Pedang Petir Api Biru (Thunderfire Sword)
Episode 1: Sumur Tanpa Dasar
Situs Sumur Upas, Mojokerto.
Duduk di tanah, baju agak kusut.
Dua pemuda pakai kemeja putih dan celana panjang hitam, bekas lamaran kerja dari dua hari lalu.
Jakek
Kita ke sini pake baju lamaran kerja… duduk di rumput…
Mirip mahasiswa nganggur nungguin dosen ngilang gak?
Amrul
Heh, lebih mirip model brosur “pencari kerja sukses dari desa” 😎
Jakek
Ya kalau sukses beneran, gak bakal duduk di pinggiran sumur begini.
Amrul
Eh, tapi kemejamu masih mending
Amrul
Punyaku ini udah kaya tahu putih kena sambel
Jakek
Tapi tempat ini tuh... masih sama kayak dulu ya.
Tenang. Adem.
Dan… ya, angker dikit sih 😅
Amrul
Dulu tiap Minggu ke sini, pura-pura ngerti artefak, sok ngerti Aksara Jawa lagi
Amrul
Terus dikira pengemis, dikasih uang ama turis lokal 😭
Amrul
Masih ingat gak sih?
Udah dewasa, malu kalau di ingat
Jakek
Tapi duitnya buat beli es lilin di ruko depan, kan? Untung juga sih sebenernya.
Amrul
Eh, Jak…
Kau denger cerita soal Sumur Upas ini gak?
Jakek
Mitosnya banyak.
Yang Candi Kedaton atau Sumur nya?
Amrul
Katanya sumurnya gak ada dasarnya, bisa tembus ke laut kidul.
Jakek
Atau lorong rahasia buat raja zaman Majapahit kabur.
Amrul
Yang katanya airnya beracun
Jakek
Lah kan emang Sumur Upas itu artinya Sumur yang beracun. Eh... Kata guru kita dulu sih
Amrul
Nah iya...
Masih ingat ternyata
Amrul
Mitos ini bener gak sih?
Amrul
Tapi... logika, Jak. Masa iya?
Jakek
Tapi kenapa dari tadi aku ngerasa kayak… sumur ini 'ngeliatin' kita?
Amrul
Nah tuh. Baru tadi ngomong, sekarang malah nunduk ke bibir sumur
Amrul
Merinding lihatnya. Tapi penasaran, apa bener tembus ke laut kidul ya?
Amrul mendelik. Tangannya diangkat, gaya ingin memukul.
Amrul
Masih sayang nyawa daripada mantan
Jakek
Cuma liat dalamnya aja. Gelap banget lho…
Jakek
Kaya bekas pikiran mantan
Amrul
Heh, jangan mancing.
Jakek sedikit condong ke bibir sumur, mencoba mengintip.
Jakek
…Rul…
Serius deh, ini sumur kayak narik hawa.
Jakek
Kayak ada suara kecil—serius. Sumpah
Amrul
Jak, mundur aja deh. Jangan iseng...
TANGAN TERGELINCIR — TUBUHNYA MELOROT!
Amrul refleks narik lengan Jakek, tapi licin—keduanya malah ikut terjatuh bersama.
💧 Air menyambut mereka keras. Nafas mereka langsung sesak.
Tidak ada dasar. Tidak ada suara, selain denyut jantung dan pusaran air.
Tangannya meraba-raba, tapi gelap semuanya.
🫧 Gelembung udara terakhir keluar dari mulutnya…
🌟 Tepat saat itu, cahaya biru dari dasar sumur menyala seperti pusaran.
Jakek
Ini bukan… air biasa…
Kesadaran Jakek menghilang. Lalu…
Episode 2: Sungai Deras & Perempuan yang Tak Banyak Bicara
- Nama: Jakek
- Umur: 20 tahun
- Pekerjaan: Fresh graduate, sedang mencari kerja
- Sifat: Penasaran, suka mencari tahu
- Fisik: Tinggi, atletis
- Rambut: Rambut hitam, rapi
- Hubungan: Sahabat baik dengan Amrul
- Nama: Amrul
- Umur: 20 tahun
- Pekerjaan: Fresh graduate, sedang mencari kerja
- Sifat: Santai, setia kawan
- Fisik: Tinggi, kulit kuning langsat
- Rambut: Rambut agak gondrong
- Hubungan: Sahabat baik dengan Jakek
🌫️ Kabut. Tanah basah. Suara api kecil. Dia terbangun.
Tapi di depan… ada api kecil. Dan seorang perempuan.
Kemejanya lepek, rambut acak-acakan. Saat mendekat—
🗡️ SEBERCAHAYA PEDANG MUNCUL DI LEHERNYA.
Jakek
AKU GAK BAWA SENJATA—CUMA LAMARAN KERJA, SUMPAH!
Jakek
Jakek…
Aku cuma nyari temenku.
Jakek
Kami jatuh ke dalam sumur…
Jakek
Sadar-sadar malah di sini
???
Kalau kau ingin hidup, ikut aku.
Dan jangan banyak suara
Perempuan itu berdiri. Rambut panjang dikuncir satu.
Pakaian gelap, mata tajam.
Pedangnya panjang. Langkahnya ringan… seperti bayangan.
Jakek
Sumur apaan sih ini…
Jakek
Jatuhnya dua meter, bangunnya dua dunia...
🌫️ Kabut menelan mereka berdua. Dan Jakek sadar… ini bukan lagi Mojokerto.
Kemeja putihnya kering setengah, rambutnya masih acak-acakan.
Jakek
Kita ini sebenernya lagi ke mana?
???
(datar, terus jalan di depan)
Ke utara. Ikuti aliran sungai
Jakek
Tau dari mana arah utara?
Jakek
Kita di tengah hutan,
Jakek
kabut tebel banget. Kompas aja kagak ada.
???
Langkahmu banyak tanya.
Tapi tetap saja kau ikut
Jakek
Ya, daripada nyasar sendiri terus disamperin... hewan-hewan gaib gitu?
Jakek
Mending ikut orang yang bawa pedang 😅
???
(berhenti sebentar, menoleh sekilas)
Aku tidak menjanjikan keselamatanmu
Jakek
Aku juga gak minta.
Aku cuma...
Jakek
lagi nyari temen. Namanya Amrul.
Kami jatuh bareng ke sumur...
Jakek
terus aku bangun di sini sendirian
Mereka mulai mendengar suara deras air di kejauhan.
Tanah mulai licin, batuan mulai muncul di sepanjang jalan.
Jakek
Kita deket air ya?
Kayak suara sungai besar
???
Di baliknya... ada pintu batu. Aku harus melewatinya
Jakek
(mengerutkan kening, tak mengerti.)
Jakek
Jadi... kamu punya misi juga ya?
Bukan cuma muter-muter kayak aku
???
Apa yang kucari bukan urusanmu
Jakek
(mengangguk kecil, bergumam)
Ya udah deh... mending jalan sambil diem.
Daripada ngomong terus ditatap kayak dosa seminggu gak solat
Mereka sampai di sebuah tebing curam.
Air terjun tinggi menjulang, suaranya menggelegar.
Sungai di bawahnya mengalir kuat dan dalam.
Jakek
Tempat ini beneran... megah.
Airnya deras banget, kayak marah
Jakek
(memutar bola mata)
Ya, ya.
Cuma kagum aja...
Perempuan itu menunduk di pinggiran batu. Melihat bayangannya sendiri.
Jakek
[njir... Dingin banget kayak kutub]
Jakek
(melihat dari belakang, heran)
Itu... lambang petir?
Simbol kuno ya?
Perempuan itu masih berlutut, tak menoleh.
Air sungai mengalir deras, seolah siapapun yang menginjakkan kaki di sana akan musnah.
Jakek
[Sumpah... pusing sama dunia]
Jakek
[Aku dimana sebenarnya?]
???
Aku harus lewat tempat ini.
???
Kau boleh ikut... atau tetap di sini
Jakek
Kalau ikut... nyemplung ke sungai itu?
???
Tidak. Ada jalur di balik jatuhan air
Perempuan itu lincah melintasi sungai, batu-batu besar menjadi jalan.
Ia menuju tengah-tengah. Mendekati air terjun yang nampak tinggi.
Jakek pelan-pelan naik ke batu besar.
Ia terus mencoba menaiki batu ke batu yang lain. Mengikuti jalannya perempuan itu.
Sesekali kaki tergelincir, hampir jatuh.
Pada akhirnya, Jakek berhasil berdiri di samping perempuan itu.
Mereka berdiri di depan air terjun megah. Sungai di bawah mengalir deras. Kabut lembap membungkus udara. Suara air seperti gemuruh petir yang ditahan.
???
Cukup untuk tahu bahwa tempat ini tidak suka keraguan
Ada jeda. Ia menatap air deras, lalu menatap perempuan itu.
Jakek
Aku ikut.
Aku gak tahu tempat ini, tapi aku juga gak bisa diam di tengah hutan nunggu Amrul muncul sendiri
???
(singkat, tetap dingin)
Kalau begitu, ikuti langkahku. Jangan melenceng
Jakek
Sumpah... gede banget.
Ini bukan air terjun biasa.
Jakek
Kayak di negeri dongeng...,
???
(berdiri diam, menatap ke arah jatuhan air)
Bukan.
Ini batas.
Perempuan itu tak menjawab langsung, hanya jalan perlahan mendekat ke sisi tebing berbatu.
Jakek ikut melangkah, sepatu sekolahnya—yang dipakai melamar kerja—sudah basah total. Air menyusup ke tumit.
Jakek
Ini... kita mau masuk ke belakang air?
Kayak di film-film ya?
Jakek
(pikirannya sesaat terkoneksi)
Yang bener aja?
Emang bisa tembus hah?
Jakek
Sorry ya, Mbak, aku masih jomblo, masih sayang nyawa!
???
Di baliknya ada jalur batu. Tapi...
Jakek
(mengerutkan kening, menunggu kelanjutan)
???
Aku tidak bisa jamin, disana berbahaya atau sebaliknya
Tiba-tiba udara berubah. Dingin.
Lebih dingin dari kabut sebelumnya.
Suara berat dan tua menggema —entah dari air, tanah, atau langit.
Jakek refleks mundur satu langkah.
Episode 3: Kakek Tua Penjaga Sungai
Suara Tua (Entah gaib atau... Tidak ada yang tahu)
Kakek Man
Langkah asing... jangan teruskan
???
(diam. Matanya tajam. Ia tetap keadaan waspada.)
Penjaga sungai...
Jakek
Hah?
Penjaga sungai?
???
Dia adalah Kakek Man. Aku pernah datang kemari bersama rombongan... Namun, Kakek tua itu yang menghalangi kami
Suara Tua (masih tak ada siapapun. Hanya suara tanpa wujud)
Kakek Man
Tempat ini bukan milik kalian.
Suara berat dan tua itu tegas.
Kakek Man
Batu-batu di bawah air menyimpan ingatan lama.
Sekali dilanggar... tak bisa pulang.
Jakek mendekat sedikit ke perempuan di samping.
Jakek
(berbisik)
Kita digertak? Atau... itu beneran?
???
(suara pelan)
Dia tidak menggertak.
Dia memperingatkan.
Kakek Man
(suara tanpa wujud)
Tinggalkan sungai ini.
Atau bersiap kehilangan arah.
Kemudian, gemuruh air semakin keras. Batu tempat mereka berdiri bergetar sedikit—tidak seperti gempa,
Tapi seperti... ada sesuatu dari bawah.
Jakek
Hei
Kau perempuan, eh, Mbak, atau siapapun
Jakek
Kalau kamu tahu ini tempat serem... kenapa masih mau kesini?
Perempuan itu diam sejenak. Tatapannya lurus ke tirai air.
???
Karena sesuatu di balik sana... adalah bagian dari tugasku.
Dan mungkin... juga bagian dari alasanmu jatuh ke sini.
Jakek
(menelan ludah)
...Kamu mikir gitu?
???
(pelan, tetap tatap air)
Tempat ini... tidak suka tamu.
Tapi kadang, tempat terlarang menyimpan kebenaran yang disembunyikan
Perempuan itu berbalik sebentar, menatap Jakek.
???
Kau bisa tinggal.
Tapi aku tidak akan kembali.
Angin dingin berhembus. Kabut tipis menari di sekitar kaki mereka.
Dan air... seolah menunggu. Siap memangsa siapapun.
Kabut naik. Air deras menghantam batu-batu runcing.
Perempuan itu berdiri beberapa langkah di depan Jakek. Kemeja putih Jakek mulai basah, rambutnya acak-acakan, matanya masih kagum sekaligus curiga.
Jakek
(pelan, napas ngos-ngosan)
Kamu... yakin mau lewat situ?
Jakek
Airnya kayak mau nelen orang lho...
???
(tak menoleh)
Kalau kau takut, berhenti di sini saja
Jakek
Bukan takut.
Tapi ya... takut sih, dikit.
Jakek
Sungainya aja kayak ngamuk.
Jakek
Tapi ini kayak mimpi! Orang mana yang bisa lewatin air terjun?
Jakek
Kayak ada ruangan aja di baliknya.
Serem juga tempat ini
Perempuan itu menghiraukan Jakek. Maju satu langkah.
Ia mulai mendekati tirai air terjun. Tapi belum sempat menyentuhnya—
💥 Suara Tua itu lagi (menggelegar, berat, bukan dari satu arah)
Jakek
(terlompat mundur)
WAAHHH! Bisa gak sih, biasa aja
Jakek
Suka banget ngagetin
Dengan cepat, angin dingin menyambar dari depan. Air menyembur ke kiri-kanan.
Suasana langsung berubah seperti dihantam badai dingin.
Langit menggelap. Perempuan yang bersama Jakek terdorong setengah langkah ke belakang.
Kakek Man
Tubuhmu bukan bagian dari aliran ini
Kakek Man
Kakimu tidak punya izin untuk menginjak tanah balik air
Jakek melihat tanah di dekat kaki perempuan itu mulai retak pelan—dari celahnya muncul cahaya biru lembut seperti listrik di air.
Jakek
(panik, teriak)
Mbak! Eh eh! Woy! Jangan lanjut, itu... tanahnya nyala!!
Perempuan itu masih diam, napas pelan, tapi sekarang berdiri kaku.
Ia memejamkan mata sebentar, lalu pelan bicara...
???
Kau ingin melindungi sungai ini, Kakek Tua?
Jakek menelan ludah sendiri. (Aku pingin pulang! Tolong! Beri aku pintu pulangnya😖😭!)
Kakek Man
Bukan tentang sungai. Tapi tentang seimbang.
(suara tua penuh penekanan)
Perempuan itu tatapannya dingin, suaranya tetap datar.
???
Aku tak datang untuk menghancurkan
Aku mencari jawaban
Kakek Man
Tapi kau membawa seseorang yang belum cukup kuat untuk mendengar
Jakek
Loh?
Itu aku ya maksudnya?
Jakek
Aku kuat kok... kalau cuma... dikit-dikit ngeri...
Perempuan itu menoleh pelan ke Jakek. Wajahnya tak berubah—dingin. Tapi suaranya sedikit lebih rendah.
???
Diam. Kau terlalu keras bicara.
Jakek
(tutup mulut, takut tapi juga kesal)
Oke oke...
Tiba-tiba angin berhenti. Kabut membeku di tempat.
Lalu terdengar suara tua itu lagi—lebih pelan, tapi menyayat. Dan semakin dekat.
Kakek Man
Jika kau ingin masuk, maka hadapi aku terlebih dahulu
???
(tersenyum samar)
Mari buktikan, seberapa kuat seorang Penjaga Sungai
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!