shukri.. Jangan asal kalo bicara itu! Sudah tau kita semua sekarang lagi ketakutan ehh sama kamu malah di ucapin) Ujar Mang Ujang menjawab ucapan Shukri, Mang Ujang tidak terima ucapan itu di lontarkan oleh Shukri karna hal itu adalah hal yang benar-benar mereka takutkan saat ini.

Mereka terus mengobrol dan sesekali terdengar perdebatan dari mereka, sungguh tak terbayangkan oleh mereka jika hal itu benar-benar terjadi. Nanti bagai mana nasib mereka yang tinggal di kampung ini sungguh hal itu membuat mereka takut bukan main.

Di saat mereka masih asyik dengan obrolan serta perdebatan mereka, tiba-tiba Abah Kohar datang menghampiri mereka

" Aya naon? Kunaon maraneh make raribut? "(Ada apa? Kenapa kalian pada ribut? ) Ujar Abah bertanya pada mereka semua.

" Duh Abah.. Kumaha ayeuna? Teu kabayang nyaan nage ke bakal kumaha lamun leuweng itu di buk bak"(Duh Abah.. Gimana sekarang? Gak kebayang nanti nantinya gimana kalo hutan itu di buk bak) Ujar Mang Ujang menjawab pertanyaan Abah.

Abah terlihat berpikir dan Abah tidak bisa menjawab pertanyaan mereka, karna pertanyaan mereka sama seperti pertanyaan Abah pada diri nya sendiri. Abah pun tak bisa membayangkan apa yang akan terjadi nanti nya.

.

.

.

Setelah mereka mengobrol dan tak kunjung menemukan jawaban nya mereka pulang ke rumah mereka masing-masing.

Saat malam tida suasana mendadak mencekam tidak seperti biasanya bahkan semenjak sore suasana itu sudah di rasakan oleh mereka. Angin yang begitu kencang seakan meniup kampung itu, suara pepohonan yang berderit terus terdengar oleh mereka bahkan suara itu terdengar mengerikan bagi mereka.

Burung-burung berkicauan saling bersahutan menambahkan rasa ngeri bagi semua orang yang mendengar suara-suara itu. Mereka takut apa yang mereka takutkan akan terjadi karna baru sekarang ini ada hal seperti ini, dan itu bertepatan setelah ada orang-orang asing yang datang untuk melihat lokasi yang akan mereka bangun.

Abah di dalam rumah nya terlihat risau, Abah terus mondar mandir sambil sesekali mengintip keluar melalui celah jendela rumah nya.

"Ambu, kade tong keluar" (Ambu, awas jangan keluar) Ujar Abah kepada Ambu sambil terus mengintip dari balik jendela.

"Kaluar nanaonan Abah? Asa sarieun kitu ngarenge sora di luar nage" (Keluar ngapain Abah? Berasa takut gini mendengar suara di luar juga) Ujar Ambu menjawab pertanyaan Abah.

Abah yakin ini adalah awal kemarahan sang penghuni hutan, Abah yakin ini adalah awal teror untuk mereka dan Abah pun yakin mulai sekarang kehidupan mereka akan jauh dari kata Damai, dan ketenangan yang mereka rasakan selama mereka tinggal di kampung Legok akan tiada mulai saat malam ini.

Bab-3. Malam yang begitu Mencelam

Suasana malam ini benar-benar Mencekam suasana di luar begitu sangat menyeramkan, angin terus bergemuruh berputar-putar seakan menunjukkan kemarahan. Suara Burung terus saling bersautan menambahkan rasa yang menakutkan.

Bahkan ada beberapa rumah yang terkena dampak oleh angin itu, tapi tak ada seorang pun yang berani pergi keluar bahkan untuk sekedar mengintip pun mereka tak berani. Warga Kampung Legok benar-benar merasakan rasa takut yang belum pernah mereka rasakan sebelum nya.

Keadaan seperti ini baru sekarang mereka alami dan hal ini sukses membuat warga Kampung Legok ketakutan. sungguh mereka merasa syok berat, mereka khawatir apa yang mereka obrol kan tadi benar-benar terjadi dan sekarang buktinya nyata mereka saksikan. Baru seperti ini saja mereka takut bukan main, bagaimana seandainya kata-kata mereka menjadi kenyataan.

Sementara Abah Kohar di dalam rumah nya, dia tak jauh berbeda seperti warga lain nya. Dia pun merasakan hal yang sama merasa takut hal yang tak seharusnya terjadi akan terjadi, Abah Kohar takut apa yang di katakan orang tua nya terdahulu akan menjadi nyata karna di Kampung Legok ini bisa di bilang masih kental dengan hal-hal yang berbau Mistis.

Orang tua abah Kohar pernah berbicara kepada abah Kohar, kelak jika suatu saat hutan itu di ganggu akan ada kehancuran di Kampung Legok. Semuanya terjadi bukan tanpa alasan, sebab di setiap tempat sudah jelas pasti ada penghuninya apalagi itu adalah hutan lebat yang warga Kampung Legok pun tak ada yang berani masuk ke dalam hutan itu. Yang bisa masuk ke dalam hutan itu bisa di hitung dengan jari dan salah satu nya adalah Abah Kohar.

"Astaghfirullah.. Ya Allah cing di jaga di riksa warga didieu, ulah nepi ka aya kajadian anu heunteu di pihareup. " (Astaghfirullah.. Ya Allah semoga di jaga dan di lindungi warga disini, jangan sampai ada kejadian seperti yang tidak di harapkan) Ujar Abah Kohar, dia berdoa untuk semua keselamatan warga Kampung Legok.

Sementara mereka yang bergumul dengan rasa takut nya hingga tak ada yang berani keluar rumah, hingga tidak mereka sadari Hewan ternak mereka ma-ti tanpa mereka sadari Hewan ternak seperti Ayam, Bebek, Angsa Kambing dan kerbau mereka mati dan aneh nya Hewan mereka ma-ti tidak semuanya Hewan mereka ma-ti tapi tidak semuanya, melainkan separuh dari Hewan ternak mereka. Bahkan hal yah paling akan membuat mereka kaget bukan karna Hewan ternak itu ma-ti, tapi cara Hewan ternak itu ma-ti setiap Hewan ternak yg ma-ti organ dalam nya di ambil dan jantung nya Hilang..

Sungguh hal itu sangat mengerikan entah apa yang akan terjadi besok setelah semua warga melihat Hewan ternak mereka.

Sementara Abah Kohar dia terus merasa gelisah, dia terus mengumandangkan kan doa dia tidak ingin hal buruk terjadi pada warga Kampung Legok.

"Abah, acan sare.? " (Abah, belum tidur) Ujar Ambu bertanya.

"Acan Ambu, Abah teu bisa sare.. Abah asa keu'eung da di luar ningan masih anggeur gede angin. " (Belum Ambu, Abah gak bisa tidur.. Abah ada rasa takut soal nya di luar masih tetap angin besar. " Ujar Abah.

Ambu pun menghampiri Abah, Ambu mengerti dengan rasa takut yang Abah rasakan karna Ambu juga tau tentang apa yang terjadi di luar. Dan Ambu pun sama seperti apa, Ambu memikirkan dengan nasib Kampung Legok apa yang akan terjadi nantinya jika ucapan Orang tua Abah benar-benar terjadi? sungguh Ambu tak bisa membayangkan betapa kacaunya nanti Kampung Legok itu.

Bersambung...

(maaf cerita Mak tidak menunjuk ke daerah manapun, cerita ini hanya karangan belaka.. Mungkin ada kesamaan di Nama-nama Tokoh atau bahkan nama Kampung. dari itu Mak meminta ma'af dan harap di maklumi🙏)

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!