NovelToon NovelToon

Menikahi Arsitek Kejam

1

“ nduk, sampai kapan kamu seperti ini? bukannya ibu memaksa mu, tapi nak Arya itu bukan sembarang orang loh”

Lampu temaran di dapur rumah itu menutupi wajah Sahana yang murung. Mendengar perkataan ibunya Sahana bingung harus bagaimana lagi untuk menjelaskannya.

Sahana mengambil air minum lalu duduk satu meja dengan sang ibu.

Suaranya begitu halus, Sahana menjawab penuh pengertian “ Hana tau buk, tapi Hana tidak siap kalau jadi istri ke 2. Meski anaknya kyai hamid tapi Hana tidak mau menjalani pernikahan poligami” untuk sekian kalinya, Sahana menjelaskan hal ini pada ibunya.

Tap tap tap

Suara langkah kaki terdengar mendekati dapur bersamaan dengan kalimat “ sudah toh buk, biarkan Sahana yang putuskan, wong dia juga yang menjalani” pak Aswan mengambil piring.

Dia barusaja selesai sholat berjamaah dari masjid desa dan hendak bergabung di meja makan. semua kabar tentang putrinya yang menolak lamaran kyai Hamid sudah dia dengar. Dan tidak ada satupun yang enak didengar telinganya. Tapi dia tidak marah, dia memahami dan menghargai semua keputusan anaknya.

“ tuh, ayah juga setuju.” Dengan senyum nyengir khas Sahana.

Asri menghembuskan nafas kasar, anak dan bapak ini kalau sudah jadi satu sulit sekali melawannya.

Lalu dengan nada kesal langsung menimpali “ mesti loh ayah iki. Sahana itu sudah berumur. Sudah tidak banyak pilihan lagi. Mau sampai kapan dia terus melajang, semua orang bahkan menamainya perawan tua. Mbok ya, jangan dibela terus..”

Pak Aswan, hanya tersenyum tipis menatap Sahana “ ibuk mu. Kalau sudah marah lihaten. Pasti bibire mancung, “ bukannya menenangkan, Pak Aswan malah meledek istrinya yang sudah seperti cacing kepanasan itu. keduanya lalu tertawa diatas kekesalan Asri.

Pagi harinya, seperti biasa Sahana pergi ke pasar. Biasanya dia akan naik motor tapi entah kenapa pagi ini dia memilih berjalan kaki. Sudah lama suasana pagi berkabut di desa tidak dia nikmati.

Saat itu, seperti biasa Sahana melewati proyek bangunan yang sedang berlangsung. Daerah perumahan yang siap di buka dalam beberapa bulan lagi.

“ mba Sahana..” panggilan seorang wanita muda membuat Sahana menoleh ke belakang.

Terdapat seorang wanita menaiki motor “ eh binar,”

Motor itu berhenti “ mbak mau ke pasar? Sini bareng Binar saja” ajakan itu begitu renyah dan bersemangat.

Sahana menggeleng pelan “ wong mbak iki mau menikmati jalan kaki. Sudah kamu duluan saja, nanti pas pulang mbak baru nebeng” ucap Sahana sambil tangannya menyuruh Binar pergi.

Binar tersenyum “ yaudah, aku duluan ya mbak”

Motor itupun melaju meninggalkan Sahana. Baru beberapa langkah terdengar sapaan kurang sopan. “ cantik,.. mau kemana?” tentu saja dari para tukang bangunan yang suka menggoda warga sekitar.

Sahana tidak memperdulikan sama sekali, wanita itu tetap berjalan meskipun sautan tak senonoh masih terdengar jelas mengiringi kepergiannya.

Tak di sangka dari atas, Ethan melihat Sahana. Si perawan tua desa ini. baru beberapa minggu di sini Ethan seakan hafal dan mengetahui berita yang ada di sana. Semua itu berkat mandornya yang terlalu banyak bicara hal-hal tidak perlu padanya.

Sekilas, wajah rupawan Sahana memang sangat memikat. Tapi karena rumor orang-orang membuat Sahana seperti wanita yang tidak diharapkan. Entah kenapa Ethan sedikit kasihan pada wanita itu. Pengalaman hidup di luar negri membuat Ethan bisa melihat dengan jelas perbedaan suasana desa yang terlalu ikut campur dan mengikat. Beda dengan luar negeri yang menjujung kebebasan individu.

Di depan parkiran pasar, Sahana sedang menata belanjaannya di sebuah motor.

“ ini saja mbak?” tanya Binar sambil menaiki motor.

“ iya, hari ini ibuk rewang di budhe laili, jadi ndak masak banyak. Oh ya, mbak nitip saja ya. Mba mau mampir ke mutia, anak ke 2 nya baru lahiran. Tolong sampein ke ayah ya” Sahana menunjuk ke arah jalan menuju rumah mutia.

Binar mengangguk pelan “ oh gitu ya mbak, tenang nanti tak sampein ke pak Aswan” dengan nada cengengesan.

Setelah itu Sahana berjalan ke arah perkampungan tak jauh dari pasar. Dia baru mendapatkan kabar dari penjual di pasar tentang kabar Mutia, teman SD nya, jadi Sahana pergi dadakan ke sana. Berhubungan rumah mutia dekat dengan pasar.

Saat sampai, Sahana tentu saja disambut. Mutia merupakan salah satu orang yang tulus berteman dengan Sahana. Dia sering memberikan semangat pada Sahana yang tak kunjung menikah itu.

Saat ini Sahana sedang menggendong bayi berumur satu minggu itu “ cantik ya ti, kulitnya putih juga” ujar Sahana.

Mutia yang duduk di kursi tersenyum senang “ iya jelas, wong selama hamil aku bayangin biar anakku cantik mirip kamu,” dengan nada bercanda.

Sahana malah menatap dengan bingung “ ya harusnya mirip kamu, ibunya, kalau mirip aku ya ndak masuk”

Keduanya lalu berbincang sebentar. Di luar langit terlihat mendung. Jadi Sahana segera pamit.

“ kamu ndak bawa motor na? tunggu, biar di antar mas Hasan”

Sahana tentu saja tidak nyaman dengan penawaran temannya, “ tidak ti, ndak usah. Aku jalan aja, palingan hanya mendung saja” Sahana segera meninggalkan rumah temannya itu.

Di pertengahan jalan, ternyata hujan sudah turun dengan lebat. Sahana menoleh sekeliling, tak ada bangunan. Dia berada di pinggir jembatan sungai dan hanya persawahan yang ada di sepanjang jalan.

Sahana mempercepat langkahnya, pakaiannya sudah basa kuyup dan rasa dingin langsung menyelimuti tubuhnya.

Bremm breem

Suara motor menggema mendekatinya. Sahana segera menoleh. Berpikir ada seseorang tetangganya yang mungkin menawarkan bantuan.

Tapi setelah memastikan orang yang naik motor itu, Sahana malah mengerutkan keningnya. Sosok lelaki yang tidak dia sangka akan bertemu.

" sini aku antar" ucap Arya. Dia baru akan kembali dari salah satu pondok abahnya. Tak sengaja melihat Sahana di tengah hujan.

" Ndak usah, saya jalan saja" ucap Sahana sopan. Meskipun rumor buruk dirinya juga karena lelaki ini, Sahana mencoba menjaga sikap.

" hujan nya semakin deras, Ndak mungkin ada yang lihat, ayo naik" ucap Arya meyakinkan. Dia berpikir jika Sahana menolak tawarannya karena dia pasti kurang nyaman di lihat warga desa pulang bersama dengan lelaki asing.

Arya juga seperti memanfaatkan kesempatan, dia ingin berdekatan dengan wanita yang berani menolaknya.

Gderrr

Suara petir menggelegar, Sahana menjadi ikut panik. Melihat Sahana yang kekeh, Arya dongkol dan segera meninggalkan wanita itu.

Setelah beberapa saat terdengar rintihan lelaki. Sahana mengira itu mungkin hasil suara hujan. Dia segera mempercepat langkahnya.

Tapi kemudian suara itu kembali terdengar, Sahana akhirnya menemukan sumber bunyi. Seorang lelaki tengah memegang kepalanya dan bersandar di pohon.

" kamu kenapa?" tanya Sahana memastikan,

Ethan menatap Sahana sebentar lalu bertanya dengan suara serak " bisa bantu aku pulang?"

Ethan menunggu dengan setia, dia juga terlihat sabar dengan sikap Sahana yang tak kunjung memberikan jawaban.

" aku tinggal di Villa dekat sini. Aku sudah tidak kuat berjalan .. Tolong ya.. " suara itu terdengar menyedihkan.

Sahana menoleh kanan kiri, lalu memastikan " bener Villa kamu dekat?" tak ada lagi yang bisa membantu lelaki ini selain dirinya, begitulah yang Sahana pikirkan.

Ethan menjawab sambil menunjuk arah " iya, itu di samping ladang bambu. Kamu pasti tau" Sahana mengikuti arahan Ethan.

Dia mengangguk, benar itu kawasan elit dan masih terbilang sepi. Kebanyakan hanya rumah mewah yang di tinggali para penjaganya.

" yawes. Kalau gitu. Aku bantu" balas Sahana lalu memapah Ethan. Karena keadaan Ethan yang sakit Sahana menjadi tidak mempermasalahkan sentuhan nya.

2

Dia mengangguk, benar itu kawasan elit dan masih terbilang sepi. Kebanyakan hanya rumah mewah yang di tinggali para penjaganya.

" yasudah. Kalau gitu. Aku bantu" balas Sahana lalu memapah Ethan berjalan.

Meskipun hatinya  tidak sepenuhnya tenang, namun karena kondisi yang hujan lebat ini membuat nya terpaksa akhirnya dia tidak memiliki pilihan lain.

Sahana tidak memungkiri, baju basahnya membuat bentuk tubuhnya menjadi tercetak jelas. Dia berpikir kasihan dengan lelaki ini. Apa salahnya membantu nya sedikit.

Tak lama mereka sampai di depan sebuah rumah 2 lantai yang begitu mewah. Seperti yang Sahana tau, kompleks ini merupakan Kawasan elit yang di miliki beberapa orang kota. Mereka hanya akan datang saat ingin berlibur atau kumpul Bersama kelurga. Jadi pemandangan yang ada terasa berbeda seperti di kampung nya.

Dengan hati-hati Sahana melepaskan pegangannya lalu membuka gerbang. “ masuklah” ucap Ethan yang terlihat aneh menurut Sahana. Tapi wanita itu mengesampingkan karena keadaan Ethan yang terlihat menahan sesuatu.

Sahana awalnya ingin tetap di samping pagar, namun dia melihat Ethan yang tidak berdaya berpegang pada tembok pagar. Jadinya perlahan dia ikut masuk dan mengantarnya di teras rumah.

Dengan lamban Ethan masuk sendiri, sambil berkata " tunggulah, aku ambilkan payung untuk kamu pulang"

Sekian lama menunggu Ethan tak kunjung keluar, Sahana mengintip dari pintu yang terbuka. Dia mulai menggigil kedinginan terkena angin.

“ masuk saja gak ada orang, payungnya di sebelah dapur” suara teriakan dari dalam membuat Sahana sedikit terperanjat.

Benar juga Lelaki itu pasti sudah tidak kuasa membawakan payung. Untuk jalan sendiri saja dia kesusahan. Jadilah Sahana yang secara mandiri masuk ke rumah.

Karena tidak mau merepotkan dan menunggu lama. Sahana akhirnya memberanikan diri untuk masuk. Benar rumah ini begitu sepi, dia menatap sekeliling tak menemukan lelaki tadi. Mungkin dia sedang mengurus hal lain, pikir Sahana.

Rasa lega menghinggapi Sahana tatkala melihat barang yang dia cari berada di samping kulkas 2 pintu. Dengan cepat dia mengambil payung itu, tetapi bersamaan saat tangannya memegang ganggang payung itu terdengar suara pintu yang tertutup.

Otomatis Sahana segera mengalihkan pandangan ke arah pintu itu, perasaannya semakin was-was tatkala melihat Ethan yang berjalan ke arahnya dengan wajah tak biasa.

“ emm…mas.. ini payungnya, saya pinjam dulu” Sahana segera melewati Ethan dengan langkah cepat.

Perasaan takut itu begitu kuat melingkupi hatinya, apalagi saat menemukan handel pintu yang terkunci. Pupilnya melebar, saat ingin meminta penjelasan pada Ethan, lebih dulu badannya di peluk dan di seret masuk.

“ akk,, jangan macam-macam kamu!  lepasin saya..!! “ Sahana langsung meronta-ronta.

Tapi apa daya, tenaganya begitu berbanding terbalik dengan tenaga Ethan, seorang lelaki yang rajin melatih ototnya.

Segala teriakan dan rontaan Sahana sama sekali tidak berarti bagi Ethan. Lelaki itu dengan mudahnya memasukkan tubuh kecil itu ke sebuah kamar luas di lantai 1.

Terjadi keributan disana, Sahana terus membela diri. Dia juga tidak bodoh, Sahana paham apa yang Ethan inginkan dari dirinya.

Hingga akhirnya, kamar itu mendadak sunyi. Hanya suara tangisan yang terdengar.

Hiks hiks

“ aku mohon lepaskan aku, apa salahku hingga kamu buat seperti ini, hiks hiks” tangis Sahana langsung pecah. Hidung dan matanya memerah saking derasnya air mata. Dadanya sesak karena terus menangis.

Sahana sudah terbaring tak berdaya di atas ranjang sedang Ethan dengan tanpa bersalah berada di atas tubuhnya. Dia tidak berkata apapun, hanya memandangi Sahana dengan mata berkabut.

Sahana mengiba penuh harap. Tapi sama sekali tidak ada balasan. Ethan malah semakin di kuasai nafsu. suara gemuruh hujan serta suasana dingin membuat birahi Ethan semakin kuat. Entah apa yang merasukinya, Ethan sudah kehilangan diri.

Tak lama kamar yang awalnya sepi itu penuh dengan suara tangis, kesakitan serta rintihan sepasang manusia. Perbuatan keji Ethan membuat Sahana merasakan penderitaan hidup dengan sengsara.

Kini dirinya begitu hina merana, sungguh rasanya sakit hati. Apalagi saat Ethan dengan sengaja melepaskan rauman kenikmatannya tepat di samping telinganya.

Sahana merasa jijik dan kotor secara bersamaan. Kesucian yang dia jaga bertahun-tahun, dengan paksa di rampas oleh seorang lelaki tidak dia kenal.

Sungguh bejat.

Tak ada satu orang pun yang mengetahui kejadian ini. Semua terjadi begitu saja tanpa pertolongan.

Flashback

Siang itu Ethan kedatangan tamu, teman wanita nya dari luar negeri. Dia disambut dengan dibawakan makanan.

Mereka memiliki janji untuk meninjau perumahan elit yang terlihat mulai rampung. Tetapi saat memakan makanan itu, Ethan merasakan sesuatu.

" apa yang kau campurkan disini!? Apa kau gila!" cerca Ethan, bukannya gimana. Mereka masih berada di desa. Meskipun siang ini begitu mendung dan beberapa karyawan sedang jam istirahat namun Ethan terlihat marah besar.

" ak . Aku.. "

kepala Ethan mendadak pening, wanita itu memanfaatkan kesempatan dengan memapah Ethan masuk kedalam mobilnya.

Ethan belum bisa menguasai diri akibat obat yang wanita itu berikan.

" berhenti.. !"

Ethan tidak suka menjadi tidak berdaya seperti ini. Dia terbiasa mengatur dan merasa jika saat ini tubuhnya sedang mengalami efek obat yang dia makan.

" tunggu, sebentar lagi akan... "

Brak.

Ethan tidak menunggu lebih lama, dia membuka mobil dan jatuh turun dari sana. Bersamaan dengan itu hujan turun dengan deras.

Tak jauh dari sana terlihat ada warga yang mendekat. Tak ingin membuat kesalahpahaman, wanita itu melajukan mobilnya.

Sedangkan Ethan berjalan tak tentu arah. Hingga perjalanan nya mempertemukan dengan Sahana. Gadis perawan tua yang pagi tadi dia lihat.

efek rangsangan obat yang begitu kuat, Membuat Ethan memiliki pikirkan buruk pada wanita itu. Ethan menunggu sampai Sahana berjalan menuju arahnya lalu melancarkan aksinya.

 

...----------------...

Keesokan harinya, kediaman Aswan di landa kebingungan. Lantaran Bu Asri yang baru pulang dari rumah saudaranya berjalan sendiri masuk ke rumah.

" loh buk, mana Sahana?" tanya Pak Aswan yang sudah duduk di teras sambil meminum kopi.

Asri menatap suaminya dengan wajah kesal. tidak ada yang menjemput nya, sehingga dia berjalan kaki sendiri. " Sahana? Ya Ndak tau yah. Aku baru pulang kok di tanyain " Asri lalu duduk dengan kasar di samping suaminya.

Mendengar jawaban istri nya, Pak Aswan langsung panik. " bukannya dia sama kamu? dia Ndak pulang semalaman loh buk" suaranya penuh kekhawatiran.

Asri menatap raut keseriusan pak Aswan. " Ndak pulang kemana loh yah? Duh duh duh, apa ke temannya? Dia Ndak ngomong ta?"

Sebenarnya Asri sudah sangat lelah, tapi kabar mengejutkan ini membuat rasa letih nya menghilang. Perihal hal ini tidak pernah terjadi sebelumnya. Takut nya ada hal buruk yang terjadi.

Pak Aswan mulai ingat " kemarin si binar antar belanjaan. Katanya Hana pergi ke Mutia. Sampai sore belum pulang, aku kira langsung ke rumah mbak mu. Buat bantu-bantu"

Asri menyimak dengan baik, " kita cari ke Mutia dulu yah. Siapa tau dia masih disana"

Akhirnya kedua orang tua itu, mengeluarkan motor lalu pergi ke rumah Mutia.

Bersamaan dengan itu, di tempat proyek Evan, saudara kembar Ethan dengan wajah masam berjalan mendekati mandor.

" Kemana Ethan pak? dari kemarin di hubungi gak bisa! lalu sudah siang begini tidak kelihatan" kesal nya.

Evan baru saja sampai di lapangan, lantaran Ethan tak kunjung menjawab panggilan nya. Dia terpaksa kembali dengan cepat.

Mandor menjawab sambil mengingat-ingat dan penuh kehati-hatian. " saya tidak tau pak. Kemarin pak Ethan pulang lebih dulu, dan sampai sekarang belum datang. Apa mungkin masih ke kontrakan?"

Evan menghembuskan nafas kasar. Dia berkacak pinggang karena tugas nya di kejar deadline.

" ya sudah lanjutkan pekerjaan mu.. "

Mandor itu terlihat ragu, tapi dia kemudian melanjutkan ucapannya " emm.. kemarin sebelum pulang, ada cewek yang datang kemari pak. Lalu ngobrol sebentar sama pak Ethan sambil nawari makanan, tapi sebentar kemudian pak Ethan membanting makanan itu sambil marahin cewek nya. Kami tidak tau apa yang terjadi.."

Mendengar perkataan Mandor, Evan merasa aneh. Dia lalu menghubungi adik kembarnya untuk kesekian kalinya.

ddrrtt ddrrttt

Ponsel di saku Ethan kembali bergetar. Dia sedang di sebuah rumah makan untuk antri beli makanan.

" emm..ada apa kak?" tanyanya dengan santai.

membuat Evan langsung naik pitam " Astaga Ethan! Kamu kemana saja, berkas dari pak Handoko sudah kakak kirim, dia menunggu hasilnya hari ini!. "

Ethan sama sekali tidak merasa bersalah" iya ya, sebentar. tenang, palingan gak sampai malam sudah selesai"

" tumben sekali sih kamu susah si hubungi. Kamu sedang... "

Tut Tut Tut

Panggilan itu langsung di putus sepihak oleh Ethan karena harus membayar makanan.

Tapi Evan yang tidak mengetahui nya malah semakin marah. Dengan segera dia pergi dari proyek menuju ke kontrakan mereka.

3

Hei reader cinta ku, Jangan lupa like dan beri dukungan sebanyak-banyaknya ya . Terus baca semua bab nya biar retensi nya stabil dan karya ini terus berlanjut.

Terimakasih

...----------------...

Tapi Evan yang tidak mengetahui nya malah semakin marah. Dengan segera dia pergi dari proyek menuju ke kontrakan mereka.

Mobilnya terparkir di depan Villa kontrakan, Ethan membuka gerbang lalu masuk. Tapi kemudian dia terhenti karena pintu rumah yang terkunci.

'Dimana dia?" pikir Evan.

Kemudian dia kembali ke mobil dan mencari kunci cadangan yang dia punya.

Selepas itu, Evan masuk dan menemukan rumah yang kosong. Dia berjalan ke lantai 2 dimana kamar adik kembarnya berada.

Ceklek..

Kosong

Tak ada siapapun. Kening Evan mengerut. Dia keluar dengan perasaan kesal karena tidak menemukan adiknya.

Saat menuruni tangga, sayup-sayup terdengar suara tangisan wanita. Evan sejenak terdiam, menajamkan pendengarannya kembali. Apa dia salah dengar.

Tapi semakin dia turun ke bawah, suara tangisan itu semakin terasa nyata.

Kini mata Evan tertuju pada sebuah pintu kamar yang tertutup. Tiba-tiba rasa cemas menghantuinya.

Ingin sekali dia berlari karena takut, tapi kemudian perasaan takut itu berubah menjadi khawatir yang berlebihan.

Evan mendekati pintu itu,

 Ceklek..

Terkunci.

Untung saja Kunci pintu masih terpasang di luar sehingga Evan bisa langsung memutar kunci itu.

Ceklek..

Seketika Evan terpaku menatap pemandangan di dalam. Seorang wanita dengan penampilan berantakan duduk di pojok ruangan.

Kedua mata mereka bertemu. Sahana beringsut takut.

Lelaki bejat itu kembali!.

" hiks hiks lepaskan aku... Lepaskan aku.. " tangis Sahana dengan terus berucap.

Evan sama Sekali tidak bisa berpikir, otaknya membeku lantaran pemandangan ini begitu mengenaskan. Dia menarik nafas panjang lalu pergi. Dia mencari kain atau setidaknya sesuatu untuk menutupi tubuh wanita malang itu.

Bersamaan dengan itu, Sahana yang melihat pintu terbuka tentu saja merasa jika ini kesempatan yang bagus untuk melarikan diri.

Diam menatap kanan kiri, mencari letak gamis serta kerudung miliknya. Membongkar sana sini, hingga akhirnya dia menemukannya di kolong ranjang.

Sahana tidak mau kehilangan kesempatan emas ini, wanita itu memakai gamis yang sudah tak layak pakai, serta melampirkan kerudung nya asal.

Evan yang masih di atas mencari kain tidak menyadari jika Sahana telah pergi dari sana. Wanita itu berjalan dengan penuh ketakutan. Langkah tegas tidak beraturan, menelusuri jalan menuju rumahnya.

Penampilan sungguh jauh dari kata baik-baik saja. Wajahnya masih basah oleh air mata, dan beberapa pakaiannya begitu tidak terurus.

Sahana tidak peduli, yang ada di pikiran nya sekarang adalah sampai di rumah.

Kediaman Pak Aswan

Sepasang suami-istri itu termenung di ruang tamu. Mereka sama sekali tidak bisa menemukan jejak keberadaan putri semata wayangnya.

Wajah sedih bercampur dengan putus asa. Mereka sudah berkeliling ke tempat yang mungkin di kunjungi Sahana. sudah tak terhitung lagi berapa kali mereka mengelilingi kampung itu. Tak hasilnya nihil.

Sahana tidak kelihatan batang hidungnya.

" yah.. Gimana ini ayah? Sahana dimana?" lirih Asri dengan nada lemah.

Pak Aswan tidak bisa menjawab. Dia betul-betul tidak memiliki jawaban atas pertanyaan sang istri.

Lalu tak lama itu, seseorang yang mereka tunggu masuk ke dalam rumah tanpa berkata apapun.

" Astaga! Sahana!... " tangis histeris langsung terdengar. Asri tidak menyangka jika Putrinya kembali dengan keadaan yang begitu memperihatinkan.

Pak Aswan masih tidak mengeluarkan suara. Lelaki itu dengan cepat bisa menyimpulkan apa yang sudah terjadi pada putri kesayangannya.

Hatinya terasa begitu sakit, nafasnya memburu ingin sekali dia ikut menangis bersama dengan istrinya. Tapi dia tidak bisa, dia tidak mau istri semakin sedih.

Sedangkan Sahana berjalan menuju ke kamar mandi. Tanpa menutup pintu kamar mandi wanita itu membasuh seluruh tubuhnya dengan kasar.

Lalu menggosok seluruh tubuhnya dengan perasaan jijik. Dia ingin membersihkan seluruh bekas sentuhan dari Ethan. Berharap air ini bisa menghapus semua jejak menjijikan.

Asri menatap sedih pemandangan ini, hatinya pilu.

suara begitu mengiba memanggil suaminya" ayah.. Ayah itu.. Sahana yah.. Kenapa dia seperti itu ayah??" mereka sama-sama mengetahui apa yang terjadi. Tapi tidak ada yang bisa menerima itu.

Sahana masih terus membasuh tubuhnya, mengambil air sebanyak-banyaknya untuk membersihkan dirinya.

Kontrakan Villa Ethan.

Setelah tidak menemukan keberadaan wanita tadi, Evan duduk di sofa dengan masih memegang sebuah selimut.

Benda itu rencananya mau dia berikan pada Sahana untuk sementara menutupi tubuhnya sembari dia menanyakan apa yang terjadi.

Tapi semua itu tidak terjadi, wanita itu lebih dulu pergi dan kini Evan hanya bisa menunggu kedatangan Ethan untuk menanyakan sekeluruhan cerita nya.

Bremm bremm

Suara motor Ethan terdengar, Dia langsung panik lantaran melihat pintu rumah yang terbuka. Lelaki itu belum menyadari kedatangan sang Kakak di dalam rumah.

Dia melangkah dengan tergesa-gesa.

Tap tap

begitu masuk, Ethan terdiam membisu. melihat Evan menatapnya dengan nyalang dan tajam.

" ka.. Kak.. " suaranya hampir tercekat saking gugupnya.

Evan menarik nafas panjang, sejenak lalu berbicara dengan nada marah " apa yang sudah kamu lakukan pada wanita itu Ethan! Sungguh biadab kamu!" Evan tak kuasa mengatur diri. Lelaki itu berdiri dan mendekati Ethan.

Ethan meremas bungkusan makanan yang dia genggam dengan erat. Dia tidak menyangka kakaknya datang dan mengetahui kelakuan kejamnya.

" .. Itu.. Itu.. "

Ethan terlihat gelagapan, sebelum menjawab Evan langsung memotong " jadi ini alasan mu tidak pergi ke proyek, tidak mengerjakan berkas. Gila kamu Ethan! wanita mana yang kau perlakukan seperti ini,hah?!"

Evan benar-benar naik pitam, dia tidak menyangka adiknya bisa berbuat sekeji dan ke sehina ini.

" .. Dia.. Dia Sahana.. dia.."

" pokoknya kakak tidak mau, kamu harus bertanggung jawab! bagaimana kalau mama mengetahui hal ini.. "

Mata Ethan segera membulat tatkala dia memikirkan ibunya. Rasa panik melingkupi dirinya " Kaka.. Jangan beritahukan mama. Aku.. Aku"

" Kamu berani berbuat seperti ini Ethan! Seharusnya kamu sudah memikirkan resikonya. Tidak bisa.. Mama harus mengetahui nya!" putus Evan.

Adiknya telah merusak harga diri seorang wanita. Hal ini benar-benar serius dan harus di selesaikan mau bagaimana pun caranya.

" Kakak.. !" teriak Ethan, sana Evan keluar dan masuk ke dalam mobil. Wajahnya pias, begitu mobil itu melaju menjauh.

Riwayatnya tamat.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!