NovelToon NovelToon

The Eternal Witch

Part 1

Namaku Erika teman temanku biasanya memanggilku dengan sebutan Eri atau Rika, umurku saat ini 16 tahun dan aku barusaja masuk sekolah pertengahan pertama yang saat ini gedungnya menjulang tinggi menyentuh langit. Itu bukan hanya sebuah kata hiperbola, kata menyentuh langit itu benar adanya. Gedung itu benar benar menyentuh langit bahkan menembusnya.

Akademi sihir Gilforda merupakan sekolah sihir yang konon katanya merupakan salah satu peninggalan Negri Atlantis yang sengaja disembunyikan, hanya orang terpilihlah yang bisa melihat dan belajar disana, dan salah satu orang terpilih itu adalah aku, seorang gadis dengan rambut merah Cherry yang beruntung bisa masuk dan menjadi salah satu murid di akademi ini.

Aku berdiri dengan meremas jubah biru putih di depan sebuah menara dengan kincir besar di sebrang jembatan, menara itu menyentuh langit membuat jantungku berdebar karena rasa bahagia.

Brukk...

aku hampir tersungkur mencium jalanam berpafing saat seorang laki-laki berkacamata bulat menabrak ku.

"M-maaf aku...tidak sengaja maaf kan aku" rambut pirang itu meminta maaf dengan memegangi bahunya.

"Tidak masalah" ucapku membenarkan kacamataku yang juga hampir terlempar kedepan.

Aku memperhatikan si rambut pirang itu dari atas ke bawah, sepertinya dia juga siswa baru di akademi ini, aku berfikir untuk mengajaknya berkenalan sebelum...

"N-namaku Etor aku siswa baru...a-apakah kau juga siswa baru?" Dia mendahului pertanyaan ku.

"Ya aku juga siswi baru namaku Erika kau bisa memanggilku Eri atau Rika" aku menanggapinya dengan senyuman.

"S-senang bertemu dengan mu" pipinya memerah.

Pertemuan itu membawa kami menjadi teman dan berakhirlah kita masuk kedalam menara bersama. Setelah berbicara dan sedikit mengenalnya aku tau jika Etor merupakan seorang yang sangat pintar, dia tahu tentang obat obatan yang biasa digunakan dalam sihir.

Ah aku lupa memberitahu kalian bahwa di dalam akademi Gilforda terdapat 4 kelas yang berfokus mempelajari tentang sihir baik itu tentang cara penggunaan maupun sejarahnya, aku ditakdirkan masuk kedalam kelas Potion dimana seperti namanya akan mempelajari tentang banyak ramuan atau racikan yang berkaitan dengan Sihir.

Selain itu ada kelas Siren, aku tidak mengetahuinya secara pasti, tapi katanya kelas itu lebih seperti kelas menyanyi, didalamnya banyak siswa maupun siswi yang memiliki bakat sihir dari suara mereka, ah jangan lupakan jika wajah mereka juga sangat sempurna, aku mengetahuinya dari buku Akademi Gilforda dari Eyangku.

Selanjutnya ada kelas Witcher, kelas manusia biasa yang menjadi penyihir dengan sebuah alat. siswa pada kelas ini terlahir istimewa namun tidak dilahirkan dengan kekuatan alami pada diri mereka, siswa pada kelas ini di wajibkan membuat sebuah alat sihir yang bisa melindungi, bertahan maupun menyerang, anggap saja seperti tongkat sihir, sapu terbang dan lain sebagainya.

Dan yang terakhir merupakan kelas Sorcerer atau sering disebut kelas Pure blood, dimana kelas itu merupakan kelas yang sangat terkenal karena menghasilkan banyak penyihir hebat, mereka bisa mengendalikan kekuatan sihir menggunakan alat maupun tanpa alat, kelas ini di di dominasi oleh para bangsawan di dunia sihir. Yang masuk dalam kelas ini dipastikan terlahir dari keturunan murni pengguna sihir tanpa campuran manusia biasa, hal ini sangat berbeda dengan kelas Witcher, dan perbedaan ini membuat kedua kelas itu terus bermusuhan.

"H-hey Erika...menurutmu apa yang akan kita lakukan hari ini?" Etor bertanya dengan nada ragu.

"Em..aku tidak tau" jawabku sesudah berfikir

"Tapi karena kita baru mungkin kita akan berkenalan dengan satu sama lain dulu" lanjut ku dengan tersenyum.

Saat ini kami sudah berada di kelas dan duduk di kursi yang sudah di sediakan,aku melihat keadaan kelas cukup gaduh sebelum seorang wanita tua dengan jubah berlambang Akademi Gilforda memasuki ruangan dan langsung menutup satu per satu jendela kelas dengan tongkat sihirnya.

Wanita tua itu berdiri di depan melihat sekitar untuk memperhatikan muridnya.

"Potion" ucap wanita itu di tengah keheningan.

"Kelas ini harus selalu tertutup dan di rahasiakan" lanjutnya mengarahkan telapak tangan di sebuah meja, membuat meja itu memunculkan sebuah kuali dengan sesuatu mendidih di dalamnya.

Aku memperhatikan dengan penuh semangat, jantungku berdetak dengan kencang saat aroma akar pohon langka dan kulit babi hutan menjadi satu di kuali yang mendidih di tengah kelas, hidungku yang sensitif sangat menikmati aromanya yang menyebar.

"Ini adalah salah satu ramuan yang digunakan untuk ketahanan tubuh para penyihir, ramuan ini bisa menyembuhkan luka ringan dengan sangat cepat"

"Tugas kalian adalah mencari tau dan mencoba membuat ramuan baru yang serupa"

"Aku akan menjadi pengawas kalian di kelas ini, kalian bisa memanggilku Nyonya Seti, aku harap kalian bisa menghasilkan banyak ramuan ataupun obat yang bermanfaat"

kelas berjalan sampai 3 jam, saat ini aku dan Etor sedang duduk di kantin untuk makan. Kantin Akademi Gilforda sangat ramai, semua siswa dari kelas yang lain bersatu untuk makan siang.

"Erika, apakah kau mau mengerjakan tugas bersamaku setelah ini?" Etor bertanya setelah menutup buku tebal yang dia bawa.

"Itu ide yang bagus, tapi bagaimana jika kita memulainya besok? Aku hari ini ingin pergi ke kota untuk mencari beberapa barang" aku memberikan saran.

"Baiklah, aku akan berada di perpustakaan besok, jadi kesana saja setelah senggang" Etor tersenyum cerah.

Aku merasa keadaan yang semula ramai menjadi tegang, aku melihat semua orang menatap kearah pintu masuk kantin, jiwa penasaranku menuntun mataku menatap kearah pandangan mereka.

Aku melihat segerombolan orang memasuki area kantin dengan jubah ungu tua dan hitam dengan pin Akademi Gilforda di dada sebelah kiri dan pin sayap dan perisai di sebelah kanan, mereka menjadi pusat perhatian.

Itu mereka....kelas terbaik yang selalu menjadi terbaik dalam sejarah Akademi Gilforda, Kelas Pure blood yaitu Kelas Sorcerer menunjukan dominasi mereka.

Part 2

Brakk..

"Dasar sombong, kau kira aku tidak bisa mengalahkan mu huh?" siswa laki-laki itu melempar nampan makanannya kearah rombongan siswa yang baru datang.

rombongan itu hanya tertawa melihat bocah itu emosi, nampan yang semulanya terlempar kini melayang didepan sang bocah.

"tidak usah membuang tenaga, simpan saja tenagamu untuk membuat peralatan peralatan tidak berguna itu" siswa lain dari rombongan sepertinya berhasil menyulut emosi sang bocah.

"Mudblood" oceh mereka kemudian tertawa terbahak bahak

Nampan yang melayang itu kembali ke tangan sang bocah, membuat bocah itu semakin naik pitam.

kekacauan ini terjadi setelah rombongan Kelas Sorcerer memasuki kantin, rombongan yang dikenal sebagai darah Pure boold itu mengambil kursi yang sudah di duduki oleh kelas Witcher membuat sang pemilik kursi naik pitam dan membuat keributan, selain itu mereka juga menambah kata kata ejekan pada kelas Witcher seperti mudblood dan cacat, dan terjadilah keributan yang kini menjadi pusat perhatian seisi kantin.

aku yang duduk di pojok kantin dengan Etor hanya bisa memperhatikan kekacauan itu, karena tentunya kelas yang sering disebut kutu buku seperti kami tidak bisa melakukan apapun untuk membantu. Tidak ada yang berani ikut campur dalam kekacauan antara kelas Sorcerer dan kelas Witcher selain...

ha~ho-o~...haA aaa~~

Crang

saat salah satu siswa kelas Sorcerer yang ingin minum di gelasnya terhuyung ke belakang karena gelasnya yang pecah dan hancur.

"oh fish!" siswa itu mengumpat karena tau siapa yang berani menentang mereka.

Siren, satu satunya kelas yang kekuasaannya hampir setara dengan kelas Sorcerer, kelas yang misterius karena asrama dan tempat kelas mereka yang berbeda dengan kelas yang lainnya.

"oh maaf aku hanya berlatih bernyanyi" ucap seorang gadis dengan mata biru laut.

Gadis itu berparas cantik dengan rambut panjang bergelombang, entah kenapa tapi kecantikannya bagaikan lautan yang tenang namun menghanyutkan.

Gadis itu mendekat kearah siswa laki-laki yang paling menonjol di kelas Sorcerer.

"apakah anda terpana tuan muda?" ucap gadis saat mendekat.

"kukira kantin Akademi yang kurang bersih karena berbau amis, ternyata ada gerombolan ikan yang masuk kemari" balas siswa laki-laki itu dengan berani.

keadaan menjadi kembali gaduh karena kedatangan kelas Siren yang menginterupsi kekacauan sebelumnya.

"berhati hatilah aku takut kalian akan dimakan kucing akademi jika sering naik ke daratan" ejeknya membuat teman temannya tertawa.

Siswi Siren itu memutar bola matanya, sedikit rasa kesal timbul di dalam dirinya.

"kami hanya bernyanyi, dan kami bukan ikan, dasar kau Dukun" balas siswi itu mencemooh.

"amis sekali" ucap siswa laki-laki itu menutup hidungnya dan mengibas-ngibaskan telapak tangannya di depan wajah, seolah olah mengusir bau busuk.

"kau-" ucapan siswi Siren itu terpotong saat rombongan profesor memasuki aula kantin

Semua siswa dan siswi mengambil tempat masing masing untuk duduk dan makan siang.

"apa menurutmu para profesor akan memarahi mereka yang membuat kekacauan?" tanyaku berbisik kepada Etor.

"entahlah, tapi para penyihir itu sudah merapikan kembali kekacauan yang mereka buat, jadi kemungkinan tidak" jawabnya

Para profesor mengambil tempat untuk duduk di kursi mereka, kepala sekolah berpidato sebentar kepada para muridnya, setelah mengucapkan beberapa kata dia mengangkat gelas membuat makanan tersaji di meja kami secara ajaib.

"makanlah, dan nikmati hari pertama kalian di Akademi Gilforda" ucap Kepala sekolah mengakhiri pidatonya.

Kami dengan gembira memakan makanan yang disajikan dengan sesekali berbincang satu sama lain.

aku mengedarkan pandanganku kearah murid lain, mereka sangat gembira seolah olah lupa kejadian sebelumnya. Sampai mataku tak sengaja bertemu dengan mata hijau yang memandangku dengan pandangan...aneh?

Dia laki-laki yang membuat kekacauan tadi, laki-laki dari kelas Sorcerer. Aku mengalihkan pandanganku dan melihat kearah Etor.

"hey...apakah kau kenal dengan laki-laki yang membuat keributan tadi?" tanyaku

"dari kelas mana?" tanya Etor sembari membenarkan kacamata tebalnya.

"kelas Sorcerer" aku menjawabnya dengan sedikit berbisik, takut jika tiba-tiba dikira mencari gara gara dengan mereka.

"kau tidak mengenalnya?" Etor bertanya dengan nada tidak percaya, mulutnya penuh dengan makanan membuat dia seperti tupai

Aku mengagguk untuk menjawab pertanyaan Etor, hal itu membuat mata Etor terbelalak dan hampir memutahkan makanan di dalam mulutnya

"semua orang mengenalnya, dia keturunan asli dari penyihir legendaris yang menyelamatkan Akademi ini saat perang 20 tahun yang lalu" ucapnya setelah susah payah menelan makanan di mulutnya.

"memangnya siapa dia?" tanyaku benar benar tidak tahu siapa dia.

"Alzer anak dari penyihir legendaris yang namanya tercatat di buku sejarah Akademi Gilforda" jawabnya dengan sungguh sungguh

mendengar itu membuatku melihat kearah laki-laki yang kami bicarakan, laki-laki itu sedang tertawa dengan temannya sebelum matanya kembali bertemu dengan mataku.

Pandangan itu sedikit membuatku dihantui rasa tidak nyaman, entah itu takut ataupun risih, aku berharap aku bisa terbebas dari ancaman apapun yang anak itu berikan apabila aku bertemu dengannya.

Part 3

Sore ini hujan gerimis turun membasahi bumi, aku berjalan melewati genangan air untuk pergi ke pasar sihir, dengan tas kuno yang berisi buku dan alat sekolah lain aku menaruhnya di atas kepala berharap agar tas itu bisa menampung air hujan.

aku sedikit berlari saat aku sudah melihat toko kecil dengan lentera batu sihir menempel di dinding depan pintu, aku mengibaskan jubahku agar tidak ada air yang menempel. Perlahan aku membuka pintu saat suara lonceng memenuhi indra pendengaranku.

"selamat datang, apa yang anda cari?" seorang kakek tua menyambut kedatanganku, aku melihat sekitar kearah tumpukan buku yang mencapai langit-langit, disana terdapat kemoceng dari bulu unggas tengah melayang layang membersihkan rak buku dengan ajaibnya.

"apakah disini menjual buku Tirtia?" aku bertanya saat sudah sampai di depan kasir.

Kakek tua itu menatapku dengan kacamatanya, melihatku dari atas sampai bawah, mungkin karena penampilanku yang basah karena air hujan, jadi dia menatapku seperti itu.

"hoho...kau mendatangi toko yang tepat nak" kakek tua itu berjalan naik ke sebuah karpet bulat yang kemudian melayang keatas kearah rak paling atas.

Aku menatapnya dengan kagum, sambil membenarkan kacamataku aku menunggu kakek itu mencari bukunya dengan melihat lihat ke arah rak buku yang lain.

"apakah kau siswi baru di Akademi Gilforda nak?" Kakek itu bertanya sambil turun dengan karpet ajaibnya

"ya anda benar" jawabku

Kakek itu menyerahkan buku yang aku cari, buku Tirtia, yaitu buku yang berisi tentang pengetahuan obat maupun ramuan sihir yang paling lengkap di dunia sihir.

aku membawa buku tebal itu kearah sebuah meja terdekat, mengelusnya dan membukanya, bau kayu yang harum melewati hidungku yang sensitif aku membuka lembar per lembar dan menutupnya kembali.

"saya akan mengambilnya, berapa harganya tuan?" tanyaku pada pemilik toko

"ho...buku itu hanya tinggal beberapa di toko kami, jadi kami menjualnya dengan sedikit mahal, apa kau tidak keberatan dengan itu?" Kakek tua itu menatapku

"ya tentu katakan saja harganya" putusku

"3 koin sihir dan 2 koin emas"

Aku mengeluarkan kantong dan mengeluarkan alat tukar yang disebutkan oleh sang kakek, setelah membayar aku memasukan buku itu kedalam tasku, membuat tasku yang semula berat menjadi tambah berat.

kakiku berjalan keluar toko buku kecil itu, aku melihat hujannya sudah reda, namun dijalan masih ada beberapa genangan air sisa air hujan. Aku berjalan santai, melewati toko-toko sihir yang berjejer rapi di sepanjang jalan, mataku melihat sekitar saat aku mencapai bangunan yang menjual makanan, hidungku mencium aroma aroma manis dan gurih datang dari arah bangunan itu sampai sebuah tangan menarikku kedalam gang dan menutup mulutku setelah memojokan ku di dinding.

aku menatap tajam kearah orang yang kini menutup mulutku dengan tangannya.

"diam" ucapnya membuka tudung yang menutupi wajahnya

Mataku terbelalak melihat seorang laki-laki yang siang tadi membuat keributan di Kantin. laki-laki berambut hitam pekat dengan mata hijau menatap mataku.

"kupikir kau akan pergi ke suatu tempat yang menyenangkan, tapi ternyata kau hanya pergi ke toko buku tua itu" ucapnya sambil melepaskan tangannya dari mulutku

"yah..tidak heran, kau kan kutu buku" lanjutnya membuatku sedikit emosi.

"memang kau siapa sih? kita tuh tidak saling kenal, jadi jangan sok asik menarikku kedalam Gang seperti ini, itu tidak sopan" aku meledak karena kesal.

Alzer menatapku dengan sedikit syok, mungkin karena suaraku yang keras, tapi aku tidak perduli dengan itu, siapa suruh dia menarik ku tiba tiba, sungguh laki-laki tidak sopan, aku terus menggerutu di dalam hati.

dan yup, laki-laki yang tiba-tiba menarikku adalah Alzer siswa kelas Sorcerer yang membuat keributan di Kantin siang tadi.

"wah...kau galak juga ya, lihatlah wajahmu seperti tupai saat marah" ucapnya sambil menunjuk kearah pipiku yang sedang menggembul.

"itu bukan urusanmu, kenapa kau menarikku kesini?" tanyaku langsung pada intinya

"aku? Ah..itu...tidak ada alasan kusus, hanya ingin" jawabnya aneh

"lagipula apa yang kau beli di toko buku tua itu sampai kau rela basah kuyup karena hujan huh?" tanyanya membuatku membenarkan kacamataku bersiap untuk memakinya

"kau bodoh ya?" ucapku mencemooh

"manusia pergi ke toko buku untuk membeli buku, dan kau masih bertanya tentang itu? Ternyata bodoh" ucapku yang sudah kesal dari pertama kali dia menarikku

"wah...manusia setengah sepertimu berani mengatakan aku bodoh?" nadanya terdengar seperti dia sedikit kesal

"apa maksudmu setengah?" tanyaku tidak mengerti dengan ucapannya

"ya kau kan setengah, terlahir dari darah campuran, mungkin saja kau tidak mendapat darah penyihir jadi kau berada di kelas Potion" ucapnya sambil menunjuk seragam kelas Potion

"terserah, yang pasti darah setengah campuran ini lebih pintar daripada dirimu yang masih bertanya tentang fungsi manusia datang ke toko buku" ucapku naik pitam

"sudah kubilang jangan marah marah, wajahmu seperti tupai" jawabnya yang mengalihkan pembicaraan

aku dengan emosi menginjak kakinya dengan sepatuku, kebetulan sekali aku menggunakan sepatu dengan tumit yang keras dan dapat ku pastikan rasanya pasti sakit saat aku menginjaknya, terlihat dari reaksinya yang kesakitan

"ahh...beraninya kau..." dia meringis kesakitan

Aku berjalan melewati nya, aku tidak tau apa tujuannya yang pasti aku tidak mau berteman ataupun berhubungan dengannya, karena dia kelas Sorcerer yang sering membuat masalah.

"hey...setelah ini kau mau kemana?" tiba tiba dia muncul di depanku membuatku terkejut dan hampir melemparkan tasku kearah wajahnya.

"kenapa? Terkejut?" ucapnya melihat reaksiku

"padahal aku belum menunjukan kemampuan sihirku" dia berjalan di sebelahku.

"apasih maumu? Kenapa terus mengikuti ku?" tanyaku sedikit risih

"em...entahlah...sepertinya aku tertarik denganmu..." ucapnya sambil tersenyum padaku

Ku akui senyumnya sangat manis, wajahnya juga tampan, tapi tabiatnya? Jangan dibahas karena itu kebalikan dari wajahnya.

"hey...siapa namamu? Kau pasti sudah mengenalku kan? Jadi katakan saja namamu" ucapnya dengan sombong

Aku mengabaikannya dan terus berjalan kearah asramaku, namun dia terus mengoceh tanpa kenal lelah, sekali kalian dia menunjukan trik kartu atau apapun itu dengan kekuatannya.

Saat sampai di depan asrama dia menaruh kakinya di depanku membuatku terjatuh dan buku-buku ku di dalam tas berserakan di jalan

"aw...kau!!" aku menatapnya tajam

"ah..apa aku belum bilang jika aku benci diabaikan?" ucapnya berdiri di depanku yang sekarang tersungkur ketanah.

aku mengabaikannya dan memunguti peralatanku kedalam tas, aku melihat dia berjongkok ikut memunguti buku-buku ku dan melihat nama yang tertera di buku itu

"Erika Hesly" ucapnya saat membaca namaku

Dengan cepat aku mengambil bukuku dari tangannya dan berjalan dengan cepat memasuki gerbang asrama. Dia menatapku di gerbang asrama dan tiba tiba berteriak

"sampai berjumpa lagi Erika!!!" ucapnya kemudian pergi.

aku dengan kesal menendang pintu kamarku, sambil terus mengumpat karena mengingat kejadian mengesalkan yang terjadi karena anak itu.

"tupai katanya? Dia saja terlihat seperti burung pengintai Akademi Gilforda"gumannya lirih dan menarik selimut untuk tidur.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!