"Huek... Huek..." tak henti-hentinya Kamila merasa mual dalam beberapa hari terakhir. Berbagai macam makanan dan minuman serasa tidak dapat melewati tenggorokan meskipun sudah berkali-kali Kamila mencobanya.
"Ini sudah hampir seminggu aku merasakan mual-mual begini," Kamila yang berjongkok di kamar mandi menyangga kepala dengan kedua tangannya ketika rasa pusing juga menyerangnya.
"Apa jangan-jangan..." setelah beberapa menit, Kamila seakan tersentak dari lamunannya dan mulai mengingat-ingat kapan terakhir kali menstruasi. Saking larutnya dalam kesedihan yang ia alami akibat peristiwa pilu dimalam itu, Kamila sampai tak mengingat kapan terakhir ia mentruasi.
Tidak juga mengingat kapan terakhir ia menstruasi, Kamila keluar dari kamar mandi dan menuju tanggalan yang terpajang di dinding kamarnya. Dengan hati berdebar kencang serta tangan gemetar, Kamila menunjuk angka demi angka yang tertera di tanggalan itu. Setelah kejadian pilu yang menimpanya Kamila memang tidak pernah lagi melihat tanggalan seperti yang ia lakukan setiap bulannya.
Perlahan jemari itu terhenti saat catatan menstruasi terlihat. Mata yang sebelumnya sudah bengkak akibat kesedihannya, kini kembali di basahi oleh air mata yang kembali keluar tanpa aba-aba.
"Satu... dua... tiga... empat..." Kamila berhenti berhitung dan melanjutkan hitungannya dalam hati.
"Tu-juh... de-la-pan, Aku terakhir menstruasi sudah hampir delapan minggu?" dengan nada terbata Kamila bertanya dalam hatinya lalu mengalihkan tangannya pada perutnya yang masih rata karena sulitnya ia menelan makanan. Jangankan sekarang, setelah Kamila merasakan mual-mual, setelah peristiwa pilu dimalam itupun, Kamila jarang sekali makan dan lebih sering menyendiri di kamar, meratapi nasibnya.
Kini setelah menyadari dirinya telat datang bulan beberapa minggu, bayangan mengerikan dimana kesuciannya di renggut paksa oleh sejumlah pria pun kembali membuat Kamila histeris.
"Tidaaakkkk...."
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Bermula pada saat Kamila keluar dari tempat kerjanya sebagai buruh pabrik di pusat kota tempat tinggalnya, dari kejauhan Kamila melihat ada seorang pria menggunakan masker yang gerak-geriknya seperti mengawasinya. Meskipun hatinya sedikit merasa takut, tapi Kamila berusaha berpikir positif jika mungkin saja orang itu tengah menunggu salah satu karyawan lain yang juga bekerja di pabrik itu. Tapi rasa takut itu kembali muncul ketika dirinya melangkah meninggalkan pabrik, dimana Pria itu juga terlihat melangkah mengikutinya. Semakin Kamila mempercepat langkahnya, Pria itu turut mempercepat langkahnya. Begitupun jika Kamila memperlambat langkahnya, maka pria itu juga akan melakukan hal yang sama.
"Tidak salah lagi, orang itu pasti mengikuti ku." batin Kamila yang kemudian berlari mencari tukang ojek langganannya. Akan tetapi sesampainya di gang dimana biasanya ojek langganannya mangkal, Kamila tidak menemukan satu ojek pun di sana.
Sementara malam semakin larut dan tak terlihat satu orang pun melewati tempat itu. Kamila merasa tak ada waktu lagi untuk memesan ojek secara online karena pria yang membuntutinya terlihat semakin dekat. Merasa tidak lagi aman, Kamila memutuskan kembali berlari untuk menghindari pria itu. Dalam pelariannya, Kamila juga tidak lupa untuk menghubungi Bayu kekasihnya. Namun belum juga Bayu mengangkat panggilan telepon darinya, Kamila melihat jarak pria itu sudah begitu dekat dengannya sehingga Kamila kembali mempercepat langkah kakinya dengan mengumpulkan seluruh tenaganya.
"Toloooong.... Toloooong..." Kamila berteriak sekuat mungkin untuk meminta tolong, tapi bukannya terbebas dari kejaran pria itu, Kamila justru masuk dalam perangkap sejumlah pria yang sudah menghadang dirinya dari arah berlawanan.
"Mau kemana cantik?" tanya salah seorang dari mereka.
"Kamu tidak akan bisa lari lagi, Hahaha..." imbuh lainnya yang kemudian diikuti tawa anggota lainnya.
Tawa beringas dari mereka semua membuat gadis 18th itu ketakutan, mencari celah untuk kembali melarikan diri dari kepungan mereka. Dalam ketakutan itu Kamila melihat satu persatu dari mereka, menghitung jumlah pria yang kini mengepung dirinya yang ternyata ada lima orang banyaknya.
Kamila melihat dengan seksama, mencoba mengenali satu persatu wajah mereka, tapi minimnya cahaya membuat Kamila tak dapat melihat dengan jelas wajah mereka semua. Hanya satu pria saja yang membuat Kamila menandainya yakni dengan melihat tatto di leher pria itu meskipun tak begitu jelas tatto itu bergambar apa.
Seketika Kamila tersentak saat dua orang pria menarik kasar kedua tangannya. Mereka menyeret paksa Kamila dan membawanya ke sebuah rumah kosong yang tak jauh dari lokasi. Sementara tiga pria lainnya tertawa bagaikan iblis mengiringi Kamila yang kini berada dalam genggam teman-teman mereka. Suasana malam yang sunyi sepi seolah mendukung kejahatan mereka yang ingin menodai kesucian gadis yang masih berusia 18th itu.
Dengan kasar mereka mendorong tubuh Kamila hingga tersungkur ke lantai yang sudah di selimuti tanah karena di tinggalkan oleh pemiliknya. Tempat yang kotor tanpa pencahayaan membuat susana rumah terkesan begitu angker. Tapi hal itu tak membuat mereka takut karena mereka sendiri pun terlihat seperti iblis yang ingin memakan persembahan yang sudah disajikan di depan mata.
Rasa takut yang tak tergambarkan membuat Kamila beringsut mundur mencoba meraba-raba ponselnya yang terlempar jauh darinya, tapi begitu Kamila menemukan ponsel itu dan belum sempat Kamila menghubungi siapapun, salah satu dari mereka merebutnya dan langsung membanting serta menginjak ponsel itu hingga hancur.
"Berhentilah bermain-main cantik," ucap salah satu dari mereka sambil menarik kedua kakinya agar kembali mendekat pada mereka. Kamila berusaha keras mempertahankan diri dengan mengapit kedua kakinya kuat-kuat ketika satu orang bersiap menerkamnya. Sementara yang lain terus tertawa sambil menyalakan lampu senter dari ponsel masing-masing untuk menonton apa yang teman mereka lakukan pada Kamila.
"Pergiiii!!!! teriak Kamila sambil menggenggam tanah kering yang ia pegang di lantai, lalu melemparkan ke wajah pria itu.
"Aowhhh..." ringis pria itu memegangi matanya yang perih, terkena tanah yang Kamila taburkan.
"Arrrgghhhh.... Sialan!" umpat pria itu sembari menggampar Kamila sekuat tenaga sehingga membuat gadis itu kembali tersungkur ke tanah.
Tidak mempedulikan rasa sakit yang Kamila rasakan akibat tamparannya, yang mengakibatkan ujung bibir Kamila berdarah. Anggota lain menggantikan posisi pria itu dan memerintahkan teman-teman lainnya untuk tidak membuang waktu dan segera menyelesaikan tugas bejadnya.
Seperti mematuhi perintah sang Raja, mereka pun langsung memegang kedua pergelangan tangan Kamila, menekannya kuat-kuat ke lantai tanpa mempedulikan jeritan kesakitan yang Kamila teriakkan.
"Tolong... tolong..." jerit Kamila dengan suara pilunya.
Bersambung....
Melihat Kamila yang terus menjerit meminta pertolongan, salah satu dari mereka melepaskan kaos kakinya dan menyimpulkan ke mulut Kamila. Sementara dua lainnya menyibak kedua kaki Kamila yang masih terus berusaha sekuat tenaga mempertahankan kesuciannya. Tapi apalah daya, tenaga gadis itu tak sebanding dengan jumlah mereka. Jangankan lima orang pria yang rata-rata berusia dewasa, menghadapi satu orang pria pun Kamila belum tentu menang melawan tenaganya.
Jeritan tolong yang semula Kamila teriakan, kini berganti dengan air mata kesakitan dengan begitu derasnya. Namun hal itu tak membuat salah satu dari mereka iba, mereka justru semakin kasar dan tak sabar untuk memulai aksi biadabnya. Seperti anjing kelaparan yang di sajikan daging segar, mereka menikmati setiap inci dari tubuh gadis itu. Sementara salah satu dari mereka membuka paksa kain yang masih menempel di tubuh Kamila hingga membuat Kamila nyaris tanpa busana.
Tawa beringas tiada henti seolah menjadi iringan musik untuk mereka yang tengah menikmati aksi biadabnya secara bergiliran tanpa belas kasihan. Er-angan kenikmatan pun tak luput dari mulut mereka yang sudah selesai menyalurkan nafsu binatangnya.
Kini giliran orang ke-lima yang belum melakukannya. Pria ke-lima seakan ragu-ragu untuk menyentuh gadis yang sudah lemas tak berdaya itu. Bahkan air matanya pun sudah tak mengalir seakan sudah tak tersisa lagi. Hanya sisa-sisa air mata yang masih membasahi telinga dan rambut panjangnya yang sudah kusut bercampur tanah.
"Cepetan loe mau garap nggak? nanti keburu ada yang lihat."
Sayup-sayup Kamila mendengar seseorang bertanya pada pria ke-lima yang belum juga mau menyentuh tubuhnya yang sudah tergolek lemah. Semula pria ke-lima menggelengkan kepalanya, tapi salah satu dari mereka mendorong tubuh pria ke-lima untuk segera melakukan seperti yang mereka lakukan pada Kamila.
"Loe sudah ikut sampai sejauh ini, dan kita semua sudah lakuin masa loe gak lakuin, loe jangan mau bersih sendiri," ucap pria yang mendorong pria ke-lima.
Karena terus-terusan di desak oleh teman-temannya akhirnya pria ke-lima melakukan apa yang seperti teman-temannya lakukan. Bahkan saking menikmatinya, pria ke-lima tidak lagi mempedulikan Kamila yang sudah hampir kehilangan kesadarannya.
"Aaaakhhh.... Ssssshhhh... Ahhhhhh...." lenguhan panjang penuh kenikmatan mengakhiri siksaan Kamila yang kini telah menutup mata tak sadarkan diri. Pria ke-lima perlahan mencabut senjatanya dan menatap dalam wajah Kamila yang kini sangat memprihatikan.
Entah kenapa disudut hatinya terasa nyeri melihat gadis tak berdosa itu menjadi korban kebiadaban mereka.
Lamunan pria ke-lima buyar saat flash kamera dari salah satu HP temannya mengambil foto Kamila.
"Woy! ngapain loe ambil foto dia segala?!" tanya pria ke-lima memarahi temannya yang mengambil foto Kamila. Hatinya merasa sedikit iba dengan kondisi Kamila yang sudah tak berdaya tanpa busana.
"Pake tanya lagi, ini untuk bukti kalau kita sudah selesai melaksanakan perintah dari Bos." tegas pria si pengambil foto.
"Lagian kenapa sih loe, loe kasihan sama dia?" timpal yang lainnya.
"Masih mending gak kita rekam saat kita garap. hahaha..." imbuh yang lainnya lagi.
Ucapan dan tawa dari teman-temannya membuat pria ke-lima tak bisa lagi berkata-kata.
"Buruan cabut!" ucap salah satu dari mereka, yang langsung berlari meninggalkan lokasi lalu diikuti oleh anggota lainnya.
Melihat teman-temannya mulai berlari meninggalkan lokasi, Pria ke-lima tidak langsung berlari meninggalkan lokasi, melainkan berlutut mendekati Kamila.
Pria ke-lima menyalakan senter ponselnya untuk melihat kondisi Kamila, Dia menatap Kamila yang sebagian wajahnya tertutup oleh rambut panjangnya yang sudah kusut, terlihat juga beberapa memar ditubuh Kamila akibat perbuatan dirinya dan teman-temannya.
Entah kenapa ada perasaan iba dan sesal melihat kondisi Kamila. Dan karena perasaan itu, pria ke-lima mengambil kaos kaki yang menyumpal mulut Kamila, bukan itu saja, pria ke-lima juga mengambil jaketnya yang berserak di lantai untuk menyelimuti tubuh polos Kamila.
"A-aku minta maaf..." lirih pria ke-lima, yang entah sadar atau tidak dengan ucapannya. Namun seketika itu juga Ia tersentak saat melihat Kamila bergerak dan mengeluarkan suara lirih meminta tolong.
"To-long...." lirih Kamila dengan suara terbata, sementara dengan tangan lemahnya mencoba meraih bagian tubuh pria ke-lima, Hal itu membuat pria ke-lima panik dan melangkah mundur hingga terjungkal ketanah.
"To... long... a-ku," lirih Kamila lagi.
Bukannya menolong, pria ke-lima yang sudah merasa panik segera bangkit dan berlari meninggalkan Kamila yang kembali tak sadarkan diri.
Bersambung....
Begitu sampai di ujung gang, pria ke-lima melihat teman-temannya yang masih berada disana, dengan nafas terengah, pria ke-lima memperlambat langkahnya dan mendekati mereka yang tengah menikmati hembusan asap ro-kok yang baru saja mereka hi-s4p.
"Ngapain aja loe, lama banget, nambah lagi?" tanya salah satu dari mereka yang kemudian diikuti tawa oleh anggota lainnya.
"Hahaha... tadi sok-sok'an gak mau, ujungnya malah nambah lagi." timpal yang lainnya.
"Tutup mulut kalian!" tegas pria ke-lima dengan nada emosional.
"Apa kalian tau, sekarang gadis itu sudah sadar?" imbuh pria ke-lima. Hal itu membuat salah satu dari mereka, yang lebih tepatnya ketua Genk terkejut dan langsung membuang putung ro-kok yang tengah ia nikmati.
"Apa loe bilang?" tanya ketua Genk sambil menarik T-sirt yang pria ke-lima kenakan.
"Ya, sebelum gue pergi, gadis itu sadar dan meminta tolong,"
Mendengar jawaban pria ke-lima, Ketua Genk semakin marah hingga kedua rahangnya mengeras sempurna, seakan ingin menghajar pria ke-lima. Namun belum sempat Ketua Genk menghajarnya, Dia dikagetkan oleh dering telponnya.
Ketua Genk melepaskan cengkraman tangannya seraya mendorong tubuh pria ke-lima menjauh dari hadapannya lalu mengambil ponsel di dalam sakunya.
"Bos..." lirih Ketua Genk, membaca nama Bos dilayar ponselnya.
"E-hallo Bos...." dengan sedikit terbata, Ketua Genk mengangkat panggilan telepon.
"Bagaimana pekerjaan kalian?" tanya seorang pria yang dipanggil Bos dari ujung telpon.
"E-beres Bos, sesuai perintah." saut Ketua Genk sambil melirik teman-temannya. Dalam hatinya sedikit timbul keraguan karena ucapan pria ke-lima yang mengatakan Kamila sudah sadarkan diri.
"Segera kirim buktinya, jika terbukti kalian sudah melakukan pekerjaan kalian dengan baik, saya akan berikan sisa pembayarannya."
"Siap Boss..." saut ketua Genk, mengakhiri panggilan telepon lalu mengirim foto Kamila yang sudah disiapkan sebagai bukti pekerjaan mereka telah selesai.
Setelah itu, Ketua Genk meminta anggota lainnya untuk segera pulang ke rumah masing-masing karena khawatir Kamila benar-benar sadar dan mendapat pertolongan dari seseorang.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Pagi harinya.
Perlahan-lahan Kamila mulai membuka mata, pandangannya kabur karena pelipis matanya yang membengkak akibat siksaan orang-orang biadab yang tanpa berkeperimanusiaan itu.
Seluruh badan yang juga terasa sakit dan sulit di gerakan membuat Kamila hanya bisa meneteskan air mata mengingat kejadian naas yang menimpanya.
"Kenapa ini terjadi kepada ku? hiks... hiks..." tangis Kamila dalam hati. Wajahnya masih dibiarkan menempel di lantai yang penuh debu, kini debu itu telah bercampur dengan darah dan air mata yang mulai mengering. Sementara Badan yang penuh luka tertutup jaket yang hanya sedikit menutupi tubuhnya, membuat Kamila tak ingin bangkit dari keadaannya saat ini. Andai Kamila bisa memilih, Ia lebih memilih orang-orang itu sekalian mencabut nyawanya daripada harus merasakan penderitaan yang akan dialaminya setelah peristiwa memilukan ini. Tapi sayangnya orang-orang itu hanya mengambil kesucian dan menyiksanya dengan brutal lalu meninggalkan nya tanpa belas kasihan.
Sesaat kemudian, dari luar terdengar suara beberapa orang melewati rumah kosong itu, seakan menjadi secercah harapan untuk Kamila. Kamila yang sebelumnya merasa sudah putus asa, perlahan mengangkat sedikit demi sedikit kepalanya untuk meminta pertolongan mereka, tapi sayang suaranya tertahan ditenggorokan serta tubuhnya yang tak berdaya membuat Kamila kembali menjatuhkan kepalanya ke tanah dan menutup mata tak sadarkan diri.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Di sisi lain, Ningsih ibu Kamila mulai merasa cemas karena sejak malam putrinya tidak pulang. Tidak seperti biasanya Kamila yang selalu memberitahu ibunya jika ingin lembur maupun pulang terlambat, tapi kali ini Kamila sama sekali tidak memberi kabar apapun kepada ibu maupun kakaknya. Hal itu membuat Ningsih yang hanya seorang petani biasa dan buta teknologi hanya bisa mencoba menghubungi melalui panggilan telpon biasa. Akan tetapi sejak semalam, Kamila tidak mengangkat ponselnya sehingga semalaman Ningsih tidak dapat tidur memikirkan apa yang sebenarnya terjadi pada Kamila.
"Bayu... aku akan kembali mencoba menghubungi Bayu, barangkali sekarang Bayu mengangkat telpon ku." ujar Ningsih yang dari semalam berusaha menghubungi Bayu untuk mempertanyakan perihal keberadaan putrinya. Tapi sayangnya sejak semalam juga Bayu tidak bisa dihubungi sehingga Ningsih tidak tahu harus bertanya pada siapa lagi.
"Tuttt... Tuuutttt..." berkali-kali Ningsih kembali mencoba menelpon Bayu, tapi Bayu masih belum juga mengangkat panggilan telepon darinya. padahal selama ini Ningsih mempercayai Bayu untuk menjalin hubungan dengan putrinya karena melihat sikapnya yang santun dan selalu mengantar Kamila pulang tepat waktu.
"Ada apa Bu?" tanya Kalila kakak Kamila.
"Kalila, sampai sekarang, adikmu belum juga pulang, ibu khawatir terjadi sesuatu pada adikmu."
"Sebentar aku coba telpon lagi teman pabriknya, siapa tau kali ini mereka sudah dapat kabar dari Kamila." saut Kalila yang juga dari semalam sudah mencoba menghubungi beberapa teman Kamila yang ia kenal.
Ningsih menganggukkan ucapan Kalila untuk menelpon teman-teman Kamila di pabrik, tapi sayangnya beberapa teman Kamila yang dihubungi, lagi-lagi tak ada satupun yang mengetahui kemana perginya Kamila, mereka hanya tau saat malam itu Kamila keluar dari pabrik setelah menyelesaikan jam lemburnya seperti biasanya.
"Lalu bagaimana ini Kalila, ibu tidak bisa diam saja, apa kita lapor polisi saja?"
"Apa sebaiknya kita lapor Pak RT dulu aja Bu, biar disiarkan ke Warga supaya turut mencari Kamila, Nanti kalau gak ketemu juga, baru kita lapor Polisi."
Mendengar saran anak pertamanya, Ningsih mengangguk setuju dan bergegas membuat laporan pada ketua RT setempat.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Menjelang sore, Seorang pria paruh baya yang tengah mencari rerumputan di sekitar area rumah kosong sayup-sayup mendengar rintihan seorang wanita dari dalam, hal itupun membuat pria paruh baya itu merinding takut karena mengira suara berasal dari mahluk halus penunggu rumah kosong itu. Semakin lama suara itu semakin sering sehingga membuat pria paruh baya itu, segera memasukkan rumput yang sudah ia kumpulkan kedalam karung lalu bergegas lari meninggalkan lokasi.
Tapi baru separuh jalan, nalurinya seakan memanggilnya kembali untuk melihat dan memastikan suara siapakah yang ada didalam rumah kosong itu.
Dengan mengumpulkan keberanian sambil membawa sabit yang sebelumnya ia gunakan untuk memotong rumput, Pria paruh baya itu kembali ke rumah kosong. Baru saja ia membuka pintu, pria paruh baya itu kembali tersentak saat pintunya menimbulkan suara. Rasa takut yang kembali menyelimuti hatinya membuat pria paruh baya itu kembali ragu untuk masuk, tapi setelah kembali mendengar suara rintihan itu berubah menjadi tangisan pria paruh baya itu kembali melangkahkan kakinya masuk kedalam.
Semakin lama tangisan itu terdengar semakin nyata seiring langkahnya yang memasuki rumah kosong itu. Dan alangkah terkejutnya Pria itu saat melihat ada seseorang didalamnya dengan keadaan yang sangat memprihatikan.
"Astaghfirullah.... Nduk..." ucap Pria paruh baya itu mendekati Kamila yang masih meringkuk dengan tangisan lemahnya.
Melihat kondisi tubuh Kamila yang penuh luka dan hanya ditutupi jaket berwarna denim, pria paruh baya itu merasa bingung bagaimana ia harus menolongnya.
"Tunggu sebentar ya Nduk... nanti Bapak kembali lagi," ucap pria paruh baya itu yang kemudian memutuskan untuk keluar mencari pertolongan.
"Toloooong.... Toloooong...." cukup lama pria paruh baya itu berjalan kaki hingga menemukan rumah warga.
"Ada apa Pak?" tanya salah seorang pemuda yang melihat teriakan pria paruh baya itu.
"Tolong... ada seseorang di rumah kosong ujung jalan itu."
"Maksud Bapak?"
"Maksudnya di rumah kosong ujung jalan itu ada seorang wanita yang keadaannya sangat memperhatikan, mungkin ada orang jahat yang habis memm... sudah lihat sendiri saja kesana." Pria paruh baya itu tak sampai hati mengucapkan apa yang terbersit dalam pikirannya.
Mendengar penjelasan pria paruh baya itu, sang pemuda memanggil orang-orang disekitarnya yang terdiri dari remaja, bapak-bapak dan ibu-ibu untuk ikut melihat keadaan Kamila di rumah kosong yang pria paruh baya bicarakan. Memang rumah kosong itu cukup jauh dari pemukiman warga sehingga tak ada siapapun yang mendengar jeritan minta tolong Kamila saat kejadian.
"Astaghfirullah!" ucap salah seorang pemuda begitu melihat kondisi Kamila.
Bersambung...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!