NovelToon NovelToon

Love Line Of

Chapter 1. Senyum

Almira Kanaya, gadis yang memiliki kulit kuning langsat, senyum manis dan sedikit ceroboh itu, kini tengah tertawa ngakak saat melihat begitu banyak komentar absurd yang bermunculan dalam vidio lucu reels instagramnya. tak lama kemudian tawanya berhenti berganti menjadi senyum anggun bak lagi dapat jackpot uang seribu triliun padahal sudah kaya sejak lahir. Saat melihat postingan terbaru akun @Hafiz_Ad yang sedang tersenyum manis dengan caption. akun ini dibajak. ah pria idamannya yang entah kenapa ia suka, mendadak jantung nya berdetak abnormal lagi, setelah menormalkan degupan jantungnya ia memberanikan diri untuk membuka kolom komentar postingan itu, bukan untuk ikut berkomentar namun hanya ingin membaca satu persatu komenannya. giginya berderet tampak rapi saat melihat beberapa akun yang memberi balasan.

@Lia : Manis banget kak☺

@Abyan : Kerjaan Aisyah nih pasti 😄

@Dinda : Pak bos mode coklat leleh aw meleleh 🤣

@Hanan : kabur Fiz, Dinda mode buaya betina🧐

@Aisyah_syifa : Bang Abyan cenayang ih tau aja 😏

@L_Men : Susu penambah massa ototnya kaka.

5.578others lainnya berkomentar.

Almira mendekap ponselnya ah ternyata begini rasanya mengagumi seseorang dalam diam. Pintu kamarnya berderit tak lama muncul Haya yang berjalan mendekat sambil membawa satu bungkus martabak.

"Nih pesanannya tuan putri" Sodor Haya dengan wajah tengilnya lalu ikut duduk tepat di samping Almira membuat gadis itu tertawa pelan.

"thanks abang, abang emang manusia idaman dah" Almira meraih bingkisan itu dengan senang hati. mencium aromanya lalu meletakkannya disudut kasur.

"yee mujinya saat ada maunya doang" ledek Haya, soalnya Almira adalah manusia yang paling sering menistakannya didepan ayah dan mamanya terlebih teman-temannya terkecuali Hafiz yang mungkin belum pernah Almira kenal karena lelaki itu selalu memakai masker jika mereka berkunjung ke rumahnya.

Almira nyegir sambil mengangkat dua jarinya membentuk love yang tepat mengarah kedepan Haya. "yah mau serese apapun aku kan tetap adik abang haha" Almira malah memvalidasi ucapan kakaknya dengan santai.

Haya gemes ia menarik paksa hidung Almira lalu mendengus. "ia abang akui, tapi gimana kuliahnya hari ini? aman?"

Almira mendesis merasakan ngilu yang menjalar disekitar pucuk hidungnya, ia ingin menjerit tapi pasti Haya akan semakin menarik hidungnya dengan kuat.

"yah lumayan aman bang, tapi tugas aku banyak tadi sih kata bella dia mau kesini mungkin sebentar lagi sampai" ia membalas dengan santai sesekali matanya melirik layar ponsel yang ada di sebelahnya.

"oh jadi martabak ini rencananya buat amunisi persiapan kerja tugas?"

Almira mengangguk "iya, biar nggak terlalu berasa lelahnya"

"tapi kamu yakin nggak akan ketiduran?" Haya bertanya dengan mengerutkan alis sedikit heran dengan adiknya. kerja tugas kok makan martabak.

"yakin dong" Almira menjawab penuh percaya diri.

"okelah, nanti kalau minta apa-apa lagi chat aku aja ya, satu lagi ayah sama mama pulangnya nanti sekitar jam sebelas lewat, soalnya tadi abang dikabarin" ujar Haya lagi sebelum berdiri dari posisi duduknya.

"ooh oke, ayah atau ibu nitip pesan gak buat aku?"

Haya berdiri nampak berpikir sejenak, sesekali mengerjai adiknya ini sepertinya seru juga. "nggak ada sih, Ayah hanya nyuruh aku jaga kamu sekalian katanya sita handphone kamu. mana ponsel nya sini in"

Almira melotot, ia kalang kabut buru-buru mengambil ponselnya lalu keluar dari laman instagram nya. menatap penuh rengutan pada Haya. "kok disita sih, Ayah nggak mungkin lah ngomong gitu"

Haya rasanya ingin tertawa melihat wajah lucu adiknya yang sudah full rengutan itu namun ia tahan. "iyalah, kata ayah gitu, jadi sini in ponselnya cepet"

"bang jangan gitulah, nanti kalau Bella nelpon gimana? jangan disita dong please. aku udah gede nih bukan lagi bocil" Almira memohon dengan sangat ia tidak ingin ponselnya disita. reaksi Haya yang menahan senyuman membuatnya curiga.

"ih abang bohong kan" tuduhnya tepat. Haya akhirnya tertawa terbahak senang sekali kalau sudah lihat Almira mengeluarkan mode bocilnya, ia pasti akan sangat kesepian jika adiknya ini menikah lebih dulu.

" itu kan abang bohong, astaghfirullah abang berdosa banget sih"

Haya makin terpingkal mendapat reaksi Almira yang lebih bocil itu sementara Almira sudah melemparinya dengan bantal merasa kesal karena terjebak perangkap Haya.

"katanya nggak bocil lagi" ucap Haya sambil mengelak dari bantal yang terbang ke arahnya.

"kok sekarang merajuk" lanjut Haya lagi sambil meledek.

Almira menghiraukan ia terlalu kesal kenapa juga harus percaya ucapan abangnya, jelas-jelas abangnya inikan suka bohong kalau soal sita persitaan.

...****************...

"Bagaimana perkembangan restoran kamu Hafiz?" Zakir melontarkan pertanyan pada putra sulungnya sambil menyesap kopi buatan istri.

Hafiz yang sedang fokus memberi makan ikan-ikan hias di dalam kolam menoleh menatap ayahnya lembut. "sejauh ini perkembangannya lumayan yah"

Zakir menyunggingkan senyumnya. paras teduh yang masih terlihat gagah itu merasa bangga pada putranya karena di usia Hafiz yang baru dua puluh lima tahun ini sudah mampu mendirikan perusahaan sendiri tanpa ia ikut andil sedikitpun.

"Ayah bisa suntikan dana investasi ke perusahaan mu kalau boleh"

"boleh ayah, tapi nanti saat aku buka cabang baru restonya ya" Hafiz menyambut ide ayahnya itu dengan senang hati.

Dari dalam rumah nampak Aisyah yang berlari sedikit kencang menghampiri keduanya. ibu mereka sampai menginginkan agar Aisyah hati-hati.

"Abaaang" panggil Aisyah namun ia tidak langsung mendekat ke arah Hafiz melainkan pada ayahnya.

"nih"

Aisya memulangkan kembali ponsel milik abangnya itu. ia kesal karena Abyan dengan mudah menebak bahwa dialah yang membajak akun milik Hafiz.

Hafiz meraih ponselnya memeriksa beberapa notifikasi dan kemudian senyumannya terbit. "bisa-bisanya kamu post foto abang yang ini syah" protes pemuda itu.

"habisnya di feed abang tuh semua muka tampak samping, satu doang yang madep kamera itupun juga karena aku yang post, punya wajah tampan gitu dipamerin lah" Aisyah menjawab dengan santai sambil merangkul lengan ayahnya dengan manja.

Sementara itu Hafiz dan Zakir kompak menggelengkan kepala merasa heran dengan tingkah laku Aisyah yang sudah sangat tidak bisa diprediksi.

"Ayah nggak usah ikut-ikutan reaksinya, bang Hafiz itu harusnya bangga ayah, karena dia mewarisi kharisma, wajah tampan dari ayah tapi apa di sia-sia in" lanjut Aisyah lagi yang kali ini membuat Zakir terbahak.

"yee, abang nggak mau buat perempuan zina mata Aisyah, lagian abang juga udah sangat kewalahan dengan banyaknya orang yang selalu ngejar-ngejar abang di kantor" jelas Hafiz mendekat ke arah adik dan Ayahnya.

"ooh berarti alasan pastinya abang pakai masker dan topi tiap kali Haya dan Almira berkunjung kemari itu, biar Almira nggak tertarik ya?" Fisya mama dari Hafiz dan Aisyah yang baru saja datang membawa kudapan berupa pisang goreng ikut menggoda Hafiz.

"sepertinya ma, atau jangan-jangan bang Hafiz blushing karena ketemu kak Almira yang cantik masya Allah itu" Aisyah menimpali dengan semangat seraya menatap Hafiz jail.

Meja taman yang tersedia empat kursi, kini penuh dengan empat orang yang memiliki berbagai macam reaksi beragam. Hafiz menghiraukan ia sibuk mengalihkan ke salting nya dengan mencomot pisang goreng sementara Fisya dan Zakir menatap anak mereka dengan kekehan pelan lain lagi dengan Aisyah yang sudah terkikik karena melihat reaksi Hafiz.

"Diam berarti ia" tambah Aisyah lagi.

Hafiz melotot menatap adiknya itu namun Aisyah seolah mendapat jawabannya.

"cie salting nie, uhuy enaknya aku jadi ember bocor ke kak Almira apa enggak ya" Aisyah semakin menggoda abangnya.

"Aisyah"

panggilan dari Hafiz malah membuat Aisyah semakin tertawa sambil terbahak-bahak. aduh lucu sekali CEO muda ini.

Chapter 2. Dia

"Bang Haya, liat bros pita aku nggak?" Almira berkata sedikit berteriak karena berburu dengan waktu, hari ini ia ada janji untuk bertemu dengan Bella di Mall mumpung hari libur dan dosen mereka pengertian tidak menambahkan jam atau korupsi waktu libur mahasiswa.

"nggak tahu" Haya membalas dengan nada yang tak kalah kuat.

"kan kemarin bang Haya yang pinjam katanya buat congkel duri di kaki gimana sih"

"kemarin abang udah balikin ya Al"

Syifa yang menaiki anak tangga untuk menghampiri dua anaknya itu berdecak mendengar keributan sepagi ini, mentang-mentang kamar bersebelahan mereka jadi malas ngobrol tatap muka lebih memilih untuk saling berteriak.

"Bang Hayaaa bantu cariin lah tanggung jawab ih" Almira menimpali lagi dengan sedikit sensi. Sampai-sampai ia tidak sadar jika pintu kamarnya telah dibuka oleh ibunya.

"Astaghfirullah Almira, anak gadis mama kenapa teriak-teriak sih nak" ucap Syifa sembari menyimpan gelas yang berisi susu ke atas meja.

Almira menada sambil nyengir melihat ibunya sudah berdiri tepat disampingnya.

"Bang Haya ma, masa dia nggak mau tanggung jawab sih habis minjam bros aku kemarin" jelasnya lalu menatap kaca lagi sambil memperbaiki hijabnya.

"pakai bros yang lain ajalah Al, kenapa harus nyusahin diri sendiri sih"

Almira menggeleng, ia tahu bros dimejanya ini banyak tapi bros pita itu couplean sama Bella dan mereka sudah janji untuk memakai itu hari ini.

"nggak bisa mama, bros itu kembaran sama Bella aku udah janji buat pakai itu hari ini, ih bang Haya ngeselin deh" Almira menimpali dengan sedikit rasa kesal untuk abangnya.

Hmm Syifa tidak habis pikir dengan kelakuan anaknya ini, tampilan sudah cantik, wangi dan rapi tapi tetap saja bertahan duduk didepan cermin sambil mencari-cari bros pitanya.

"terserah kamu saja Al, sekarang minum susunya, mama mau kekamar abangmu" pungkas ibu dua anak itu, ia tidak mau ambil pusing dengan ke repotan anak gadisnya.

"jangan lupa habis minum gelasnya balikin lagi biar bibi yang nyuci" ingat Syifa sebelum berpindah ke kamar Haya.

berbeda dengan Almira yang sudah rapi Haya malah tampak santai duduk dikursi sambil membaca seputar informasi pagi yang ada dalam tab miliknya. ibunya menepuk jidat melihat ke santaian anak lelakinya ini, bagaimana mungkin Haya tidak terlalu perduli dengan ocehan adiknya padahal dia punya waktu senggang.

"Ya Allah Haya, bisa-bisanya kamu sesantai ini, adik kamu udah repot nyari brosnya nak" tegur Syifa.

Haya nyengir melihat ibunya yang masuk dengan ocehan itu.

"hehe habis mau gimana lagi, aku udah balikin ma kemarin" Haya menimpali dengan cengir ganteng. namun tak lama kemudian telinga kirinya ditarik.

"terus bros yang tancep di gabus one piece kamu ini apa ha?" Syifa menjewer telinga anak lelakinya itu sambil mencomot bros pita milik Almira yang nangkring diatas busa pajangan untuk hiasan one piece Haya.

"aw, aw, mama ampuun" Haya meringis memegang telinga meminta ampuun.

"ampuun ma, tapi beneran aku nggak liat tadi" ia berusaha menjelaskan berharap mamanya akan segera melepaskan jewerannya.

Syifa menyudahi aksi menjewernya, menatap sanksi anaknya. "kebiasaan, kamu suka sekali buat adik kamu itu marah ya"

"heheh habisnya masih pagi ma, Al udah mau jalan aja kan mallnya buka jam sembilan"

"ya sudah kamu mandi lalu antar adik kamu"

"iya ma" Haya segera berdiri berjalan cepat kedalan kamar mandi. sedangkan Syifa berjalan keluar, kembali ke kamar Almira. namun anak gadisnya itu sudah turun di ruang tamu. Syifa bergegas ke lantai bawah.

Almira sudah siap, kali ini ia mengenakan baju gamis coklat dipadukan dengan hijab pashmina warna broken white, tas jinjing warna senada dan sepatu kets putih. sisa bros pita coklat yang disematkan dibagian dada akan mempermanis tampilannya.

"Masya Allah anak gadis mama selalu cantik memang kalau sudah siap" Puji Syifa setelah turun dari lantai dua melihat anak gadisnya berdiri didepan cermin besar ruang tamu.

Almira berpose centil menyambut dengan senang hati pujian mamanya. "hihi gimana ma? preety?

"soo preety little baby" balas Syifa sambil merangkul putrinya.

"yaya, you cant aks flowers" Almira malah menyambung pujian ibunya dengan nada lalu keduanya tertawa.

"bisa juga ya nyambung ke situ" ucap Syifa seraya memasang bros pita coklat itu ke Al.

"bisa dong" mata Almira berbinar mendapati mamanya memasang bros yang bikin ia repot sedari tadi. "ahh so sweet makasi mama"

"sama-sama sayang" setelah selesai memasang bros pita itu Syifa mundur dua langkah melihat secara keseluruhan tampilan anaknya.

"nah sempurna, duh anak gadis ini kalau nikah pasti cantik banget" pujinya lagi.

"uuuh" Almira bergerak maju memeluk mamahnya merasa terharu. "nanti ya ma bahas nikahnya, calon Al belum ada soalnya hahah kalau gitu Al pamit. sini tanganya"

Almira menjabat tangan Syifa lalu menciumnya lembut. "Assalamu'alaikum, eh abang kok belum turun sih ma kan kata nya dia mau nganter aku, aku malas nyetir sendiri"

"Hayaaa"

"iyaa maa" Haya menyelesaikan sisiran rambutnya mengambil kunci mobil dan bergegas turun.

...****************...

"jadwal meeting hari ini klien minta pertemuan nya di caffe milk and cake bakery bos" jelas Abyan sambil membacakan jadwal lainnya.

Hafiz mengangguk mengerti "tiga pulu menit sebelum klien datang kita sudah disana" balasnya masih dengan menatap luar jendela menelisik segelintir orang yang sedang lalu lalang.

Mata Abyan membulat, ia memastikan kembali telinganya dengan meniup sedikit udara yang dikepalkan di tangan dan membuang ke telinganya. lalu lelaki itu mencubit tangannya lagi. wah hebat suatu kebahagiaan Hafiz menjawabnya dengan panjang lebar kali ini.

"tiga puluh menit sebelum rapat dimulai ya?" tanya Abyan memastikan.

"hmm" gumam Hafiz.

Ck. lihatlah baru saja Abyan bersuka cita dalam hati sifat dingin bos sekaligus sahabatnya ini kembali lagi.

"Haf, Haya jadi gabung?" Abyan masa bodo lah menanyakan Haya mungkin lebih seru dibandingkan mati berbusa sendirian disini.

"iya"

Abyan mengangguk pria berambut sedikit ikal itu juga kini mulai menelisik pinggir jalan. ia heran kenapa Hafiz suka sekali melihat ke keramaian tapi jiwa pemuda itu sama sekali tidak ramai.

Lima belas menit kemudian Haya menampakkan diri juga. "oi bro sorry agak telat habis nge drop adik tadi ke Mall." jelas Pria berhidung mancung tersebut.

"Mall apa?" tanya Hafiz.

Abyan mengernyitkan dahi, kepo sekali bos mereka ini.

"Plazaa" jelas Haya sambil memanggil waiters untuk memesan minum.

"oh, kita juga akan ke sana nanti" timpal Abyan.

"kesana sekarang" putus Hafiz yang langsung bangkit berjalan keluar dari restoran nya.

Dua laki-laki yang baru saja akan memulai obrolan itu terkejut "bos ini kalau kita kesana adanya kita menunggu lebih tiga puluh menit" jelas Abyan keberatan.

"iya Fiz, saya juga baru tiba beluman minum" Haya ikut menimpali.

"minum disana saja saya traktir" balas Hafiz dari kejauhan.

Abyan dan Haya menghela nafas terpaksa mereka berdua bangkit mengikuti Hafiz yang sudah sangat tidak sabaran itu.

Almira dan Bella kebingungan memilih baju apa yang seharusnya mereka beli, melihat semuanya terlalu bagus dan cantik-cantik.

"kita ke tokoh sepatu aja deh bel" ajak Al yang sudah terlihat putus asa dalam memilih gamis.

"ya sudah ayok" bela menyetujui.

Keduanya berjalan ke tokoh sepatu. saat masuk mata Almira tertuju pada sepatu kets trendy sementara Bela lebih tertarik pada sepatu hak.

"kita mencar ya, nanti ketemu disini lagi" jelas Al yang di angguki sahabatnya itu.

mereka berpencar. dua perempuan dengan kesukaan yang berbeda kalau sudah mengenai sepatu lain lagi dengan baju atau aksesoris lainnya. mereka bisa saja beli couple tapi untuk sepatu tidak akan pernah.

Disisi lain, Hafiz, Abyan dan Haya sudah memasuki resto milk and cake bakery dua dari tiga orang tersebut sudah memesan minuman. jika Haya dan Abyan duduk anteng lain lagi dengan Hafiz yang celingak celinguk melihat ke sekeliling mall.

"udahlah kliennya kan bakal tiba pukul sebelas nanti" ujar Abyan yang merasa terlalu aneh dengan tingkah laku bosnya itu.

Sementara Haya santai ia adalah tipe orang yang malas ikut campur urusan orang lain. ia malah asik menyeruput jus mangga miliknya.

"bos, kita kesini ada tujuan lain ka?" Abyan bertanya, jujur ia masih sangat aneh dengan tingkah Hafiz yang tidak bisa duduk tenang itu. namun Hafiz menggeleng seketika pria yang di cap aneh hari ini oleh Abyan mendadak kalem.

"pesan jus alpukat untuk saya Byan"

"oke"

Almira dan Bela masuk kedalam caffe milk and cake bakery setelah kecapean shoping hari ini. "lumayan juga belanjaan hari ini, stok buat seminggu kedepan hadappin mood dosen" ucap bela dengan ceria.

"iyaa, but haus banget nih bel, kamu tunggu sini saja ya saya mau ke sana dulu mesen minum. kamu masih menu yang sama kan?"

"iyaa seperti biasa stroberi milk" balas bela.

"oke" Almira bergegas, ia berjalan melewati meja tiga pemuda yang salah satunya ada Haya, Haya yang melihat itu menyunggingkan senyum menarik lengan adiknya dengan kuat membuat Almira terkejut.

Ia berbalik menatap siapa yang kurang ajar menarik tangannya. namun netranya berhenti pada satu mata teduh yang menatap nya dengan bersedekap dada.

Degub jantung Almira mulai tidak beraturan. seperti gendang yang bertabuh. yang menatap nya adalah Hafiz. ya Dia Hafiz Muhammad Adnan pria yang selama ini mengisi tiap malamnya kalah lelah dengan tugas.

Hafiz tersenyum tipis sangat tipis sampai Almira dan yang lain mungkin tidak akan mengetahuinya. ia lalu menunduk meraih jusnya dan menyeruput sedikit.

Almira berdehem pelan berusaha menetralkan degub jantung nya menatap Haya yang sudah cekikikan lain lagi dengan Abyan yang terpesona. namun disadarkan oleh Hafiz dengan tepukan tangan di bahunya.

"cantik banget bos" gumam Abyan pada Hafiz namun pria itu menghiraukan.

"ya Allah Abang, kirain siapa" Almira ingin marah sebenarnya namun ia jaga image. ia menarik tangannya menatap sanksi Haya.

"halo adek jumpa lagi" tegur Haya dengan santainya.

namun fokus Almira teralih di belakang Hafiz ada dua anak kecil yang berlarian salah satu anak tersebut tidak sengaja tersandung Almira berlari cepat ingin menolong, sikut lengan nya tidak sengaja mengenai gelas jus alpukat milik Hafiz.

Almira berhasil menyelamatkan anak itu, namun jas Hafiz basah karena tertumpah minuman. muka pria itu menegang.

Almira menghela nafas. ibu anak itu menghampirinya mengucapkan terimakasih lalu membawa pergi anaknya.

Haya dan Abyan saling menatap dari kejauhan bella juga memantau. Almira berbalik namun ia bergerak mundur saat Hafiz berdiri tepat didepannya.

"bersihkan lengan jaz saya" ucap pria itu datar seraya menyodorkan lengan jaznya yang basa ke arah Almira.

Chapter 3. Menyebalkan

Almira menganga. ia buru-buru mengambil tisu dari dalam sakunya lalu menyerahkan pada Hafiz. namun respon pria itu tetap sama tak bergeming.

"di ambil kak tisunya, bisa bersihkan sendiri kan" ucap Almira berusaha tenang.

"kamu yang bersihkan" Hafiz malah menimpali ucapan gadis itu dengan nada suruhan.

Haya dan Abyan melongo lalu saling tatap, mereka kompak menaikan satu alis. Hafiz kenapa? tumben hal sekecil itu dipermasalahkan.

"inginya sih begitu, tapi saya nggak mau jangan sampai nyentuh, kita kan bukan mahram" tolak Almira lugas, gadis itu kini mulai merasa kesal.

"saya halalin kalau begitu" jawab Hafiz santai bahkan sangat santai.

Almira melotot, sedikit mengepalkan tangannya. yang benar saja pria ini, dengan mudahnya lelaki muda di hadapannya ini berkata untuk menghalalkannya seterlihat itukah debaran jantungnya?

Haya dan Abyan kompak menyemburkan minuman yang baru saja mereka seruput. apa-apaan Hafiz ini. Apakah insting buayanya muncul karena melihat perempuan cantik atau pemuda ini tergolong pria bucin akut?

"bisa bersihin sendiri kan, kenapa harus saya sih" Almira berusaha menghindar dari topik halal menghalalkan soalnya itu lebih berbahaya. bisa-bisa ia pingsan disini bukan karena kesal tapi kesenangan duh.

"kamu yang berulah" bantah Hafiz.

Sumpah Almira mulai gedeg dengan tingkah laku pria tampan dihadapannya ini tapi lebih terlihat mengesalkan. baru saja senang diam-diam eh dipatahkan lagi.

"kalau begitu, tolong lepas jaznya nanti saya loundry jangan lupa tulis alamat kakak biar saya nggak nyasar buat kembalikan nanti bagaimana?" sarannya, lebih baik seperti ini kan dari pada harus mendekat dan terjadi insiden saling tatap menatap ke dua kalinya dengan jarak amat dekat, bisa gila dia.

"bisa, tapi tidak sekarang. sekarang yang saya inginkan, kamu bersihkan langsung" timpal Hafiz kekeh dengan pendiriannya.

Almira mulai emosi, kenapa pria ini menyebalkan sekali, diminta lap sendiri tidak mau, disarankan lepas jaznya untuk di loundry juga tidak mau. iya memang ini salahnya tapi tolonglah berbesar hati sedikit.

"please kak beresin sendiri dulu ya, nanti jusnya saya gantikan deh" ia berusaha membujuk dengan puppy eyes-nya, sebenernya tingkah laku seperti ini adalah hal yang paling Almira tidak sukai sebab terkesan pick me abis tapi tinggal ini salah satunya jurus yang mungkin ampuh untuk meloloskanya dari kecanggungan ini.

Hafiz yang mendapat serangan mendadak itu berusaha mengontrol mimik wajahnya. tidak, gadis didepannya ini terlalu manis. ia mengepalkan tangannya kuat-kuat untuk mengatur debaran jantungnya lalu berusaha mengalihkan pandangan ke arah lain.

"tidak bisa" beonya lagi.

Almira mencibir, ingin sekali ia mencemooh idolanya ini tapi lagi-lagi hatinya tidak bisa diajak kompromi terlebih tenggorokannya sudah mulai kekeringan. oh tuhan dia sangat haus sekarang. kapan ketegangan ini selesai.

Haya yang melihat ketegangan itu memutuskan berdiri menghampiri mereka berdua, Dia kemudian mengambil tisu yang dipegang oleh Almira lalu memberikannya kepada Hafiz.

"sudah, mending sekarang adek pergi pesan minuman, jangan terlalu mengerutkan kening, wajahmu terlalu manis untuk menyumpahi bos muda itu" ucapnya dengan sedikit bercanda, kalau tidak dilerai Almira mungkin akan meledak karena kesal meskipun Haya tahu sahabatnya pasti sengaja melakukan itu untuk menggoda adiknya.

Haya yakin Hafiz tidak marah hanya mencari celah untuk lebih dekat tapi adiknya adalah salah satu hal yang lain. gadis ini mudah kesal kalau sudah terlalu berlebihan. bisa-bisa yang ada nanti Hafiz kena sembur oleh kata-kata.

Hafiz mengambil tisu itu kemudian mulai membersihkan lengannya yang terkena juz. terlihat santai tanpa protes tanpa marah-marah.

Almira mengangguk menatap sinis pria idolanya itu, ia kemudian berjalan pergi meninggalkan mereka bertiga tanpa buka suara lagi. hatinya bertabuh namun bibirnya ingin bersumpah serapa. menyebalkan.

"bro, sukanya jangan terlalu kentara juga kali" ledek Haya yang kembali duduk. dimeja itu hanya Abyan yang tidak mengerti. Abyan tidak mengerti mengapa Hafiz bisa berkata panjang kali lebar didepan gadis tadi sedangkan untuk membalas sapaan para karyawan resto dan kantornya saja pria itu malah hanya bisa senyum. sungguh fenomena yang aneh.

"dia semakin manis" balas Hafiz, sudut bibirnya terangkat membentuk senyuman yang sangat manis.

"iya, hanya saja mungkin jika saya tidak ikut andil kamu sudah kena ocehan khas Almira" balas Haya.

"saya suka" Hafiz malah menyampaikan ketertarikannya.

"ooh jadi gadis tadi inceranmu toh Haf" Abyan ikut berargumen setelah mulai paham dengan kondisi yang terjadi.

"tapii bukannya dia yang jadi wallpaper yang ada di handphone Hanan?" lanjut Abyan lagi.

"apa?" Hafiz merespon ucapan Abyan dengan rasa tidak percayanya.

"iyaa, kalau saya tidak salah liat memang gadis tadi orangnya, ada nametag nya juga. namanya Almira Kanaya kan?" jelas Abyan sekaligus bertanya langsung pada Haya.

Haya mengangguk. "iya Almira Kanaya"

Seketika air muka Hafiz berubah ternyata ia punya saingan yang lumayan kuat. Hanan Al-mizan salah satu sahabatnya sekaligus investor tetap untuk perusahaan nya.

Haya terkekeh melihat wajah memerah Hafiz "jangan cemburu gitu lah, Hanan belum tentu jodoh Almira bisa saja kamu jodohnya"

"stop jangan menghibur" balas Hafiz yang membuat Haya dan Abyan malah tertawa puas. tak lama kemudian klien yang merka tunggu datang. pembicaraan tentang bisnis dimulai.

...****************...

"sumpah ya Bel, aku kesel banget sama temannya bang Haya" dumel Almira usai menyeruput minumannya. Almira sudah menjelaskan secara rinci apa yang terjadi padanya tadi sampai dia bisa telat pesan minuman sekaligus meminta maaf pada Bela karena membuat gadis berhijab maroon ini menunggu lama.

"tapi kamu senang kan akhirnya bisa tatap muka dengan pria idaman kamu itu dari dekat" Bella malah balik meledek Almira.

Almira malu ia memasang ekspresi absurd "tapi ngeselin bel"

"nggak apa-apa ngeselin asalkan bayarannya bisa papasan langsung ups" ledek Bella lagi menurutnya ini lucu.

"bella jangan gitu lah"

"hahahah"

Bella tertawa puas melihat pipi Almira yang memerah ia senang sekali menggoda gadis manis didepannya. Bella tau bahwa sahabat nya ini menyukai Hafiz dengan tidak sengaja yang mana kemarin malam Almira keceplosan memuji pria itu karena terpesona dengan senyuman nya.

Perasaan memang suka menjadi misteri terkadang datang hanya karena hal-hal remeh yang tidak sama sekali ada dalam bayangan. seperti halnya Almira yang mendadak suka hanya karena melihat foto Hafiz yang sedang tersenyum manis didepan kamera. padahal jika di ingat-ingat banyak teman mereka yang juga tak kalah berkharisma nya dengan seorang Hafiz Muhammad Adnan mengejar-ngejar gadis itu namun dengan mudah nya hati Almira tidak goyah.

Efforts ketua Bem, ketua tingkat bahkan dosen muda untuk mendekati Almira juga tidak kaleng-kaleng namun lagi-lagi jika hati tidak tergerak Almira bisa apa selain menolak? lalu lihatlah sekarang gadis itu malah misuh-misuh karena kelakuan Hafiz yang sungguh diluar nalarnya. namun mendadak bisa blushing ketika diledek ajaib bukan? ya itulah rasa salah satu fitrah yang Allah ijinkan untuk ummatnya merasakan.

"ya udah, dari pada kamu makan hati gimana kalau kita ke Hams resto, katanya disana lagi ada menu baru yang baru launching, seratus pengunjung pertama akan dapat gratis ice cream. bebas pilih rasa apa saja. tertarik?" ujar Bela setelah selesai mengontrol tawanya.

Almira mengangguk dengan senang hati. "boleh banget yuk, tapi setelah sholat dzuhur ya. nanti belanjaan ini kita titip saja ke bang Haya"

"oke great idea"

Dua gadis itu tertawa, lagi-lagi Haya lah yang menjadi akhir untuk hasil barang belanjaan mereka. pria itu sudah biasa. ia juga sudah menganggap Bela sebagai adiknya jadi sama sekali tidak akan keberatan, ya paling-paling mengoceh sedikit lalu kemudian dahi mereka akan disentil. tapi semoga kali ini tidak kan nggak lucu ya kalau nanti wajah mereka punya tanda merah bekas sentilan apalagi pergi ke resto terbagus di kota mereka ini bisa dikata demam artis india nanti mereka.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!