NovelToon NovelToon

Agen Rahasia Jadi Putri Teraniaya

Perpindahan Jiwa

Seorang wanita cantik dengan segudang bakat bernama Alana Kayla sedang mengendarai mobil dengan kecepatan penuh. Malam ini seharusnya dia sudah bisa tidur nyenyak di apartemen. Tapi, panggilan darurat mengharuskan dia kembali terjaga dan bergegas menjalankan tugasnya sebagai seorang agen rahasia.

Tut

"Ya, aku sudah di perjalanan. Apa kenapa lokasinya diganti?"

"....."

"Baiklah, aku akan putar balik. Kamu tunggu saja di sana jangan bergerak sebelum aku datang.

"....."

Alana mengakhiri panggilan teleponnya kemudian memutar kemudi menuju ke lokasi yang rekan sekaligus sahabatnya infokan.

Jalanan yang sangat sepi dan sunyi, bahkan suara binatang malam yang biasanya ramai kini sama sekali tidak terdengar. Sungguh aneh.

"Kenapa Vania Priscilla memintaku bertemu di tempat sejauh ini. Katanya ada seorang bandar narkoba bernama Calvin Osmond sedang bersembunyi di dalam goa di dekat jurang karena terluka. Jika memang benar, sangat mudah meringkus orang yang sudah tak berdaya." Monolog Alana.

Tapi saat berada di tikungan, tiba-tiba mobilnya tak terkendali.

Jalanan yang Alana lewati licin seperti tertumpah oli atau minyak, membuat mobil yang Alana kendarai tergelincir. Sialnya rem mobil blong. Laju kendaraan yang sedari awal sangat tinggi menjadi semakin cepat dan akhirnya menabrak pembatas jembatan. Samar sebelum mobilnya terjatuh masuk jurang, Alana bisa melihat Vania sedang dirangkul mesra oleh Calvin.

"Jadi ini jebakan? Jika seperti itu aku tidak rela mati dengan cara yang tidak adil untukku. Tuhan, beri aku kesempatan hidup supaya aku bisa membalas mereka yang menginginkan nyawaku hilang."

Brakkk...

Duar...

Boommm...

Byuur...

"BANGUN!"

"Jangan terus berpura-pura sekarat Alexa Olivia Johnson." Teriak seorang remaja lelaki yang wajahnya serupa.

Sekelebat ingatan masuk di kepala Alana yang basah karena disiram air minum. Sangat mudah bagi Alana memahami kenyataan, jika dirinya sedang berpindah jiwa ke tubuh lain. Seorang gadis remaja yang sedang sekarat di atas brangkar Rumah Sakit. Dan remaja lelaki di depannya ini adalah saudara kembarnya yang bernama Alexander Johnson.

"Aku tahu kamu berlakon seolah tak berdaya supaya semua orang menyalahkan Chelsea Emilia, padahal kamu terjatuh dari tangga Sekolah karena ulahmu sendiri yang ingin menjebak Chelsea. Dasar ular berbisa, tidak henti mencari masalah." Maki Alex.

"Kamu pikir aku selicik itu, kita satu rahim tapi kamu lebih percaya perkataan orang lain."

Deg

Jantung Alex berdetak sangat kencang saat melihat tatapan tajam Alexa. Saudara kembarnya yang biasanya menatap sendu dan selalu mencari perhatian, sekarang menatap penuh permusuhan.

"Jika kamu datang hanya untuk bicara omong kosong, lebih baik keluar. Jangan karena dia sudah kamu anggap saudara, justru kamu lupakan saudara kandungmu." Ucap Alexa.

"Lexa, kenapa berbicara seperti itu dengan Kak Alex. Aku tahu kamu membenciku, tapi jangan berbicara keras dengan Kakakmu sendiri. Aku akan pergi jika itu yang kamu inginkan." Ucap Chelsea terisak.

"Bagus kalau kamu sadar diri, tempatmu bukan di keluarga Johnson. Jangan karena amanat dari orang tuamu membuat kamu tinggi hati."

"Ka...mu..." Tangan Alex menggantung di udara saat akan melayangkan tamparan pada Alexa. Bahkan kedua bola mata Alex membola sempurna, tidak menyangka tubuh ringkih adiknya masih bisa menahan gerakan tangannya.

"Cukup kamu sering memukulku demi benalu ini, atau aku tidak segan mematahkan kedua tanganmu." Ucap Alexa dengan nada suara rendah.

"Kamu bukan Alexa adikku, tidak mungkin dia bisa seberani dan sekuat ini." Remaja 19 tahun itu tidak percaya dengan apa yang dia lihat saat ini.

"Kalian yang telah merubahku, jadi sekarang pergi sebelum aku benar-benar membunuh kalian berdua." Ucapnya.

Alex menatap nanar Alexa, sedangkan Chelsea menatap tajam penuh permusuhan.

Setelah dua orang tidak punya hati itu pergi dari ruangannya. Alexa atau Alana menurunkan kedua kakinya dari atas brangkar, bisa dia rasakan jika tubuhnya lemah seperti orang tidak punya tenaga.

"Dosa apa yang pernah aku perbuat hingga harus bereinkarnasi di tubuh remaja ringkih seperti ini." Ucap Alexa ngomel-ngomel sendiri.

Bagaimana tidak kesal, jika dirinya yang sudah berumur 25 tahun harus kembali menjadi remaja 19 tahun. Alana merupakan agen rahasia yang paling ditakuti banyak kalangan. Sebisa mungkin mereka tidak bersinggungan jika tidak ingin dibantai habis olehnya. Pemegang sabuk hitam taekwondo, dan ahli dalam dunia IT harus hidup di tubuh lemah.

Saat sebelum Alex dan Chelsea datang, ketika Alana baru membuka mata dengan tubuh milik Alexa. Gambaran kehidupan Alexa seperti sebuah tayangan film yang terekam nyata. Dulu, Alexa hidup damai bersama saudara kembar dan kedua orang tuanya. Tapi kedamaian itu tidak berlangsung lama karena kehadiran Chelsea, putri tunggal sahabat Ibu Alexa.

Kedua orang tua Chelsea meninggal dunia akibat kecelakaan pesawat 5 tahun yang lalu. Dan pesan terakhirnya adalah meminta orang tua Alexa merawat dan membesarkan Chelsea. Sejak saat itu dunia Alexa menjadi suram, Chelsea sering mencari masalah tapi dia juga yang bertingkah seolah korban yang paling menderita karena tersakiti oleh Alexa.

Chelsea pandai bersilat lidah dengan air mata buaya yang menjadi andalannya. Entah sihir apa yang telah Chelsea berikan pada seluruh keluarga Alexa. Hingga di mata keluarganya sendiri, Alexa adalah gadis nakal yang suka membully Chelsea.

Puncaknya adalah seminggu yang lalu penyebab Alexa kehilangan nyawanya di tangan gadis licik penuh drama.

"Aku butuh laptop, karena jika dibiarkan gadis itu bisa sangat berbahaya. Tidak mungkin pemilik tubuh yang lemah ini tergelincir sendiri dari tangga. Pasti dia sudah melakukan sebuah jebakan yang terencana." Gumam Alana di tubuh Alexa.

Alana atau Alexa berjalan tertatih menuju kamar mandi, dia ingin melihat wajahnya sendiri di cermin.

"Sial, kaki ini keseleo parah. Untung tidak sampai patah tulang." Gumamnya lagi, lantas melanjutkan langkahnya dengan cara menyeret satu kaki.

"Ahhh... Kamu cantik juga gadis manis, sayangnya tubuhmu tidak terawat. Wajah kusam, dan berjerawat. Padahal jika aku lihat kamu bukan dari kalangan masyarakat miskin. Saudara angkatmu saja glowing." Ucapnya sendiri.

(Mulai sekarang kita sebut Alexa saja ya, supaya tidak bingung)

Alexa berjalan tertatih berpegangan pada tembok keluar dari ruang perawatan. Tujuannya hanya satu yaitu pulang. Setelah sebelumnya dia sudah melepaskan sendiri jarum infus di tangannya. Mengendap-endap menghindari tangkapan cctv. Jiwa Alana sang agen tentu hal seperti ini mudah untuknya.

Dengan menumpang pada sebuah taxi, Alexa tidak pulang ke rumah keluarga Johnson. Melainkan dia menuju ke apartemen mewah milik Alana. Tanpa banyak kendala, Alexa sudah berada di kamar milik Alana. Bergegas membuka laptop, dengan kemampuannya meretas cctv Alexa atau jiwa Alana ini langsung menemukan rekaman tempat tubuhnya terjatuh di tangga.

"Hmmm... Benar-benar licik, bagaimana jika rekaman ini tersebar di forum Sekolah. Pasti seru! Semua orang menganggap jika pemilik tubuh ini licik yang terkena karma. Apa pandangan orang akan tetap sama, jika mengetahui sepak terjangnya?"

Dengan lincah, jari jemari Alexa menari di atas keyboard laptopnya. Bagaikan menjentikkan dua jari saja.

Setelah puas membuat huru hara, Alexa atau jiwa Alana tertidur di atas kasurnya yang empuk. Ranjang yang belum sempat dia tiduri malam terakhir sebelum tubuhnya hancur masuk ke dalam jurang.

Dalam tidurnya, Alana bermimpi bertemu dengan seorang gadis cantik bermata bulat akan tetapi pandangannya kosong.

"Kak Alana, perkenalkan aku Alexa."

"Sebelumnya, aku minta maaf jika meminta pada Tuhan jiwa seorang wanita kuat untuk menggantikan tubuhku. Aku lelah Kak, rasanya sudah tidak sanggup bertahan di dunia yang keras ini. Lima tahun aku dijauhi oleh keluargaku sendiri, rasanya sangat sakit. Dia hanya anak angkat, tapi justru di ratukan oleh kedua orang tuaku."

"Sepertinya umur Kakak sudah dewasa, dan aku yakin kalau Kakak adalah wanita kuat yang dipilih Tuhan untuk membantuku membalas dendam. Terserah Kakak mau bagaimana, aku sudah tidak peduli akan cinta keluarga. Yang aku inginkan hanya satu, nama baikku kembali pulih. Setelah itu, Kakak bebas melakukan apa pun dengan tubuhku ini."

"Oh... Iya aku punya buku diary yang aku simpan di bawah ranjang. Juga ada rekaman percakapan Chelsea dengan beberapa orang yang membantunya mencelakaiku hari itu. Kakak bisa menggunakannya sebagai bukti. Sekali lagi terima kasih telah menggantikan tubuhku." Ucap jiwa Alexa.

Detik berikutnya, Alana dalam tubuh baru terbangun dan tersenyum menyeringai.

Perilaku Berbeda

Setelah merasa puas bermain-main, kini saatnya Alexa kembali ke rumah keluarga Johnson yang bodoh.

"Apa berita yang aku sebarkan di grup Sekolah sudah mendapat respon ya, sayang sekali aku tidak mungkin membawa pulang laptop dan ponsel milikku yang lain. Bisa-bisa membuat mereka semua curiga, dan menyelidiki tentang kebenaranku."

Alexa meninggalkan apartemen miliknya lalu segera mencari kendaraan untuk pulang.

Sementara itu, di grup Sekolah sudah terjadi kehebohan lantaran adanya video rekaman detik-detik saat Alexa tergelincir jatuh dari tangga.

Terlihat Chelsea berdiri di ujung tangga dan menumpahkan sebotol deterjen cair dari atas. Lalu, ada beberapa murid yang menyeret Alexa.

Saat itu Sekolahan sudah sepi karena memang jam pulang sekolah. Sedangkan Alexa memang selalu pulang paling terakhir menunggu suasana sepi. Bukan apa, karena Alexa menghindari tatapan mencemooh dari seluruh siswa Sekolahan ketika dia melewati mereka. Dan biasanya Chelsea sudah pulang dengan mobil mewah yang sebenarnya adalah milik Alexa pemberian kakeknya.

"Kenapa kalian menarik tubuhku, apa yang hendak kalian lakukan. Lepas!" Jerit Alexa karena bukan tangan yang mereka genggam erat, tapi rambut panjangnya yang mereka jambak.

"Dasar manusia bodoh, untuk apa kami menuruti perkataanmu. Bukankah kamu sendiri yang menyuruh Chelsea menunggumu di ujung tangga, kenapa kamu tidak buru-buru keluar kelas."

"Apa maksud kalian? Aku tidak menyuruh Chelsea menungguku. Lagi pula dia biasa pulang sendiri dengan mobilku. Sedangkan aku harus pulang dengan bus umum." Jujur Alexa.

"Dasar munafik, anak tidak tahu diri. Sudah baik Chelsea menunggumu pulang bersama, tapi sekarang berkelit tidak mengaku. Ayo buruan, kasihan jika Chelsea harus menunggu lama."

Akhirnya Alexa menurut, daripada kepalanya sakit karena jambakan kuat mereka.

"Chelsea, aku sudah membawa Alexa. Kata dia mobil yang kamu pakai itu adalah mobilnya yang kamu rampas. Dasar munafik, dia selalu menginginkan apa pun yang kamu punya. Jelas-jelas itu mobil pemberian orang tuamu kan?"

"Kak Lexa kenapa berkata bohong?"

"Aku rela menunggu Kakak, katanya ingin pulang bareng. Tapi aku sudah lama di sini sedangkan Kakak tidak segera keluar kelas. Ayo Kak kita pulang." Terlihat gerakan Chelsea yang seolah mengulurkan tangan ingin menggandeng Alexa dengan penuh kasih sayang. Padahal, yang sebenarnya adalah Chelsea berusaha menarik tubuh Alexa dan mendorongnya jatuh.

Alexa berguling-guling hingga anak tangga terakhir, beruntung kepalanya bisa dia lindungi dengan kedua tangan sehingga tidak terjadi benturan keras. Bukannya turun menolong, justru Chelsea terlihat tertawa kecil sebelum ekspresinya berubah menjadi sendu penuh tangisan.

"Loh kok dia terjatuh?" Kata murid yang tadi menjambak rambutnya.

"Tadinya dia yang ingin mendorongku."

Air mata buaya mengalir dengan deras, entah stock datang dari mana karena sepertinya Chelsea ini tidak pernah habis air matanya.

"Hah... Jadi tujuannya menyuruhmu menunggu di atas tangga karena dia ingin mencelakaimu. Dasar sialan, aku akan menjadi saksi saat saudara kembarnya bertanya. Alex harus tahu, jika Alexa sejahat itu padamu."

Itulah sepenggal rekaman cctv yang Alexa dapatkan. Tentu saja, sebenarnya Chelsea sudah meminta seorang oknum guru untuk mematikan semua cctv. Dengan tubuhnya sebagai bayaran. Ya, itulah Chelsea yang tidak diketahui oleh Alex dan kedua orang tuanya. Justru Chelsea memutar balikkan fakta, jika dia pernah melihat Alexa bersama pria di bar.

Karena kesaksian palsu itu di tambah dengan bukti yang memang nampak nyata, kedua orang tua Alexa semakin membenci. Dan menyayangi anak orang melebihi anaknya sendiri.

Alexa asli memang lemah, dia selalu saja mudah dijebak. Sehingga foto-foto yang diberikan Chelsea sebagai bukti itu benar adanya tapi tidak sesuai dengan kenyataannya.

Grup masih sepi dari komentar, karena Alexa mengupload saat malam hari. Mungkin menunggu besok pagi baru akan terjadi ledakan besar.

Tepat pukul 9 malam, Alexa tiba di kediaman keluarga Johnson. Rumah tampak sepi, mobil mama dan papanya masih belum terlihat di garasi. Sementara mobil Chelsea dan mobil Alex sudah ada.

"Oh... Mereka berdua sedang apa di rumah ya? Aku ingin tahu sejauh apa Alex menganggap Chelsea. Aku tidak yakin jika hanya menganggap seperti saudara sendiri." Gumam Alexa melangkahkan kakinya yang masih bengkak menuju kamar pribadinya. Tiba-tiba terdengar suara desahan manja di kamar Alex yang berada tepat di samping kamarnya.

"Ouhhh... Enakkhhh... Ahhh... Kak Al Ternyata kamu gagah juga di atas ranjang. Aku kira cowok cool sepertimu tidak mau bermain seperti ini." Ucap Chelsea yang berada di bawah kungkungan Alex.

"Hanya denganmu, entah mengapa setiap dekat aku selalu berhasrat. Maaf Chelsea, tapi sepertinya ini bukan pertama untukmu. Apa kamu pernah...?"

"Iya, aku pernah di lecehkan. Dan itu orang suruhan Kak Lexa yang menginginkan aku rusak." Air mata buaya kembali mengalir.

"Dasar iblis, sudah berapa lama kejadiannya. Kenapa kamu tidak bicara padaku? Atau mengatakan kebenaran itu pada Papa dan Mama?" Ucap Alex mengepalkan kedua telapak tangannya.

"Aku takut, kalian tidak percaya."

Pintu yang tidak tertutup rapat, membuat suara itu terdengar jelas di telinga Alexa. Tidak ingin menyiakan kesempatan, Alexa juga sudah merekamnya. Kemudian mengirimkannya langsung pada Papa dan Mamanya yang sedang pergi entah kemana. Orang tua sok sibuk yang tidak memperhatikan anak kandung, tapi justru menyayangi anak angkat. Sungguh dunia terbalik.

Setelah merasa selesai, Alexa masuk ke kamarnya dan menutup pintu dengan cara dibanting.

BRAK

"Siapa?" Alex nampak ketakutan jika perbuatan pertama dalam hidupnya langsung ketahuan orang tuanya. Bisa habis dia dibuatnya, karena meskipun terkesan kurang perhatian terhadap anak tapi mereka mengajarkan untuk menghindari sex bebas. Dan sekarang Alex sudah melanggarnya.

"Enak ya yang main kuda-kudaan, ku kira cupu ternyata suhu bos." Teriak Alexa sengaja.

"Jadi tadi Kak Lexa telah memergoki kita, lalu bagaimana kalau dia mengadu dengan Papa dan Mama?" Tangisan buaya buntung kembali terdengar membahana, menyayat nadi semua orang yang mendengar. Sangat berbahaya.

"Apa kamu mau menikah denganku?"

"Kakak melamarku? Apa Kak Alex mencintaiku? Tapi aku di sini hanya anak angkat yatim piatu. Apa Kakak tidak malu?" Tanya Chelsea dengan wajah penuh penyesalan dan ketakutan. Padahal dalam hati dia tertawa, menertawakan kebodohan Alex.

"Kenapa harus malu, kamu gadis baik hati, lembut dan penyayang. Aku mencintaimu sudah sejak lama."

"Brother complex, woi." Suara Alexa terdengar lagi, kali ini disertai tawa mengejek. Membuat Alex meradang.

Bruk

"Apa masalahmu Lexa, aku mencintai Chelsea karena dia gadis baik. Dan apa yang telah kamu lakukan pada Chelsea dulu? Aku tidak menyangka, kamu bisa sejahat itu padanya. Menyuruh orang untuk melecehkannya hanya karena kebencianmu."

"Benarkah seperti itu? Apa kamu punya buktinya Alex? Atau hanya mendengar sepihak lalu kamu langsung percaya? Ckkk... Dasar pecundang bodoh, dimana-mana jika ingin menuduh itu harus ada bukti. Kalau cuma asal bicara, kamu seperti pepesan kosong. Bodoh dan dungu." Ucap Alexa setengah tertawa, menatap penuh hina pada saudara kembarnya.

"Kakak...apa yang aku katakan semua benar. Kak Lexa sudah beberapa kali menginginkanku rusak." Ucap Chelsea seolah menjadi sumbu pendek.

"Bukankah sedari awal kamu memang sudah rusak, BENALU. Melebarkan paha demi mencapai tujuanmu, DASAR MURAHAN."

BRAK

Alexa kembali menutup pintu, dan memakai headset yang berisi lagu-lagi nostalgia jaman dulu.

Tapi semenit kemudian, pintu kembali Alexa buka. Dan satu kalimat panjang menusuk jantung dua orang.

"Busuk, kamu tahu bunga bangkai. Memang indah dipandang dari jauh, tapi jika didekati busuknya seperti kamu. Dan aku kasihan padamu Alex, masa depanmu akan hancur jika kamu teruskan hubungan terlarangmu itu dengan BENALU." Ucap Alexa.

"Aku... Aku tidak seperti itu. Kak Alex, aku tidak serendah itu. Kenapa Kak Lexa terus merundungku, padahal aku begitu menyayanginya." Ucap pilu manusia penuh dusta.

"Kamu keterlaluan Lexa, aku menyesal satu rahim denganmu. Aku akan..." Tangan Alex sudah siap menampar.

Bruk... "Ahh..." Alexa menendang belalai dengan dua telor masa depan.

"Dari pada berisik, dan dipergunakan untuk berzina. Lebih baik, kamu tidak punya alat masa depan.

"Kamu... Tega Lexa. Ini sakit."

Alex tidak lagi melanjutkan kalimatnya, tapi satu yang bisa dia simpulkan tentang kembarannya. Alexa berbeda. Entah mengapa aura Alexa tidak seperti biasanya. Dari sikap dan perkataannya, Alexa terlihat lebih berani.

Keterkejutan Orang Tua Alexa

Sekitar tengah malam kedua orang tua Alexa tiba di mansion. Mereka berdua sama-sama seorang pengusaha. Jika Papa Alexa yang bernama Darius Johnson adalah seorang pengusaha dalam bidang property. Sementara Mama Andini Maharani adalah seorang pemilik butik yang sudah terkenal. Saking sibuknya mereka belum sempat membuka ponsel mereka masing-masing.

"Pa, sepertinya anak-anak sudah tidur. Ayo kita juga istirahat, tidak sabar segera pagi. Aku ingin memberikan hadiah untuk Chelsea. Dia gadis baik, justru anak kandung kita sungguh liar. Bisa-bisanya Alexa berniat ingin mencelakai Chelsea, tapi syukurin sekarang senjata makan tuan. Bagaimana kabarnya di Rumah Sakit selama seminggu ini?"

"Jangan bicarakan lagi tentang dia. Papa merasa gagal mendidiknya. Sangat liar, seperti bukan keturunan keluarga Johnson yang terhormat. Sulit dipercaya." Ucap Papa Darius yang sebenarnya kurang yakin dengan kabar tentang kenakalan putri kandungnya. Tapi tidak mungkin Chelsea yang berbohong, buat apa. Pemikiran salah yang selalu ditanam di otak Papa Darius.

Kemudian pasangan suami istri itupun masuk ke dalam kamar utama di mansion besar milik mereka.

"Seharian sibuk tidak sempat buka ponsel, ada kabar apa ya?" Ucap Mama Andini yang penasaran. Tapi ternyata daya ponselnya mati. Sehingga dia urungkan, begitu juga dengan Papa Darius. Akhirnya mereka pergi tidur, menunggu besok pagi.

Waktu pun berputar, jam menunjukkan pukul 6 pagi. Jika biasanya, Alexa sudah berada di dapur dan hidangan sarapan pagi sudah tersedia kini meja makan kosong melompong. Sudah sejak beberapa tahun belakangan ini, tugas memasak diserahkan pada Alexa. Bahkan kedua orang tua kandungnya dengan tega memecat semua pembantu di rumah ini.

"Kemana Alexa, bukannya dia sudah keluar dari Rumah Sakit kemarin. Tapi sekarang dia tidak mau menjalankan tugasnya untuk menyiapkan sarapan. Dasar anak tidak berguna, Alex panggil dia turun. Kalau tidak mau seret saja kedua kakinya." Ucapan kejam dari seorang Ibu.

"Kak Lexa masih sakit Ma, biarkan aku saja yang memasak."

Suara lemah lembut bagai lelembut (sebutan hantu oleh orang Jawa) yang selalu berhasil menghipnotis orang lain terdengar. Lihatlah tatapan mata Mama Andini yang tadi garang, kini berubah penuh kasih sayang.

"Tidak perlu, kamu anak baik dan lemah lembut. Tidak cocok memegang peralatan dapur, nanti tangan kamu yang halus itu terluka."

"Benar, benalu cocoknya adalah memegang senjata laras panjang milik Alex. Bahkan mereka semalam sudah bermain kuda-kudaan. Sangat seru, desahan dan erangan terdengar bagai melodi yang indah. Sayangnya Nyonya Andini dan Tuan Darius tidak ikut menyaksikannya secara langsung. Tapi tenang saja, sudah aku kirimkan rekamannya di ponsel kalian masing-masing."

"Apa yang kamu katakan, kamu ingin memfitnah Chelsea dengan cerita murahan itu, hah?" Marah Mama Andini menatap sengit putri kandungnya.

"Tidak perlu aku memfitnah, dia memang sudah murahan sejak lama. Kalian saja yang bodoh mudah sekali diperdaya. Sudahlah, mulai hari ini dan seterusnya aku tidak akan memasak untuk kalian semua."

"Jika lapar kalian bisa memasak sendiri, toh kita sama-sama punya kesibukan dan sama punya dua tangan. Suruh anak angkatmu itu masak, supaya hidupnya lebih berarti di rumah ini. Toh setelah itu, dia akan meminta Alex pertanggung jawaban dengan alasan sudah menghamilinya. Tapi saranku jangan mudah percaya sebelum tes DNA."

"Cukup Lexa, kamu semakin tidak tahu diri mengatakan hal buruk. Bahkan terhadap saudara kembarmu sendiri." Ucap Papa Darius tersulut emosi.

"Coba kalian buka ponsel maka kalian akan tahu semurahan apa anak yang selalu kalian banggakan." Setelah mengatakan hal ambigu, Alexa kembali masuk ke dalam kamarnya. Karena dia masih libur sekolah.

"Tidak Papa, Mama jangan dengarkan kata Kak Lexa. Aku tidak begitu, pasti dia sudah merekayasa video yang akan membuat kalian menatap rendah padaku." Air mata buaya kembali mengalir. Membuat Author malas mendeskripsikan wajahnya, karena selain air mata juga ada air hidung yang mengalir. Sungguh seperti wajah anak Author ketika menangis.

Jika Mama Andini langsung percaya, tidak dengan Papa Darius yang menjadi penasaran. Pria setengah baya itu mengambil ponsel dari saku celananya, dan membuka banyak kiriman video di akun WA pribadinya.

Dengan suara dalam mode keras, terdengar jelas erangan dan desahan manja Chelsea saat tadi malam di gagah i putra kesayangannya.

Tidak hanya satu video yang Papa Darius lihat, ada juga video saat Chelsea sedang berbagi peluh dengan oknum guru di gudang belakang sekolah. Tidak ada terlihat jika itu unsur paksaan. Karena posisi Chelsea sedang bergoyang erotis di atas tubuh sang guru yang wajahnya tidak terlihat. Dan masih ada beberapa video.

"Apa ini bukan dirimu Chelsea?" Tanya Papa Darius bersuara rendah.

"Tidak, itu tidak seperti yang Papa pikirkan. Guru itu memaksa dan mengamcamku atas suruhan Alexa." Teriak Chelsea secara tidak langsung memperlihatkan sifat aslinya yang arogan.

"LANCANG, kamu berani membentak aku?" Ucap Papa Darius membuatnya tersadar.

"Maaf, aku hanya terbawa emosi."

"Tidak perlu emosi jika memang kamu tidak bersalah. Lagi pula ada banyak video dengan pria yang berbeda-beda dan kesemuanya tidak terlihat kamu terpaksa melakukannya. Dan kamu Alex, bisa-bisanya kamu melakukan hubungan terlarang dan sex bebas sebelum pernikahan. Apakah Papa pernah mengajarkanmu menjadi pria pecundang." Ucap Papa Darius kecewa.

"Aku... Aku... Seperti ada dorongan untuk melakukannya. Tubuhku panas dan gelisah. Dan Chelsea datang menyelamatkanku, dia yang mengobati dan katanya hanya dengan cara seperti itu aku bisa sembuh." Jawab Alex.

"Sudah jelas sekarang, jika Chelsea telah memberikan obat perang sang padamu. Sudah berapa kali kalian berbuat?" Tanya Papa Darius memastikan.

"Baru sekali, semalam." Jujur Alex.

"Andini, bawa anak sahabatmu ke Dokter kandungan hari ini juga. Jika ternyata dia hamil, berarti tujuannya menjebak Alex sudah jelas. Dia ingin Alex mempertanggung jawabkan perbuatan orang lain. Dan mulai detik itu juga, aku tidak sudi menampung dia di rumah ini." Ucap Papa Darius tegas.

Setelah itu, tanpa sarapan Papa Darius pergi meninggalkan rumah. Tersisa tiga orang yang saling diam.

"Jadi kamu ingin menjebakku Chelsea?" Lirih Alex hatinya bergemuruh kecewa.

"Aku memang mencintaimu, tapi aku tidak mau bertanggung jawab dengan hal yang bukan kesalahanku." Setelah itu, Alex langsung berangkat ke sekolah tanpa berpamitan lebih dulu.

Tinggal Mama Andini yang menatap penuh tanya pada putri sahabatnya.

"Kenapa kamu lakukan semua ini Chelsea? Aku merasa tidak cukup baik mendidikmu hingga menjadi liar. Aku jadi merasa bersalah kepada kedua orang tuamu yang telah menitipkanmu padaku lima tahun lalu. Sekarang ayo kita buktikan jika kamu tidak seperti di video."

"Jadi Mama juga meragukanku?" Tanya Chelsea dengan wajah dibuat sendu.

"Justru karena Mama masih mempercayaimu, makanya kita harus membuktikan kebenarannya."

"Tapi aku tidak mau ke Rumah Sakit Ma, aku takut melihat suasana di sana. Karena akan mengingatkanku pada kedua orang tua kandungku yang telah tiada."

"Tidak perlu takut, ada Mama."

Beberapa saat kemudian, Mama Andini dan Chelsea tiba di sebuah Rumah Sakit Internasional terbesar di Kota. Mama Andini berfikir untuk hal sensitif seperti ini, dia harus memberikan perhatian khusus untuk putri sahabatnya yang dititipkan padanya.

"Dokter, saya ingin tes keperawanan putri saya. Berikan laporan yang paling akurat." Ucap Mama Andini.

"Oh... Apakah putrinya akan mendaftar Sekolah Kedinasan? Biasanya memang diminta tes keperawanan. Baiklah, akan saya buatkan. Tolong adeknya tiduran dulu di brangkar. Saya ambilkan dulu alat-alatnya." Ucap Dokter ini yakin, kalau gadis baik sepertinya pasti masih bisa menjaga kesuciannya. Tapi saat pemeriksaan, Dokter mengernyit ada sisa sperma yang tertinggal.

Tanpa banyak bicara, sang dokter langsung melakukan USG transvaginal dan yah sesuai dugaan terakhirnya jika sel telur sudah dibuahi dan usianya sudah 2 minggu lebih.

Besar kemungkinan Chelsea mengandung bayi sang oknum guru yang membantunya untuk mematikan semua cctv sekolah.

Dokter itupun mencetak bukti usg, dan memberikannya pada Mama Andini.

"Maaf jika hasil pemeriksaan tidak sesuai harapan Anda. Putri Anda tidak hanya sudah tidak perawan, tapi dia juga sudah hamil 2 minggu." Ucap Dokter lirih.

"Tidak... Ini tidak mungkin, putriku gadis baik-baik tidak mungkin hamil di luar nikah." Ucap histeris Mama Andini tidak terima.

"Dokter ini pasti salah, Ma."

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!