NovelToon NovelToon

Takdir Cinta CEO Dingin

Bab 1

"Apa keluhanmu,hari ini?"

Pria yang menggunakan jas khusus pekerja rumah sakit itu bertanya ramah pada seorang pria yang sedang duduk di hadapannya itu.

Pria itu berdecak kesal."Kau serius bertanya seperti itu padaku? Hhhh! terserah saja,berikan aku obat itu__insomniaku semakin parah saja."keluh pria itu.

"Zam! Kau sudah terlalu banyak mengonsumsi obat itu, kau tahu sendiri resikonya,kan?"Kesal David pada pria di hadapannya.

"Iya aku tahu,tapi kau tahu sendirikan? separah apa, insomniaku!"

"Sebaiknya kau ikuti terapi hipnotis saja,tubuhmu tidak akan sanggup lagi menahan dosis obat tidur itu,Zam."

"Aku tidak suka hal-hal seperti itu,aku tidak yakin setelahnya mereka akan menatapku sama.Aku tidak suka di kasihani."

"Ck! Coba saja dulu, siapa tahu insomniamu bisa berkurang."

"Sudahlah, cepat beri aku obat.Aku mau pulang, lelah sekali aku baru mendarat beberapa saat yang lalu." Azzam langsung memotong perkataan David.

"Ini yang terakhir,lain kali kalau pun kau bersujud aku tidak akan memberikannya,kau mengerti!" Hardik David.

"Iya-iya, bawel banget, sih!." Azzzam mengambil botol putih yang di letakkan di depannya itu lalu ia masukkan ke dalam saku jas.

Peria dengan perawakan tinggi itu pun langsung pamit undur diri.

David menatap sendu punggung sahabatnya yang secara perlahan menjauh dan keluar dari ruangannya.

*

*

*

Jalanan ibukota terlihat padat

Oleh berbagai jenis kendaraan.Azzam duduk santai di dalam sebuah mobil berwarna hitam.

Beberapa kali ia menghela nafas dan berdecak saat melihat kemacetan di depan matanya.

"Jakarta selalu begini.nggak ada yang berubah."gumam Azzam menatap lurus kedepan.

Ini adalah hari pertamanya menginjakkan kaki di indonesia setelah kurang lebih

2 bulan lamanya di Singapure.

Sang Oma yang memiliki riwayat penyakit jantung sedang dirawat intensip di salah satu rumah sakit di singapure,hal itu mengharuskan Azzam pulang balik antara indonesia- Singapure.Namun dalam beberapa bulan terakhir ini ia lebih banyak menghabiskan waktu di Singapure menemani Oma nya disana.

"Reno!" Panggil Azzam tiba-tiba.

"Iya,Tuan?"

"Apa kau berpikir aku ini tidak normal?" Tanya Azzam menatap Reno.Pria itu mengerutkan keningnya,kenapa Bosnya bertanya hal seperti itu secara tiba-tiba. Padahal dulu ia tidak pernah perduli, bahkan saat beberapa gosip miring yang menerpa dirinya.

"Ti-dak Tuan. Saya tidak pernah berpikir seperti itu." Elak Reno. Meskipun ia berpikir, mana mungkin ia berani mengatakannya hal itu.

"Hm!"

Suasana di dalam mobil kembali hening,Reno kembali sibuk dengan tab yang ada di tangannya,berusaha mengusir ke canggungan yg terjadi di dalam mobil itu.Sedangkan Azzam terlihat sudah memejamkan mata,entah benar-benar tidur atau tidak.Reno tidak tahu ia pun tidak berani untuk mengganggunya.

Setelah beberapa menit menempuh perjalanan,mobil itu akhirnya tiba di sebuah manssion mewah milik keluarga Athariz.Azzam keluar dari mobil ia menatap bangunan bertingkat tiga itu sebentar,sebelum melangkahkan kakinya memasuki manssion itu.

"Tuan sudah pulang?" Tanya Bik Asih selaku ART yang sudah berkerja lama di manssion itu.

Azzam menggangguk singkat sebagai tanggapan, kakinya terus melangkah menuju lift untuk naik ke lantai 3 tempat dimana kamarnya berada.

Sesampainya di kamar mewah dan elegan bernuansa hitam,Azzam melepaskan jas hitam yang melekat di tubuh kekarnya,melemparkannya asal ke atas ranjang king size.

Azzam meminum pil yang tadi ia dapatkan dari David sebelum merebahkan tubuhnya ke kasur empuk itu,dengan kaki yang masih menggantung di ujung ranjang.Ia melipat kedua tangannya di bawah kepala,menjadikannya sebagai bantalan.Matanya menatap langit-langit ruangan.Tubuhnya benar benar lelah saat ini,hingga perlahan matanya pun terpejam.

*

*

*

Sinar matahari menyinari bumi,memberikan kehangatan bagi yg menikmatinya.Hembusan angin membuat suara gemerisik yg menenangkan saat menerpa pepohonan.Burung burung riang terdengar,menciptakan simponi alam yg indah.

Udara pagi menyusup dari pintu balkon kamar yang sedikit terbuka,mungkin Bik Asih lupa mengunci pintu balkon kamarnya saat membersihkan kamar itu kemarin.Azzam baru saja bangun,sudah menjadi kebiasaan untuk melakukan sesi olahraga sebentar di pagi hari,yang membuatnya selalu bangun lebih awal.

Pancaran fajar di pagi hari mengawali aktifitas seorang lelaki tampan berwajah dingin dengan rahang tegas yang mampu menunjukkan sisi kharismatik seorang Azzam Syauqi Athariz.

Lelaki pemilik tubuh atletis berbentuk roti sobek sang pewaris Athariz grub salah satu perusahaan terbesar di Asia yang memiliki cabang perusahaan di berbagai negara

Azzam kurang lebih sudah satu jam berada di ruangan yang di penuhi dengan alat-alat olahraga,Keringat yang mengucur dari pelipisnya tak mampu melunakkan raut wajahnya yang tegas.Dia mengenakan kaos olahraga ketat berwarna hitam,menonjolkan otot-otot yang terbentuk dari latihan rutin yang telah di jalaninya.Celana pendek dan sepatu olahraga melengkapi penampilannya.

Di ruangan Gym itu,Azzam bagaikan sosok yang tak tergoyahkan oleh rasa lelah.

Tubuhnya terus bergerak sementara wajah nya tetap tenang dan dingin.Ruang gym itu menjadi tempat pelarian bagi Azzam untuk melupakan kejadian yang yang memberi kehancuran dalam hidupnya.

Kejadian itu membuatnya sangat terpukul,sejak saat itu Azzam berubah menjadi sosok pria yang dingin.

Beberapa waktu berselang

Azzam,pria berwajah dingin dan tegas itu,akhirnya menyelesaikan sesi olahraganya.Setelah menghabiskan waktu berolahraga di ruangnan gym,Azzam bergegas untuk mandi.Ia melangkah menuju kamar mandi,membuka keran shower dan merasakan guyuran air yang mengalir dari kepala hingga membasahi tubuh atletisnya.

Selesai mandi,Azzam mengeringkan tubuhnya dengan handuk jubah putih yang lembut.Kemudian mengenakan pakaian rapi yang telah disiapkan di walk in closet.Ia mengenakan setelan jas berwarna hitam dan dasi yang sempurna,penampilannya begitu memukau dan kharismatik.

*Tok,tok,tok*

Terdengar suara ketukan dari luar,membuat Azzam menoleh ke arah pintu kamar yang masih tertutup rapat itu.

"Tuan muda!" Panggil seorang maid dari luar kamar.

Azzam pun berjalan menuju pintu kamarnya untuk membuka pintu.

"Ada apa?" Tanya Azzam menatap maid yang kini menunduk takut.

"Ma-maaf, Tuan. Sarapannya sudah siap."maid itu menatap Azzam takut-takut.

"Hm." Setelah itu Azzam pun berbalik masuk kedalam kamar,lalu menutup pintu.

"Tuan muda serem banget. Untung ganteng."gumam maid itu sambil memegang dadanya yang berdebar lalu pergi dari sana.

Sementara itu di dalam kamar Azzam yang sudah selesai dengan rutinitasnya bersiap turun ke lantai bawah setelah selesai mengenakan jam tangan mahalnya.

*

*

*

Seorang gadis berdiri di pinggir jalan sambil memberi makanan kepada anak-anak jalanan.sudah jadi kebiasaan yg selalu ia lakukan di pagi hari sebelum berangkat kerja.Senyum manis terukir di wajahnya.Mencerminkan kebahagiaan hati,rasa bebas yg di rasakannya membuatnya menikmati hari-hari dengan penuh syukur.

Sebelum sampai ke kantor tempatnya berkerja,gadis itu selalu menyempatkan diri berbagi dengan orang-orang tidak mampu yang berada di perempatan lampu merah.

Ia membagikan sarapan serta cemilan pada anak-anak jalanan yang ada di perempatan itu.

Angin berhembus lembut menerpa rambut panjangnya yang ia biarkan tergerai,tanpa di sadari kencantikan dan kelembutannya berhasil mencuri perhatian seorang pria yg sedang duduk di dalam mobilnya yg berhenti tak jauh dari tempat gadis itu berada,dari balik kaca mobil pria itu dapat melihat gadis itu yang tengah bercanda dengan anak-anak jalanan.

Sosok gadis cantik yang menawan seolah menghipnotis pria tersebut.matanya tak bisa lepas dari pemandangan gadis yang terlihat tulus dan lembut dalam berinteraksi dengan anak-anak jalanan itu.Azzam yg sedang duduk tenang di dalam mobil mewahnya,tak sengaja menangkap pemandangan berbeda pagi ini.

Mata Azzam terpaku pada gadis yg tengah berbagi dengan anak-anak jalanan,dengan penuh kasih sayang.

"*Cantik."batinnya dan tersenyum tipis*.

Azzam terkesima melihat betapa indahnya senyum sang gadis,yang seolah mampu menghangatkan hati siapa pun yang melihatnya.Mata Azzam tak sadar lupa berkedip.Tatapan dinginnya mulai memudar tergantikan dengan rasa penasaran yang mendalam.Ia ingin tahu siapa gadis itu.

Sementara di posisi gadis itu,ia sudah selesai membagikan makanan serta minuman.

Gadis itu kemudian melangkah gembira di trotoar,akan menuju mobilnya yang terparkir tak jauh dari tempatnya berada.Ia akan segera ke kantor,gedung perusahaan yang terlihat tak jauh dari sana.Athariz Grub.

Senyum manis terukir di wajahnya,menyebarkan aura kebahagian yang menular. Sedangkan Azzam semakin terkesima menatap dari tempatnya berada,apa itu manusia atau bidadari yang diam-diam turun ke bumi dari khayangan?

Azzam yang masih mengamati gadis cantik itu,akhirnya tersadar saat reno menyampaikan jadwal kerjanya hari ini.

"Begitu Tuan.Apa ada yang perlu di revisi?"

"Ok, cukup!" Tukas Azzam lalu kembali menoleh ke arah gadis tadi yang sayangnya gadis itu sudah menghilang dari sana.

Sumber keributan klakson mulai terdengar karna lampu sudah berubah warna menjadi Hijau.Mobil yg di tumpangi Azzam pun kembali melaju.

*

*

*

Sesosok gadis cantik melangkah memasuki Lobby perusahaan tempatnya berkerja.

"Letta!"

Gadis bernama Letta itu menoleh,saat mendengar namanya di panggil.

"Eh, Ris.baru nyampe?"tanya Letta pada teman satu devisinya.

"Iya, Lo baru nyampe juga?"tanya gadis bernama Riska itu kembali.

"Iya nih,baru aja nyampe."

Dua gadis itu berjalan beriringan menuju lift, untuk naik ke lantai tempat mereka berkerja.

" Kok aku merasa ada yang berbeda ya, hari ini." Ucap Letta saat melihat para karyawan berkelompok dan berbisik-bisik dengan wajah tegang.

"*Tunggu,apa ada yang salah? kenapa semua orang pada tegang seperti ini?"gumamnya dalam hati*."

"Lo belum buka Wa,ya?"

"Belum, memangnya ada apa?"

"Pak Azzam udah balik dari Singapure."

Letta terdiam. Apa semengerikan itu pimpinan mereka? Karena ia sempat mendengar dari beberapa teman satu devisi nya mengatakan kalau CEO mereka di kenal sebagai orang yang sangat menakutkan,tegas dan dingin!

Letta bukanlah karyawan baru yang tidak tahu tentang pimpinan perusahaan tempatnya berkerja,dia awalnya berkerja di kantor cabang tapi beberapa bulan yang lalu dia mendapat promosi lalu di pindahkan ke kantor pusat. Selama berkerja pun dirinya tidak pernah melihat secara langsung wajah pimpinannya yang namanya saja bisa membuat orang ketar ketir apalagi bertatap muka langsung.

Walaupun namanya cukup terkenal di kalangan pengusaha namun tidak banyak yang mengetahui wajah asli seorang Azzam Syauqi Atharis haya orang-orang tertentu yang dapat bertatap muka langsung dengan CEO muda tersebut.

"Duh Ta, Pak Azzam itu orangnya sangat perfeksionis. Kalau ada kesalahan sedikit aja, dia bisa bertindak tegas bahkan kejam sama karyawannya. Dia gak akan segan-segan memecat karyawan yang menurutnya tidak berguna." Ujar Riska memberitahu.

Letta hanya terdiam.Dirinya memang sudah sering mendengar dari rekan kerja yang lainnya, jika sang CEO memang berhati dingin. Tak suka dengan karyawan yang di anggap lelet atau tak becus dalam menjalankan perkerjaan yang ia minta.

Sedangkan di tempat lain, Azzam kini sedang duduk di kursi di dalam ruangan kerjanya yg begitu luas dan mewah. Ia duduk disana sembari menandatangani semua dokumen yg baru saja di berikan asistennya.

Di depannya ada Reno asistennya ia berdiri tegak di depan meja kerja Azzam sembari memperhatikannya.

Menandatangani semua dokumen itu.

"Tuan, apa anda baik-baik saja? Wajah anda terlihat sedikit pucat." Tanya Reno khawatir.

"Hmm, Saya baik-baik saja. Mungkin hanya sedikit kelelahan saja."

"Apa perlu saya panggilkan dokter,Tuan?"

"Tidak perlu. Sudahlah,kembalilah berkerja."titahnya

Reno pun pamit undur diri, Dia tahu Azzam sangat tidak suka di bantah.

Setelah kepergian Reno,Azzam bangkit dari duduknya ia berjalan menuju sudut ruangan dari balik kaca tebal transfaran itu Azzam dapat melihat gedung-gedung pencakar langit berjejer rapi.

"Zan, kau bisa melihatnya bukan? Aku sudah melakukan semuanya seperti yang kau katakan." Gumamnya lirih.

Rasa bersalah dan penyesalan terpampang jelas di wajahnya, andai saat itu dirinya tidak terlalu panik dan andai pula saat itu dia tidak kebut-kebutan di jalanan kecelakaan na'as itu tidak mungkin terjadi.Tanpa di sadarinya setetes air mata jatuh membasahi pipinya,dengan segera Azzam menghapusnya menggunakan punggung tangannya.

"Aku tidak boleh bersedih,tidak boleh menangis. Aku sudah berjanji pada Razzan."ucapnya mencoba menenangkan dirinya sendiri.

Azzam kembali ke mejanya untuk menyelesaikan perkerjaannya, dia ada janji temu dengan Leo sepupunya saat jam makan siang.

*

*

*

Tiingg..

Sebuah pesan singkat masuk kedalam ponsel Letta yang tergeletak di atas meja kerjanya.

Letta mengernyit heran saat membaca sebuah pesan dari nomer tak di kenal.

"Datanglah ke cafe jingga sekarang."

Letta mencoba mengabaikannya, namun sedetik kemudian ia juga penasaran dengan pesan itu seolah tidak ingin mengabaikannya.

Letta mengirim pesan pada sang kekasih. Berharap kekasihnya mau menemaninya pergi tanpa menyebutkan kemana tujuannya.

"Bim, makan siang bareng yuk." Pesan dari Letta namun Bima tidak kunjung membacanya,membuat Letta hanya mendesah pelan.

Letta merapikan meja kerjanya yang sedikit berantakan, dan sebuah pesan kembali masuk ke ponselnya.

"Maaf yank, aku lagi ada mitting sama klien. Nanti malam aja ya."

Letta membacanya dan tidak membalasnya akhir-akhir ini Bima memang mengaku tengah menjalankan sebuah proyek. Letta berusaha mengerti kondisi Bima dan tidak banyak menuntut.

Setelah selesai beberes Letta pun beranjak dari tempat duduknya ia berniat ingin mencari makan siang di luar dan kebetulan sudah waktunya jam istirahat makan siang.

"Buru-buru banget mau kemana sih?"tanya Riska.

"Hmm ke cafe jingga. Ada janji sama temen." Bohong Letta,tapi tidak sepenuhnya bohong sih. Karena dia memang ingin ke cafe jingga.

*

*

*

Letta tiba di cafe jingga,sebelum turun dari mobilnya Letta merapikan rambut dan make up naturalnya. Letta terlihat begitu cantik membuat banyak pria terpesona melihatnya.

Letta masuk kedalam cafe mengedarkan pandangannya mencari tempat kosong. Namun ia malah melihat pemandangan yang membuatnya sediki shock lalu menjadi emosi.

Ya,Bima bersama wanita lain dan terlihat sangat mesra dengan Bima yang sedang menyuapi wanita itu.Dengan langkah yang sedikit tergesa-gesa, Letta menghampiri meja Bima bersama wanita yang ia ketahui adalah rekan satu devisinya di kantor.

Letta mengambil jus jeruk di hadapan wanita itu dan menyiramkannya ke wajah Bima.

"Yank.." Bima terkejut dengan kehadiran Letta di hadapannya.

"Ini yang di maksud mitting dengan klien." Tanya Letta menyindir.

"Sayang aku bisa jelaskan." Bantah Bima yang tidak ingin Letta marah kemudian berimbas pada hubungannya.

"Jelasin apa lagi? Udah jelas kamu sama wanita ini." Kata Letta sambil menunjuk ke wajah wanita yang sedari tadi hanya diam.

"Kita putus!" Kata Letta." Dan lo,ambil nih cowok berengsek gue nggak butuh."lanjutnya kemudian meninggalkan meja Bima.

"Yank,tunggu yank." Bima mengejar Letta namun Letta sudah masuk ke dalam mobilnya dan pergi dari cafe itu.

Dari sudut cafe Azzam menyaksikan kejadian itu dari awal gadis itu masuk kafe pandangan Azzam langsung tertuju padanya.Azzam tidak menyangka akan melihat gadis itu lagi,gadis yang ia lihat di perempatan lampu merah. Seorang gadis yang membuatnya terpesona hingga tak dapat mengalihkan pandangannya.

Menarik batinnya

Azzam yang tengah menunggu kedatangan Leo malah menyaksikan tontonan geratis secara live.

Azzam sedikit takjup dengan keberanian gadis itu apalagi ia tidak membiarkan pria itu menjelaskan apa pun.

"Lagi liatin apaan sih?"

Mendengar suara seorang pria membuat Azzam menoleh ke arah suara berasal.

"Lo terlambat 10 menit."

"Ck! Lo terlalu berlebihan."jawab Leo dengan santainya sambil mencomot kentang goreng dan mencocolnya dengan sambal.

"Lo udah tau belum? Bella bakal balik ke indo?!" Tanya Leo

Azzam yang menatap ke arah luar kafe langsung mengalihkan pandangannya pada Leo yang ada di hadapannya itu.

"Kapan?"

"Kemarin, Kayak nya udah nyampe deh tadi pagi. Katanya pindah tugas ke rumah sakit yang sama dengan David."

Azzam hanya diam pandangannya kembali tertuju pada jalanan yang terhalang dinding kaca tatapannya yang tajam seketika berubah menjadi sendu,meskipun sudah bertahun-tahun lamanya tapi tetap saja rasa bersalah itu menggerogoti jiwanya.

"Zam, Are you okey?"

"Hemm, gue nggak papa."

Leo turut merasakan kesedihan Azzam.

Tapi dia tidak bisa melakukan apapun ia hanya bisa berharap suatu hari nanti Azzam akan menemukan sosok seseorang yang bisa membuatnya tersenyum kembali,seperti Azzam yang dulu.

*

*

*

bab 2

    Sosok seorang gadis melangkah memasuki tempat pemakaman umun dengan membawa sebuket bunga mawar putih di tangannya.Langkahnya terhenti di depan makam yang tampak terlihat bersih dan terurus.

   Gadis itu berjongkok di samping makam tersebut tangannya terulur menyentuh batu nisan yang bertuliskan nama orang yang tak pernah ia lupakan.

  Razzan Dzikri Athariz. Sosok lelaki yang mengisi hatinya hingga saat ini, meski sudah bertahun-tahun lamanya nama Razzan tetap menjadi sosok spesial di hatinya.

     "Zan, gimana kabar lo? Pasti lo udah bahagiakan disana?!"

  Tanpa terasa air matanya menetes membasahi pipinya, Arabella gadis cantik yang selalu di panggil dengan sebutan bella itu menangis di depan makam sang kekasih yang sudah pergi meninggalkannya lebih dulu, sebelum sempat mewujudkan semua impian yang pernah mereka impikan bersama.

     "Zan, gue udah ikhlas. Tapi nyatanya masih sesakit itu padahal lo udah pergi lama."Bella masih mengoceh sendiri di depan makam seakan dirinya berbicara dengan Razzan.

     "Zan, maaf. Mungkin ini yang terakhir.Tapi lo tenang aja nama lo tetap menempati tempat yang spesial di hati gue."

   Setelah puas memandangi makam Razzan, Bella bangkit dan melangkah meninggalkan tempat itu tanpa menoleh sekali pun. Ia mencoba memantapkan hatinya untuk melupakan Razzan.

Mencoba menerima pria yang selama ini dengan sabar menunggu dan menemaninya.Meskipun hatinya belum sepenuhnya mencintainya pria itu,namun dia akan tetap berusaha menerima dan mencintainya secara perlahan.

    Razzan mengenalmu adalah bahagiaku

    Mencintaimu adalah luka ku.

*

*

*

    Letta mengemudikan mobilnya tanpa arah tujuan yang jelas hingga akhirnya dia berhenti di depan sebuah taman kecil yang cukup sepi,Letta turun dari mobilnya lalu memilih duduk di salah satu bangku yang tersedia di taman itu.

   Bohong jika di katakan dia tidak sedih tidak terluka dengan apa yang dirinya lihat beberapa waktu lalu,hubungan yang dia pikir baik-baik saja pria yang ia cintai ternyata mengkhianatinya.

        Berengsek

   Letta tidak pernah menyangka bahwa Bima akan berani mengkhianatinya terlepas dari sikap Bima yang terlihat sangat mencintainya,Letta tertipu dengan kepalsuan itu yang ternyata Bima tidak sebaik yang dia pikirkan.

  Selama 2 tahun menjalin hubungan Letta selalu menjaga jarak dengan lawan jenisnya demi menjaga perasaan Bima tapi apa yang ia dapat malah pengkhianatan.

     "dasar laki-laki berengsek" maki Letta "setelah apa yang gue lakuin lo malah selingkuh di belakang gue.Lo benar-benar jahat Bima.."

   Letta merasa di rugikan selama ini karena tidak sekali dua kali Letta membayar belanjaan Bima tiap kali jalan dengannya,namun dia tak pernah memperhitungkan itu tapi setelah di pikir-pikir selama ini dia hanya di peralat oleh Bima yang berkedok kekasihnya itu. Letta baru menyadari bahwa dia hanya di manfaatkan oleh Bima.

     Saat Letta termenung sosok gadis remaja tiba-tiba saja muncul kemudian duduk di sampingnya,Letta menoleh memperhatikan gadis berseragam SMP itu.

   " Mau permen?" tawar gadis itu sambil menyodorkan permen bulat bertangkai ke arah Letta.

  Letta tak bergeming hingga tiba-tiba gadis itu menarik tangannya dan meletakan permen itu di telapak tangannya sambil tersenyum manis.

   "Aku tidak tahu kakak sedih karena apa,tapi kata Mami kalau orang sedih itu harus di kasih yang manis-manis biar gak sedih lagi. Seharusnya aku kasih coklat tapi karena nggak ada coklat jadi aku kasih permen deh." celoteh gadis itu.

   Letta tersenyum mendengar penuturan gadis itu,bisa- bisanya dia di hibur oleh gadis remaja.

    " terimakasih,sepertinya apa kata Mami kamu bener deh. Aku memang lagi butuh yang manis-manis."balas Letta

    "sama-sama syukur deh kalo kakak suka."ungkap gadis itu sambil tersenyum balik pada Letta.

     "Nama aku Dea." ucap gadis itu mengulurkan tangannya pada Letta

   Letta menyambut uluran tangan itu" Aku Letta."

    "Kamu kok bisa ada disini?"tanya Letta

     "Nunggu jemputan."

     " Kenapa nggak nunggu di depan sekolah aja? Tempat ini lumayan jauh loh dari sekolah, kamu pasti jalan kaki kan tadi kesini?"

  Dea menatap Letta sebentar lalu mengalihkan pandangannya pada jalanan di depan sana.

     "Aku tidak suka jadi pusat perhatian."ungkap Dea

     "Maksudnya?"tanya Letta bingung

   Dea pun menceritakan kalau sebenarnya Dia adalah anak dari keluarga yang terbilang cukup mampu,tapi karena itu pula Dea tidak ingin teman-temannya tahu identitas aslinya.Dea selalu di antar jemput di taman itu selebihnya ia berjalan kaki menuju sekolahnya.

   Dea ingin memiliki teman yang benar-benar tulus ingin berteman dengannya,bukan karena semata dirinya anak orang kaya.Letta paham dari cerita Dea dia mengerti kalau Dea menginginkan teman yang benar-benar tulus ingin berteman dengannya.

    Ponsel milik Dea berbunyi gadis itu pun langsung mengangkat panggilan itu,namun setelah panggilan itu terputus gadis itu tampak lesu.

    "ada apa?"

     " Mobil pak Tito pecah ban,jadi nggak

bisa jemput Dea." ungkap gadis kecil itu.

  Letta menatap jam tangannya jam istirahat kerja udah habis seharusnya dia sudah kembali ke kantor."Mau kakak antarkan pulang?"tawar Letta.

   gadis kecil itu diam dia tampak menimbang sesuatu."Bisa kakak antarkan aku ke Athariz grub? Kakak ku berkerja disana."ucap gadis itu

   " kebetulan sekali tujuan kakak memang kesana."

  Dea tampak sumringah mendengar itu,dia tidak menyangka kalau Letta juga berkerja di Athariz grub.

Akhirnya Dea pun ikut Letta.

*

*

*

   Sepanjang jalan tadi Dea banyak bercerita tentang keluarganya,dia bahkan memberitahu Letta bahwa dirinya memiliki saudara kembar namun berjenis kelamin lelaki.

   Sesampainya di tempat tujuan Letta tidak menemani Dea menunggu saudaranya dia sudah sangat terlambat dan takut di tegur oleh atasannya karena istirahat melebihi waktu jam istirahat.

Jadi dia hanya mengantar Dea ke kantin yang memang tersedia di perusahaan itu dan sebelum pergi ia sempat memesankan minuman dan beberapa cemilan untuk Dea agar tidak bosan menunggu kakaknya.

   Di tempat lain Azzam yang tengah bersantai di cafe jingga mendapat pesan masuk.Setelah membaca pesan itu Azzam langsung bangkit hendak pergi.

    "Mau kemana lo?"tanya Leo

  Azzam memperlihatkan isi pesan tadi pada Leo.

Membuat pria itu mendengus kesal melihat isi pesan tersebut.

    "gue ikut."ucap Leo mengikuti Azzam yang sudah berlalu lebih dulu.

  Saat sampai di kantor Azzam bergegas menuju kantin perusahaan itu yang masih terletak di lantai satu jadi dia tidak perlu repot-repot naik lift.

   "Bang Azzam.." Dea langsung berlari ke arah Azzam dan memeluknya.

    "sudah lama?"tanya Azzam sambil mengelus rambut panjang gadis itu.

  Dea menggeleng"baru aja nyampe."ucapnya

Leo yang datang terakhiran tiba-tiba saja langsung menjentik kening Dea membuat gadis itu meringis.

Dan menatap Leo dengan kesal.

    "Aduh..sakit tau bang"keluh nya

    "Nakal. Pulang sekolah itu harusnya langsung pulang kerumah bukannya keluyuran."omel Leo

  Leo hendak kembali menjentik kening adiknya itu tapi tangannya lansung di tepis oleh Azzam.

    "nggak usah kasar"ucap Azzam sembari menatap Leo dengan tatapan dingin.tapi bukan Leo namanya kalau takut di tatap seperti itu.

   Azzam menarik tangan Dea yang sejak tadi sudah bersembunyi di balik punggungnya lalu mengajaknya duduk,sebelum duduk Dea sempat memeletkan lidahnya pada Leo membuat pria itu semakin geram karena di ejek oleh adiknya.

   "Tadi kesini nya sama siapa?" tanya Azzam pria dingin itu akan berubah menjadi hangat jika berhadapan dengan gadis kecil ini dan mendadak jadi banyak bicara.

    Dea pun akhirnya menceritakan bagaimana ia bisa sampai kesini dengan kedua abangnya.

    "Lain kali jangan langsung percaya dengan orang yang baru dikenal"

    "Tapi kakak cantik orangnya baik kok."

    " kali ini kamu beruntung bertemu dengan kakak cantik yang kamu maksud,coba aja tadi yang kamu temui bukan dia dan malah orang yang berniat jahat terhadapmu? Apa yang akan terjadi coba?!"

  Dea menunduk dia paham kalau dia salah"Maaf"ucapnya lirih

     "Lain kali jangan di ulangi lagi ya,harus bersikap waspada pada orang yang tidak di kenal."ucap Azzam

    "Dengerin tuh."sambung Leo

     "Adek lo ini memang nakal Zam."ucap Leo

     "dia adek lo juga kalo lo lupa"balas Azzam yang membuat Leo terkekeh.

*

*

*

    Letta sudah kembali ke meja kerjanya di atas mejanya sudah terdapat beberapa berkas yang harus di kerjakan.

   "Tadi Buk Siska nanyain lo,gue bilang lo lagi ke toilet jadi tenang aja."ucap Riska.

    "thanks."ucapnya

Letta kembali fokus dengan perkerjaannya dia ingin cepat menyelesaikan dan pulang.

  Jam sudah menunjukkan pukul 17:25 sore sudah banyak karyawan yang sudah pulang tapi ada juga yang mengambil lembur hingga malam.

   Letta baru saja keluar dari lobby perusahaan tapi tiba-tiba saja dia bertabrakan dengan seorang pria.

Tidak,pria itu yg menabraknya karena dia berjalan sambil fokus bertelepon.

        "Ya tuhan...!!!"

Tas jinjing milik gadis itu sampai terlempar dan membuat isinya berserakan di lantai.Dengan wajah kesal ia berjongkok dan memungut barangnya lagi.

   "Saya minta maaf."pria itu langsung ikut membantunya

   "Lain kali kalau jalan hati hati dong!"

    "Sekali lagi saya minta maaf."ujar pria itu dengan tulus.

   Mereka beranjak bersama lalu pandangan mereka bertemu.Ekspresi pria itu tampak dingin, berbeda dengan Letta yang menatapnya dengan penuh kekesalan.

   "Kamu baik baik saja?"tanya pria itu

   "Saya baik baik saja."sahutnya singkat lalu ia langsung bergegas pergi dari sana.

    "jadi dia berkerja disini."

 Ya,pria yang bertabrakan dengan Letta adalah Azzam dia tidak menyangka kalau gadis itu salah satu karyawannya.Entah kenapa Azzam merasa tertarik dengan gadis itu.

  Reno yang baru tiba merasa heran melihat bos nya sedang menatap seorang gadis lebih dari sepuluh detik.

    "Reno cari tahu tentang wanita itu,aku mau data dirinya sudah ada malam ini."titah Azzam

     "Baik tuan."

 Untung Reno sempat melihat jelas wajah gadis itu,kalau tidak akan sedikit sulit mencari tahu di antara banyaknya karyawan wanita di perusahaan itu.

*

*

*

    Azzam Syauqi Athariz atau yang kerap kali di panggil Azzam CEO Athariz Grub perusahan yang bergerak di bidang Perhotelan,Restoran,Mall,Pariwisata,Maskapai penerbangan,Real Estate dan fhasion.

    Kini, ia berdiri terpaku di balkon kamarnya membiarkan pandangannya tenggelam dalam gemerlap bintang yang menghiasi langit malam,pikirannya melayang jauh pada kejadian tadi sore saat ia tidak sengaja menabrak seorang gadis di depan lobby perusahaannya.

  Tiba tiba suara ketukan pintu dan langkah kaki terdengar dari belakang. Reno, asisten pribadinya dengan lembut menghampiri sambil membawa sebuah Dokumen di tangannya.

   "Namanya Arletta Zevanya Umur 25 tahun karyawan dari kantor cabang yang baru di pindah tugaskan beberapa bulan yang lalu.Hanya itu informasi yg saya dapatkan Tuan karena memang tak banyak informasi tentang gadis itu.

Silahkan Tuan baca sendiri selebihnya!"ujar Reno sembari menyerahkan dokumen kepada bosnya.

       "Hemm"

  Azzam membaca informasi tentang Letta yang ada di kertas itu Expresi nya tetap dingin membuat Reno sulit membaca isi pikiran Tuannya itu. Apakah senang atau tidak dengan hasil kerjanya. Membuatnya sedikit ketar ketir karena takut Tuannya itu tidak puas dengan hasil kerjanya.

       "Bagus,akan ku tambah bonusmu bulan ini."ucapan Azzam membuat Reno merasa lega dan tersenyum sumringah,dia pun segera pamit undur diri meninggalkan Azzam yang masih sibuk membaca informasi tentang Letta.

     "Ada apa denganku,kenapa bayangan gadis itu selalu muncul di pikiranku?."batinya sambil sesekali meraup wajahnya kasar.

  Dirinya tidak pernah seperti ini sebelumnya,bahkan banyak gadis yg berusaha menarik perhatiannya.namun satu pun tak ada yang membuatnya tertarik,tapi berbeda dengan gadis yang dia temui tadi sore,terkesan cuek dan tak perduli tapi berhasil membuat sesuatu dalam dirinya tertarik dan merasa tertantang.

   Dirinya dikenal sebagai sosok yang dingin dan tegas dalam memimpin.

Meski tak banyak berbicara,namun ada sisi lain dari dirinya yg tak banyak orang ketahui terutama saat berada di dekat orang terdekatnya.

  Azzam meraih dompet,ponsel serta kunci mobilnya yang tergeletak di atas nakas samping tempat tidur,ia berniat mencari udara segar atau sekedar berkeliling saja.

  Di tempat lain Letta baru saja keluar dari mini market,tiba-tiba tiga orang pria yg berpenampilan seperti preman menghadangnya.

    "Hai cantikk.."ucap salah satu preman sembari menghampirinya.

  Letta tampak sedikit takut melihat ketiga pria itu apalagi tampang mereka terlihat aneh.mereka tersenyum lebar sambil menatap tubuh Letta dari atas sampai ke bawah.membuat Letta risih dan tidak nyaman.

       "Minggir kalian!!"tegas Letta sambil melangkah mundur ke belakang menghindari mereka.

Mereka tidak mendengarkan Letta malah semakin mendekati Letta yang berjalan mundur.

    "Jangan coba-coba mendekat! Kalau kalian berani mendekat aku akan teriak"ancam Letta.

     "Ayolah ikut kami,kami hanya ingin mengajakmu bersenang-senang"ucap salah satu pria.

   "Tolong...tolong..."Letta tidak punya cara lagi untuk melarikan diri karna ketiga pria itu menghadang jalannya.Hingga ia pun berteriak meminta pertolongan.

  Ketiga preman panik mendengar teriakan Letta hingga salah satunya langsung membekap mulut Letta dengan tangannya lalu menariknya secara paksa kedalam gedung karokean yg tak jauh dari sana.

   Ketika berada di dalam ruangan,Letta berusaha melepaskan diri dengan menggigit tangan preman yg menutup mulutnya.

    "Aaarggghh..."preman itu pun melepaskan Letta setelah mendapat gigitan tersebut,Ariana pun menggunakan kesempatan itu untuk berlari ke arah pintu.Namun salah satu preman berhasil meraih tangannya lalu preman itu menampar wajahnya sebanyak dua kali sampai Letta terjatuh kelantai.

    "Dasar wanita sialan!"

Letta tampak kesakitan,bahkan sudut bibirnya mengeluarkan darah akibat tamparan itu,namun ia tidak menyerah untuk kabur dari sana.ia mengambil botol memecahkannya menjadikan pecahan botol tersebut sebagai senjata dan mengarahkannya pada preman tersebut.

     "Aku lebih baik mati dari pada di sentuh oleh kalian." Ancam Letta dengan tatapan tajam.

    Namun salah satu preman mengambil asbak dan meleparkannya ke arah tangan Letta hingga pecahan botol itu terlepas dari tangannya.

   "Akkhhhrggg"teriak Letta kesakitan

Tangannya yg terkena asbak nampak membiru.hal itu tak membuatnya menyerah untuk kabur.

   "Dasar wanita kurang ajar"

Salah satu preman kembali menangkap tangan Letta dan melempar tubuhnya ke sofa.

Letta mengambil botol minuman yang ada di atas meja lalu meleparkan nya ke arah salah satu pria hingga mengenai kepalanya bahkan sampai mengeluarkan darah segar,lalu menendang selangkangan pria yg berusaha menangkapnya kembali.saat mereka lengah Letta pun berusaha melarikan diri.

    Beberapa orang di tempat karokean yang baru keluar dari ruangan mereka,terkejut melihat seorang perempuan berlari dalam keadaan berantakan dan penuh luka.namun mereka diam saja.sedangkan Letta terus berlari tanpa menoleh ke arah mereka karna berpikir disana tidak akan ada orang yg menolongnya.

   Tepat di depan pintu masuk Letta malah menabrak Azzam yang memang tujuannya ingin ke tempat karaoke itu atas ajakan Leo.

Azzam sedikit terkejut melihat kondisi Letta,namun saat ia berniat ingin membantu Letta malah menepis tangannya dan kembali berlari tampak jelas sekali raut ketakutan di wajahnya.

  Tak lama setelah itu beberapa pria berlarian melewati Azzam,Azzam yang langsung ngeh dengan situasi itu pun langsung ikut berlari menyusul Letta entah kenapa dirinya merasa khawatir dengan gadis itu.

  Para preman berhasil menyusul di belakang Letta. Letta menoleh dan tampak takut hingga ia berlari ke tengah jalan untuk menghindari mereka saking takutnya Letta berlari sambil menoleh kebelakang sampai ia tidak melihat sebuah mobil melaju di depannya.

    "Aaaaaaaa..."Letta berteriak kencang untungnya Azzam datang tepat waktu dan menarik Letta. Tubuh keduanya terguling di jalanan Azzam dengan sigap melindungi kepala Letta dengan tangannya.

    "kamu tidak apa-apa?" tanya Azzam sambil membantu Letta untuk duduk di pinggir jalan.

   Letta mengangguk dia melihat tangan Azzam yang penuh luka dan berdarah karena melindungi kepalanya.

     "Tangan lo.."

     " nggak papa."

Azzam sempat melihat tiga orang pria yang tadi mengejar Letta,tapi mereka langsung kabur saat Letta hendak tertabrak mobil.

Beberapa orang yang melihat kejadian itu menghampiri mereka yang masih terduduk di pinggir jalan bahkan ada beberapa yang menanyakan keadaan mereka.

   Azzam menggenggam tangan Letta dan membawanya pergi dari tempat itu tapi

seorang pria menghalangi jalannya berniat menawarkan diri untuk mengantar mereka

ke rumah sakit namun Azzam menolaknya dengan mengatakan bahwa ia membawa mobil sendiri.dan akhirnya pria itu pun membiarkan Azzam kembali menarik Letta dan membawanya menuju mobilnya.

  Entah kenapa Letta menurut dengan Azzam,tidak ada rasa takut atau khawatir Azzam akan berbuat jahat padanya padahal dia tidak mengenal pria yang sedang menyetir mobil di sampingnya itu.

   Azzam membawa Letta ke rumah sakit terdekat setibanya disana para perawat yang melihat luka di tubuh mereka langsung sigap memberi pertolongan dan mengobati mereka.

*

*

*

   Bella baru saja tiba di depan pintu apartemen sahabatnya dia berniat memberi kejutan pada sahabatnya atas kepulangannya dari luar negeri.

Tapi beberapa kali dia memencet bel pintu itu tidak juga terbuka membuat bella sedikit khawatir.

   Dia pun segera mencoba menghubungi sahabatnya panggilan telponnya tidak langsung di angkat membuat bella semakin khawatir dan terus mencoba menghubungi sahabatnya.dan untungnya di panggilan yang ketiga telpon itu tersambung.

     "Hallo Ta, lo dimana?"tanya nya saat telpon itu tersambung.

  Dan betapa terkejutnya dia saat mengetahui sahabatnya sedang berada di rumah sakit,niat hati ingin memberi kejutan malah dirinya yang di kejutkan. Ia pun bergegas menuju rumah sakit untuk melihat keadaan sahabatnya.

  Sedangkan Leo yang berada di tempat karaoke terkejut mendapat pesan singkat dari Azzam yang memintanya segera kerumah sakit.

Dengan cepat Leo pergi dari tempat itu,sambil menyetir mobil Leo mencoba menelpon David yang sedang berada di rumah sakit untuk memeriksa keadaan Azzam.

   David yang kebetulan memang sedang tugas jaga malam langsung bergegas menuju UGD setelah mendapat kabar dari Leo.

    "Zam,lo nggak papa?"tanya David saat dirinya tiba di UGD

    "nggak papa cuman lecet dikit."jawabnya.

  David memicingkan matanya saat menatap gadis yang sedang bersandar di atas brangkar sedangkan Azzam malah duduk di ujung kaki gadis itu.

    "Letta."ucap David

Letta yang sejak tadi sibuk dengan ponselnya yang sedikit retak itu karena ponselnya berada di saku celananya saat ia jatuh tadi,menoleh saat mendengar namanya di panggil.

   "David."

  belum selesai dengan keterkejutannya David malah mendengar suara cempreng wanita yang sangat ia kenal berlari ke arah mereka..

    "Letta...lo nggak papa?" tanya bella sambil memutar tubuh Letta kekanan dan kekiri memeriksa apakah ada luka yang lebih parah di tubuh sahabatnya itu selain luka lebam di pipi dan tangannya.

  Belum selesai dengan bella malah terdengar kembali suara histeris dari arah pintu masuk dan terlihat Leo yang berlari ke arah mereka dan langsung memeluk Azzam.

matanya sudah memerah dan wajahnya penuh dengan air mata bagaimana tidak sepanjang perjalanan menuju rumah sakit Leo menangis dia sangat takut kejadian itu terulang lagi.Leo tidak mau kehilangan sepupu lagi seperti sepuluh tahun yang lalu.

    "Gue nggak papa."ucap Azzam yang mengerti kekhawatiran Leo

   Bella yang sejak tadi sibuk memeriksa Letta tidak menyadari kehadiran Azzam disana.namun saat dia berbalik Azzam juga sedang menatapnya sontak membuat Bella terkejut napasnya tercekat ia tidak menyangka akan bertemu secepat ini.

   Namun bella sadar yang ada di hadapannya adalah Azzam bukan Razzan. Bella mencoba mengatur nafasnya kembali,David yang melihat itu langsung mendekati Bella mencoba menenangkan Bella dengan cara mengusap pundaknya.

  Bella yang sudah sedikit tenang akhirnya memberanikan diri menatap Azzam kembali,mata itu mata seseorang yang pernah menatapnya dengan penuh cinta dan wajah itu wajah yang sangat dia rindukan.

     "Apa kabar, Bel? Maaf di setiap pertemuan kita gue selalu buat lo terkejut kaya gini."ucap Azzam

   "lo nggak perlu minta maaf,gue aja yang suka lupa kalo Razzan punya saudara kembar."lirih Bella

  Letta yang sejak tadi hanya diam mengamati interaksi orang-orang yang ada di hadapannya ini akhirnya mengerti,tapi ia tetap diam tak ingin ikut campur.

  Letta memperhatikan Azzam yang tengah berbicara dengan David dia sedikit familiar dengan wajah Azzam sejak tadi dia mencoba mengingat dimana dia pernah bertemu Azzam sebelumnya.

      "Ya tuhan." batinnya setelah ingat kejadian tadi sore di depan perusahaan tempatnya berkerja.

Ia pikir Azzam adalah salah satu karyawan disana sama sepertinya tanpa dirinya ketahui bahwa Azzam lah pemilik perusahaan tersebut.

Bab 3

   Semua orang menundukkan kepalanya saat Azzam melewati mereka. Wajah yang datar tanpa senyum sedikit pun membuat julukan CEO dingin itu melekat pada dirinya.

  Memang nyatanya seperti itu saking dinginnya Azzam hanya beberapa orang saja yang bisa berkomunikasi dengan Azzam.

   Masalahnya, semenjak kejadian itu Azzam sama sekali susah untuk tersenyum dan hanya orang terdekatnya saja yang bisa melihat senyuman manisnya.

     "Apa jadwal ku hari ini?" tanya Azzam kepada Reno asisten pribadinya.

    "Hari ini Tuan ada meeting dengan G.O Mall ,dan Makan siang dengan Tuan Billy wilson. Dan sorenya Tuan ada meeting dengan tim perencanaan."Reno memaparkan jadwal Tuannya hari ini.

   Azzam hanya mengangguk tanpa mengeluh dengan jadwal yang sangat padat. Selain tak pernah senyum Azzam juga tidak pernah mengeluh dengan pekerjaan yang sangat banyak. Justru Om dan tantenya yang sering protes karna Azzam tak pernah ada waktu untuk dirinya sendiri.

     "Siapkan semua materi meetingnya, akan aku pelajari dulu."pinta Azzam

     "Baik Tuan, saya akan kirimkan lewat email." balas Reno.

 Begitu keluar dari lift Azzam langsung berbelok dan masuk ke dalam ruangannya begitu juga Reno yang ruangannya tepat berada di sebelah ruangan Azzam.

Begitu masuk ke dalam ruangannya Azzam langsung melepas jasnya melemparnya asal ke arah sofa.

Hari ini Azzam hanya mengenakan baju kaos putih berlengan pendek dan di lapis oleh jas berwarna krim senada dengan celana yang ia kenakan.

   Reno selaku asistennya saja merasa heran dengan staylis bos nya itu hari ini terlihat sangat berbeda dari biasanya. Dia tidak tahu saja kalau Azzam tidak bisa mengenakan kemeja karena tangannya sedang di perban.Tidak ada yang tahu mengenai lukanya kecuali Leo dan David sahabatnya.

      "Hallo."

     "Hallo Zam,dimana?"

     "lo udah tau gue dimana pake nanya."

     "gue di dekat kantor lo,lo lagi nggak meetingkan?"

    "1 jam lagi,memang nya kenapa?"

     "Oke,gue kesana sekarang. Tunggu"

 sambungan telepon pun berakhir. dan tak butuh waktu lama Leo pun sudah sampai di lobby Athariz grub. Tidak ada adegan harus reservasi terlebih dahulu atau harus menunggu semua orang sudah mengenal siapa Leo jadi tak akan ada yang berani menghalangi langkahnya menuju ruangan CEO.

Bahkan dia masuk keruangan itu tanpa mengetuk terlebih dahulu.

  Sebenarnya tidak ada masalah yang begitu penting hanya saja Leo tidak akan tenang jika tidak memastikan keadaan Azzam baik-baik saja.karena sebelumnya dia pernah menemukan Azzam beberapa kali tidak sadarkan diri.

    "lo lagi sakit gini masih di paksain kerja? Gue nggak abis pikir Zam."

   "kalo bukan gue yang handle nih perusahaan siapa lagi coba? Nggak mungkin kan gue suruh Razzan bangkit dari kubur buat gantiin gue."

      " nggak gitu juga kali. Kan bisa suruh Reno atau siapa itu namanya...hmmm Daniel."ujar Leo

     " lo lupa Daniel lagi di singapure jagain oma."tukas Azzam

    "Oh iya ya,gue lupa."ucap Leo sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

  Azzam hanya menggeleng melihat tingkah Leo,tapi Azzam juga sedikit terharu dengan perhatian Leo.

     Terimakasih Leo batinnya

*

*

*

Setelah meeting selesai Azzam pun segera menuju

Restoran dimana dia akan bertemu Om nya Billy wilson. Sesampainya di restoran Azzam langsung masuk ke ruang VIP yang telah di pesan oleh Billy.

   "Apa kabar ponakan Om yang sukses ini?" Billy menyambut kedatangan Azzam dengan hangat. Tidak ada senyuman Azzam hanya membalas pelukan Billy.

 Billy sama sekali tidak tersinggung dia sudah biasa dengan sikap cuek Azzam." Perlu satu minggu Om mendapatkan jadwal kamu Zam" ledek Billy

   "Maaf om, di kantor memang lagi sibuk. Kebetulan Athariz dapat tender baru."

    "Iya om tahu, Leo sudah cerita sama om. Jadi kamu semakin nggak butuh investasi dari Opa Theo."

   " Untuk sekarang belum Om, tapi jika aku butuh aku akan langsung bilang sama Opa."

  Billy mengangguk dan salut dengan Azzam.

Di usianya yang masih 27 tahun Azzam sudah sukses mengembangkan perusahaan peninggalan orang tuanya hingga memiliki cabang di berbagai negara.

    " Kita makan dulu, habis itu kita ngobrol" Azzam mengangguk dan mereka pun makan. Di sela-sela makan Om dan ponakan itu saling berbincang dari mulai bisnis sampai kehidupan pribadi.

   "Apa kamu tidak ada keinginan untuk mencari pendamping,Zam?" tanya Billy

   " Untuk saat ini belum Om. Azzam masih harus fokus ke perusahaan."

 Billy meletakkan sendok makannya terdengar helaan nafas darinya. Azzam ini gila kerja terkesan tidak perduli dengan kehidupannya sendiri, Membuat Billy khawatir.

   " Jangan terlalu di forsir Zam, tubuhmu itu juga butuh istirahat." nasehat Billy

   "Aku mengerti Om, aku baik-baik saja."

  mereka pun akhirnya melanjutkan makan dalam diam tidak ada lagi obrolan. Setelah selesai makan Azzam langsung pamit karena masih ada kerjaan di kantor yang harus di selesaikan.

  Saat Azzam sudah sampai di depan pintu dan hendak keluar dari ruangan itu,Om nya kembali memanggilnya membuat pria itu menoleh.

   " Jangan sungkan meminta bantuan, ingat kamu tidak sendiri Zam. Keluarga wilson selalu ada di belakangmu." ucap Billy

   Azzam mengangguk dan kembali melanjutkan langkahnya meninggalkan ruangan itu.

*

*

*

    Letta saat ini sedang berada di ruang keluarga kediaman Stanley, kejadian tadi malam di ketahui oleh Ayahnya jadilah tadi pagi Letta di gotong oleh orang suruhan ayahnya dan di bawa pulang..

  Saat ini dia sedang di ceramahi di ruang keluarga itu ,tidak hanya Ayahnya tapi ibu serta kedua kakaknya juga ikut memarahinya.

  "Sudah cukup ya,Ta! main-main di luarnya. Mama udah pusing dengan tingkah kamu, selama satu bulan kamu cuma pulang kerumah satu kali. Kamu nggak kangen sama mama?"tanya sang mama

  "Kamu itu tidak kekurangan Letta, harta keluarga Stanley tidak akan habis kalau cuman buat kasih makan kamu. Jadi buat apa kamu kerja keras di luar sana?" tanya Nicholas selaku kakak tertua.

   "Bosen"jawab Letta

   "kalau bosen kamu bisa liburan kemana pun kamu mau, kalau pengen kerja kamu bisa kerja di perusahaan Papa atau perusahaan Abang kamu."Tegas Sean Ayahnya Letta.

   Letta adalah putri bungsu keluarga Stanley

Pembisnis yang memiliki anak cabang perusahaan dimana-mana.Ibunya adalah seorang disainer ternama pemilik Miracle butik,toko pakaian ternama yang pelanggannya rata-rata orang-orang kalangan atas,bahkan artis terkenal.

   Hidup Letta bagaikan seorang putri,namun dia selalu kesepian karna ayah dan ibunya terlalu sibuk dengan perkerjaan.kisah asmaranya juga berantakan.

Pernah menyukai seorang pria,tapi ternyata dia hanya memanfaatkannya saja.

Karna status Letta yang berasal dari keluarga konglomerat.Letta memilih menyamar menjadi orang biasa tanpa embel-embel nama Stanley di belakang namanya untuk mendapatkan teman dan pasangan hidup yang menyukai dia apa adanya,tanpa memandang status siapa dia sebenarnya.

  Derap langkah terdengar dari arah depan mengarah ke arah ruang keluarga membuat satu keluarga itu menoleh dan sedikit terkejut dengan kehadiran sosok wanita tua yang masih terlihat cantik di usia senjanya.

   "Loh Mami, Mami kapan sampainya? Kok kesini nggak bilang-bilang. Kalau tahu kan aku bisa suruh Nicho atau Gio buat jemput Mami di bandara."ucap Shiren ibunya Letta.

  Letta yang melihat kehadiran Oma nya langsung memelas meminta pertolongan.

    "Oma..." ucap Letta sambil menghampiri wanita tua itu dan memeluknya.

 Nicho yang melihat tingkah adik bungsunya itu langsung berdecih. Sudah pasti Letta akan meminta pembelaan dari sang Oma.

    "Wajah kamu kenapa ini? Kok banyak luka memar begini?!"tanya Oma saat mendapati wajah cucu kesayangannya terdapat banyak luka lebam.

   "I-ini.."

   " Kamu pukul anak kamu sean?" tanya sang Oma yang suaranya sudah naik satu oktaf.

   " Nggak ya Mi, jangan asal langsung tuduh aja dong." bantah sean

   "Terus,ini kenapa sampai begini."

    "Mampus!"batin Letta yang hanya bisa pasrah

  Shiren pun mendekati ibu mertuanya itu dan mencoba menenangkan lalu menuntun wanita itu untuk duduk dan menceritakan semuanya.

Mambuat Oma semakin geram.

   "Letta.."

  mendengar namanya di panggil Letta yang sejak tadi menunduk memberanikan diri menatap sang Oma.

    "Iya Oma"jawabnya.

    " Kamu masih ingat janji kamu sama Oma,bukan?!"Letta mengangguk mengiyakan pertanyaan Omanya.

    "Umur kamu udah cukup untuk menikah dan Oma sudah temukan pria yang cocok denganmu."

     Jdarr

 Bak di sambar petir di siang bolong Letta sangat terkejut dengan ucapan Omanya, dia tidak menyangka kalau hari ini akan datang juga. Letta memang pernah membuat perjanjian dengan sang Oma bahkan di saksikan kedua orang tuanya saat itu,

  Letta akan mencari pasangan sendiri tapi jika pasangan Letta itu mengkhianatinya dan bukan pria yang tulus mencintai Letta maka dia harus mau menerima perjodohan yang di siapkan oleh Omanya.

    " Tapi Letta tidak mau menikah dengan Andra Oma."ucap Letta karena ia pikir dirinya akan di jodohkan dengan putra dari keluarga Leuis

   "Siapa bilang Oma akan jodohkan kamu sama Andra."

   Letta mengerutkan keningnya" Bukannya waktu itu Oma bilang akan jodohkan aku sama putra keluarga Leuis?" tanya Letta bingung.

   "Nggak jadi. Kamu terlalu berharga jika di serahkan pada putra keluarga Leuis yang terkenal suka main wanita itu. Jadi Oma berubah pikiran."

 Nicho yang sejak tadi hanya menyimak jadi ikut penasaran."Terus Oma mau jodohin Letta sama siapa?"tanyanya.

   Gio kakak kedua Letta juga penasaran tapi dia tidak berani bertanya seperti Nicho karena beberapa bulan yang lalu dia menolak perjodohan yang Omanya atur sehingga membuat wanita tua itu murka dan masih marah padanya.

   "Sama cucu teman lama Oma,dan kamu akan tahu nanti."

  Letta menghembuskan nafas pasrah,ia tahu kali ini ia tidak bisa menolak lagi seperti sebelumnya.

*

*

*

    Azzam memarkirkan mobilnya di garasi, dia melihat ada mobil Daniel terparkir di garasi membuatnya menebak-nebak apa Daniel sudah kembali dari singapure.

  Azzam pun keluar dari mobilnya. Dia di sambut oleh beberapa penjaga rumah.Pria itu hanya menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.

      Dan benar saja saat Azzam masuk dia mendapati Daniel yang sedang duduk di ruang tamu sambil memangku laptop miliknya. Melihat kehadiran Azzam Daniel langsung menghentikan aktifitasnya, ia bangkit lalu memberi hormat pada Tuannya dengan sedikit membungkukkan tubuhnya.

   "Bagaimana bisa kau ada disini, bukankah kau ku beri tugas menjaga Oma di singapure?"

 belum sempat Daniel menjawab terdengar suara yang sangat familiar di telinga Azzam membuat pria itu menoleh kearah datangnya suara itu.

   " Oma sudah sehat dan tidak perlu Daniel intuk menjaga Oma."

  Azzam terkejut tanpa sadar air mata nya menetes membasahi pipinya, orang yang beberapa bulan ini selalu dirinya khawatirkan sedang berdiri dihadapannya dalam keadaan sehat. Rasa takut akan kehilangan lagi membuat Azzam menangis dia sangat bahagia melihat Omanya sehat kembali.

Sang Oma mendekat memeluk cucu kesayangannya dan keluarga satu-satunya yang dia miliki saat ini .

  "Sudah jangan menangis lagi, kan nggak lucu kalau ada yang lihat seorang Azzam pemimpin Athariz yang berwibawa menangis seperti ini."ledek sang Oma sambil melerai pelukan mereka. Azzam mengangguk lalu membawa Omanya itu untuk duduk.

  Azzam berbaring di paha sang Oma sambil menarik tangan Omanya memintanya untuk mengelus kepalanya.

 Dengan senang hati sang Oma melakukan itu,karena Azzam memang jarang manja Kepadanya.

   "Kenapa sayang?" Tanya Oma Riana

     " Nggak apa-apa Oma,Cuman mau sama Oma aja Azzam kangen."

    Sebagai nenek Riana tentu tahu kalau cucunya itu sedang tidak baik-baik saja. Tapi Riana tidak bisa langsung memaksa Azzam untuk bercerita padanya.

*

*

*

   " Tuan, anda dicariin Nyonya besar."

Pria berkulit putih itu menoleh,ketika seorang wanita paruh baya memanggilnya.

   Dia mengangguk dengan sopan lalu menghentikan aktifitasnya yang tengah mengggunakan tredmill.

Azzam saat ini sedang berada di ruangan gym, jika dia sedang ada masalah atau banyak pikiran Azzam selalu menghabiskan waktunya disana dengan berolahraga agar pikirannya sedikit teralihkan.

   Azzam pun bergegas kembali ke kamarnya untuk membersihkan diri agar bisa segera menemui Omanya.

  beberapa saat kemudian

Azzam sudah terlihat bersih,dan saat ini dia sedang berjalan menuju meja makan karena tadi salah satu maid memberitahunya kalau Oma sudah menunggunya di meja makan, karena memang sudah waktunya makan malam.

    Selama makan malam sesekali Oma Riana mengajak Azzam mengobrol dan Azzam selalu menjadi pendengar yang baik untuk Omanya.

  Oma Riana selesai lebih dulu sebelum meninggalkan meja makan dia meminta Azzam untuk menyusulnya kekamar karena ada yang mau di bicarakan. Azzam pun mengangguk lalu kembali menyantap makanannya yang baru habis setengah itu.

     "Oma.." panggil Azzam saat masuk ke dalam kamar sang Oma yang pintunya sengaja di biarkan terbuka.

    "Duduk sini, Oma mau bicara."

 Azzam mengangguk tanpa kata lalu melangkah mendekati sang Oma dan duduk tepat di sebelahnya.

   "Kalau kamu Oma kenalin sama cucu teman Oma kamu mau?"

    Azzam diam selama ini dia belum punya pemikiran untuk berhubungan dengan lawan jenis,dia memang sempat terpesona dengan kecantikan seorang wanita tapi belum sampai ke tahap menyukai dia hanya sekedar mengagumi saja.

    "Di jodohkan?"

    "Iya, waktu Oma dirawat di singapure Oma ketemu teman lama Oma dan kami berencana untuk jodohkan kamu dengan cucunya."

    "Oh." hanya itu jawaban yang keluar dari mulut Azzam.

   "Kamu menolak?"

  Azzam menggelengkan kepalanya tidak mungkin dia dapat menolak permintaan sang Oma orang yang selama ini selalu ada disisi nya setelah kepergian kedua orang tuanya dan juga saudara kembarnya.

Oma adalah satu-satunya keluarga dari pihak Ayah yang tersisa karena memang ayahnya adalah anak tunggal dan tidak memiliki saudara.

Memang masih banyak keluarga dari pihak ibu tapi Azzam lebih dekat dengan Omanya ini.

   " Oma atur aja, Azzam yakin pilihan Oma nggak mungkin salah."

   mendengar penuturan Azzam cucunya Riana tersenyum bahagia. Impiannya agar Azzam segera memiliki pendamping akan segera terwujud,dia ingin melihat cucunya itu bahagia di sisa hidupnya.karena Azzam lah yang membuatnya bertahan hingga saat ini,jadi dia tidak ingin saat dia pergi nanti Azzam masih sendiri Riana ingin ada yang menemani dan menjaga Azzam saat dia sudah tidak ada nanti.

    " Minggu depan kita ketemu sama calon kamu,ya."

   "Hm"jawabnya singkat.

    "Kamu berhak bahagia Zam. Jangan terlalu larut dalam kesedihan. Semuanya sudah berlalu." ucap Riana sambil mengusap punggung tangan cucu kesayangannya itu.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!