PERHATIAN !!!
Novel yang kubuat ini hanya fiktif belaka. Bila ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian, ataupun cerita. Itu hanya kebetulan semata, dan tidak ada unsur kesengajaan.
Ayo, kita mulai...💃
...----------------...
Pada tahun 3075 Jakarta menjadi kota modern, namun menjadi kota bebas perjudian. Akibat itu prostitusi dan kejahatan merajalela dimana-mana. Klub malam, judi online, kasino, obat-obatan terlarang, bahkan senjata api diperjualbelikan bebas. Semua itu terjadi bermula dari kepala mafia Internasional hijrah ke Jakarta. Yang tentunya, mempunyai kekuatan yang sangat besar kemudian melebarkan sayapnya di Ibu Kota.
(Gambar hanya ilustrasi)
Pemerintah dibuat tak berkutik menangani sepak terjang kepala mafia itu bersama komplotannya. Karena mereka tersebar luas hampir di tiap sudut kota. Dan anak buah orang itu pun terlatih dalam perang. Sebenarnya pemerintah juga gerah dengan aksi kesewenang-wenangan dan tindakan anarkis mereka. Apa lagi ini menyangkut warga sipil. Jadi banyak masyarakat pada menjerit ketakutan dan tak merasa aman. Tapi pemerintah pun bingung harus bagaimana... Karena kalau membubarkan mereka secara paksa. Takutnya akan terjadi pertumpahan darah dimana-mana, dan itu pastinya berdampak ke warga sipil tak berdosa. Namun sebenarnya ada satu cara untuk melumpuhkan mereka. Nama perkumpulan mereka adalah Lion Drunk.
Bima Aditya seorang detektif swasta. Yang dulunya pernah dinobatkan sebagai salah satu polisi terbaik dibidangnya. Sudah dua bulan ini masuk dalam geng mereka. Dia dapat tugas dari pihak kepolisian untuk mencari dimana kepala mafia itu berada. Jadi untuk melumpuhkan geng mereka. Rencana pemerintah adalah memotong dulu kepalanya baru ekornya.
Kenapa pemerintah harus menyewa detektif? Karena misi ini bersifat rahasia, dan untuk menembus keanggotaan mereka sangatlah sulit. Jadi sebelum bergabung, geng itu akan mendeteksi dulu semua calon anggota mereka. Apakah dari pihak kepolisian, atau dari pihak yang patut diwaspadai. Dengan cara men-scan dari data kependudukan. Karena itulah menyewa detektif, dan karena itu juga pemerintah jadi mencurigai ada keterlibatan orang dalam. Selain itu, karena orang yang dihadapi ini adalah seorang kepala geng Internasional. Pastinya, memang ada keterlibatan orang dalam ditubuh pemerintahan itu sendiri. Yang membuka jalan orang itu agar bisa bebas melebarkan sayap di Ibu Kota.
Sampai detik ini, Bima masih belum tahu dimana targetnya berada. Jadi untuk bertemu kepala mafia itu harus memiliki posisi strategis dalam keanggotaan mereka. Minimal kepala geng di salah satu area di Jakarta. Saat ini posisinya belum mumpuni. Sebagai supervisor di salah satu kasino di daerah Jakarta Pusat.
(Gambar hanya ilustrasi)
Tentu dia tahu, itu bukan hal yang diinginkannya. Tapi dia harus hati-hati untuk mendapatkan posisi itu. Karena dia harus bisa mencari celah dulu, dan secara alami menggapai hal tersebut. Dalam arti, dia jangan membuat mencolok agar tidak dicurigai. Pastinya, targetnya adalah menjadi Kepala Geng Area Jakarta Pusat. Sesuai tempat dimana dia lagi menyamar. Dan seperti tadi dibilang diatas, karena dengan jabatan itu dia dapat memiliki akses bertemu kepala mafia terebut. Yang bernama Mister James seorang warga negara asing. Yang menjalankan bisnis haramnya dibelakang layar. Dalam penyamaran, Bima memakai nama samaran yaitu Putra.
Seperti biasa hari ini di tempat kerjanya, Putra berkeliling dari ruangan satu ke ruangan lainnya demi melihat suasana sekitar. Di sana, berbagai macam permainan dipertandingkan. Ada yang menggunakan kartu remi, dadu, ding dong, mesin putar, mesin komputer, dan lain sebagainya. Dan di sana, memberi pelayanan secara gratis untuk pengunjung dalam hal makan, minum, serta rokok. Sebagai informasi, untuk masuk sebuah kasino adalah bukanlah hal mudah. Sebenarnya syaratnya mayoritas sama. Pengunjung harus berpenampilan rapih, dilarang membawa hewan, senjata tajam, senjata api, kamera, dan seluler. Cuman ada satu hal yang membedakan, dan itu menurut kebijakan tiap-tiap kasino itu sendiri. Untuk tempat Putra, pengunjung wajib menaruh uang deposit minimal 25 juta.
Berdiri di samping bar, Putra memperhatikan tempat terakhir yang dikunjunginya. Mata elangnya mengawasi dari meja Scibo, Bacarrat, Roulette, Slot Machine, dan lain sebagainya. Lalu matanya fokus ke satu titik yaitu atas eforia pemain dalam kemenangan. Meja itu adalah meja Black Jack khusus VIP. Dengan minimal pasang taruhan 10 juta.
(Gambar hanya ilustrasi)
Setelah puas memandangi, dia meninggalkan lokasi pergi ke ruang CCTV. Lalu sesampainya di sana...
"Sudah berapa lama orang itu menang?" tanyanya, dengan mata mengamati monitor.
(Gambar hanya ilustrasi)
Karena lagi fokus, dan Putra berdiri di belakang. Mereka jadi sedikit terkejut, dan secara spontan menoleh. Biar begitu, mereka tahu apa yang ditanyakan. Karena itulah tadi mereka sedang fokus, dan itu memang tugas mereka. Alias jika ada hal yang merugikan, atau mencurigakan, dan semacamnya. Mereka harus benar-benar memperhatikan.
"45 menit lalu, Pak," jawab salah satu di antara mereka.
"Sudah berapa banyak chip di tangannya?" tanya Putra lagi.
Chip adalah kepingan kecil yang digunakan sebagai mata uang di kasino.
"Chip di tangannya sudah mencapai hampir 500 juta. Karena orang itu terus menggandakan taruhan," jawab yang satunya.
"Kenapa kalian nggak ada lapor?!" Putra melotot.
"....." Sontak mereka terdiam, nggak ada satu pun yang berani menjawab.
"Dasar, bodoh! Cepat! Kalian ganti Dealer-nya!" geram Putra, kemudian menampar mereka satu persatu.
Plak! Plak! Plak!
Dalam menjalani tugas, Bima memang harus menjalani sesuai karakter peran yang dimainkannya. Karena ini geng. Tentunya, terkenal bengis. Jadi jangan heran jika Bima begitu.
Setelah dapat tamparan, mereka dengan sigap segera melaksanakan perintah. Nggak lama Dealer alias bandar meja diganti. Putra tetap di ruangan itu, dan kembali fokus pada layar.
30 menit berlalu, rupanya hasilnya sama saja. Orang itu terus memperoleh kemenangan. Sekarang chip di tangannya pastinya sudah melebihi 1 milyar. Putra makin resah, sepertinya dia harus tangan sendiri.
Beberapa saat kemudian, dia berada di tempat orang itu. Dia menjadi Dealer di meja tersebut. Kini permainan jadi milik mereka berdua. Alias Putra dan orang itu.
"Sepertinya kasino ini meragukan kemenangan saya," sindir orang itu, atas ke tiga kalinya ganti Dealer.
"....." Putra tidak menjawab, tapi dia membagikan kartu dengan mengembangkan senyuman.
"Anda pernah dengar faktor, luck?" ucap orang itu lagi.
Dengan mengintip kartu miliknya yang tertutup yaitu As keriting. Lalu dia mengetuk-ngetuk meja meminta kartu berikut.
Tok! Tok! Tok!
Putra membagikan lagi dengan mata diam-diam terus mencermati. Memang dari awal sebelum duduk dia begitu. Bahkan sebelumnya, anak buahnya sudah diinstruksikannya untuk berjaga-jaga di tempat-tempat yang dapat mengamati orang itu.
Orang itu sumringah setelah melihat kartu yang datang padanya dua wajik. Maka dengan kartu sebelumnya yakni As keriting dan sekarang ini. Alias nilainya jadi 11 + 2 \= 13. Dengan hati senang, dia segera mendorong chip.
"Double."
Double adalah menggandakan taruhan dengan nominal taruhan awal, dan meminta kartu tambahan.
Putra segera membagikan kartu lagi. Rupanya kartu yang datang ke orang itu adalah kartu bagus lagi yakni 6. Maka total angka di tangan pemain jadi 19. Sedangkan Dealer hanya lah 17. Dengan itu, pemain jadi memperoleh kemenangan.
"Itulah saya penuh keberuntungan." Orang itu mengucap penuh rasa bangga, sambil menarik chip.
Putra tetap tidak merespon. Tapi memang seorang Dealer hanya boleh bicara seperlunya. Mungkin Putra merasa saat ini masih belum perlu.
30 menit berjalan, orang itu terus memperoleh kemenangan. Di meja itu pun jadi ramai penonton demi menyaksikan hal seru tersebut. Karena mereka baru sadar, orang itu dari tadi tiada henti menang.
Namun sepertinya kegembiraan orang itu mendadak jadi sirna. Karena permainan berikut, saat Putra membuka kartu, dan berkata...
"Black Jack."
Orang itu langsung merengut atas kekalahan pertamanya.
Black Jack adalah angka 21, dan pemain wajib memiliki kartu As dan kerajaan (King, Queen, Jack). Alias harus memiliki 2 kartu. Jadi angka 21 adalah angka maksimal dalam permainan. Tapi angka 21 bukan berarti tidak bisa dimiliki pemain yang memiliki 3 kartu. Cuman kalau ditanding dengan pemain yang memiliki kartu Black Jack. Alias orang yang memiliki angka 21 dengan 2 kartu (seperti tadi dibilang diatas), dan pemain yang memiliki angka 21 lewat 3 kartu. Maka otomatis yang punya Black Jack yang menang. Karena itulah permainan itu dinamai Black Jack. Jadi King, Queen, dan Jack bernilai 10. Sedangkan As bernilai 11. As bisa juga bernilai 1 jika pemain menginginkan hal itu.
Dengan tampang tetap merengut orang itu mendengus, saat Putra menarik tumpukan chip di meja. Bahkan wajah orang itu terus berlangsung begitu. Saat dipermainan berikutnya, Putra berkata...
"Hit, Tuan?"
Hit artinya, apakah pemain mau mengambil kartu tambahan, dan menambah taruhan.
Tentu pemain itu tidak mau. Karena kartu di tangannya kembali jelek.
"Tidak!" gelengnya.
Rupanya Putra dari awal sengaja terus memberi kemenangan. Demi memastikan orang itu murni menang atau bukan. Sebab sejak kemenangan pertamanya, kini dia yang memimpin pertandingan. Orang itu makin kesal sebab chip di tangannya jadi terus terkuras.
"Ini permainan terakhir saya. Saya lelah," alibi orang itu, demi mengamankan sisa chip di tangannya.
"Baik, Tuan," balas Putra.
Lalu setelah permainan terakhir mereka, orang itu pergi meninggalkan meja. Namun sebaik orang itu pergi, Putra segera menaikkan satu tangan ke udara. Berupa kode ke anak buahnya agar menangkap orang itu di pintu depan.
Beberapa saat kemudian di ruang kurungan. Alias ruangan khusus penyiksaan untuk pemain, termasuk karyawan di sana yang berbuat curang dan semacamnya. Intinya, yang merugikan tempat itu. Di sana juga, selain orang itu. Semua karyawan yang bekerja di ruang CCTV juga di tangkap. Selain karena perbuat salah akibat tidak melapor. Namun juga terbukti bersengkongkol dengan orang itu. Jadi ternyata orang itu memasang optik kecil di kaca matanya. Yang terhubung ke kamera CCTV yang menyorot belakang punggung Dealer. Jadi tiap kartu yang di pegang Dealer dia bisa tahu. Dan biar bisa terus menang, dia mengganti tiap kartu jelek di tangannya yang disembunyikannya di bawah meja.
Lantas, gimana tadi Putra bisa menang terus? Jadi Putra menggeser duduknya agar kartunya tidak terlihat CCTV, dan tentunya karena dia ahli tipuan kartu. Alias bisa mengatur kartu di tangannya, dan kartu lawannya. Makanya dia bisa menang terus.
"Cambuk mereka!" lantang Putra.
Algojo segera mencambuk mereka satu persatu. Jadi di ruangan itu ada Algojo yang bertugas menyiksa.
PAK! PAK! PAK!
"Terus, cambuk mereka!" perintah Putra lagi.
PAK! PAK! PAK!
Lalu setelah mereka berlumuran darah alias sudah tidak berdaya. Putra berteriak ke anak buahnya yang lain.
"Buang mereka di jalan!"
"Siap, Boss!"
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=@.@\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
Kalau kalian suka novel ini. Yuk, beri dukungan ke Author dengan memberi like, komen & rating bintang 5. Biar Author semangat terus menulis novel ini.
"Saya dengar, tadi ada keributan?" Iwan berkata, usai membuka pintu.
"Biasalah, ada kecurangan," balas Putra.
"Oo... Gitu."
Iwan mengangguk-angguk sambil berjalan ke mejanya. Iwan ini adalah atasan Putra alias manager kasino. Setelah melakukan penyiksaan, saat ini Putra sedang berada di ruang kerjanya. Dia satu ruangan dengan atasannya.
"Lantas, ruang CCTV sekarang siapa yang jaga?" cemas Iwan baru sadar, sambil menempatkan pantatnya ke kursi.
"Saya sudah mengatur orang untuk menggantikan mereka sementara. Boss, tenang saja. Nanti secepatnya saya akan cari pengganti mereka."
"Oo... Syukur lah..." Iwan mengangguk-angguk lagi.
"Putra, kemari lah...," lanjutnya, memanggil.
Yang dipanggil segera berdiri, dan duduk di depan atasannya.
"Ada apa?"
"Seminggu lagi akan di buka pendaftaran untuk calon kepala area baru."
Melotot. "Hah! Kok, bisa? Ada apa? Apa terjadi masalah? Dan kenapa mendadak?"
"Karena kepala area kita hari ini mati."
"Mati?!" kaget Putra lagi.
"Ya! Kabar ini memang mengejutkan. Jadi beberapa saat lalu setelah menghadiri rapat dengan Ketua. Kepala area kita di tembak oleh orang gak dikenal dalam perjalanan pulang."
Sebenarnya ini adalah peluang bagi Putra untuk bersinar di geng itu. Tanpa dia pusing memikirkan cara mencari celah untuk meraih jabatan itu. Cuman tetap saja dengar itu dia kaget. Apa polisi diam-diam tanpa sepengetahuannya bergerak sendiri? Tapi memang musuh geng itu bukan hanya polisi saja, tapi dari kubu mereka sendiri. Ketua adalah nama panggilan kepala mafia itu.
"Beberapa saat lagi kita akan berangkat untuk menghadiri pemakaman. Saya rasa Ketua akan hadir. Oleh karena itu, kita harus bantu mereka memperketat pengamanan," lanjut Iwan lagi.
"Oke, Boss!"
Putra segera ke luar ruangan untuk menyiapkan beberapa anak buah mereka yang terampil. Yang nanti ikut dengan mereka.
Selang sesaat, Putra dan Iwan beserta anak buah mereka sudah berada di tempat pemakaman. Di sana, telah di jaga ketat oleh geng itu. Dari liang lahat hingga beberapa meter keluar dari pemakaman. Demi keamanan atas kehadiran Ketua mereka.
(Gambar hanya ilsutrasi)
Ditunggu dan ditunggu, ternyata Ketua mereka tidak hadir. Namun orang itu memberi ucapan belasungkawa melalui sambungan telepon ke keluarga yang ditinggalkan. Putra sedikit kecewa karena dia ingin melihat wajah Ketua secara langsung.
Dua hari kemudian, Bima bertandang ke hotel tempat di mana dia berdiskusi dengan polisi yang terlibat dalam misi itu.
(Gambar hanya ilustrasi)
Agar misi tidak terbongkar, Bima selalu datang sebagai tamu, dan sudah menunggu duluan di kamar. Sedangkan polisi yang terlibat akan menjadi karyawan hotel. Lalu menyusul masuk kamar setelah melihat Bima masuk. Pertemuan mereka tidak selalu di kamar hotel, ada juga di campervan alias motorhome. Tanggal, hari, waktu, sudah ditetapkan. Jika Bima tidak hadir, maka rapat akan bubar dengan sendirinya. Maklum, laporan yang ditunggu tentu dari Bima. Dan mereka memaklumi jika Bima tidak hadir. Berarti terhalang kondisi di sana yang membuatnya tidak bisa hadir. Karena Bima tidak bisa menghubungi mereka. Jadi mereka hanya bisa menunggu. Karena seluler Bima disadap. Maklum, geng Lion Drunk sangat ketat dengan anggota mereka.
Di dalam kamar hotel, semua orang yang berkepentingan telah hadir. Kecuali Komandan dari tim polisi hadirnya lewat sambungan video call yang disambungkan ke layar proyektor. Sebenarnya tiap rapat orang itu begitu. Gunanya, agar sosoknya tidak menyorot perhatian. Namanya misi ini bersifat rahasia. Tentunya, tidak boleh diketahui oleh instansi polisi itu sendiri. Karena jabatan orang itu cukup tinggi. Orang itu sebenarnya mantan Komandan Bima waktu dia masih bekerja di kepolisian. Makanya jangan heran, jika nanti Bima masih memanggilnya Komandan.
(Gambar hanya ilustrasi)
Di misi itu yang terlibat, selain Bima sebagai orang luar. Tentunya ada Komandan, dan juga ada 3 orang lagi. Yaitu bernama Galang, Dina, dan Bayu.
"Mati?! Siapa tembak?" kaget Komandan, dan yang lainnya setelah Bima cerita.
"Saya masih belum tahu. Karena hal ini masih diselidiki mereka," balas Bima.
"Yang pasti, bukan dari pihak kita," respon Komandan, kemudian meyakini.
"Sepertinya, ada polemik di dalam tubuh mereka," duga Galang.
"Ya! Sepertinya begitu." Komandan mengangguk-angguk.
"Baiklah, kita tidak perlu ikut campur. Terus, apa ada perkembangan lain?" lanjut Komandan, bertanya ke Bima.
"Gara-gara kematian orang itu, secara mendadak mereka jadi membuka pendaftaran untuk calon kepala area baru. Acara pendaftaran itu akan di gelar di sektor 5 tempat markas mereka."
"Wah... Berarti ini kesempatanmu. Tanpa perlu kamu bersusah payah memikirkan cara. Untuk mencari celah untuk mendapatkan posisi itu." Komandan jadi sumringah dengar itu.
"Ya, pasti ya. Mereka mendadak begitu. Karena menimbang kepala area mereka mendadak mati," lanjutnya, baru sadar.
"Benar, Dan!" balas yang lainnya. Kecuali Bima dari awal sudah sadar.
"Lantas, apa persiapanmu nanti agar bisa mendapatkan posisi itu? Pastinya, mereka akan mengadakan tes ke semua calon peserta. Untuk melihat siapa yang layak mememangku jabatan itu. Apa kamu nanti ada perlu bantuan dari kita?" tanya Komandan, ke Bima.
"Tidak perlu, Dan."
"Yakin?"
"Yakin, Dan. Tapi ada hal yang ingin saya minta. Karena pas acara pendaftaran itu, Ketua mereka akan hadir. Jadi saya minta ada orang yang memantau di sana. Biar nanti pas orang itu pulang, bisa diam-diam diikuti. Tapi saya mau hanya memantau saja jangan lebih. Karena seperti kita ketahui bersama, kita gak boleh gegabah. Sebenarnya pas kepala area itu mati, kepala mafia itu awalnya mau hadir di pemakaman cuman gak jadi. Tapi pas saya dengar dia mau hadir, saya tidak mau memberi tahu tim. Ya, karena itu saya gak mau gegabah."
Meski ingin menangkap kepala mafia itu, bukan berarti jadi sembarangan mengambil keputusan. Seperti contoh kemarin di pemakaman. Andai Bima memberi tahu. Tapi belum tentu, kepala mafia itu langsung tertangkap mereka. Jadi kalau mau menangkap harus diperhitungkan secara matang. Karena kalau tidak, tentu akan mengganggu penyamaran Bima, dan pastinya menghancurkan misi mereka yang sudah berjalan. Karena pasti geng itu akan menyelidiki siapa yang memberi tahu polisi.
"Ya, pasti untuk hal itu kita semua paham. Baiklah, Galang, Bayu, dan Dina?" respon Komandan, sekaligus memangggil.
"Ya, Dan?" jawab mereka.
"Kalian nanti bersiaplah di sana, untuk memata-matai kepala geng itu."
"Siap, Dan!"
Sementara itu di tempat lain, para petinggi geng Lion Drunk berkumpul di sektor 3. Tempat mereka biasa berkumpul melakukan pertemuan dengan Ketua. Di ruangan itu, dihiasi pelbagai macam senjata. Maklum, ciri ruangan mafia memang begitu.
(Gambar hanya ilustrasi)
Rupanya sama seperti Bima dengan timnya. Para petinggi geng itu juga, rapat dengan Ketua lewat sambungan video call yang disambungkan ke layar proyektor. Dan rapat kali ini membahas tentang kematian Kepala Area Jakarta Pusat.
"Mobil itu, mobil anti peluru. Gimana bisa tembus tembakan?" heran Mister James, dengan bahasa Indonesia patah-patah.
"Itu juga yang membuat kami heran," balas Kepala Area Jakarta Timur.
"Sepertinya ada yang menukar mobil itu," duga Kepala Area Jakarta Barat.
"Ya! Sepertinya ada pengkhianat di organisasi kita," tambah Kepala Area Jakarta Selatan.
"Tapi semua itu masih dugaan. Karena kita masih menyelidiki." Kepala Area Jakarta Utara mengingatkan rekan-rekannya, sekaligus merespon ucapan Ketua.
"Fuck that shit! Go find him before the event. Shoot his whole family to death. Take the girl and make her a whore!" geram Mister James, dengan suara menggelegar.
Artinya. Persetan lah! Cepat cari sebelum acara itu. Tembak mati semua keluarganya. Kecuali wanita muda dijadikan pelacur!
"Siap, Boss!" jawab mereka serempak.
Iwan membuka pintu lalu masuk ke dalam rumah. Hari ini dia berkunjung menemui adiknya. Adik semata wayangnya yang berjenis kelamin wanita, dan bernama Saras. Mereka berdua sudah tidak punya orang tua.
Iwan dan adiknya tinggal terpisah. Iwan tinggal di rumah dinas perkumpulan, dan adiknya tinggal di rumah sewa. Iwan sengaja tidak mengajak adiknya. Dia melakukan itu semata-mata demi melindungi adiknya. Agar tidak diketahui oleh perkumpulan, dan tidak terkena dampak buruk dari kekejaman Dunia mafia.
Tiap ke sana, Iwan selalu menggunakan kostum aneh demi sosoknya tidak dikenali. Jadi geng itu, bukan hanya menyadap semua telepon anggota. Tapi juga punya mata-mata yang tersebar di seluruh penjuru kota, dan lain sebagainya. Intinya, demi anggota mereka gak bisa macam-macam, dan selalu setia. Pokoknya memang geng itu benar-benar super ketat.
"Kakak!" pekik Saras sekaligus sumringah, lalu berjalan menghampiri.
"Ini uang peganganmu." Iwan memberi amplop, sebaik adiknya sudah di hadapannya.
"Terima kasih." Saras menerima.
"Kakak, sudah makan? Kebetulan aku baru selesai masak," lanjutnya.
"Tidak usah. Kakak gak bisa lama."
Ugh! Selalu saja kakaknya begini. Padahal dia kangen berat, dan juga kesepian.
Maklum, Iwan jarang menemui adiknya, dan Iwan pun melarang adiknya menghubunginya. Jadi adiknya hanya bisa menunggu.
"Ayo lah, Kakak makan dulu. Makan tidak memakan waktu lama kok!" rayu Saras.
"Kakak gak bisa lama. Oh ya, tentang kuliahmu gimana?"
Saras mendengus kecil karena kakaknya malah mengalihkan. Tapi dia pun gak tahu harus gimana... Karena percuma kalau dia bersikeras pun, kakaknya tetap tidak mau lama di sini.
Maklum, demi keamanan adiknya. Iwan selalu datang hanya seperlunya saja.
"Aku kayaknya mau ambil kuliah di university of Warwick saja deh!" balas Saras.
"Itu di mana?"
"Di Inggris."
"Terus, kapan kamu berangkat?"
"Sepertinya sebelum pertengahan tahun. Karena universitas itu baru buka pendaftaran diwaktu itu."
"Astaga... Lama sekali... Kamu cari saja universitas lain."
"Tapi aku suka universitas itu, Kak."
"Kan, dari kemarin sudah Kakak bilang. Kamu bulan depan harus sudah berangkat."
"Ya, tapi..."
Memotong. "Gak ada tapi, tapi."
"Ya, ya, baiklah... Aku akan segera cari universitas lain, dan bulan depan aku berangkat."
"Bagus! Dan ini, simpan baik-baik jangan sampai hilang."
Iwan menyerahkan kalung beserta liontin berbentuk love.
"Tahun depan pas kamu libur kuliah. Kamu pulanglah ke Indonesia, dan pergilah ke bank Mutiara. Dan bawa kalung ini ikut serta," lanjutnya.
Saras mendelik karena ucapan kakaknya seperti tersirat sebuah pesan. Karena kenapa kakaknya tidak menyuruhnya untuk mengajak bertemu. Namanya mereka akan berpisah selama setahun. Ini, kenapa lebih menyuruhnya pergi ke bank?
"Apa maksud, Kakak?"
"Tidak ada... Sudah, sekarang balikan badanmu. Biar Kakak saja yang pakaikan."
Karena melihat gelagat adiknya seperti ragu-ragu menerima. Iwan jadi begitu.
Lalu setelah dipakaikannya, dan adiknya telah kembali ke posisi semula. Iwan pamit pergi.
"Kakak..." Saras menahan dengan suara lirih.
Pertemuan yang singkat dengan kakaknya membuatnya selalu sedih dan khawatir. Saras sadar betul pekerjaan kakaknya dengan segala resikonya. Apa lagi ini ditambah dia dengar perkataan tadi.
Iwan menoleh, dan berjalan mendekat. Lalu dia memberi pelukan hangat, dan diakhiri dengan kecupan kecil di jidat. Itu sebagai bentuk untuk menenangkan adiknya.
"Tenang lah... Tidak akan terjadi apa-apa dengan Kakak. Jaga baik-baik dirimu di sini. Termasuk nanti di tempat barumu, dan di tempat kuliahmu. Ingat lah, di manapun kamu berada. Kakak akan selalu ada di hatimu. Menemanimu, di mana pun itu."
"Kakak...," lirih Saras lagi, saat yang dipanggilnya berpaling, dan tetap berjalan pergi.
Sementara itu Iwan di luar, setelah menjauh dari tempat tinggal adiknya. Dia melepas kostum aneh di badannya. Lalu dibuangnya ke tong sampah. Namun tindakan itu tanpa disadarinya diketahui oleh seorang mata-mata geng yang kebetulan lagi melintas tempat itu. Maka sepeninggal Iwan, orang itu mengambil apa yang dibuang Iwan. Lalu dia mengenakan kostum itu, dan berkeliling bertanya ke orang-orang. Apakah tadi melihat orang yang memakai kostum di badannya, singgah kemana?
Selang sesaat, orang itu berdiri di depan rumah bercat kelabu. Dipandanginya rumah itu sejenak, sebelum dia melaporkan hal ini ke ketua pengurus keanggotaan ditempatnya.
"Cepat! Selidiki siapa penghuni rumah itu!" perintah Wandi tajam di seberang sana, setelah dapat laporan.
Biar fokus, divisi mata-mata geng itu jadi terbagi di 5 wilayah. Jakarta Pusat, Jakarta Barat, Jakarta Timur, Jakarta Utara, dan Jakarta Selatan. Jadi jangan heran jika seorang mata-mata dapat menghapal wajah anggota mereka. Karena memang itu tugas mereka. Dan kebetulan tempat tinggal Saras satu area dengan Iwan.
......................
Tong-tong besar berisi api menyala-nyala berkobar di tempat itu. Nggak luput, bendera lambang geng Lion Drunk berkibar di sekitaran. Begitu pula ribuan orang berseragam hitam dengan lambang 'singa mabuk' memadati acara. Jadi tiap ada acara mereka diwajibkan memakai seragam.
Hari ini adalah acara pembukaan pendaftaran calon kepala area baru untuk area Jakarta Pusat. Yang berlokasi di sektor 5 tempat komando markas besar mereka. Yang berada di pesisir pantai. Berupa gedung tua yang disulap seperti benteng, dan memiliki hall sangat luas. Bentuknya layaknya konser underground. Di sana juga, dilengkapi CCTV dan penjaga.
(Gambar hanya ilustasi)
Sedangkan di luar sana. Galang, Bayu, dan Dina, sudah berada di posisi masing-masing bersiap menjalani tugas. Untuk nanti mengekori kepala mafia itu pas pulang dari acara.
Berdiri ditengah keramaian, Putra terus menatap panggung. Sedikit lagi acara akan dimulai. Dia lagi menanti namanya muncul di layar. Tadi sebelumnya dia sudah mendaftar.
Jadi acara itu selain pendaftaran, namun juga langsung masuk ke babak pertama. Berupa pertarungan keroyokan untuk mencari 3 pemenang. Contoh misalkan, jumlah peserta ada 30 berarti akan diadakan 3 kali pertandingan. Lantas, gimana kalau jumlah peserta ganjil? Ya, berarti disalah satu pertandingan ada jumlahnya tidak sama.
Baru setelah acara itu, ke tiga orang itu akan masuk ke seleksi ke dua dan ke tiga. Berupa tugas yang diberikan dari salah satu kepala area yang sudah menjabat. Yang ditunjuk memberi tugas. Dan terakhir, dari Mister James. Pastinya, tugas yang diberikan sangat berat. Apa lagi dari Mister James. Pastinya juga, tentang yang mencerminkan gimana menjadi seorang kepala area. Seperti contoh, berupa kasus yang harus dipecahkan, dan lain sebagainya. Nah! Nanti siapa yang menang akan diadakan acara lagi. Yaitu berupa penobatan kepala area baru.
Kring... Kring... Kring...
Seluler Putra berdering. Sebelum dia mengangkatnya, dia melihat dulu siapa nama yang tertera di layar. Rupanya Iwan.
"Iya, Boss?"
"Putra! Cepat, temui saya di lorong atas!" Iwan berkata dengan nada panik, dan mematikan sambungan.
Putra mengerutkan dahi. Lalu dia segera keluar dari kerumunan sambil memperhatikan atas. Namun rupanya wajahnya kembali begitu. Karena dia seperti melihat sekelebatan orang lagi pada berlari mengejar. Tapi rupanya tampangnya jadi berlangsung begitu. Karena sesampainya di atas, dia baru sadar kalau di atas banyak lorong.
Lalu sambil berjalan, dia mencoba menghubungi Iwan. Untuk menanyakan dimanakah lorong yang dimaksudnya?
Namun belum sempat teleponnya tersambung, tiba-tiba terdengar suara tembakan dari kejauhan.
DOR!
Secepat kilat Putra menoleh. Dilihatnya ada orang jatuh tersungkur, dan bersimbah darah di lantai.
Ada apa ini?
Dan akibat suara letusan itu, otomatis semua yang ada di hall pun jadi terkesima. Lalu muncul lah gambar Iwan dan komplotannya di layar. Dibarengi dengan suara pengumuman yang mengudara dari speaker.
"Perhatian! Perhatian! Harap semua anggota berpencar! Segera bunuh Iwan, dan antek-anteknya!"
Mendengar itu, semua orang segera mengusungkan senjata. Ada yang berupa parang, golok, celurit, senjata api, dan lain sebagainya. Maka otomatis acara jadi bubar. Karena mereka semua jadi menjalankan perintah termasuk Putra.
Agar fokus pengejaran mereka tidak ke satu titik. Iwan dan komplotannya jadi berpencar. Namun karena terlalu banyak yang memburu, dan tentunya dari segala penjuru arah. Beberapa antek-antek Iwan jadi gak bisa mengelak.
DOR! DOR! DOR!
Syat! Syat! Syat!
Beberapa anak buah Iwan terkena tembakan, dan hunusan benda tajam, dan mereka pada tumbang.
Sementara itu di luar sana. Galang, Bayu, dan Dina mendengar itu jadi terkesima. Tentu suara kegaduhan di dalam sampai ke telinga mereka. Kemudian mereka langsung berkoordinasi lewat sambungan HT berupa earphone. Karena posisi mereka tidak bersamaan. Yang satu di depan, yang satu di belakang, dan yang satu lagi di jalan raya. Alias beberapa meter dari luar gedung. Maklum, untuk memata-matai kepala mafia itu harus begitu. Karena gak tahu orang itu nanti pulang lewat mana.
"Ada apa? Apa terjadi masalah?" tanya Galang yang posisinya berada di jalan raya. Alias kurang dekat gedung.
"Sepertinya ada keributan," balas Bayu.
"Iya, sepertinya," tambah Dina.
Sementara itu Putra di dalam. Di lorong yang gelap, dan karena lagi sendiri. Iwan jadi berhasil menariknya ke dalam ruangan, dan langsung memepetkan tubuhnya ke dinding. Setelah berhasil membuat Putra terdesak, Iwan segera menodongkan pistol. Disertai dengan sisa tangannya menjulurkan pisau.
"Putra, bunuh saya."
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!