Cahaya mentari menerobos masuk kedalam kamarnya. Sehingga membuat si pemilik kamar pun merasa terusik karena cahayanya yang menghalau indra penglihatannya. Tangannya terulur menarik selimut yang bertengker di pinggangnya sampai menutupi semua tubuhnya.
Baru saja dia ingin pergi ke dunia mimpinya lagi. Tapi suara yang sangat familiar menggema di indra pendengarannya, sehingga ia menutup kedua telinganya rapat-rapat dengan kedua tangannya di balik selimut tebalnya itu. Suaranya yang terdengar serak dan tegas mampu membuat si gadis di balik selimut itu yakin bahwa ketenangannya akan terusik karena kehadirannya.
" Heyyy, Amour Cepat bangun!!"
Pemilik suara Bass itu menarik paksa selimut yang menutupi tubuh mungil adik kesayangannya. Meskipun ia sadar kalau Adiknya tidak akan tinggal diam dan akan mempertahankan posisinya.
" Aku masih ngantuk." Teriak sang Adik di balik selimutnya. Tak lupa selimut yang menutupi tubuhnya ia genggam erat-erat agar tetap menutupi Tubuhnya dari sinar mentari.
" Ada apa ini? Kenapa kalian malah Ribut?"
Suara Pria yang berbeda namun memiliki aura yang sama membuat sang Adik yang berada di balik selimut mendesah kecewa. Kenapa tidurnya yang tenang dan damai di ganggu oleh kedua kakaknya? Haisss ini sungguh awal yang buruk baginya.
"Adik kesayangan kita masih betah berada di dunia mimpinya," Kata kakak tertua pada sang Adik laki-lakinya " Cepat, bantu aku untuk membangunkannya " Lanjutnya. Sang adik yang berperawakan lebih kecil darinya hanya mengangguk menuruti perkataan kakaknya.
"Sugar cepat bangun ayah sudah menunggu kita di bawah,"
Sang adik menyibakkan selimutnya lalu menatap tajam kedua kakaknya yang sedang berdiri tepat di hadapannya.
" Aku masih ngantuk kak! Kenapa kalian menggangguku? Apa kalian tidak melihat mata panda ku ini?" Rengek sang Adik sambil memanyunkan bibirnya. Karena ia tidak suka dengan tindakan kedua kakaknya itu yang selalu mengganggunya di waktu yang tidak tepat.
Pria yang bertubuh tinggi dan kekar menghampiri adiknya yang sedang merajuk, lalu duduk di pinggir ranjang untuk melihat lebih dekat adiknya itu.
" Kamu boleh tidur lagi, tapi setelah pulang Kuliah." Jelas sang kakak.
" Yaudah cepat bangun, waktu terus berjalan. Kamu mau masuk kesiangan? Ini hari pertamamu masuk kuliah. Jadi, jangan biarkan orang lain berfikir kalau kamu tidak menghormati waktu. Apa lagi kamu Mahasiswa pindahan, Cepet mandi!" suruh sang kakak.
Sang adik menatap satu Kakaknya lagi yang masih betah berdiri di hadapannya, ia memasang muka melasnya agar kakaknya yang satu itu mau membantunya.
" Sorry Sugar, Yang di ucapkan Bang Rei itu benar. Kamu harus cepat bangun dan bersiap siap untuk pergi ke kampus." katanya. Ucapan dari kakak keduanya mampu membuat sang adik tidak bisa berkutik dan berbuat apa-apa lagi.
Sang adik mendesah kecewa, menyibakkan selimut dari tubuhnya dan membenarkan posisinya menjadi duduk dan bersandar di kepala ranjang " Ayolah kak. Kalian pasti tau kalau kita baru Landing jam 4 subuh dan Aku baru saja tidur 2 jam. Dan sekarang kalian memintaku bersiap untuk segera pergi ke kampus? Yang benar saja? apa kalian tega pada Adik kecil kalian ini? Aku masih ngantuk dan aku nggak Akan konsen menerima materi dari Dosen baruku itu."
" Maafkan kami Amour, tapi ayah sudah terlanjur bilang pada pihak kampus bahwa kamu akan masuk hari ini." jelas kakak tertuanya.
" Maka dari itu cepatlah siap-siap dan gunakan waktumu yang ada dengan sebaik mungkin, karena ayah sudah menunggu kita." Timpal kakak keduanya.
Sang Adik bangkit dari duduknya, matanya menatap tajam kearah kedua kakaknya sambil melipatkan tangan di dada" Aku gak mau mandi, Aku juga gak mau ke kampus." tegasnya " Dan asal kalian tau Aku tidak seperti kalian yang terus terjaga di sepanjang malam. Aku butuh tidur dan Aku butuh istirahat buat mengembalikan staminaku." Lanjutnya.
Raya menatap kakak keduanya yang memijit pangkal hidungnya karena melihat ulahnya itu. Sedangkan kakak pertamanya masih betah duduk di pinggir ranjangnya.
" CIA "
Soraya Aleysia Abigail Jonhson mengerjap Saat kakak pertamanya memanggil dia menggunakan namanya, bukan menggunakan nama panggilan kesayangan kakaknya terhadapnya. Ya! Gadis Itu adalah Raya tapi Kakak kakaknya lebih suka memanggilnya Cia.
Raya menatap kakak pertamanya yang bernama Reinaldo. Kakaknya yang satu ini memang terlihat Tegas, dingin dan datar alias Tanpa Ekspresi. Tapi jika sudah berhadapan dengan Raya maka Raut wajahnya akan berubah 180°, dia akan menjadi Sosok yang dermawan dan berwibawa. Rei selalu menampilkan senyum manis di hadapan adik kesayangannya itu, sehingga Raya tidak percaya jika ada orang yang mengatai kakaknya atau menjulukinya si King Ice. Dan Amour adalah panggilan kesayangan Rei untuknya.
Raya beralih menatap Kakak Keduanya yang bernama Randi. Kakaknya yang satu ini lebih Santai di banding kakaknya yang pertama. Randi sudah seperti teman sekaligus sahabatnya bagi Raya. Sugar Adalah panggilan kesayangan Randi untuk Raya dan Raya suka panggilan itu, karena Raya suka yang berbau manis manis. Tapi jika Kakak beradik itu sudah bersatu dan bersekutu seperti saat ini, yang dapat Raya lakukan adalah menuruti perintahnya. Karena tidak ada lagi yang membelanya atau yang berada di pihaknya. Andai saja Raya punya Adik atau kakak perempuan mungkin dia akan mengajak dan menjadikan sekutunya untuk melawan kakak kakaknya yang menyebalkan ini.
"Arŕrrggtttt! Kalian berdua menyebalkan. Aku akan adukan ini pada Ayah dan Aku akan meminta ayah untuk menghukum kalian karena sudah mengganggu tidurku." Teriak Raya sambil masuk ke dalam kamar mandi, menutup pintu kamar mandi dengan kencang sehingga menimbulkan bunyi yang sangat keras " Dan Aku gak suka kalian memanggilku CIA! Panggil Aku RAYA! ingat RAYA!" Lanjutnya di balik kamar mandi yang masih terdengar para kakaknya.
Terdengar gemercik Air dari kamar mandi. Rei dan Randi memutuskan untuk turun kebawah menemui Ayahnya. Sudah Rutinitas Rei atau Randi untuk membangunkan Raya. Padahal tanpa di bangunkan pun Raya pasti akan bangun sendiri. Raya adalah gadis yang disiplin, dia akan bangun sendiri tepat pada waktunya tanpa bantuan alarm atau yang lainnya. Tapi, entah kenapa kedua kakaknya itu sangat suka membangunkannya setiap hari sehingga Raya Terbiasa akan rutinitas kakak-kakanya itu.
Raya sudah siap dengan pakaian santainya. Walaupun ia masih mengantuk tapi mau bagaimana lagi? Kedua kakaknya itu tidak akan membiarkan Raya tidur dengan tenang dan mengabaikan perintah mereka. Maka dari itu dengan secepat mungkin Raya bersiap lalu segera turun untuk menemui Ayah dan kakak-kakaknya.
Sreekk
Bunyi kursi bergeser dan pelakunya Adalah Raya. Raya mengambil duduk di depan kakak pertamanya, sedangkan Ayahnya duduk di kursi utama. Kakaknya yang kedua duduk di samping kakak pertamanya.
" Kenapa wajahmu di tekuk seperti itu Sayang?" Tanya sang Ayah saat melihat Anak perempuan semata wayangnya memanyunkan bibirnya dan tidak berselera untuk sarapan.
Raya menoleh kearah Ayahnya, melirik sekilas pada kedua kakaknya yang sedang menikmati Roti yang sudah di olesi Selai kesukaan masing masing.
" Ayah apa harus hari ini Aya masuk kuliah? Aya masih ngantuk! Kita baru Landing jam 4 subuh dan Aya baru tidur 2 jam. Aya nggak yakin kalau Aya akan konsen memperhatikan Dosen yang memberi materi nanti. Yang ada Aya akan tertidur di kelas dan akan menjadi bahan tontonan dan tawaan bagi teman-teman baru Aya nanti. Apa Ayah mau Aya jadi perbincangan di kampus baru Aya?"
William Jonshon atau yang sering di sapa liam hanya bisa mendesah pelan saat mendengar penuturan dari Anak perempuannya. Pria yang sudah berumur lebih dari 50 tahun itu masih terlihat tampan dan gagah di usinya yang tak muda lagi. Dia memaklumi dan mengerti dari perkataan Anaknya itu.
Kepulangannya ke Indonesia yang mendadak mengganggu jam tidur Anak perempuannya. 6 tahun kebelakang mereka pindah ke Australia dan menetap di negara itu. Mereka meninggalkan Indonesia karena kedua kakak Raya lebih memilih melanjutkan pendidikannya di Australia dan kebetulan Ayahnya Liam sedang mendirikan cabang baru di sana. Mau tidak mau Akhirnya mereka pindah ke Australia dan menetap kurang lebih 6 tahun di Australia.
Kini mereka kembali ke indonesia untuk melanjutkan dan memimpin perusahaan yang sempat Ayahnya tinggal, namun perusahaan itu berkembang dengan baik walau di pantau dari luar Negeri. Terkadang Liam pulang ke indonesia hanya untuk melihat langsung dan mengontrol perusahaannya. Reinaldo anak tertuanya, Liam tunjuk sebagai CEO di perusahaannya. Sedangkan Randi dia lebih memilih jadi Dokter dan Liam selaku Ayahnya mengizinkan keinginan Anaknya itu.
Dan yang terakhir Adalah Raya atau sering di panggil Cia. Dia masih menempuh pendidikannya di salah satu Universitas ternama di Australia tapi itu kemarin. Mulai sekarang Raya Akan melanjutkan pendidikannya di Universitas Bima Sakti pilihan Raya sendiri.
" Maafkan Ayah Sayang. Tapi, Ayah sudah terlanjur memberitahukan pihak kampus kalau kamu Akan masuk hari ini."
Raya mendesah lalu Memakan Rotinya dengan ogah ogahan. Rei melirik Adiknya" Kan sudah kak Rei jelasin tadi. Kalau Ayah sud..."
" Ya ya ya! Aku udah denger dan gak perlu di ulang." Sela Raya memotong ucapan Rei kakak tertuanya. Lalu kembali memakan Rotinya lalu menghabiskan susu Coklat kesukaannya dalam sekali tegukan.
Rei berdecak " Pelan pelan minumnya Amour, nanti kamu tersedak."
Raya mengusap bibirnya dengan Serbet membersihan bibirnya yang belepotan karena susu " Bukannya tadi Kak Rei sendiri yang bilang kalau aku harus menghormati waktu? Dan sekarang Aku sedang melaksanakannya! Aku gak mau terlambat maka dari itu aku harus cepat menghabiskan sarapanku dan segera pergi ke kampus."
" Tapi tidak seperti itu. Sarapan dengan baik dan jangan tergesa gesa itu tidak baik untuk kesehatanmu juga," Sahut Rei.
" Sudah hentikan pertengkaran ini" Lerai Ayah Liam " Rei jangan terus terusan mengganggu Adikmu. Dan kamu Cia,"
Raya kembali merengut Saat Ayahnya memanggil dirinya Cia bukan Raya seperti yang diinginkannya " Turuti dan dengarkan perkataan dari kakak kakakmu karena Ayah yakin mereka hanya ingin terbaik untukmu."
" Iya Ayah," Ucap Raya menundukkan kepalanya " Maafkan Raya Kak Rei, Maafkan perkataan Raya yang lancang dan tak sopan seperti tadi." Sesalnya.
Rei tersenyum lalu sedikit bangkit dari duduknya untuk menggapai Adiknya " Tidak Apa. Kakak yang salah disini, Maafkan kak Rai juga ya." Kata Rei sambil mengacak gemas rambut Raya.
" Yaudah kalo gitu Raya pamit ke kampus dulu, Takut telat." Aya bangkit dari duduknya lalu menghampiri Ayahnya untuk berpamitan.
" Ayah Randi juga pamit ya. Hari ini ada rapat dengan para petinggi Rumah sakit. Tapi sebelum itu Randi anter Cia ke kampus dulu."
" Gak bisa. Cia Aku yang anter." Sela Rei yang ikut berdiri di samping Ayahnya.
" Loh bukannya kamu ada Meeting sama Mr. Kenzo yang dari Itali itu?" Celtuk Ayahnya
" iya Ayah tapi tenang aja itu sejam lagi kok. Dan masih ada waktu untuk mengantar Cia ke kampusnya." Jawab Rei dengan Cepat.
" Tidak bisa! Kan aku duluan yang minta izin sama Ayah." Ucap Randi tak terima.
" Tapi Aku kan lebih tua dari kamu. Jadi kamu harus nurut sama Aku." Sahut Rei.
" Gak bisa gitu. Yang ada juga kakak harus mengalah pada adiknya. Jadi hari ini biar aku yang mengantar My Sugar ke kampusnya."
" No! No! No! Cia aku yang Antar. Dan kamu langsung kerumah sakit saja. kan tadi kamu sendiri yang bilang kalau kamu ada Rapat dengan Para petinggi rumah sakit."
" Rapatnya masih satu jam lagi. Jadi aku masih ada waktu buat nganterin Cia." Sahut Randi tak mau kalah dari kakaknya.
" Haii kakak kakakku, Aku berangkat dulu ya."
Rei dan Randi menoleh ke asal suara dan melihat pemilik suara itu sedang berdiri di depan Pintu utama. Dan Haiisss! mereka berdua di dahului oleh Ayah mereka sendiri kini Raya dan Ayahnya sudah keluar dari Rumah menuju Mobil Ayahnya.
Baik Rei atau Randi merekapun bergegas untuk mengambil Tas kerja mereka masing masing dan menyusul Ayah dan Adiknya yang sudah keluar dari pekarangan Rumah.
" Ini semua gara gara Bang Rei," kata Randi sambil membuka pintu Mobilnya.
" Loh kok Aku, Ada juga kamu tuh yang maksa mau nganterin Cia. Coba aja kalo kamu ngalah mungkin Aku yang nganterin Cia bukan Ayah." Bela Rei tak mau di salahkan.
" Terserah Bang Rei. Pokoknya aku mau ikut nganterin Cia." Randi langsung menutup pintu kemudinya menyalakan mesin mobilnya lalu menjalankan Mobilnya dan mengekori Mobil Ayahnya.
Rei pun tak tinggal diam dia segera masuk kedalam mobilnya dan langsung mengemudikan Mobilnya. Rei pun ingin ikut mengekori mobil Ayahnya dia tidak ingin melewatkan momen seperti ini apalagi ini hari pertama Adiknya masuk ke kampus barunya. Rei ingin memberikan kesan berbeda pada Adiknya. Jika di pikir pikir lagi oleh Rei, Mungkin di antar Sang kakak dan ayahnya itu lebih baik dan Raya pasti akan senang melihat itu semua terjadi padanya.
Mobil Sedan berwarna Hitam metalik memasuki area parkiran Kampus dan itu berhasil menarik perhatian Mahasiswa yang berada di sana. Tak berselang lama, dua Mobil Sport keluaran terbaru berhenti tepat di samping mobil sedan berwarna hitam tadi. Semua pasang mata tertuju pada ketiga mobil asing yang terparkir di parkiran kampus mereka.
" Ayah tadi kan Aya sudah bilang turunin Aya di depan gerbang kampus aja gak usah masuk ke parkiran segala," Protes Raya sambil memanyunkan bibirnya " Lihat, Kak Rei sama Kak Randi juga ikut ikutan kesini juga kan?!" Lanjutnya dengan wajah kesal.
" Tapi Ayah mau mastiin kamu masuk kampus dengan selamat Sayang," Jawab sang Ayah " Dan masalah kakak-kakak kamu biarkan Saja toh gak ada yang salah."
Raya menghentakkan kakinya tak suka " Tapi Sekarang kita jadi pusat perhatian Ayah, Aya nggak suka!"
" Kamu seperti tidak tahu sifat Kakak-kakakmu saja, salahmu sendiri kenapa tidak mau di antar salah satu dari mereka?"
" Aya pusing liat mereka ribut. Mangkanya Aya mau berangkat bareng Ayah. Emang Ayah izinin Aya kalo Aya berangkat sendiri? Enggak kan?!"
Ayah Liam mengacak rambut putri semata wayangnya dengan Gemas" Itu kamu tau sendiri jawabannya, Yaudah Ayo turun." Ajak Ayah Liam pada Raya.
Raya turun dari mobil, matanya langsung di suguhkan dengan kerumunan mahasiswa lainnya yang berada di area parkiran kampus. Raya mendesah lalu mengitari sebagian mobil menghampiri Ayah dan Kakak-kakaknya.
" Kenapa kamu meninggalkan kami?" Rei berdecak pinggang setelah melihat sosok Adik perempuannya yang terlihat muram dan tak bersemangat.
" Aya nggak ninggalin Kak Rei sama kak Randi kok! Buktinya kita tiba di kampus secara bersamaan!" Jawab Raya.
" Tapi kamu tetep ninggalin kami Sugar," Sahut Randi yang ikut mengomel pada Raya.
" Ayah," Rengek Raya karena tidak suka dengan sikap Posesif kakaknya yang sudah kambuh.
" Rei, Randi jangan terus terusan menyalahkan Cia. Apa kalian tidak lihat Adik kalian itu sudah kelelahan? Jangan membuat Cia semakin letih dengan perkataan kalian." Tegas Ayah Liam.
Rei dan Randi dengan cepat menghampiri Adik perempuannya itu raut wajah mereka menjadi gelisah dan cemas saat melihat wajah adiknya sedikit pucat.
" Sugar jika kamu tidak sehat lebih baik hari ini kamu tidak usah masuk. Kamu istirahat saja di Rumah dan Kak Randi Akan buatkan Resep obat untuk kamu." Randi memeriksa keadaan Raya dengan mengecek suhu tubuhnya dan denyut nadinya.
" Yang di ucapkan Randi itu benar Amour, lebih baik kamu pulang dan istirahat yang cukup. Masalah dengan pihak kampus biar Kak Rei yang Urus." Kini giliran Rei yang memeriksa keadaan Raya. Tangannya terulur menyentuh kening Raya untuk memastikan suhu tubuh Adiknya itu.
Sedangkan sang Ayah? Dia hanya bisa menggelengkan kepalanya saja. Baginya ini bukanlah pemandangan hal yang baru, ini sudah rutinitas biasa Anak laki lakinya jika mendapati kondisi Adiknya yang sedang bermasalah.
Raya menghempaskan tangan kedua kakaknya lalu berlari kearah Ayahnya, meminta perlindungan darinya " Tadi aja pas di rumah Kak Rei sama Kak Randi kekeh nyuruh Aya berangkat kekampus. Nah sekarang pas Raya di kampus kalian nyuruh Aya buat pulang, Aya gak mau! Lagian udah terlanjur ke kampus Juga!" Tolak Raya dengan melipat tangan di dadanya.
" Tapi kamu lagi kurang sehat Sugar, dan kamu harus banyak istirahat. Lebih baik kita pulang kerumah sekarang juga" Jelas Randi.
" Iya Amour, lebih baik kamu pulang dan istirahat yang cukup di rumah." Timpal Rei yang membenarkan perkataan Adik laki lakinya.
" Iihhhh Aya gak mau. Lebih baik kalian berdua cepat pergi dari sini! Aya baik baik aja kok! Justru kepala Aya semakin pusing dan terasa mau pecah kalo terus terusan denger ocehan kalian. Kak Rei sama kak Randi kan ada Rapat? Yaudah sana pergi tar keburu telat lagi!"
Raya terpaksa berkata seperti itu jika tidak, dia akan terus terusan mendengarkan ocehan kakak-kakaknya yang tak ada ujungnya. Ke biasan dan Ke posesifan kakak-kakaknya membuat Raya sadar betul tindakan Apa yang akan kakak-kakaknya lakukan jika Raya membiarkan mereka masih bersamanya. Maka dari itu Raya berkata seperti itu dan meminta perlindungan dari Ayahnya. Hanya Ayahnya lah yang bisa menolongnya dari keposesifan kakak-kakaknya.
" Rei, Randi yang dibilang Cia itu ada benarnya lebih baik kita segera pergi dari sini. kebetulan sebentar lagi Cia juga masuk." Ucap Sang Ayah.
" Baik Ayah," jawab mereka serempak.
Dua gadis yang tak jauh dari tempat Raya berada ikut nimbrung saat melihat sosok perempuan yang tak asing bagi mereka. Awalnya mereka tidak peduli dengan kerumunan itu, tapi mata salah satu gadis itu tidak sengaja melihat Raya sehingga ia menghentikan langkahnya dan menarik tangan temannya untuk ikut berhenti bersamanya.
" Mel," Meli menoleh kearah temannya saat temannya memanggil namanya.
" Lo liat deh perempuan yang di kerumunin cogan-cogan itu. Kok gue ngerasa kenal sama tuh cewek, wajahnya tuh gak asing buat gue."
Yang di panggil Meli pun mengikuti Arah pandang temannya itu. Dagunya manggut-manggut seolah dia mengerti sesuatu " Iya Han lo bener, Perasaan gue juga kenal sama muka tuh cewek."
" Perasaan gue pernah liat tuh cewek tapi dimana ya?" Yang bernama Hana mengetuk ngetukkan jari pada dagunya. Begitupun dengan yang bernama Meli diapun ikut berfikir persis seperti Hana.
" SI TOMBOY!!!" Pekik mereka bersamaan. Mereka menautkan antar jemari mereka, dan saking bahagianya mereka lompat lompat tak jelas sehingga mereka menjadi pusat perhatian sesaat.
" RAYAAAAAAA"
Raya menoleh saat namanya di panggil seseorang. Begitupun dengan Ayah dan kakak kakaknya, merekapun ikut menoleh ke asal suara. Bibir Raya tertarik keatas mengukir sebuah senyuman yang merekah di bibir ranumnya. Kedua tangannya ia rentangkan saat melihat dua mahluk manusia yang tak asing berlari kearahnya.
" Raya gue kangen sama Lo!" Ucap Meli yang berada di pelukan Raya.
" Gue juga Ray. Gue kangen pake banget pokoknya!" Timpal Hana.
" Gue juga kangen sama lo berdua. Apa lagi suara lo Mel, disana hidup gue sepi tanpa teriakan lo! Apa lagi Lo Han, Gue kangen sama ke kepoan dan kekonyolan kalian berdua. Pokoknya gue kangen sahabat sahabat gue yang gokil ini." Tutur Raya. Mereka semakin mengeratkan pelukan mereka, mengabaikan orang orang yang berada di sekitar mereka.
Raya yang memang kurang sehat wajahnya kembali pucat saat Pelukan Hana dan Meli terlalu erat dan sedikit membuatnya kesusahan untuk bernafas. Rei dan Randi yang melihat itu segera melepaskan pelukan Hana dan Meli dari Adiknya.
" Ihhhh Apaan sih main tarik tarik aja orang masih kangen juga." Ketus Meli tak suka pada tindakan Rei dan Randi.
" Tau! Gak ngertiin kita banget sih, Kita kan kangen sama Raya." Timpal Hana membenarkan perkataan Meli.
" Tapi kalian meluknya kekencangan, bisa-bisa Cia sesak nafas kalo kalian meluknya Erat kaya tadi." Ucap Rei memberi penjelasan.
" Udah kak, orang Aya baik baik aja kok, Mereka itu temen Aya. Jadi mereka gak bakalan ngelakuin yang enggak enggak sama Aya."
" Iya kami tau. Siapa yang lupa sama temen kamu yang bawel Plus cerewet ini?" Tutur Randi.
Hana dan meli melebarkan senyumannya memperlihatkan deretan gigi gigi mereka.
" Wah jadi kak Rei sama kak Randi masih inget kita? Di kira udah lupa sama kita, Kan udah hampir 6 tahun kita gak ketemu." Kata Hana tak percaya.
" Siapa yang bisa lupa sama kalian? Orang tiap malam kalian Video Callan Sama Cia."
Hana dan Meli menoleh ke asal suara dan pemilik suara itu adalah Ayah Raya. Mereka berdua cengengesan menyadari kesalahan mereka kalau sedari tadi mereka berdua mengabaikan Ayahnya Raya.
" Eh Om Liam. Gimana kabarnya Om?" Tanya Meli dan Hana bersamaan.
" Alhamdulillah seperti yang kalian lihat Om baik-baik saja," Balasnya " Yaudah kalian masuk kelas gih bentar lagi kalian masuk. Dan ingat belajar yang bener dan jangan main main." lanjutnya.
Meli dan Hana mengangguk " Iya Om."
" Cia Ayah kekantor dulu, kalau ada apa-apa langsung telpon Ayah." Ucap sang Ayah lalu mencium kening putrinya setelah itu mengacak rambut Aya gemas.
" Iya Ayah. Ayah di jalan juga hati hati ya, Jangan ngebut ngebut. Ayah jangan lupa makan juga jangan terlalu fokus sama kerjaan." Ucap Raya tersenyum manis sedangkan sang Ayah hanya mengangguk saja.
" Sugar, Kamu gak boleh makan makanan sembarangan dan jangan makan makanan yang pedas dan berminyak. Perbanyak minum Air mineral agar tubuhmu tidak kekurangan Cairan" kini giliran Randi yang menasihati adiknya. Bagi Raya perkataan Randi sudah ia hafal di luar kepalanya. Randi mengacak Rambut adiknya tak lupa Kecupan Di kening menjadi rutinitas setiap pagi mereka sebelum berpisah.
" Iya Pak Dokter," Sahut Raya di sertai kekehan kecil darinya.
" Amour, Ingat pesan kakak. Jangan mudah percaya sama orang lain dan jangan bergaul dengan orang yang tidak di kenal. Satu lagi belajar yang benar dan jangan deket deket dengan Pria yang belum kamu tahu asal usulnya. jika kamu kelelahan lebih baik kamu pulang dan istirahat di rumah, kalau gak kamu bisa langsung telpon kakak. Dan kalo kamu butuh sesuatu katakan saja sama kakak. Oke?"
Raya memutar matanya jengah. Baginya di antara Ayahnya, Rei dan Randi. Kakak tertuanya lah yang sangat Posesif terhadapnya. Lihat! Bagaimana Raya mau punya teman banyak sedangkan Raya saja tidak boleh bergaul dengan orang yang belum tau asal usulnya! Dan bagaimana tau asal usulnya jika kakaknya tidak mengijinkan Raya untuk berinteraksi dengan orang yang baru di kenalnya. Dasar Rei! Bagi Raya hanya dia yang sangat menyebalkan tapi Raya menyayangi kakaknya itu.
" Iya iya, Aku sudah paham maksud dari perkataan kalian." sahut Raya " Jadi, apa boleh aku masuk sekarang?"
" Tentu. Kalau begitu kakak pergi kekantor dulu ya. Hana, Meli kalau begitu kami pergi dulu, dan kalian juga jangan ngelakuin hal yang aneh aneh oke? Belajar yang rajin biar menjadi kebanggan keluarga."
Hana dan Meli mengangguk di sertai senyuman yang terlontar dari wajah mereka. Rei mencium kening Adiknya itu tak lupa mengacak rambut Raya dengan gemas. Untung saja Rambut Raya mudah di tata. Kalau tidak? Mungkin rambutnya sudah seperti sarang burung yang berantakan karena ulah Ayah dan kakak kakanya itu.
" Hati Hati." Raya melambaikan tangannya pada Ayah dan kakak kakaknya. Mereka sudah keluar dari area parkiran dan sekarang tinggal lah Raya dan sahabat lamanya. Hari ini awal baru bagi Raya di kampus barunya, walaupun ia mengantuk dan lelah tapi setelah melihat kedua sahabatnya Rasa itu hilang seketika. Rasnya kini dia lebih semangat seperti biasanya karena kehadiran Dua sahabatnya.
Bibir Raya terus merekah mengukir sebuah senyuman yang sangat mempesona. Bibirnya yang ranum dan tipis, manik matanya yang hitam nan tajam, dihiasi bulu mata yang lebat dan lentik, hidungnya mancung dan kulitnya yang bersih terawat dan sehat. Dan parasnya yang cantik tanpa Make Up membuat Raya semakin terlihat sempurna.
Semua mata tertuju padanya saat Raya dan kedua sahabatnya menelusuri Koridor kampus menuju kelasnya. Senyum manis yang terlontar dari wajahnya mampu menghipnotis siapa saja yang melihatnya. Sapaan dan senyuman ramah yang di berikan Raya pada setiap orang yang ber pas-pasan dengannya membuat mereka bungkam karena melihat parasnya yang sangat mempesona.
Mereka bercanda dan tertawa ria. Membuat siapa saja ikut senang dan merasakan kebahagiaan yang mereka pancarkan. Bahkan ada beberapa mahasiswa yang sengaja berhenti hanya untuk memperhatikan mereka. Bukan! Lebih tepatnya adalah Raya! Sosok asing yang baru pertama kali mereka lihat dan menjadi pusat perhatian di pagi hari ini.
" Udah jangan senyum senyum mulu tar anak orang pada masuk rumah sakit lagi," Celtuk Hana disela tawanya pada Raya.
" Masuk Rumah sakit sama Senyum apa hubungannya?" Tanya Meli mengerutkan keningnya tak mengerti.
Hana memutar matanya jengah lalu menoyor kening sahabatnya itu" Yaelah Mel Mel masa Lo gak ngerti?" Tanya Hana " Tuh Senyum si Raya terlalu manis. Tar anak orang pada Diabet kalo terus terusan liat senyumnya yang kelewat manis." lanjutnya menjelaskan.
"Apaan sih Han, emang lo pikir gue gula, yang bisa bikin orang kena Diabet." Elak Raya sambil menepuk pundak sahabatnya itu.
" Ouh iya. Emang dasar Han temen kita yang satu ini kelewat cantik. Nih ya Kalo Gue Cowok udah gue jadiin pacar si Raya. Tapi sayang Gue kan Cewek jadi gak mungkin gue pacarin dia." Balas Meli. Meli nyengir kuda sambil menaik turunkan Alisnya. Lagi untuk kedua kalinya Hana menoyor kening Meli dengan telunjuknya.
" Ihhhh Hana ngapain sih dari tadi ngejentulin kepala gue mulu. Kurang kerjaan banget sih tuh tangan." Omel meli memanyunkan bibirnya.
" Gue jijik sama omongan lo barusan. Kayak gak laku aja lo mau pacarin si Raya." Sahut Hana menampilkan ekspresi jijiknya.
"Awww sakit Mel," Kali ini Meli yang menjitak kepala Hana sampai si empu meringis kesakitan. Hana melontarkan tatapan tajamnya kearah Meli, sedangkan tangan kanannya mengelus kepalanya yang di jitak Meli tadi.
" Lagian lo juga budek. Kan tadi Gue bilang kalo Gue Cowok! Cowok!" Tegas Meli menekankan kata Cowok" Gue juga masih waras kali. Gue masih Doyan laki. Inget Doyan laki!" Meli kembali menegaskan.
" Omongan lo kaya udah pacarin Cowok satu kampus aja. Satu juga belum pernah." Ejek Hana sambil tertawa keras. Di ikuti Kekehan dari Raya dan itu berhasil membuat Meli jengkel atas perkataan sahabatnya itu.
" HANA!!!"
Mendengar teriakan dari Meli dengan secepat mungkin Hana menarik tangan Raya untuk ikut lari dengan nya. Meninggalkan Meli seorang diri yang tertinggal jauh di belakangnya. Hana dan Raya tertawa ketika melihat Meli yang terlihat ngos ngosan karena kehabisan nafas untuk mengejar mereka berdua.
" Hana, Raya tungguin gue. Awas lo berdua yah!" teriak Meli sambil mengejar mereka. Wajahnya sudah memerah dan larinya pun mulai melambat. Meli berhenti, tubuhnya membungkuk dan kedua tangannya menyentuh kedua lututnya. Nafasnya masih tersenggal senggal dan rasa lelah tiba tiba menghampirinya.
" Napa Lo Mel? Capek?" Tanya Hana " Yaelah baru juga lari segitu udah cape aja lo mah. Cemen banget sih." Lanjut Hana meledek Meli. Raya dan Hana kini sudah berada di sisi Meli.
" Iiihhhh Mahluk Astral. Lo nyebelin banget sih! Orang Gue kecapean bukannya nolongin gue malah ledekin gue. Bopong gue ke, gue cape nih!" Sahut Meli cemberut kearah Hana. Mahluk Astral adalah panggilan Raya dan Meli untuk Hana. Awalnya mereka berdua iseng ngatain Hana Hantu, yang di ambil dari kata Awal namanya yaitu Han dan entah kenapa kini mereka lebih suka memanggil Hana dengan Mahluk Astral, karena itu masih satu Spesies dengan Hantu dan Hana pun tidak mempermasalahkannya. Asalkan bersama mereka itu saja sudah cukup membuat Hana bersyukur dan Bahagia.
" Eh Terompet Tahun baru. Emang lo Lansia Apa? Yang perlu gue bopong dan gue papah? Bukan kan? Yaudah lagian Lo juga masih bisa jalan! Gak usah lebayyy. Kalo kaki Lo patah atau di amputasi baru Gue mau mapah lo! Nah ini? Gak ada angin gak ada hujan minta di Bopong. Gila Lo?" Balas Hana sambil melipat tangan di dadanya. Meli semakin mengerucutkan bibirnya. Omongan Hana memang pedas tapi Meli paham kalo yang di katakan Hana itu benar adanya. Tidak asing lagi bagi Raya atau Meli, Terompet Atau Toa adalah panggilan Raya dan Hana untuk sahabatnya yang memiliki Oktaf suara yang melebihi Toa Masjid alias cempreng. Sama dengan Hana, Meli tidak mempermasalahkan panggilan mereka pada dirinya. Yang intinya hidup diantara mereka berdua sudah membuat Meli senang. Apalagi kini Raya kembali bergabung dengan mereka, sudah di pastikan oleh Meli dan Hana kalau hidup mereka kini kembali berwarna dan bercahaya.
" Guys! Gue baru dateng tadi pagi. Dan hari ini hari pertama gue masuk. Nah Lo Lo pada ngapa nyambut gue kaya gini? Ribut mulu? Sambut Gue pake Red Carpet ke Apa ke. Nah ini?" Protes Raya pada mereka berdua.
Meli dan Hana saling pandang dan langkah selanjutnya adalah mereka berdua memeluk Raya dengan Erat. Bukan sambutan megah atau Apa yang Raya inginkan, yang di katakan nya tadi hanyalah basa basi. Yang Raya butuhkan adalah pelukan hangat dari kedua sahabatnya dan melihat mereka akur dan tersenyum seperti ini. Pelukannya yang hangat dan nyaman mengingatkan Raya pada masa saat SEKOLAH MENENGAH PERTAMA. Pelukan hangat ini pernah Raya rasakan saat dia akan berpisah ke Australia mengikuti Ayah dan kakak-kakaknya. Dan sekarang dia merasakannya kembali setelah 6 tahun berlalu. Saat itu kedua sahabatnya itu ikut serta mengantarkan Raya ke Bandara. Orang Tua mereka sudah saling mengenal satu sama lain, apalagi Orang Tua mereka Juga memiliki ikatan dalam Dunia Bisnis dan itu semakin mempererat hubungan Orang Tua mereka.
" Ehemmm"
Deheman yang cukup keras mampu membuyarkan aksi mereka. Satu persatu Raya, Meli dan Hana melepaskan pelukan Mereka dan menghadap pada Orang yang baru saja menegur mereka.
Raya menatap Pria yang ada di hadapannya dengan Polos. Sedangkan Hana dan Meli melebarkan senyumnya saat mendapati Pria itu menatap mereka.
" Eh Pak Alden. Pagi pak." Sapa Meli Sopan dengan senyum yang Raya yakin di buat buat.
" Apa ada yang bisa kami bantu pak?" Tanya Hana To The Point. Karena Baik Hana maupun Meli mereka berdua tau Sosok Pak Alden yang ada di hadapan mereka saat ini. Sikapnya yang dingin dan tegas plus tanpa Ekspresi membuat siapa saja enggan berbicara lama lama dengannya, karena tatapan matanya yang tajam dan kata katanya yang pedas membuat mereka lebih memilih undur diri walaupun Pak Alden adalah salah satu sosok Pria idaman kaum Hawa karena parasnya yang Kelewat tampan dan rupawan.
" Kamu Soraya Kan?" Bukannya menjawab pertanyaan Hana Pak Alden malah mengabaikannya.
Raya mengangguk dengan tampang Polosnya. Meli dan Hana hanya bisa menelan Salivanya kasar. Ini lah yang mereka tidak suka dari Pak Alden suka bertindak sesuka hatinya. Untung saja Dia Dosen Plus Ganteng kalau tidak Hana dan Meli sudah mencakar Wajahnya yang kelewat tampan itu.
" Kamu Harus ikut keruangan Saya, Karena Ada beberapa berkas yang belum terisi dan Biodata kamu pun belum lengkap." Setelah mengatakan Itu Pak Alden menarik tangan Raya tanpa permisi, meninggalkan kedua sahabat Raya begitu saja tanpa sepatah katapun. Membimbingnya menuju Ruangannya berada.
Raya menoleh kearah Meli dan Hana yang juga menatap kepergiannya. Raya menautkan Alisnya tanda tak mengerti tapi Hana dan Meli memberitahunya bahwa dia akan baik baik saja dengan gerakan isyarat tubuh mereka. Sedingin dan sedatar apapun pak Alden, Pak Alden juga manusia pasti dia tau batasannya.
Kelas yang tadinya gaduh dan Ramai akan sorakan yang di perbuat oleh penghuninya tiba tiba saja hening saat Jam Mata Kuliah Di mulai. Ketegangan dan kegugupan yang terpancar dari Setiap Mahasiswa membuat siapa saja yakin kalau yang akan mengajarnya adalah salah satu Dosen Killer. Tapi hampir 10 menit Dosen yang di tunggu oleh Mahasiswanya tak kunjung datang juga. Terdengar hembusan nafas panjang dari setiap mahasiswa, mereka terlihat lebih santai dan tak setegang tadi. Namun itu bertahan sementara, tiba tiba saja pintu terbuka dari luar dan membuat Mereka semua tegang seperti tadi.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!