NovelToon NovelToon

Jerat Cinta Sang Mafia

Bab 1

DORR!!

DOR!!

Terdengar suara tembakan dari berbagai penjuru, seorang pria tanpa memegang senjata sedang bersembunyi dari kejaran musuh. Ia terpisah dari semua anggotanya karena anggota musuh lebih banyak jumlahnya. Ia tidak menyangka apabila lawannya akan melakukan hal curang seperti ini.

Axel Kayzhi Smith, ketua mafia yang kejam dan tangguh, kini berada dalam situasi yang sangat genting. Dengan rahang tegas dan tatapan tajam, dia berusaha untuk tetap waspada dan mencari kesempatan untuk meloloskan diri dari kejaran musuh.

"Sialan! mereka berani berbuat seperti ini kepadaku!"

Axel harus menggunakan semua kemampuan dan pengalamannya sebagai ketua mafia untuk bertahan hidup dalam situasi ini. Dia harus berpikir cepat dan bertindak tepat untuk menghindari musuh dan mencari jalan keluar dari situasi yang berbahaya ini.

Tiba-tiba saja seseorang menodongkan senjata api pada pelipis Axel, Axel tercekat mereka berhasil menemukan dirinya. Axel menatap pria yang berani menodongkan senjata kepadanya. Pria itu tersenyum mengejek melihat posisi Axel yang sedang terjepit saat ini.

"Sang penguasa tak bisa melakukan apapun tanpa anak buahnya," ejek pria bernama Marco.

"Kau pengecut! Ayo, lawan aku sendiri kalau berani!" tantang Axel dengan sorot mata tajam.

"Masih saja kau angkuh saat diambang kematian," cetus pria itu merasa kesal karena Axel sama sekali tidak memiliki rasa takut.

"Hahaha, kau pikir aku akan mati dengan cara seperti ini?" ejek Axel lalu tertawa.

"Kita lihat sampai dimana letak kesombonganmu!" teriak Marco.

Ketika Marco hendak melesatkan peluru pada senjatanya, sebuah peluru melesat mengenai lengan Marco, membuat Marco melepaskan senjatanya. Axel bergegas mengambil senjata Marco, sementara Marco saat ini memegang tangannya yang terluka. Axel melihat seseorang yang ia kenal kini membantunya menembaki musuh. Dengan gerakan cepat dan tepat Axel pun membantunya menembaki satu persatu anggota Marco.

"Kalian ini lebih payah dari onta, berani keroyokan!" ejek pria itu.

Axel tidak percaya pria yang selalu payah dalam segala hal ketika bersama geng nya kini dapat bertarung menyamai kemampuan Martin.

"Jangan dulu terpesona kepadaku, kau lihat si gendut itu akan kabur!" ucapnya sambil melawan musuh.

Keadaan kini berbalik, hampir seluruh anggota Marco berhasil mereka taklukkan. Ketika Marco hendak melarikan diri, tiba-tiba saja sebuah senjata tajam mengenai kakinya. Siapa lagi pelakunya kalau bukan Martin, Martin dan timnya akhirnya tiba di tempat kejadian dan membantu Axel menahan Marco dan melawan musuh yang tersisa.

Axel menghampiri Felix yang hendak pergi begitu saja setelah semuanya berakhir. Semua musuh berhasil mereka taklukkan dan Marco pun sudah dibawa oleh anggota lainnya.

"Terima kasih, aku berhutang budi kepadamu" ucap Axel kepada Felix yang sejak tadi membantunya.

"Tidak masalah, kau adik temanku sudah kewajibanku membantumu" pungkasnya.

"Sekali lagi terima kasih!" ucap Axel dan Felix hanya menjawab dengan senyuman lalu pergi begitu saja.

Martin berjalan menghampiri Axel, ia lalu menunjukkan ponselnya. Axel hampir saja lupa apabila ia harus melakukan fitting baju dengan kekasihnya hari ini. Satu Minggu lagi ia dan Safia kekasihnya akan melangsungkan pernikahan. Hari dimana ia nantikan hidup bersama dengan wanita yang ia cintai.

Axel pun harus bersiap untuk melakukan fitting pakaian pengantin dengan Safia. Ia tidak boleh terlihat seperti ini di depan sang kekasih, oleh karena itu Axel pergi membersihkan tubuhnya terlebih dahulu.

Sang mentari mulai meninggi terlihat dua insan yang saling mencintai sedang sibuk memilih pakaian pengantin yang akan dikenakan pada hari yang sangat mereka nanti kan.

Berbeda dengan Axel yang merupakan seorang mafia, yang paling ditakuti. Saphire merupakan seorang dokter bedah yang tumbuh dan besar di panti asuhan. Dengan kecerdasan, serta kegigihannya, Saphire berhasil menjadi dokter spesialis bedah terbaik di Rumah Sakit Adhitama.

Memiliki paras yang rupawan, serta rambut bergelombang yang tertata dengan apik menjadikan Saphire terlihat sempurna.

Tak ayal banyak pria yang merasa jatuh hati karena kecantikannya. Namun, sayang seribu sayang, ternyata hati Saphire sudah ada yang memiliki. Dino Ardhiyasah, seorang manager restoran kenamaan, merupakan tunangan dari Saphire, yang dua minggu lagi akan berubah statusnya menjadi suami dari dokter bedah tersebut.

Bahkan saat ini, mereka tengah mempersiapkan fitting baju pengantin. Dengan tema sederhana yang dipilih untuk acara mengikat jalinan cinta suci, Saphire tidak ingin membebani Dino calon suaminya.

Dino tercengang ketika melihat calon istrinya mengenakan gaun pengantin, ia jadi tidak sabar ingin cepat-cepat memiliki Saphire.

"Kau cantik sekali, Sayang!" puji Dino kepada Saphire calon istrinya.

Saphire tersipu malu mendengar pujian sang pujaan hati, pria yang beberapa hari lagi akan menjadi suaminya.

Ketika Saphire hendak kembali mengganti pakaiannya ia tanpa sengaja bertabrakan dengan seorang pria. Pria tampan dengan tatapan tajam dengan wajah blasteran menatap Saphire dengan tatapan tidak suka. Pria ini nampaknya familiar, Saphire seperti pernah melihatnya namun entah dimana.

Bruk!!

"Maafkan saya, maaf!" ucap Saphire meminta maaf kepada pria itu.

Namun, pria itu masih saja bersikap dingin bahkan tidak ada senyum sama sekali dari wajahnya.

"Tidak apa-apa, maafkan calon suamiku selalu seperti ini kepada siapapun," sahut seorang wanita yang kini tersenyum kepada Saphire.

Saphire hanya tersenyum tipis, ia masih melirik kearah pria yang masih menatapnya dengan tatapan tidak suka.

"Axel?" sapa Dino calon suami Saphire kepada pria itu.

"Hey Din, Dia calon istrimu?" tanya Axel kepada Dino.

"Iya, dia calon istriku. Kami akan menikah dua pekan lagi, undangannya sudah aku kirim melalui email."

"Wah! Kami pun akan menikah satu minggu lagi, itu artinya kami yang duluan menikah. Kalian harus datang ke acara pernikahan kami ya!" pinta Safia calon istri Axel.

"Ya, kami pasti akan datang" jawab Dino lalu merangkul mesra pinggang calon istrinya.

"Kalau begitu kami tinggal duluan ya!" pamit Safia kepada Dino dan Saphire.

Safia dan Axel pun pergi meninggalkan Dino dan Saphire, mereka juga baru saja melakukan fitting baju pengantin bersama.

"Pria itu benar-benar menyeramkan, kebayang enggak sih kalau hari-harinya akan seperti di neraka? Untungnya calon istrinya ramah banget" cetus Saphire.

Dino tersenyum, ia lalu mencubit hidung mancung Saphire. Wanita ini sangat cantik dan menggemaskan apabila sedang kesal.

"Dia memang seperti itu, kakaknya saja seperti kulkas dua pintu. Tapi setelah ketemu pawangnya Junior enggak terlalu dingin kayak dulu," ucap Dino menjelaskan.

"Sekarang aku ingat, dia adiknya Junior ya. Pantas saja wajahnya sangat familiar, ah aku malas berurusan dengan keluarga konglomerat itu!" tukas Saphire.

"Mereka kan kerabat Dokter Kean juga sayang, mana mungkin kita tidak mengundang mereka. Lagi pula tadi calon istrinya sudah mengundang kita, kita harus datang."

Saphire pun menganggukkan kepalanya, ia berjalan meninggalkan Dino untuk berganti pakaian. Setelah selesai fitting baju mereka pergi mencari makan di restoran terdekat.

"Nanti malam aku pergi bersama Ratu ya, dia mengadakan pesta lajang. Karena setelah menikah nanti aku hanya fokus sama kamu," ucap Saphire lalu mengulas senyum.

"Iya sayang, pulangnya jangan terlalu malam" Dino mengingatkan sambil menyuapi Saphire cake yang baru saja mereka pesan tadi.

"Iya, Sayang!"

Siang berganti malam, Ratu dan kawan-kawan mengadakan pesta di sebuah club milik kawan Ratu. Dentuman suara musik menggema seluruh ruangan, banyak muda-mudi melenggokkan tubuhnya mengikuti irama musik yang dimainkan oleh DJ.

Saphire, Ratu dan yang lainnya sudah sejak tadi menikmati pesta yang diadakan oleh Ratu spesial untuk Saphire yang akan menikah.

"Cheeerrsss!" teriak Saphire dan kawan-kawan sambil mendentingkan gelas berisi minuman.

Mereka meminum minuman itu hingga tandas, entah minuman ke berapa yang mereka minum malam ini.

Saphire bahkan sudah tidak sanggup lagi, ia tidak boleh mabuk karena ia menyetir. Saphire menolak ketika Ratu lagi-lagi menuangkan minuman ke dalam gelas milik Saphire.

"Tidak Ratu, aku menyetir. Aku tidak boleh mabuk" tolak Saphire.

"Baiklah Nyonya Ardiansyah, ucapanmu adalah perintah," balas Ratu yang kini sudah mulai mabuk. Wanita itu bahkan kini mulai memejamkan matanya sambil menyandarkan kepalanya pada meja.

"Cepet lo ajak dia pulang, dia sudah melantur" titah Saphire kepada Rena teman mereka.

"Iya, keburu Dokter Kean mengetahui semuanya bisa gawat. Pria tua itu selalu dapat mengetahui apa yang dilakukan oleh putri kesayangannya," timpal Candy.

"Hey, pria tua itu masih tampan. Dan dia adalah Ayahku!" kilah Ratu lalu kembali terlelap.

"Kayaknya lo aja deh, gue ke sini kan nebeng sama Ratu. Gue mana bisa nyetir Saphire," tolak Candy.

"Yasudah, gue aja. Tapi mobilnya Ratu gimana?" tanya Saphire.

"Biar gue sama Rena yang bawa ke Mansion Adhitama," kata Candy meyakinkan.

Dengan bantuan Rena dan Candy, Saphire berhasil membawa Ratu ke dalam mobil. Ia pun masuk ke dalam mobil setelah berpamitan dengan yang lain.

Saphire berdecak menatap Ratu yang mengajak minum tapi dia duluan yang tumbang. Saphire melajukan kendaraan beroda empat meninggalkan area club.

Malam itu hujan sangat deras, suara gemuruh saling bersautan membuat Saphire bergidik ngeri. Apalagi jalanan ibukota saat ini sangat sepi, tentu saja karena ini sudah dini hari. Mereka terlalu keasyikan berpesta sehingga lupa waktu.

Andai Dino tahu apabila ia pulang selarut ini, ia pasti akan mendapatkan ceramah berkepanjangan dari kekasihnya. Saphire tersenyum sendiri mengingat beberapa hari lagi ia dan Dino akan menikah.

Ia membayangkan pernikahan indah yang akan ia lewati setiap harinya bersama pria yang ia cintai. Saphire pasti akan menjadi wanita paling bahagia karena mendapatkan cinta yang banyak dari pria ini.

"Aaarggghhh!!"

Tiba-tiba saja seorang wanita berlari begitu saja menabrakkan diri pada kendaraan milik Saphire yang sedang melaju. Saphire terkejut, ia menghentikan laju kendaraannya. Ratu yang tertidur pun terbangun karena mendengar suara jeritan Saphire.

"Kenapa sih?" tanya Ratu sambil memegang kepalanya yang masih pusing.

"Gue nabrak orang, Tu!" jawab Saphire mulai ketakutan.

"Hah?" Ratu yang masih merasa pusing tiba-tiba saja kesadarannya mulai kembali setelah mendengar ucapan Saphire.

"Wanita itu tiba-tiba saja berlari kearah mobil," ucap Saphire sambil menggigit kuku jarinya karena ketakutan.

"Kita lihat aja, semoga wanita itu tidak kenapa-kenapa," ajak Ratu.

Saphire pun menyetujuinya, meskipun rasa takut kini menyelimuti dirinya. Ia takut di cap sebagai pembunuh, meskipun sebenarnya bukan ia yang salah.

Keduanya keluar dari mobil, mereka melihat seorang wanita terkujur lemah di jalan dengan berlumuran darah. Ratu memberanikan diri membalikkan tubuh wanita itu, ia dan Saphire sangat terkejut ketika melihat siapa wanita yang baru saja Saphire tabrak.

"Safia!"

.......

Jangan lupa like komen gaess🤗

Bab 2

Ratu bergegas menarik Saphire agar mereka kembali masuk ke dalam mobil.

"Ayo, kita kembali Saphire! Dia Safia calon istri Axel, lo akan mendapatkan masalah kalau Axel mengetahuinya. Lupakan kejadian ini, lo enggak salah. Sebaiknya kita pergi mumpung enggak ada yang melihat," ajak Ratu.

"Enggak Ratu, wanita ini masih bernafas. Kita bawa dia ke rumah sakit. Gue yakin kita dapat menyelamatkannya!" tolak Saphire bersikeras ingin membawa Safia ke rumah sakit.

"Tidak ada harapan Saphire, di tengah jalan ia akan mati dan lo yang akan jadi tersangka. Lo engak tahu siapa Axel, sebaiknya kita pergi sekarang!" bentak Ratu yang mulai kesal.

"Kita dokter Ratu Adhitama, mana mungkin kita mengabaikan pasien seperti itu," cetus Saphire membuat Ratu akhirnya menyetujui saran Saphire.

Keduanya menggotong tubuh Safia ke dalam mobil, kendaraan Saphire melaju kembali menuju rumah sakit. Sepanjang jalan keduanya merasa ketakutan apabila Safia tidak akan selamat. Terlebih Ratu yang menghawatirkan sahabatnya, ia sangat tahu seperti apa Axel. Pria kejam yang tidak memiliki hati.

Beberapa menit berkendara mereka telah sampai di rumah sakit, Saphire meminta Ratu untuk mengabari Axel karena mereka tidak mengetahui keluarga Safia.

Para tim medis mulai menangani Safia, Saphire dan Ratu menunggu di luar. Mereka tidak dapat membantu karena ketahuan telah mengkonsumsi alkohol.

"Gue harap dia baik-baik saja," pinta Saphire.

"Gue juga," jawab Ratu.

"Gue enggak salah, lo tenang aja Ratu."

"Lo enggak tahu siapa Axel, sebaiknya lo pergi dari sini. Biar gue yang menghadapinya."

Ratu sangat mencemaskan sahabatnya, ia takut sekali terjadi sesuatu dengan Saphire.

"Enggak bisa! Gue enggak bisa menumpahkan semuanya sama lo," tolak Saphire.

Tak lama kemudian Axel datang menghampiri dengan tatapan tajam. Ia sangat terkejut ketika mendengar apabila calon istrinya mengalami kecelakaan.

"Apa yang terjadi?" tanya Axel.

"Mobil kami melaju, tiba-tiba saja Safia berlari menabrakkan diri dan ia tertabrak," ucap Saphire menjelaskan.

"Kau menabrak calon istriku?" tanya Axel sembari menarik kerah baju Saphire.

"Dia yang menabrakkan dirinya sendiri, jangan salahkan Saphire!" bela Ratu.

"Kalian minum alkohol, kalian mabuk. Tidak usah mengelak lagi, kalau terjadi sesuatu dengan Safia kau berurusan denganku!" cerca Axel dengan sorot mata tajam.

Beberapa menit kemudian Dokter keluar dari ruang ICU, semua berjalan menghampiri ingin mengetahui keadaan Safia. Namun takdir berkata lain, Safia tidak terselamatkan. Axel menatap tubuh Safia yang kini ditutupi kain dari kaca pintu ruangan.

Axel merasa seperti dihantam badai, tubuhnya merosot kebawah mendengar berita ini. Dia tidak bisa menerima kenyataan bahwa Safia, wanita yang dia cintai dan akan segera dinikahinya, telah pergi untuk selamanya. Dia merasa kehilangan arah dan tidak tahu bagaimana cara menghadapi kehilangan ini.

Saphire dan Ratu pun sama terkejutnya dengan Axel, Saphire menangis histeris setelah ini ia akan masuk penjara karena telah menabrak Safia.

Axel menghampiri Saphire, sorot mata tajam penuh amarah. Ingin rasanya ia membunuh wanita yang telah merenggut nyawa kekasihnya ini.

"Pembunuh, kau pembunuh!" teriak Axel sangat marah.

Saphire hanya bisa menangis mendengar ucapan Axel, Ratu mencoba menghentikan Axel namun Axel mendorongnya hingga ia terjatuh.

Tak lama kemudian pihak berwajib datang bersama dengan Martin. Martin berjalan menghampiri ketika melihat Axel hendak mencekik Saphire.

"Apa yang kau lakukan?" tanya Martin.

"Dia pembunuh, dia membunuh Safia. Dia yang menabrak Safia Martin!" jawab Axel dengan emosi.

"Maksudmu?" tanya Martin lagi.

"Safia meninggal, calon istriku telah tiada. Dan itu karena dia!" ketus Axel menunjuk wajah Safia dengan sorot mata tajam.

Martin bergegas masuk ke dalam ruangan, ia ingin memastikan apa yang diucapkan oleh Axel benar atau tidak. Sementara itu Safia dibawa pihak yang berwajib ke kantor polisi.

Ratu mengacak rambutnya frustasi, ia menyesal. Andai ia tidak mengadakan pesta lajang untuk Saphire semua ini tidak akan terjadi.

Axel menghampiri Martin yang menangisi jasad adiknya, setelah kehilangan saudara kembar Safia kini ia pun harus kehilangan Safia.

Beberapa jam berada di dalam jeruji besi, Saphire menangis sambil memeluk kakinya. Ia meratapi takdir yang menimpa dirinya, setelah ini ia akan gagal menikah dengan Dino. Ia yakin ia akan mendapatkan hukuman yang berat karena telah membunuh nyawa orang.

Saphire bangkit dari duduknya ketika ia mendapatkan tamu yang ingin bertemu dengannya. Saphire tersenyum senang, itu pasti Dino calon suaminya. Ia berharap Dino dapat mencari bukti apabila Saphire tidak bersalah.

Saphire berjalan mengikuti petugas kepolisian, berjalan memasuki sebuah ruangan. Ia tersenyum ketika melihat seorang pria berdiri membelakanginya. Namun, senyumannya memudar ketika yang ia lihat ternyata bukan Dino melainkan Axel.

"Kau pikir calon suamimu yang datang kemari? Kau salah, urusan kita belum selesai Nona Saphire. Kau telah menghabisi calon istriku, dan kau kira aku akan tinggal diam? Tidak?" ucap Axel dengan senyum menyeringai.

Axel terlihat seperti iblis yang menakutkan saat ini, Saphire merasa pria ini akan membunuhnya saat ini. Ternyata ini yang ditakutkan Ratu sehingga sahabatnya itu bersikeras meminta Saphire pergi. Pria ini benar-benar manusia kejam yang tidak memiliki hati.

"Apa maumu? Aku sudah mengatakan aku tidak menabraknya! Dia yang berlari menghampiri mobilku!" kilah Saphire membela diri.

Axel terkekeh lalu menghampiri Saphire, ia tarik rambut Saphire ke belakang sehingga Saphire meringis kesakitan.

"Aaarggghhh!"

"Kau pikir aku akan membiarkan kau mendekam di dalam penjara? Tidak? Aku akan menghukum mu dengan tanganku sendiri. Aku akan membuat hari-harimu seperti berada di dalam neraka. Kau salah telah berurusan denganku!" ucap Axel lalu mendorong Saphire hingga ia terjatuh.

"Kau menghilangkan nyawa wanita yang kucintai, aku tidak akan membiarkan hidupmu bahagia setelah kau mengusikku, Nona"

Axel berjongkok menghampiri Saphire yang meringis kesakitan karena ulahnya. Wanita itu menatap Axel, Axel benci dengan bola mata yang sama dengan milik Safia.

"Kau tahu? Calon suamimu itu sedang dalam perjalanan kemari. Aku ingin kau membuat sebuah sandiwara, kalau kau menolak aku akan membunuhnya."

"Apa mau mu hah?" Saphire mulai kesal dengan sikap Axel.

"Aku akan menikahimu dan kau harus menerimanya. Kalau kau menolak maka calon suamimu akan aku habisi seperti kau merenggut nyawa calon istriku. Cukup adil kan?" pungkas Axel lalu kembali berdiri.

"Menikah?"

"Bersandiwaralah kalau kau mencintai uangku sehingga kau menerima tawaranku untuk menikah. Hapus air mata menjijikan itu, aku benci wajah sok sucimu itu. Kau itu seorang Dokter tapi kau membunuh!" cibir Axel.

Saphire mencoba untuk tidak menangis, ia tidak boleh terlihat tertekan di depan Dino nanti. Ia harus bisa melakukannya demi keselamatan Dino. Saphire menyesal telah berurusan dengan pria iblis ini, ia tidak dapat membayangkan bagaimana hari-hari yang akan ia lalui ke depannya bersama Axel nanti.

Bab 3

Terdengar langkah suara langkah seseorang memecah kesunyian, benar apa yang baru saja dikatakan oleh Axel. Dino datang bersama Vano dan pengacara yang akan membebaskan Saphire.

"Sayang, kamu baik-baik saja?" tanya Dino yang langsung memeluk Saphire.

Saphire hanya mengangguk sambil melihat Axel yang duduk tidak jauh dengannya. Dino dan Vano pun merasa aneh dengan keberadaan Axel di dalam ruangan ini.

"Aku baik-baik saja, sebentar lagi aku akan bebas. Aku tidak bersalah kau tenang saja!" ucap Saphire.

Melihat kegugupan Saphire membuat Vano sedikit curiga, apalagi ia melihat Axel duduk dengan tenang di sana.

"Apa Axel yang akan membebaskanmu?" tanya Vano curiga.

"Iya, dia akan membebaskanku. Dino maaf, pernikahan kita tidak bisa berlanjut. Aku akan menikah dengan Axel," tukas Saphire membuat Dino terkejut dengan keputusan calon istrinya itu.

"Kenapa? Apa dia mengancammu?" tanya Dino sambil memegang kedua bahu Saphire namun Saphire melepaskannya.

"Aku tidak bisa menolaknya, dia tampan dan juga kaya raya. Sudah lama aku ingin hidup mewah sepertinya, jadi ketika mendapatkan tawaran menikah darinya aku terima" jawab Saphire mencoba tersenyum.

"Lagipula siapa yang tidak mau menjadi Nyonya Smith," imbuhnya lagi seraya mendekati Axel yang masih duduk tenang di sana.

Saphire mencoba tetap tenang meskipun hatinya terluka mengatakan kebohongan ini. Ini semua demi nyawa Dino yang jadi taruhannya, pria ini tidak main-main dengan ucapannya. Ia kini tahu betapa kejamnya Axel, ia tidak mau Axel melukai Dino pria yang ia cintai.

Dino masih menatap Saphire yang terlihat dekat dengan Axel, terlalu cepat waktu mengubah semuanya seperti ini. Sakit sangat sakit, seperti ada banyak ribuan belati menusuknya saat ini. Ia tidak menyangka Saphire akan berkata seperti itu kepadanya, impiannya membina rumah tangga dengan Saphire sirna semua.

"Katakan ini bohong Saphire, dia mengancammu aku tidak percaya semua ini!" cerca Dino marah.

"Kau tidak dengar apa yang diucapkan Saphire tadi? Dia lebih memilihku" pungkas Axel dengan angkuhnya.

"Aku tidak percaya, kau pasti mengancamnya. Jasad wanita yang akan kau nikahi belum dimakamkan dan kau sudah mencari penggantinya. Kau benar-benar pria tidak memiliki hati nurani!" Dino mulai emosi, ia hendak memukul Axel namun Saphire menghalanginya.

Axel terkekeh melihat apa yang dilakukan Saphire untuk membelanya. Axel pun bangkit dari duduknya lalu berjalan menghampiri Dino dengan kedua tangan berada di dalam saku celananya. Ia terlihat sangat angkuh, sorot mata yang tajam membuat siapapun merasa takut dengannya.

"Hidupku harus terus berlanjut, dan aku tidak bisa membatalkan pesta begitu saja. Oleh karena itu aku mengajak Shapire menikah denganku. Sudahlah! kau jangan marah seperti itu, terima saja kalau aku memang lebih unggul" cerocos Axel lalu tertawa.

Tawa yang sangat mengerikan bagi Saphire, ingin rasanya ia membunuh Axel saat ini juga. Axel dapat melihat tatapan kebencian dari mata indah Saphire dan itu yang membuat Axel semakin membencinya.

Selama ini tidak ada yang berani menatap Axel seperti itu, namun sekarang ada seorang wanita berani sekali menatap Axel seolah ia ingin menghabisinya.

Dino pergi begitu saja meninggalkan Axel dan Saphire, diikuti Vano dan pengacara yang datang bersama mereka. Ia pergi dengan perasaan kecewa yang sangat dalam, bisa-bisanya Saphire membatalkan semuanya. Semua impian yang mereka rencanakan, sungguh Dino masih belum bisa menerima semua ini..

"Puas kau?" tanya Saphire dengan sorot mata tajam.

"Belum, hari-hari indahmu belum dimulai Nona Saphire. Sebentar lagi kau akan menjadi Nyonya Smith diluar sana, tapi sebenarnya kau adalah tawananku!" jawab Axel sambil mencengkram leher Saphire dengan kuat.

"Bahkan untuk mati pun kau tidak aku izinkan, aku akan membuat hari-harimu indah calon istriku," sambungnya lagi lalu terkekeh.

Axel melepaskan cengkraman tangannya lalu pergi begitu saja meninggalkan Saphire, bulir bening jatuh begitu saja tanpa permisi membasahi kedua pipinya. Saphire memegang bekas cengkraman tangan Axel yang sangat kuat pada lehernya. Oh Tuhan cobaan kali ini sungguh berat, Saphire merasa ia tidak akan sanggup menghadapi pria iblis itu.

Martin melihat semua itu dari kejauhan karena Dino tidak menutup pintu saat ia pergi. Entah mengapa Martin sangat terluka ketika melihat Saphire, ia ingin membunuh wanita itu namun banyak saksi mengatakan apabila Saphire tidak bersalah.

Sementara Saphire menyesal tidak mendengarkan ucapan Ratu saat itu, andai saja ia menurut semua ini tidak akan terjadi. Benar kata Ratu, pria ini bukan pria biasa, pria ini sangat mengerikan ia tidak akan melepaskannya begitu saja.

Keesokan harinya Saphire hanya berdiam diri di dalam rumah, semalam Saphire dapat bebas karena Axel dan Martin mencabut tuntutan mereka. Ia tidak hadir ke pemakaman Safia, ia takut akan amukan keluarga wanita itu. Berurusan dengan Axel saja membuatnya sangat sangat pusing, apalagi jika ia bertemu dengan keluarga mendiang Safia.

Di sisi lain saat ini Axel sedang berdiri di depan pusara kekasihnya, wanita yang berhasil membuatnya merasakan jatuh cinta untuk kedua kalinya. Namun takdir berkata lain, kisah cinta mereka berakhir terpisahkan oleh takdir yang memilukan.

Martin dan keluarganya sangat terpukul atas kepergian Safia, beberapa hari lagi adalah hari kebahagiaan Safia namun Safia kini sudah tiada.

Junior menepuk pundak adiknya, ia lalu pergi bersama yang lainnya. Axel mengingat kembali kenangan indah bersama Safia, semua impian yang akan ia bangun bersama kekasih tercinta sirna. Axel mengepalkan tangannya ketika ia mengingat Saphire, andai Saphire tidak menabrak Safia beberapa hari lagi ia dan Safia akan menikah.

Waktu terus berlalu,hari ini adalah hari dimana penderitaan Saphire dimulai. Saphire memandangi dirinya yang kini telah menggenakan pakaian pengantin. Ingin rasanya Saphire melarikan diri dari semua ini, namun ia mengingat Dino yang akan mendapatkan hukumannya apabila ia pergi.

Benar apa yang diucapkan oleh Ratu, ia akan sulit terbebas dari Axel. Pria yang kini bersanding disampingnya terus menatapnya dengan penuh kebencian. Pandangannya seolah menusuk relung hati Shapire, hari dimana seharusnya menjadi momen bahagia baginya namun tidak, karena ia terjerat oleh sang ketua mafia kejam.

Acara pun berlangsung dengan cepat, setelah mengucapkan janji suci kini mereka resmi menjadi suami istri. Saphire berusaha tersenyum untuk meyakinkan kepada semua orang apabila ia mencintai Axel.

"Selamat ya! Selamat datang di keluarga kami," ucap Mom Keyzia ramah.

Ia lalu memeluk Saphire dengan sayang, entah mengapa Mom Keyzia merasa ada yang aneh. Axel tiba-tiba saja ingin menjadikan Saphire pengganti Safia, Axel mengatakan Safia yang meminta ia menikahi Saphire sebelum ia meninggal. Sesuatu yang sangat mengganjal karena Keyzia sangat mengetahui watak putranya yang satu ini sangat sulit menerima orang baru.

Ternyata tidak ada yang mengetahui Saphire yang menabrak Safia, Axel sengaja menutupinya agar tidak ada yang curiga mengapa ia menikahi Saphire. Melihat sikap ibunya Axel memberi kode kepada Saphire agar memasang senyuman untuk meyakinkan sang ibu tercintanya.

"Terima kasih banyak, Mom" ucap Saphire mencoba untuk tersenyum.

Mom Keyzia dan Dad Kaivan pun kembali menghampiri tamu yang lain. Axel mendekatkan wajahnya dengan Saphire, ia menatap Saphire dengan tatapan tajam.

"Jangan membuat banyak orang curiga kau tau?" bisik Axel.

Saphire pun menganggukkan kepalanya, berpura-pura bahagia ternyata sangat sulit. Apalagi berpura-pura bahagia bersama pria kejam seperti Axel. Ingin rasanya Saphire menangis dan berteriak, meluapkan perasaan yang ia rasakan. Namun apa daya, Axel sangat mengerikan ia tidak mampu melawannya.

"Saphire!"

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!