"Tok! Tok! Tok!" Suara ketukan pintu terdengar semakin keras. Namun orang yang ada di dalam ruangan itu tidak bergeming.
"Tok!... Kakakkkk!!!" Suara ketukan kembali terdengar dan di susul dengan suara teriakan seseorang.
"Dia tidur atau sudah mati sih!!" kesal orang itu.
"KAKAK BANGUNLAH!! INI SUDAH PAGI AYO SARAPAN!!" teriaknya lagi.
"Ok, aku menyerah."putusnya dan berlalu pergi.
*
"Loh kok datangnya sendiri, kakaknya mana?"tanya ayah Henri kepada Khaira.
"Udah lah yah, capek tahu gak kalau bangunin kak Key itu." Balas Khaira.
"Apa dia begadang lagi?"tanya ayah Henri.
"Mungkin yah, katanya lagi banyak pesanan"jawab Khaira.
"Mana Keysah?"tanya bunda Ayu yang baru datang dari dapur, dan meletakkan semangkok besar nasi goreng ke atas meja.
"Bunda lihat deh, ini leher aku udah besar gini" kata Khaira sambil menunjuk lehernya.
Ayu memperhatikan leher putri bungsunya tersebut. "Kenapa?"tanya Bunda Ayu.
"Ini besar karena aku tidak pagi harus teriak bangunin kak Keysah "ucap Khaira.
Bunda Ayu dan ayah Henri menggeleng mendengarnya.
"Yasudah kalau gitu kita makan aja dulu, biar dia sarapannya belakangan aja" ucap bunda Ayu sambil mengambilkan makanan untuk ayah Henri.
"Aku mau roti aja Bun,"kata Khaira dan mengambil roti dan slay strawberry kesukaannya.
"Kenapa, apa diet lagi?"tebak bunda Ayu.
"Diet boleh, tapi jangan sampai gak makan dek"saut ayah Henri.
"Gak diet kok, cuma lagi gak selera aja" balas Khaira.
"Baim jadi kesini, mas?"tanya bunda Ayu pada ayah Henri.
"Jadi, katanya nanti sore mereka sampai" balas ayah Henri.
"Siapa yang mau datang, Bun?"tanya Khaira penasaran.
"Itu om Baim teman ayah "jawab bunda Ayun, Khaira hanya mengangguk.
Setelah selesai sarapan mereka pun mulai beranjak pergi untuk melakukan aktivitas nya. Ayah Henri pergi ke kantor dan Khaira pergi ke toko Rotinya. Yap Khaira saat ini sedang menekuni bisnis bakery nya.
Sekarang tinggal lah bunda Ayu sendiri dirumah yang cukup besar itu, bunda Ayu pun melakukan pekerjaan rumah. Meskipun keluarga mereka tergolong cukup kaya tapi bunda Ayu tetap tidak mau menggunakan pelayan untuk mengurus rumah dan keluarganya. Ia melakukan semuanya sendiri dan kadang dibantu oleh Keysah. Kalau Khaira jangan ditanya gadis itu tidak bisa melakukan apa pun kecuali membuat kue.
"Apa Keysah belum bangun juga? Apa dia tidak ke butik hari ini" gumam bunda Ayu. Ia pun berjalan ke lantai atas menuju ke kamar putri keduanya itu. Tidak lupa bunda Ayu membawa kunci cadangan kamar putrinya itu.
"Key! Apa kamu belum bangun!" Tanya bunda Ayu, ia juga mengetuk pintu yang berwarna putih itu.
"Benar-benar deh anak satu ini." Tanpa banyak bicara bunda Ayu membuka kunci pintu kamar itu.
Setibanya didalam kamar, seperti dugaannya Keysah masih bergelung di dalam selimut tebalnya.
"Key hei!.. Ayo bangun!!" Seru bunda Ayu ia menarik selimut itu dan mulai menepuk-nepuk wajah Keysah.
"Ishh... Apaan sih?!! Ganggu banget!" Teriak Keysah kesal.
"Dalam hitungan ketiga kamu belum bangun juga, jangan salahkan bunda ya!!" Ancam bunda Ayu.
Tidak ada pergerakan, " 1... 2...ti..."
"Aku bangun Bun... Ini udah bangun."ucap Keysah dengan memaksa matanya terbuka. Jika tidak begitu, bundanya tidak akan percaya kalau dia sudah bangun.
"Ayo mandi dan sarapan!" Seru bunda Ayu sambil membuka kain gorden kamar Keysah.
"apa kamu gak ke butik?"tanya bunda Ayu.
"Ke butik, tapi siang"balas Keysah.
"Baiklah, ayo mandi!... Atau mau bunda mandikan!"goda Bunda Ayu.
"Yang benar saja, aku udah besar Bun. Bukan anak kecil lagi"
"Mana buktinya kalau kamu sudah besar?"tanya bunda Ayu.
"Bukti nya aku sudah bekerja dan menghasilkan uang sendiri"
"Kalau itu bukan tanda seseorang itu Besar atau kecilnya."
"Lalu bukti yang seperti apa yang bunda mau?"
"Menikahlah... Dengan begitu baru bunda percaya kalau kamu memang sudah besar."kata bunda Ayu, dan dengan jawaban itu berhasil membuat Keysah bungkam dan berlari menuju ke kamar mandi.
"Dasar, kalau sudah bahas pernikahan aja langsung kabur."dengus bunda Ayu kesal, ia benar-benar sudah sangat pusing dengan anak keduanya itu, entah mau sampai kapan dia betah melajang .
*
Setelah selesai mandi, Keysah turun kebawah untuk sarapan. Dimeja makan ia melihat bunda Ayu yang dengan mengupas bawang.
"Good morning bunda sayang" sapa Keysah kemudian mencium pipi sang bunda.
"Masak apa bunda hari ini? Kok ngupas bawang banyak banget?"tanya Keysah menatap bawang yang ada di depan bunda Ayu.
"Masak biasa aja, tapi hari ini bunda masaknya agak banyak dari biasanya"jawab bunda Ayu.
"Kenapa? Apa akan ada tamu?"tebak Keysah.
"Iya, teman ayah Om Baim katanya mau kesini"jelas bunda Ayu.
Mendengar itu Keysah hanya mengangguk, kemudian ia mengambil sarapannya dan menikmati nya sambil ngobrol dengan bunda Ayu yang sedang mengupas bawang.
"Bun, Key boleh ke kembali ke kamar gak? Kerjaan Key belum selesai soalnya"
"Boleh, pergilah. Apa kamu mau bunda bawakan cemilan?"tanya bunda Ayu.
"Tidak usah Bun, Key masih kenyang" jawab Keysah.
Keysah berlalu pergi ke kamarnya, sementara bunda Ayu tetap melanjutkan pekerjaan nya.
***
Pukul 5 sore ayah Henri pulang, ia disambut dengan sangat hangat oleh bunda Ayu.
"Bun, tolong buatkan teh ya! Baim dan keluarga nya udah di depan."Ucap ayah Henri.
"Baiklah tunggu sebentar"ucap bunda Ayu kemudian berlalu ke dapur.
Baim dan keluarganya pun masuk ke dalam rumah dan di sambut hangat oleh ayah Henri.
"Aku sangat merindukanmu "ucap om Baim memeluk erat ayah Henri.
"Aku pun juga begitu"balas ayah Henri.
"Dimana Ayu? Apa dia tidak..."
"Aku disini Win."sela bunda Ayu yang datang menghampiri mereka dengan sebuah nampan teh dan juga cemilan di tangannya.
"Aduh kenapa repot-repot sih, Yu." kata Winda sambil membantu bunda Ayu menata cemilan dan teh di atas meja.
"Nggak repot kok, ini hanya teh. Sini aku sangat merindukanmu" kata bunda Ayu, berjalan menghampiri tante Winda dan memeluknya.
"Aku juga rindu"balas tante Winda.
Mereka pun saling melepas rindu, ini adalah pertemuan mereka setalah 10 tahun tidak bertemu jadi wajar kalau agak sedikit dramatis.
"Dimana anak kalian, apa dia gak ikut?"tanya ayah Henri yang tidak melihat keberadaan anak om Baim.
"Ada, tadi katanya dia akan nyusul setelah pekerjaannya selesai."jawab om Baim.
"Anak-anak mu mana, kenapa aku dari tadi gak melihat mereka?"
"Inaya sudah pindah ke inggris diajak suaminya, Keysah dan Khaira mereka sedang sibuk dengan bisnis mereka masing-masing."jelas ayah Henri.
.
.
.
Kita lanjut episode selanjutnya ya, jangan lupa di like, di komen dan juga di fav ya teman-teman 🥰
"Keysah kerja apa dia sekarang?"tanya tante Winda pada bunda Ayu.
"Di seorang designer "jawab bunda Ayu.
"Benarkah, wah ternyata di menurunkan bakatmu"
"Iya aku sangat senang karena akhirnya ada juga yang melanjutkan bakatku, kamu tahu sendiri kalau Inaya dan Khaira itu. Mereka sangat payah kalau urusan menggambar" ucap bunda Ayu, Tante Winda tersenyum.
Mereka asyik mengobrol hingga tak terasa jam makan malam pun tiba, bunda Ayu dan Tante Winda pun menyiapkan makan malam untuk mereka.
"Kenapa gak pake pembantu sih ,Yu?"tanya Tante Winda.
"Selagi aku bisa gak apa-apa lah Win, lagian aku gak terlalu repot juga kok."jawab bunda Ayu.
"Hm... Kamu ini memang istri idaman banget ya Yu, beruntung banget mas Henri dapetin kamu"
"Ih apaan sih kamu Win, jangan muji aku gitu ih. Kamu kan juga istri terbaik Win"kata Ayu.
"Gak, aku gak seperti kamu Yu."ucap Winda.
"Jangan merendah, kamu itu lebih dari aku" itu kata kamu, kalau menurut aku sih nggak."balas Winda.
"nah begitu juga dong dengan aku"balas Ayu.
"Hmm... Liat kamu kayak gini aku jadi pengen menjodohkan anak kita deh Yu."ucap Winda tiba-tiba.
Bunda Ayu menghentikan gerakan tangannya menyusun piring, ia menoleh kearah sahabatnya itu.
"Jangan asal Win, ini sudah bukan zamannya main jodoh - jodoh."
"Ih gak papa lagi Yu, kita kan udah saling kenal dan kita juga udah tahu bibit bobot keluarga masing-masing "ujar Winda semakin serius.
"Aku gak mau, gimana kalau anak-anak kita gak setuju?"tanya Ayu.
"Mereka pasti setuju lah, Yu. Kita kan orang tua mereka jadi sudah sepatutnya mereka mematuhi perkataan kita."jelas Winda.
Bunda Ayu hanya diam, tidak pernah terpikir olehnya untuk menjodohkan anak-anaknya itu.
"Gimana?"tanya Winda.
"Aku gak tahu, nanti kita bicarakan dulu sama mas Henri dan bang Baim" ujar Ayu, Winda mengangguk dan tersenyum senang.
"Aku panggil mereka untuk makan ya!."seru Tante Winda.
"Mereka pasti gak bakalan setuju"gumam Ayu.
***
Setelah makan malam selesai mereka melanjutkan kembali obrolannya di ruang keluarga dan benar saja Winda langsung membahas rencananya untuk menjodohkan anak mereka.
"Gimana apa kalian setuju?"tanya Winda.
"Kalau aku sih setuju banget" saut Baim.
Henri dan Ayu pun saling pandang, mereka seperti memiliki pemikiran yang sama. Winda menghela nafas melihatnya, ia pun bersuara.
"Ehem... Mau sampai kapan kalian saling pandang gitu?"tanya Winda.
Henri menoleh kearah kedua sahabatnya itu, "Aku setuju aja sih, tapi kalau anak-anak gak mau bisakah kita tidak memaksanya?"tanya Henri.
"Tidak bisa!"seru Baim.
"Lah kenapa gak bisa, kalau dipaksakan kasihan anak-anak. Mereka pasti gak bakalan bahagia menjalani rumah tangganya kelak."protes Henri.
"Sekarang aku tanya dia antar kedua putrimu siang yang sudah memilki kekasih?"tanya Baim.
Henri menatap Ayu, kemudian mereka berdua menggeleng dengan kompak.
"Tc, jadi kalian tidak tahu pergaulan anak kalian?"kaget Baim.
"Bukannya gak tahu pergaulan, tapi selagi anak-anak gak ada masalah kita gak akan terlalu ikut campur urusan mereka, karena privasi itu sangat penting untuk mereka."jelas Henri.
Baim menggeleng, itu salah Hen. "Kamu itu harus tahu bagaimana pergaulan anak kamu diluar sana, apa lagi mereka anak perempuan."kata Baim.
Henri terdiam, ia membenarkan apa yang di katakan Baim. "Lalu bagaimana?"tanya Winda.
"Hmm baiklah kita akan mencobanya, tapi kalau bisa yang menikah duluan adalah Keysah karena dia lebih tua dari pada Khaira."kata Henri.
"Ok, kita akan nikahkan anakku dengan Keysah"putus Baim.
"Tapi bang, gimana kalau anak kalian yang menolaknya? Apa perjodohan ini akan tetap di lakukan?"tanya Ayu.
Baim mengangguk, "Harus, dia harus mau dan aku sudah memiliki cara agar dia mau menyetujui nya."ucap Baim.
Tak lama Khaira pun datang, dia yang sudah mengetahui akan kedatangan Baim dan Winda. Ia pun langsung menyalami mereka.
"Selamat malam om, tante.." sapa Khaira.
"Malam juga, nak" balas keduanya.
"Baru pulang, Ra?"tanya Tante Winda.
"Iya, Tan." jawab Khaira.
"Sayang, bersih-bersih dulu sana. Nanti baru kesini ya."kata bunda Ayu, Khaira pun mengangguk dan berpamitan kepada semuanya.
"Wah Khaira makin cantik saja ya, Hen"kata Baim.
"Iyalah siapa dulu bapaknya," ujar Henri menyombongkan dirinya.
"Ke pd-an sekali suamimu ini ,Yu" balas Winda.
Ayu tersenyum, "Kan memang betul, Win"jawab Ayu.
"Suami istri sama aja ternyata" ucap Winda menggeleng.
Tak lama Keysah pun pulang dan setelah ia menyapa semuanya. Ia pun langsung pergi ke kamar untuk membersihkan tubuhnya.
Hari ini sangat berat bagi Keysah, bagaimana tidak disaat pesanan gaunnya membludak, salah seorang karyawan nya malah cuti sakit. Mau tidak mau terpaksa Keysah harus bekerja lebih ekstrim dari biasanya.
"Tok! Tok!"suara ketukan pintu kamarnya.
"Tc siapa sih ganggu aja" desis Keysah yang sangat malas bergerak untuk membuka pintu.
"KAKAK!!!" teriak Khaira dari luar kamar Keysah.
"Ceklek!" Keysah membuka pintu dan menatap adiknya.
"Ada apa?"tanya Keysah malas.
"Ayo turun, bunda menyuruh kita untuk turun!"
"Iya sebentar lagi kakak turun." balas Keysah hendak menutup pintu, namun di tahan oleh Khaira.
"Apa lagi!"kesal Keysah.
"Sekarang kakak, bukan nanti!"tegas Khaira.
"Iya, kakak mau ganti baju dulu. Boleh?"tanya Keysah. Khaira melihat penampilan Kakaknya saat ini. Keysah hanya menggunakan baju kaos kedodoran dan di padukan dengan hotpants.
"Baiklah, kalau gitu aku akan menunggu di dalam "putus Khaira dan menerobos tubuh Keysah yang berdiri di depan pintu
"Ya tuhan anak satu ini" gerutu Keysah melihat kelakuan adiknya yang menyebalkan itu.
"Ayo cepatlah ganti baju, aku menunggu!"
"Bawel" dengus Keysah
Setelah selesai ganti baju mereka pun turun kebawah dan menghampiri kedua orang tuanya.
Khaira duduk di sebelah ayahnya sementara Keysah duduk di sebelah Bundanya.
"Kakak ganti bajunya kok lama banget sih, nak" protes bunda Ayu.
"Hehe... Khilaf Bun ketemu bantal"jawab Keysah cengengesan.
"Capek banget ya, Key?"tanya Winda.
Keysah tersenyum, "Lumayan ,Tan"balas Keysah.
"Baiklah ayah gak mau bertele-tele, kalian pasti capek banget ya kan. Jadi ayah langsung ke intinya saja..." ucap Ayah Henri, sebelum mengucapkannya ayah Henri menarik nafasnya lebih dulu.
"Hmm... Salah satu dari kalian akan ayah jodohkan dengan putranya Om Baim dan Tante Winda."ucap ayah Henri. Ia bisa melihat dengan jelas keterkejutan di wajah anaknya.
"Jadi, dia antara kalian siapa yang bersedia?"tanya ayah Henri.
.
.
.
.
Kita lanjut di episode selanjutnya ya teman-teman, jangan lupa kalau kalian suka tolong di like👍 kalau ada masukan ataupun kritikan kalian bisa komen✍️ dan kalau mau tahu lanjutannya jangan lupa di fav ya🥰
"Aku gak mau, Yah. Lebih baik kakak aja!" seru Khaira.
"Eh kok kakak, kakak juga gak mau"balas Keysah.
Winda dan Baim saling pandang, ia mereka sangat kaget dengan penolakan kedua putri sahabatnya itu.
Ayah Henri menghela nafas kemudian menatap kedua putri nya secara bergantian.
"Ra, kamu kenapa gak mau?"tanya Henri
Khaira terdiam, ia memikirkan alasan yang tepat agar ayahnya tidak memaksanya.
"Begini ayah, apa kata orang nanti kalau aku menikah duluan, sementara kak Keysah masih melajang"jelas Khaira, ayah Henri pun membenarkan ucapan putri bungsunya itu.
"Tidak ayah, itu tidak bisa dijadikan alasan. Zaman sekarang hal yang seperti itu sering terjadi. Jadi, alasan Khaira tidak bisa diterima"sela Keysah.
"Tapi kak, apa yang dikatakan adik kamu itu benar"kata ayah Henri.
"Tapi yah..."
"Tidak ada tapi tapian, pokoknya kakak yang akan menikah dengan anaknya om Baim dan Tante Winda."putus ayah Henri, ia berucap tanpa memandang sang putri. Mana tega dia melihat keterpaksaan itu.
Keysah hanya bisa diam, dadanya terasa sesak dan air matanya pun mendesak ingin keluar. "Permisi, key mau ke kamar dulu" pamit Keysah, berlalu pergi. Semua orang menatap kepergiannya.
"Biar aku susul dia dulu ya." pamit Ayu menyusul kepergian anak keduanya itu.
Melihat itu ayah Henri menghela nafasnya, ia sangat tahu kalau saat ini putrinya itu pasti terluka.
"Hen, aku pastikan kalau ini adalah terakhir kalinya Keysah menangis. Setelah ia menjadi menantuku, aku pastikan setetes pun tak akan aku izinkan air matanya itu menetes !"seru Baim.
Khaira menatap mata Baim, ia melihat kesungguhan disana, namun Khaira tidak yakin dengan itu.
"Hmm... Ngomong-ngomong anak om sama Tante mana ya, kok gak ada di sini?"tanya Khaira yang tidak melihat keberadaan laki-laki yang akan dijodohkan itu.
"Dia sudah ada di depan sayang, sebentar lagi juga sampai" balas Winda.
Tak lama setelah mengatakan itu, seorang pria tampan pun memasuki kediaman mereka.
"Selamat malam Om, dan.... Khaira?" kagetnya.
"Dafa?" Khaira pun tak kalah kagetnya, bahkan ia pun sampai berdiri dari duduknya.
"Jadi kalian sudah saling kenal?"tanya Baim.
"Udah pah, kami temanan saat SMA"jawab Dafa.
"Hehe... Iya"ucap Khaira yang mulai gelisah.
"bagaimana ini, kakak pasti bakal tambah gak mau menerima perjodohan ini dan aku juga bisa pastikan Dafa juga bakal menolaknya."gumam Khaira yang merah gusar.
"Ra, kamu kenapa nak?"tanya ayah Henri yang menyadari nya.
"Ayo duduk nak Dafa! Apa kamu sudah makan?"tanya ayah Henri.
"Hmm... Belum om, tadi karena cepat-cepat aku jadi lupa makan"jelas Dafa.
"Yaudah kamu makanlah dulu, gak baik melewatkan makan malam."kata Ayah Henri.
"Terima kasih,om"ucap Dafa.
"Ra, kamu bantu Dafa ambilkan makanannya ya!"seru ayah Henri, Khaira pun mengangguk mengiyakan.
Dafa tersenyum dan berlalu pergi ke dapur bersama Khaira.
"Seperti Dafa menyukai, Khaira."gumam Winda.
"Tapi aku tidak mau menantu yang suka pamerin tubuhnya kepada semua orang seperti Khaira, pokoknya harus Keysah yang jadi menantuku!" tekat Winda dalam hatinya.
Sementara didalam kamar Keysah, bunda Ayu masih terus berusaha membujuk agar Keysah menerima perjodohan tersebut.
"Tapi Bun, Key gak tahu dan gak kenal sama anak mereka."
"Bunda tahu, tapi setelah menikah kalian kan bisa saling mengenal nak"
"Bagaimana kalau dia gak suka sama aku, lihatlah Bun putrimu ini sangat aneh dan tidak menarik sama sekali"Keysah berdiri dan berputar di depan bundanya dan menunjukkan bagaimana penampilannya.
Bunda Ayu terdiam, apa ya g di katakan oleh Keysah memang benar tapi bagaimana pun ini semua demi kebaikan Keysah dan kalau dilihat-lihat Keysah sangat susah dalam hal percintaan dan kalau tidak di jodohkan seperti ini, bisa dipastikan kalau dia gak bakalan menikah.
"Sayang, semuanya belum tentu seburuk yang kamu bayangkan."
"Ini pernikahan Bun, bukan hal main-main "balas Keysah.
"Iya bunda tahu, tapi bunda sangat ingin melihatmu menikah nak."ucap bunda Ayu sambil meneteskan air matanya.
Keysah kaget melihat bundanya menangis, "Bunda kenapa menangis, jangan menangis Bun Key gak suka lihat bunda nangis" Keysah memeluk bundanya.
"Apa salah kalau bunda ingin melihatmu bahagia? Bunda hanya ingin melihatmu menikah nak"kata bunda Ayu.
Keysah tidak menjawab ia hanya diam, pikirannya benar-benar kacau sekarang. Kenapa dia harus di hadapkan dengan keadaan ini. Ia sangat tidak ingin jodohkan, tapi melihat bundanya menangis Keysah juga tidak tega.
"Kamu mau kak,Key?"bunda Ayu melepaskan pelukannya dan menatap wajah putri nya itu.
"Jangan diam aja Key, ayo jawab bunda?"desak bunda Ayu saat melihat Keysah hanya menunduk diam.
"Terima kasih sayang, bunda tahu kamu menyetujui ini karena terpaksa tapi bunda yakin pada akhirnya kamu akan bahagia."ucap Bunda Ayu setelah Keysah memberi persetujuan, tidak dengan suara tapi dengan anggukan.
"Kalau gitu ayo kita kembali ke bawah!"ajak bunda Ayu.
"Hm tidak bisakah Key tetap dikamar Bun?"
"Kenapa?"
"Key hanya sedang gak enak badan aja, apa pun itu Key pasti setuju" ucap Keysah, ya memang itulah yang seharusnya ia lakukan karena menolak pun tidak bisa.
"Baiklah, istirahat lah nak" sebelum keluar dari kamar Keysah bunda Ayu menatap Keysah dengan tatapan iba, sungguh sebenarnya ia tidak tega melakukan ini. Tapi ini juga demi masa depan Keysah sendiri.
"Maafin bunda, nak." ucapnya pelan.
***
Di meja makan, Khaira menemani Dafa makan. Seperti perintah ayahnya tadi, Khaira mengambilkan Dafa makanan yang ada.
"Makanlah! Kalau kurang nanti gue tambah lagi" kata Khaira.
"Lo gak makan?"tanya Dafa saat Khaira hanya membawa sepiring nasi.
"Gak tadi gue udah makan diluar" Dafa pun mengangguk mengerti.
"Hm.. Makanannya enak, Lo yang bikin?"tanya Dafa.
"Bukan, itu bunda yang masak."
"Kalian gak pake pelayan?"tanya Dafa, saat tidak melihat keberadaan seorang pelayan pun di rumah itu.
"Nggak, semuanya di urus sama bunda dan kakak gue "
"Terus Lo? Lo gak bantu mereka?"tanya Dafa lagi.
"Dan jawabannya nggak lagi, mana bisa gue melakukan itu"jelas Khaira.
Dafa mengangguk, sesuai dengan penampilannya Khaira memang buka tipe wanita yang bisa melakukan pekerjaan rumah.
"Lo udah punya cowok?"tanya Dafa.
Deg!
Khaira kaget mendengar pertanyaan itu, ia pun seketika melihat sekitar memastikan tidak ada orang selain mereka berdua.
"Kenapa?"
.
.
.
.
Kita lanjut di episode selanjutnya ya teman-teman, jangan lupa kalau kalian suka tolong di like👍 kalau ada masukan ataupun kritikan kalian bisa komen✍️ dan kalau mau tahu lanjutannya jangan lupa di fav ya🥰
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!