NovelToon NovelToon

Suami Diatas Kertas

bab 1

Semua orang mengenalnya sebagai Juanda Mahessa, 32 tahun CEO muda perusahaan teknologi raksasa Mahessa grup Corporation. Wajah tampan prestasi luar biasa dan reputasi tanpa cela, membuat nya menjadi idola banyak wanita kalangan atas maupun bawah.

Ia dikenal sebagai pria dingin, tertutup dan kejam serta Workcaholix dalam urusan pekerjaan. Ia juga merupakan pewaris tunggal Mahessa grup

Malam itu, di sebuah bar kecil di sudut kota, juanda hanya ingin melarikan diri dari tekanan pekerjaan nya dan juga tekanan dari rumah. Tanpa jas mahal, hanya menggunakan kaos polos dan jeket kulit. Ia tampak seperti pria biasa pada umumnya

Juanda hanya seorang diri tanpa temen satu pun. Lalu datang lah dua orang wanita penghibur menghampiri nya dengan berpakaian serba terbuka. Mereka masing-masing duduk di sebelah juanda sambil menawarkan segelas wine

"Boleh kami temanin tampan" kata wanita penghibur yang memakai baju merah

Juanda hanya melirik sekali, tatapan nya dingin tanpa mau meladeni kedua wanita tersebut. Pandangan nya masih terus fokus pada salah seorang pelayan bar yang sedang berada di meja bartender

"Tampan, apa mau aku temenin" kata wanita penghibur satu nya lagi sambil mengelus dada nya juanda

"Lepaskan tangan kotor mu itu dan pergi lah, atau aku akan mematahkan tangan mu"

Dengan rasa kecewa, kedua wanita penghibur itu pun segera pergi sebelum juanda bertindak kasar

"Belagu amat, mentang-mentang ganteng udah kayak dewa aja, cuih" cibir salah satu wanita itu yang merasa tak terima

"Sudah lah, kita cari yang lain aja. kali aja dia memang nggak mau diganggu" sahut wanita yang satu lagi

Dibalik meja bar, seorang gadis muda dengan serangan pelayan nya, Arumi mengelap gelas sambil sesekali meliriknya penuh curiga

Arumi Calista 22 tahun, bukan gadis yang selalu terpesona pada pria tampan. Hidup mengajar kan nya untuk selalu berhati-hati. Ia bekerja keras guna menghidupi ayah, ibu dan kedua adik tiri nya. Ia selalu menjaga jarak dengan masalah. Namun malam itu masalah justru datang menghampiri nya

Sebuah keributan pecah, seorang pelanggan yang sedang mabok, tiba-tiba saja menghampiri Arumi dan mencoba melecehkan nya dengan menyentuh buah dada Arumi. Juanda langsung bangkit dan mendekati lelaki pemabuk itu lalu meninju nya dengan sekali pukulan.

Juanda yang berusaha melindungi arumi dari seorang pelanggan mabok, malah memicu kekacauan. Maka terjadi lah aksi pukul memukul antara juanda dengan si pemabuk itu.

Setelah kekacauan berakhir dan menyelesaikan semua biaya keributan, juanda keluar dari bar tersebut dan menunggu Arumi selesai bekerja. Dan setelah tiga jam lamanya menunggu, akhirnya Arumi selesai juga

"Ikut aku" juanda menarik paksa tangan Arumi dan membawa nya ke sudut

"Lepaskan, kau mau apa" ucapnya sedikit takut

Sebuah ide gila melintas di benak juanda. Ia butuh istri segera. Alasan nya bukan karena cantik, tapi demi menyelamatkan posisi nya di perusahaan yang mengharuskan dia menikah sebelum ulang tahunnya yang ke 32 tahun. Atau dia akan kehilangan semua harta warisan perusahaan keluarga nya. juga karena tuntutan si kakek, Solmon Mahessa yang mengharuskan nya untuk segera menikah

"Menikah lah dengan ku" kata juanda. Suaranya tenang namun penuh penekanan

Arumi mengedipkan matanya, yakin kalau ia telah salah dengar "apa kau mabuk?"

"Aku serius. Aku akan memberikan mu uang 20 juta per bulan nya. Kau hanya perlu menikah dengan ku"

Arumi tau ini gila, tapi ketika pilihan antara bertahan dalam kemiskinan atau mengambil kesempatan gila ini, hati nya bergolak bingung

"Tapi aku tidak tahu siapa kau sebenarnya"

"Kau tidak perlu tau siapa aku. kau cukup hanya tau kalau aku adalah suami mu kelak. Dan satu lagi, pernikahan ini hanyalah diatas kertas"

"Ternyata hanya nikah palsu, syukurlah jadi aku masih bisa bekerja seperti biasanya" gumam Arumi menatap lega Juan

"Baik lah aku setuju"

"Bagus"

"Tapi aku punya syarat"

"Soal syarat, besok bisa kita bicara kan lagi. Yang terpenting besok pagi kau harus hadir di kantor KUA tepat waktu. Dan aku akan menunggu mu di sana. Ingat, jangan sampai telat sedikit pun. Atau kau akan tau akibatnya"

"Cowok aneh, ngajakin nikah tapi pake ngancem segala" umpatnya pelan namun masih bisa didengar oleh Juan

"Kau bilang apa" Juan sedikit memajukan wajahnya

"E--enggak. aku nggak bilang apa-apa" jawabnya takut dengan cengiran

"Awas kalau kau sampai tidak datang besok" juanda sedikit mengancam hanya sekedar menakuti Arumi

Setelah mengatakan itu, juanda pun langsung pergi begitu saja meninggalkan Arumi seorang diri yang masih dalam kebingungan

"Dasar cowok aneh, aku sumpahin kamu tidak akan pernah dapat istri selamanya" teriak Arumi kesal sambil menunjuk-nunjuk kearah juanda yang telah berlalu pergi

Arumi manyun karena masih kesal. Dipikir nya balik "tapi kan mulai besok aku yang akan jadi istri nya. Aarrghhh....dasar pria aneh" teriaknya lagi

Keesokan harinya

Arumi ingat akan janjinya semalam. Pagi ini ia akan pergi ke kantor KUA untuk menikah dengan lelaki asing yang sama sekali belum pernah ia kenal

"Heh Arumi, cepat masak kami sudah lapar" perintah Anita ibu tirinya Arumi saat ia hendak melangkah kan kakinya keluar

"Suruh bela saja bu, aku lagi ada urusan" sahutnya sambil terus berjalan keluar

Namun belum sampai keluar pintu, rambut Arumi ditarik kuat oleh Anita

"Auw, sakit bu, sakit" rintih nya sambil memegangi rambutnya

"Udah mulai berani kamu ya ngebantah perintah aku"

"Ampun bu ampun. Baiklah aku akan masak sekarang juga" jawab Arumi terpaksa karena tak tahan dengan tarikan rambutnya yang sungguh menyakitkan

"Masak cepat" tolak Anita

Maka dengan terpaksa Arumi harus menuruti semua kemauan ibu tirinya itu

"Bu, kapan sih aku bisa punya tas baru. Aku kan malu kalau harus pakai tas lama terus. Apa coba nanti kata teman-teman aku" rengek bela bergelayut manja di lengan ibunya

Bela sintia, gadis 20 tahun adalah adik tirinya Arumi. Ia dan abangnya bernama Agung 25 tahun adalah anak-anak nya Anita.

"Iya sayank sabar ya, ibu akan minta uang sama Arumi agar kamu bisa beli tas baru, sabar ya" Anita mengelus lembut wajah anaknya

"Iya bu" sahut bela tersenyum sinis

"Aku akan buat kau sengsara selamanya, Arumi" gumam bela masih dalam pelukan ibunya

"Yah, aku minta uang dong. Aku mau keluar sama teman-teman aku. Hari ini kami akan pergi ke puncak" ujar agung yang juga merupakan abang tirinya Arumi

"Iya, nanti ayah akan minta uang sama Arumi lagi"

Dan setelah lima belas menitan akhirnya Arumi selesai juga

"Ayah, ibu, sarapan nya udah selesai. kalian udah boleh makan sekarang" panggil Arumi sambil menyusun makanan nya

Lukman wijaya selaku ayah Arumi mendekati sang anak

"Arumi, apa ayah bisa pinjam uang kamu lagi" ucapnya

"Pinjam uang, tapi bukan kah baru semalam aku kasih uang ke ayah"

"Iya ayah tau, tapi hari ini ayah mau beli sesuatu dan uang ayah masih belum cukup" jawab Lukman masih terdengar lembut dan pelan

"Tapi ayah, aku udah nggak ada uang lagi"

"Heh Arumi, apa salahnya sih kasih uang sama ayah kamu. Toh uang itu minjem bukannya minta" sahut Anita menimpali dengan nada bicara yang sudah terlihat marah

"Tapi bu, aku benar-benar lagi ngga punya uang"

"Heh Arumi, ayah kan cuma mau minjem satu juta aja. Masak kamu nggak punya uang segitu, kamu kan kerja. lagian itu kan cuma sedikit nggak banyak" sahut agung turut menimpali

"Apa!! sedikit abang bilang" sahut Arumi mengerutkan kening nya

Agung sedikit menggoyang tubuhnya dan membuang matanya jengah

"Bahkan bulan ini aja aku belum gajian bang. Gaji bulan semalam juga udah aku kasih ke ibu semuanya. Jadi aku sama sekali udah ngga punya uang lagi"

"Plakkk!! "

Sebuah tamparan keras mendarat di pipinya Arumi. Ia memegangi wajahnya yang terasa panas akibat tamparan itu

"Arumi!! ayah nggak mau tau. pokoknya siang ini juga kamu harus kasih uang sama ayah satu juta. kalau tidak, kamu akan ayah jual sama juragan tempe yang ada di desa sebelah" Lukman mengancam Arumi dengan cara itu

"Nggak ayah jangan. Jangan jual aku sama juragan tempe itu. Aku janji akan cari uang nya sekarang juga" Arumi yang takut akan ancaman sang ayah, berlutut sambil memegangi kaki sang ayah

"Pergilah, pulang nanti ayah nggak mau tau, pokoknya uang itu sudah harus ada"

"Baiklah, aku pergi sekarang" Arumi yang takut terpaksa harus mencari uang yang diinginkan ayahnya

bab 2

Dengan berat hati, Arumi melangkahkan kakinya keluar. Pikiran nya bingung karena dipenuhi oleh tuntutan sang ayah.

"Dimana aku harus mencari uang sebanyak itu dalam waktu singkat. Apakah harus aku minjam sama cowok asing itu yang nanti akan menjadi suami ku" gumamnya sambil berjalan menuju angkot

Dikantor KUA

Sudah hampir lima belas menit juanda berada di kantor KUA. Ia sudah menunggu begitu lama, namun Arumi masih belum juga menampakkan batang hidungnya. Hingga tahap kesabaran nya pun menipis.

"Kita pulang" titah dingin juanda kepada sang asisten pribadi Ardi Lesmana

Namun baru saja selangkah, tiba-tiba Arumi pun sampai dengan rambut yang berantakan dan wajah yang sedikit memar.

Juanda memperhatikan penampilan calon istri nya itu "kenapa dengannya, mengapa wajahnya memar seperti bekas tamparan. Dan juga rambutnya berantakan. Apa sebenarnya yang terjadi pada nya? " gumam nya

"Me-maaf tuan saya agak terlambat. Tadi ada urusan mendadak. Sekali lagi saya minta maaf" ucap Arumi sembari menundukkan kepalanya sedikit

Juanda tetap diam

"Apa acaranya udah bisa kita mulai sekarang? " ucapnya tanpa tau kalau sebenarnya dirinya telah terlambat 15 menit.

Kini Arumi terlihat begitu bersemangat. Bagaimana tidak, jika hari ini ia menikah dengan juanda, mungkin ia akan bisa meminta atau meminjam sedikit uang darinya.

Namun Arumi melihat ekspresi wajah juanda seperti hendak menerkam mangsanya hidup-hidup. Sorot matanya tajam seperti belati.

"Tidak, aku harus tetap menikah dengan nya hari ini juga agar aku bisa mendapatkan uang dari pernikahan ini. Dan aku bisa kasih uang itu ke ayah" gumam arumi

"Apa kau tau kalau kau terlambat 15 menit"

Hening

Arumi menundukkan kepalanya takut dan bersalah

"Dan aku bosan menunggu mu selama itu" sambung juan dengan tatapan yang masih sama

"Baru juga 15 menit, gimana juga kalau satu jam. Bisa-bisanya dibunuh aku" gumam Arumi sedikit kesal

"Iya tuan aku salah dan aku sudah minta maaf. Terus, apa kita sekarang udah bisa nikah?" tanya Arumi

Juanda menarik nafas dalam. Jika bukan karena tuntutan, mungkin ia sudah sedari tadi pergi meninggalkan kantor KUA tersebut.

"Rapihkan penampilan mu, aku tidak mau punya istri dengan penampilan seperti itu" ucapnya masih datar

"Iya iya aku tau" sahut Arumi kesal sembari memanyun kan bibirnya

Lalu Arumi merapikan rambutnya dan juga pakaiannya.

Didepan pak penghulu, juanda mengucap kan ijab qobul dengan satu kali ucapan saja. Tanpa wali dan hanya disaksikan oleh beberapa anggota pegawai kantor KUA dan juga Ardi selalu asisten juanda. Dan pada akhirnya pernikahan itu pun telah sah terlaksanakan

"Ikut aku" titah juanda kepada Arumi seorang istri yang baru saja ia nikahi

"Baik tuan"

Juanda membawa Arumi pulang ke apartemen nya. Selama perjalanan menuju apartemen, arumi hanya diam tak berani bersuara. karena ia tau, jika ia bersuara pasti akan banyak masalah. sebab itu lah ia hanya diam.

Padahal suhu didalam mobil sudah lah sangat dingin. Namun entah mengapa tubuh arumi banyak mengeluarkan peluh. Peluh turun di kening dan masuk kedalam baju nya. Sepertinya suhu didalam mobil itu sungguh terasa sangat panas seperti terbakar api. Dan Arumi terus saja mengelap peluh yang turun di kening nya

"Naik kan suhu AC nya" ucap Juan tiba-tiba

"Baik tuan"

Seketika arumi melihat ke samping, menatap pria dingin yang baru saja bergelar suami beberapa menit yang lalu

Dengan mengerutkan kening nya, Arumi berkata dalam hatinya " apa ia tau kalau saat ini aku sedang ketakutan"

Meskipun Arumi menatap nya, namun juanda tak bergeming untuk menatap balik wajah sang istri yang baru saja ia nikahi

"Hmph, dasar pria kutub" gumam nya lagi kesal tanpa sebab

Dan perjalanan pun sampai di tujuan. Ardi membuka kan pintu untuk tuan nya.

"Turun lah, jangan berharap aku akan membuka kan pintu mobil untuk mu" ucapannya datar dan sungguh terdengar sangat kejam

Dan pada akhirnya Arumi keluar sendiri

Apartemen juanda berada di lantai lima, dan mereka harus naik lift. Dan lagi-lagi arumi hanya diam mematung. Sesekali ia melihat jam di tangan nya agar tidak terlalu kaku

"Apa berkas yang aku suruh sudah kau selesaikan" tanya Juan kepada sang asisten

"Sudah tuan"

"Bagus"

"Berkas apaan sih. Duh... ini orang kok auranya dingin banget ya. Apa mungkin dia tipe orang seperti itu" monolog arumi lagi

Setelah itu lift pun terbuka

Juanda dan sang asisten berjalan beringan, sementara arumi dibelakang mereka. Dengan ekpresi datar, seolah membawa pulang sekotak pizza bukan seorang istri

Pintu apartemen dibuka melalui kartu dan memakai kode sandi. Dan itu hanya Juan yang tau. Dan setelah pintu terbuka, Juan masuk terlebih dahulu

"Mari nona silahkan masuk" ucap Ardi mempersilahkan nona baru nya. Namun arumi masih diam

"Masuk lah" kata Juan singkat

Tanpa menjawab hanya senyuman tipis dan anggukan kecil, Arumi pun melangkah ragu.

Arumi menatap kagum saat masuk kedalam. Apartemen juanda besar dan sangat mewah. Matanya membelalak melihat interior apartemen itu. Luas, bersih, elegan, tak ada jejak kehidupan. Semuanya terlalu rapih terlalu dingin seperti tuan nya. Penuh nuansa putih dan abu-abu. Tak ada tanda-tanda kehangatan di dalam nya. Seolah mencerminkan kepribadian sang pemilik nya

Arumi berdiri canggung didekat pintu masuk sambil memilin tas sandang usang nya. Tubuhnya lelah, tapi pikiran nya lebih lelah lagi. Ia masih tak percaya kalau beberapa jam yang lalu ia telah resmi menjadi seorang istri dari pria yang nyaris tak ia kenal.

"Duduk lah, apa kau masih betah berdiri disitu" ujar juanda datar

Dengan segera arumi duduk di depan juanda masih memilin tali tas usang nya agar tak terlihat takut namun malah sebaliknya.

Juanda menyilangkan kaki nya dan melipat kedua tangannya. Menatap istrinya yang baru saja ia nikahi. lalu tangan kiri Juan menadah kesebelah. Dan Ardi yang berdiri disebelah nya langsung menyerahkan sebuah map besar kepada tuanya

Tiba-tiba hujan turun sangat deras. Diluar jendela kaca besar ruangan itu, suara gemuruh mya menyatu dengan ketegangan yang terasa didalam. Dihadapan arumi terdapat sebuah map besar berwarna coklat tua yang bisa mengubah hidupnya. Yaitu sebuah kontrak pernikahan

"Buka dan bacalah" titah Juan

Lalu dengan tangan yang sedikit gemeteran, arumi mengambil map besar itu dan mencoba mengeluarkan selembar kertas yang ada didalam nya. Lalu perlahan ia membacanya satu persatu kalimat yang tertera di kertas tersebut

"Ternyata hanya kontrak pernikahan" monolog nya lega

"Suah yakin?" tanya juan bersuara datar, dingin, mengalahkan dinginnya air hujan. Tatapan matanya tak menunjukkan emosi sedikit pun.

Juanda Mahessa pria berusia 32 tahun itu tak hanya kaya, tapi juga terkenal karena sifatnya yang dingin dan tak bersentuhan dengan asmara. Dan kini dia akan menjadi suaminya diatas kertas.

"Apa kau sudah baca disetiap point nya" sambung Juan lagi

"Sudah"

"Bagus, kalau begitu kau tanda tangani segera"

Arumi menggenggam pena dengan tangan gemetar. Di usia nya yang ke 22 tahun, ia sama sekali tak pernah membayangkan pernikahan nya akan terjadi seperti ini. Tanpa cinta, tanpa lamaran, tanpa kebahagiaan

"Aku akan menandatangani nya. demi keluarga ku, aku akan menerima segala konsekuensi nya" gumam arumi

Juanda hanya mengangguk. Tidak ada senyuman hanya tatapan dingin dan datar

Saat pena itu menyentuh kertas dan tanda tangan arumi terbentuk, hatinya terasa sesak. Ia baru saja menjual kebebasannya demi sebuah pernikahan yang tidak nyata

Setelah semua nya selesai, Juanda bersama sang asisten kembali ke perusahaan

"Tuan tunggu" ucapan arumi itu menghentikan langkah kaki juanda

Juan berhenti tanpa menoleh ke belakang dengan kedua tangannya dimasukkan ke dalam saku celananya

"Tuan, apa boleh aku minta uang muka nya sedikit. Ada sesuatu yang harus aku bayar" ucap arumi pelan dengan rasa takut

"Berikan ia sepuluh juta"

"Baik tuan" sahut Ardi

Lalu Ardi menyerahkan sebuah cek kepada arumi berisi uang sepuluh juta rupiah. Dan saat arumi melihat cek tersebut, ia tak menyangka akan semudah itu mendapatkan uang

"Terimakasih tuan, terima kasih atas uang nya" sahut arumi dengan sedikit membungkukkan kepala nya

"Dasar cewek mata duitan. ternyata kau sama saja dengan wanita-wanita yang lainnya" gumam Juan jijik

*****

Arumi kembali ke rumah nya satu jam sebelum tengah hari. Ia takut dengan ancaman sang ayah tadi pagi yang akan menikah kan nya dengan juragan tempe

"Dasar anak sialan, jam segini dia masih belum pulang juga. Apa dia mau membohongi ku. Awas saja nanti kalau sampai dia berani membohongi ku. Akan aku patah kan kedua kakinya" umpat kesal sang ayah karena arumi tak kunjung pulang

Dan beberapa menit kemudian...

bab 3

"Ayah...ayah... aku pulang" teriak arumi sambil berlari

"Nah, itu dia pulang" sahut Anita girang

"Serahkan uang nya" tanpa basa basi Lukman langsung meminta dengan menadah kan tangan

Dengan segera arumi menyerahkan uang tersebut kepada Lukman. Lukman menghitung uang itu bersama dengan Anita dan kedua anak-anak tirinya. Mata mereka semua langsung terbelalak dan membulat sempurna saat melihat uang satu juta rupiah benar-benar ada di depan mereka saya ini

"Wah... ternyata kau benar-benar bisa jadi adik yang baik ya arumi. Gitu dong" ujar agung tersenyum bahagia sembari menepuk pundak arumi

"He...he... he... arumi anak ku, apa kau masih punya sisa uang lagi" tanya Lukman mencoba merayu arumi lagi

"Tapi ayah, bukan kah aku sudah memberikan semua uang ku"

"Iya ayah tau, tapi uang itu kan untuk abang kamu. abang mu mau pergi jalan-jalan bersama teman-temannya"

"Apa!! uang itu untuk bang agung dan akan digunakan untuk bersenang-senang bukan nya untuk keperluan dirumah ini" ucap arumi heran

"Iya, kenapa, apa kau keberatan" sahut agung berkacak pinggang

"Iya arumi, dia itu kan abang kamu. Apa salahnya sih kalau kamu memberi nya sedikit uang. Ibu rasa itu tidak keterlaluan. Lagian abang mu kan tidak setiap hari minta uang sama mu" sahut Anita pula berpura-pura lembut dengan memegang pundak arumi

Arumi melepaskan tangan Anita yang berada di pundak nya dan mundur selangkah "apa ibu bilang, uang itu aku cari dengan bersusah payah dan ternyata hanya dipakai untuk bersenang-senang. Apa sebenarnya kalian tidak berfikir bagaimana cara aku bisa mendapatkan uang tersebut"

"Sudah lah arumi, kami semua tidak mau tau kamu dapat uang itu dari mana. yang terpenting sekarang uang nya sudah ada" sahut Anita lagi

Arumi hanya bisa pasrah dengan menggelengkan kepalanya saja. Ia sama sekali tak pernah menyangka kalau semua orang di rumah itu akan memperlakukan nya hanya sebagai alat untuk mencari uang saja. Arumi terlihat sungguh sangat kesal. Ia tak menyangka kalau uang itu akan digunakan untuk bersenang-senang.

"Alah, palingan juga kau menjual tubuh mu itu sama om-om kaya. kalau tidak, bagaimana mungkin kau bisa mendapatkan uang sebanyak itu hanya dalam waktu setengah hari saja" sahut bela menimpali nya dengan wajah sinis nya sambil menatap nya langsung arumi

"Plakk"

Sebuah tamparan keras mendarat sempurna diwajahnya bela. Ya, arumi menampar wajah nya karena kesal dikatakan seperti itu

"Bu, lihatlah. dia telah berani menampar wajah ku" rengek bela sembari memegang wajah nya yang terasa sangat panas

Anita menjambak rambut arumi

"Dasar kau anak kurang ngajar. Sedari kecil kau ku rawat, malah sekarang kau berani-beraninya menampar wajah bela. Apa kau sudah tidak takut mati, ha!!"

Lukman selaku ayah kandung nya bukannya membantu nya, malah ia hanya diam saja seolah-olah tidak melihat sesuatu

"Ampun bu sakit" rengek arumi sambil terus memegangi rambutnya

"Sudah lah bu lepaskan saja arumi, yang penting kan sekarang aku sudah dapat uangnya" sahut agung menimpali sambil mengibasi uang tersebut diwajah sang ibu

Arumi, gadis muda belia, sorot matanya menyimpan luka bertahun-tahun. Dimata orang lain, ia merupakan gadis pendiam, rajin dan kuat. Tapi tak ada yang tahu, setiap malam ia selalu menahan tangis dibalik pintu kamar nya yang tak pernah benar-benar tertutup. Karena keluarganya tak memberinya ruang untuk merasa aman apa lagi dicintai

Arumi tinggal bersama ayah dan ibu tirinya beserta kedua saudara tirinya sejak ia berusia 8 tahun. Saat itu ibu nya meninggal dunia. Dan sejak saat itu hidupnya berubah drastis. Ayahnya yang dulu penuh kasih, perlahan menjauh. Dingin, diam, kejam, seperti lupa bahwa Arumi adalah darah dagingnya sendiri

Anita sama sekali tidak pernah menyukainya. Arumi kerap mendapatkan cacian dan makian. Bahkan tak segan untuk main tangan seperti halnya barusan. Namun Arumi tak pernah mau membalas nya. Ia menelan semuanya dalam diam. Ia selalu menuruti semua perkataan dman membantu pekerjaan rumah. Dan tetap menghormati orang yang selalu menyakiti nya. Karena di hati nya, Arumi masih berharap bahwa suatu hari nanti mereka semua akan berubah. Bahwa ayahnya akan kembali memeluknya seperti dulu. Namun harapan itu seperti nya tidak akan pernah terwujud. Ibarat api jauh dari panggang. Semua hanya mimpi di siang bolong

Dimalam hari nya

Seharusnya ini adalah merupakan malam pertama setelah menikah bagi pasangan yang baru saja menikah. Namun lain hal nya dengan arumi. Ia justru malah terlihat sibuk dengan rutinitas kerja nya di salah satu bar dimana ia bekerja di setiap harinya

"Heh, malah ngelamun. lagi mikirin apaan sih" senggol dewi dilengan nya arumi

Dewi adalah salah satu dari sekian orang yang bekerja di tempat itu. ia bisa juga dikatakan orang yang paling dekat dengan arumi

Arumi kaget "ha, nggak. Nggak ada apa-apa kok" arumi berusaha menutupi nya

"Yakin nggak ada masalah"

"Iya benar nggak ada apa-apa kok"

"Ya sudah, kalau gitu kerja yang benar jangan kebanyakan ngelamun nanti pecah tuh gelas lo lap terus"

Arumi melihat gelas itu "oh iya"

Di perusahaan

"Tuan, apa tidak sebaiknya kasih kabar ke non arumi dulu kalau malam ini tuan tidak bisa pulang" ucap Ardi memberi saran

Tangan Juan terhenti seketika dari menulis nya. Dan tatapan nya dingin menatap Ardi yang sedang berdiri di depan meja kerjanya. Tatapan itu terlalu dingin hingga menusuk ke tulang.

Spontan Ardi menundukkan kepalanya "maaf kan saya tuan"

Kini ardi hanya duduk diam sambil membantu mengerjakan tugasan yang diberi oleh Juan. Ruangan itu sungguh terasa sangat dingin bahkan mengalahkan pendingin di ruangan itu

20 menit berlalu

"Kita pulang" perintah nya datar

"Siap tuan"

Dengan segera Ardi mengantarkan tuan nya pulang. Namun didalam mobil ia malah bingung sendiri.

Mau diantar kemana kah tuanya itu???

Melihat ekspresi Ardi seperti itu, Juan lalu berkata "kita ke bar dulu"

"Baik tuan"

Dan sesampainya disana, juanda langsung menemui arumi yang masih bekerja

"Ikut aku pulang" juan menarik paksa tangan arumi

"Heh tuan tolong lepaskan, aku masih belum selesai bekerja" arumi mencoba melepaskan genggaman tangan Juan

"Ikut aku pulang atau aku akan menggendong mu"

Arumi takut dengan ancaman kecil itu, makanya ia menurut saja dengan ajakan juanda itu

"Baik lah aku ikut kamu pulang"

Didalam mobil, arumi hanya diam. Ia tak mau nantinya akan jadi keributan lagi. Dan setelah setengah jam diperjalanan, akhirnya mereka sampai di apartemen Juan. Juan masuk terlebih dahulu diikuti arumi. Sementara ardi sudah pulang setelah mengantarkan tuanya.

Arumi berdiri canggung, ia tak tahu harus berbuat apa. Juan berjalan melewati nya tak berkata apa pun.

"Itu kamar kamu, kita tidak akan pernah berbagi ranjang. Jadi kamu jangan khawatir kalau aku akan menyentuh mu. karena itu semua tak akan pernah terjadi"

Pedas, kejam itu lah kalimat yang diucapkan oleh Juan barusan

"Terimakasih tuan" arumi nyaris berbisik

"Sebelum kamu mulai berkhayal lebih jauh, aku akan membuat semua nya lebih jelas"

"Ish... siapa juga yang mau tidur bareng sama siluman rubah seperti kamu" cibirnya dalam hati

"Dasar siluman rubah gila" cibir Arumi lagi nyaris terdengar oleh Juan

Langkah kaki Juan yang tadinya hendak masuk kedalam kamarnya, tiba-tiba terhenti dan berbalik badan lalu menatap arumi yang masih berdiri ditempat yang sama

"Kau mengata-ngatain aku" kata Juan

Arumi cengir kuda" ti-tidak tuan, aku sama sekali tak mengeluarkan suara"

Malas berdebat lagi, Juan akhirnya memutuskan untuk tidak mempermasalahkan nya.

"Hush....syukur deh akhirnya siluman itu masuk kamar juga" ucap Arumi pelan sembari mengelus-elus dada nya karena takut

Didalam kamar nya, Arumi bukan nya malah bisa tidur dengan tenang melainkan gelisah. Ia bingung bagaimana harus menjelaskan kepada ayah nya karena malam ini ia tak pulang.

"Argh... bodo amat, toh mereka sama sekali tidak pernah perduli sama aku. Jadi ngapain juga aku pusing mikirin mereka semua. Mendingan aku tidur"

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!