NovelToon NovelToon

DI CINTA PRIA-PRIA TAMPAN

DI CINTA PRIA-PRIA TAMPAN 1

"Cantik sih..., tapi sayang, perawan tua. Siapa yang mau jadi pacarnya, galak gitu. Kalau gue jadi cowok, pasti ogah punya pacar judes kayak gitu. Tampangnya jutek, sekali ngomong, pedes! Cowok kan sukanya cewek kayak kita-kita yang manis dan lembut gini, hihihi..." Suara tawa cekikikan dan bisik-bisik dari segerombolan karyawan wanita, menusuk gendang telinga Tania yang diam-diam masuk ruangan kerja menguping mereka bicara.

BRAK!

Panas, sekaligus naik darah. Tania menggebrak meja kerjanya keras.

"PUAS!? Sudah puas kalian bergosip!? Jangan berani ngomong dibelakang doang! Mulut kok kayak tong sampah, bau busuk tau nggak!?" Semprot Tania memasang wajahnya yang galak, melotot pada semua karyawan wanita yang ada diruangan tersebut.

Suara Tania yang lantang dan keras, membuat semua karyawan wanita itu diam, mengkerut takut, tanpa berani menatap Tania. Mereka lantas bubar tanpa suara dari meja kerja tempat teman mereka bergosip ria, saking takutnya pada Tania yang terkenal super galak dan pemarah.

Tania adalah perempuan yang bekerja sebagai sekretaris di perusahaan besar tersebut. Wanita cantik yang mereka sebut perawan tua itu, masih berumur 27 tahun dan berkepribadian mandiri serta pekerja keras.

Walau dirinya sering dibilang galak dan pemarah, sebenarnya dia adalah perempuan yang baik hati dan tidak sombong. Prinsip hidupnya dari dulu adalah 'Time is money'. Tania lebih fokus bekerja daripada mikir pacaran.

HUFH...!

Tania meniup helai rambut yang menutupi matanya kuat-kuat. Kesal, ingin rasanya merobek semua mulut mereka yang suka menggosipkan dirinya dibelakang. Coba mereka yang jadi dirinya, mungkin mereka pasti mengerti, kenapa saat ini dia belum juga mau menikah.

Tania sadar kalau dia juga perempuan biasa yang butuh seorang pria dalam hidupnya. Menjadi mandiri untuk membiayai diri sendirinya selama ini, itu sangat melelahkan.

Dia juga butuh seorang pria yang mampu untuk menopang hidupnya, setidaknya, pria yang bisa bertanggung jawab memberinya nafkah, bukan pria modal tampang yang cuma bisa menggantungkan hidupnya pada Tania.

Bukan cuma pria mapan dalam segi ekonomi saja, Tania juga ingin pria yang paham agama dan berprilaku baik. Berasal dari keluarga baik-baik dan berwajah tampan seperti idaman banyak wanita.

Namun, apalah daya. Hingga umurnya menginjak 27 tahun, tak satupun pria yang bisa mencuri perhatiannya, walaupun diluar sana, banyak pria yang antri ingin menjadi kekasihnya.

Tania menghela nafas dalam. Gosip miring yang selalu menerpa dirinya, cukup melelahkan dan membuat suasana hatinya memburuk.

"Ekhm, Tania, yuhuuu..." Suara bass milik Chiko yang khas dan gampang diingat, menyadarkan Tania dari lamunan panjang.

"Hhh... Si kutu kupret!" umpat Tania dalam hati.

Ujung matanya melirik kesal pada seorang pria muda tampan berusia 24 tahun yang tampilannya kadang keren kadang slengekan dan punya kebiasaan seperti lintah, suka menempeli Tania setiap harinya. Tania mengerling sejenak, saat Chiko duduk di atas kursi di sebrang meja kerjanya dengan gayanya yang sok cool dan santai.

"Jangan ganggu aku, aku lagi stress, nggak mood." Sahut Tania ketus sembari mengibaskan tangan kirinya seakan mengusir Chiko agar segera berlalu pergi dari hadapannya.

Bukannya pergi, Chiko malah cengengesan, seraya menaruh lengannya diatas meja, menopang dagunya yang lancip. Sorot matanya yang teduh, memandang wajah cantik Tania sambil tersenyum manis, mengumbar pesona lesung pipinya yang menggoda.

"Kalau ku traktir makan, mood mu datang lagi nggak? Atau..., kita pergi shoping sekalian healing keliling kota," goda Chiko mengedipkan matanya genit disertai full senyuman yang bisa bikin kaum hawa jadi meleyot.

Pria yang sama, godaan yang sama, rayuan yang sama. Setiap hari, rekan kerjanya yang satu ini memang tak pernah lelah untuk menggodanya. Berulangkali Chiko mengajaknya makan bareng, shoping, healing atau segala tetek bengek dengan modus apa saja. Namun, Tania selalu menolak. Padahal, apa kurangnya Chiko? Dia sudah sesuai dengan kriteria pria idaman yang Tania cari.

Chiko adalah pria tampan yang sudah mapan. Bekerja sebagai kepala bagian personalia di perusahaan yang sama dengan Tania bekerja. Dia juga berasal dari keluarga yang cukup berada dan terkenal ramah serta baik hati.

"Kalau kamu mau pergi, ajak saja temanmu yang lain. Jangan ganggu aku, aku lagi pusing!" Kata Tania seraya memijit keningnya yang jadi cenat cenut berdenyut sakit.

"Mau ku pijitin nggak?" tanya Chiko lagi terdengar sok memberi perhatian.

Tania mendesah pelan. Kelakuan Chiko selalu saja menjengkelkan. Matanya mendelik dan memandang Chiko dengan sangar. Raut wajahnya yang cantik jelas terlihat marah.

"Aku serius, Chiko!" ujar Tania geram.

Entah kenapa, pria itu selalu membuat dia kesal dan naik darah. Tania kurang suka dengan tingkah laku dan perhatian yang diberikan Chiko padanya. Tania sadar, Chiko sudah lama menaruh hati padanya. Walau Chiko tak pernah mengungkapkannya secara langsung, tapi dari sikap dan tingkah lakunya, Tania bisa menilai Chiko memendam rasa padanya.

"Ya udah, aku nggak ganggu kamu lagi!" Ucap Chiko tiba-tiba ngambek memasang wajah kecewa.

Tania sejenak terpaku menatap perubahan wajah dan sikap Chiko yang biasanya kebal mendengar bentakan dan teriakan Tania. Ada kelukaan tersendiri yang ia sembunyikan dibalik sinar matanya yang berubah redup dan senyumannya yang terasa dipaksakan.

"Sudahlah, mungkin kamu bosan lihat aku terus, kalau kamu nggak mau ngobrol sama aku, aku pergi aja. Bye!" Sambung Chiko kemudian berdiri dari duduknya dan beranjak pergi meninggalkan Tania tanpa bicara lagi.

Chiko benar-benar ngambek. Tumben, Tania jadi kaget melihat perubahan Chiko yang jadi aneh. Hal itu membuat Tania jadi merasa bersalah.

"Hei! Ada apa denganmu? Chiko, Chiko!" teriak Tania jadi kelimpungan sendiri.

Tania jadi menyesali sikapnya yang selalu ketus dan emosional setiap kali bicara dengan Chiko. Tidak biasanya Chiko begitu. Setiap kali Tania marah dan uring-uringan, Chiko selalu datang menggodanya dan dengan sabar hati, Chiko selalu siap menjadi sasaran kemarahan dan kekesalan hatinya yang butuh pelampiasan.

Tania pikir, Chiko akan berbalik memberikan senyuman dan kembali menggodanya seperti yang biasa ia lakukan. Tapi kali ini tidak, pria itu tetap berjalan keluar dari kantor, melewati meja kerjanya dan tak kembali lagi hingga jam kerja usai.

"Dasar bocah ingusan!" Gerutu Tania berulangkali memukul pelan keningnya yang makin berdenyut sakit.

Kepergian Chiko yang bolos jam kerja membuat beban pikirannya terasa berat. Hampir semua karyawan sudah pulang meninggalkan kantor. Cuma Tania yang masih duduk berdiam diri didalam kantor yang sepi sambil menunggu Chiko yang tidak juga muncul.

"Nggak mungkin dia nggak balik lagi. Tas sama laptopnya masih ketinggalan." Pikir Tania dengan mata tertuju kearah tas milik Chiko yang tergantung di kursi dekat meja kerja Chiko.

"Apa aku harus menelponnya?" pikir Tania lagi melirik handphone yang ada dalam genggaman tangannya.

Rasa bimbang menghanyutkan Tania dalam pemikiran panjang. Dia memainkan handphone ditangannya berniat ingin menelpon Chiko tapi tak kunjung dia lakukan.

DRET... DRET ...DRET...

Getar handphone ditangannya membuat Tania melonjak kaget. Hampir saja handphone ditangannya meluncur jatuh jika dia tak bereaksi cepat menggenggamnya dengan erat.

"Busyet, hampir saja jatuh!" Tania mengelus dadanya lega saat benda kesayangannya itu gagal menyentuh lantai.

Senyumnya merekah sempurna saat menyadari siapa yang menghubunginya lewat benda pipih itu. Mama, foto wanita yang paling dia sayangi sejagat raya itu terpampang memanggil di layar ponsel miliknya.

"Halo..., Mamaku yang cantik mempesona," sapa Tania dengan hati riang.

"Jangan merayu Mama terus Tania! Pokoknya, Mama dan Papa kagak mau tahu, tiga bulan lagi kamu harus pulang bersama calon menantu Mama, paham!" tegas sang Mama.

DHUAR...!

Suara Mamanya yang melengking keras terdengar menyengat di telinga Tania. Mimpi apa dia semalam, tiada angin tiada hujan, Mamanya yang lembut dan penuh kasih sayang mendadak menelponnya memberikan ultimatum yang mengerikan.

"Tiga bulan?" Mata Tania seketika melotot, membulat sempurna.

Tenggang waktu yang teramat singkat untuk mencari calon pendamping hidupnya, cukup membuat otaknya pusing tujuh keliling.

*****

POV TANIA

Mengejar karier, mencoba meraih impian dan cita-cita demi masa depan yang lebih baik adalah keinginan ku yang belum terwujud hingga saat ini. Aku ingin menjadi seorang anak yang berbakti pada orang tuaku.

Demi mewujudkan cita-cita, aku memilih hidup mandiri dan berjuang keras hingga mengabaikan kodratku sebagai perempuan yang butuh cinta dan perhatian dari seorang pria.

Ada kalanya aku merasa sedih dan kesepian. Merasa lelah dengan semua beban, namun, kehadiran mereka kadang kala jadi penyemangat hidupku. Hari ini, bebanku bertambah, aku harus menemukan pasangan yang tepat sesuai permintaan orang tuaku.

Gilanya lagi, aku diberi waktu tiga bulan, padahal aku belum punya pacar. Aku bingung, cari pacar itu lebih gampang daripada mencari calon suami. Aku harus cari kemana? Akh, pusing!

********

BERSAMBUNG

Apakah Tania bisa memenuhi permintaan Orangtuanya dalam waktu tiga bulan?

Yuk, lanjutkan bacanya sampai tuntas ya 🤗

Eits,,, jangan lupa! SUBSCRIBE dulu 😉

Tinggalkan jejak mu dengan LIKE dan KOMEN 👌

Mohon bantu Retensi karya author dengan rajin membaca tanpa lompat BAB 🙏

Silahkan beri Vote, gift dan ⭐⭐⭐⭐⭐ jika kamu suka 🤗

Terimakasih atas dukungan kamu semua ❤️❤️❤️

Lope lope sekebon dah 😍😘❤️❤️❤️❤️❤️🌹🌹🌹🌹

DI CINTA PRIA-PRIA TAMPAN 2

Tania masih tak bergeming saat benda pipih yang menempel di kupingnya tak lagi mengeluarkan suara. Ponsel itu mulai terasa panas dalam genggaman tangannya yang putih dan halus mulus.

"Nggak mungkin, mau nyari kemana tuh calon suami? Mama kok nyiksa aku banget sih..., Ah, sebel!" keluh Tania mendesah galau.

Keringat dingin mulai mengucur di keningnya yang mulus tanpa jerawat. Permintaan Mamanya barusan lewat ponsel sungguh diluar logikanya, sangat tidak masuk akal.

"Tania, kenapa belum pulang?"

Tania kaget, mendengar suara pimpinannya Pak Rudi menegurnya dari belakang.

Pak Rudi, pria tampan berwibawa, berumur 35 tahun, punya kharisma kepemimpinan, adalah pemilik perusahaan tempat Tania bekerja. Pria itu menyandang status duda beranak satu. Tak heran, saat ini ada banyak pekerja wanita dikantor itu, bermimpi untuk bisa menjadi pengganti Nyonya Rudi yang kabarnya kabur dengan pria lain.

Tapi Tania beda, dia bukan jenis perempuan yang suka berkhayal menjadi istri orang kaya. Walau miskin, Tania punya harga diri tinggi. Menurutnya, jadi istri orang kaya itu menakutkan. Kebayang, kalau ada pertemuan keluarga, Tania nggak mau dirinya ataupun keluarganya jadi bahan cemoohan dan dipermalukan.

"Hei, Tania, apa kamu dengar!?" Pak Rudi menjentikkan jarinya keras didepan hidung Tania yang mancung.

Tania jadi gelagapan melihat Pak Rudi yang memperhatikannya dengan dahi berkerut heran. Beliau pasti bingung melihat Tania yang sedari tadi melamun sambil memegang ponsel.

Buru-buru Tania menaruh ponselnya yang sudah tidak menyala ke atas meja kerja.

"Oh, itu Pak, saya, saya baru saja menyelesaikan pengisian data konsumen yang belum selesai saya kerjakan." Jawab Tania gugup karena terpaksa berkata bohong.

Pak Rudi manggut-manggut mengangguk senang. Dia tak menyadari kebohongan yang diciptakan Tania. Dimatanya, Tania adalah karyawan wanita yang cantik, pintar, berdedikasi tinggi dan terkenal pekerja keras.

"Hmm, oh iya, dari tadi saya tidak melihat Chiko. Kamu tahu nggak, Chiko pergi kemana?" tanya Pak Rudi dengan mata tertuju ke arah tas dan laptop yang masih ada diatas meja kerja Chiko.

"Enggak pak, saya nggak tahu." Tania menggeleng lemah dan menundukkan wajahnya takut ketahuan jika dialah penyebab kepergian Chiko yang ngambek sejak tadi siang.

"Aneh, nggak biasanya anak itu pergi tanpa izin," gumam Pak Rudi jadi heran dengan sikap Chiko yang tak biasa.

Kerutan kembali muncul di dahi pak Rudi. Beliau seakan memikirkan sesuatu. Sesekali matanya melirik kearah Tania yang jadi grogi dan salah tingkah.

"Mendingan kamu pulang Tania. Udah sore. Bisa-bisa kamu kemalaman di jalan." Ujar pak Rudi perhatian menyuruh Tania segera pulang.

Tania mengangguk patuh, walau hatinya sedikit keberatan karena masih ingin menunggu Chiko.

"Iya pak, saya pulang dulu. Permisi Pak." Jawabnya buru-buru menyambar tas selempang dan handphone yang tadi ia taruh diatas meja kerja.

Tanpa melihat wajah Pak Rudi yang kebingungan dengan sikapnya, Tania bergegas pergi meninggalkan kantor membawa perasaan gundah tentang keberadaan Chiko yang tak juga muncul-muncul.

Baru saja mau keluar dari pintu kantor, tubuh Tania malah tabrakan dengan seseorang yang tiba-tiba masuk pintu kantor dengan nafas terengah-engah seperti habis berlari.

BUGH!

"Aduh!" Tania mengusap hidung mancungnya yang nyaris bengkok karena menabrak dada bidang seorang pria.

Detak jantung yang berdegup kencang disela deru nafas yang terengah-engah, membuat Tania mengangkat kepalanya memandang sosok tinggi jangkung yang baru saja menabraknya. Mata indah Tania seketika mendelik membesar dan wajahnya pun berubah masam menyadari siapa pemilik dada bidang yang beraroma wangi maskulin itu.

"Chiko!" hardik Tania kesal bukan kepalang.

Ada rasa senang, dan ada rasa kesal berkecamuk dihati Tania saat itu juga.

Pemuda itu hanya cengengesan saat melihat hidung Tania yang berkulit putih terlihat merah jambu karena menabrak dadanya.

"Sakit ya?" tangan Chiko bergerak cepat hendak menyentuh hidung mancung Tania.

Namun, jemari lentik Tania keburu menepis tangan Chiko dengan kasar.

"Ya iyalah sakit. Nabrak kamu berasa nabrak tembok!" jerit Tania jengkel setengah mati.

Chiko tertawa geli. Seperti biasa, kemarahan Tania dan sikap ketus Tania, ia tanggapi dengan senyuman dan tawa.

"Tungguin aku disini sebentar, kita pulang bareng. Aku mau ambil tas dan laptopku sekalian laporan sebentar sama Pak Rudi." Ucap Chiko tanpa bisa dibantah oleh Tania sama sekali.

Pemuda itu sudah keburu pergi masuk kedalam kantor meninggalkan Tania yang jadi kebingungan sendiri.

"Ngapain dia ngajak pulang bareng? Rumahnya ke ujung sana, rumah kontrakan ku ke ujung sini, 'kan beda arah," kata batin Tania penuh tanda tanya.

Tania menggelengkan kepala sendiri, tak mau ambil pusing. Masa bodo dengan kelakuan Chiko yang memang terkadang sulit ditebak. Kadang becanda, kadang serius, kadang riang, kadang ngambek, kadang kekanak-kanakan, kadang kumat dewasanya. Dan itu menyebalkan, meski kerap kali dirindukan juga oleh Tania.

Hampir sepuluh menit menunggu, Chiko belum juga keluar dari kantor. Tania mulai jenuh menunggu kehadiran Chiko yang tadi berpesan untuk menunggunya agar bisa pulang bareng.

Detik demi detik terus berlalu, menit demi menit telah terlewati. Setengah jam sudah, Tania sabar menanti. Kesabarannya hilang sudah, Tania yang merasa dikerjain Chiko, menggerutu pelan dan menarik tas selempang yang melintang di dadanya dengan kesal.

"Awas kamu Chiko, lihat saja besok!" gerutu Tania marah dalam hati.

Diapun melangkahkan kakinya meninggalkan kantor tanpa menunggu Chiko keluar. Langkah kakinya yang berjalan cepat di iringi rasa kesal dalam hati, membuat langkah Tania yang menggunakan high heels nyaris terpeleset jatuh karena tumit sepatunya yang mendadak patah.

Caci maki dan umpatan, serta merta meloncat dari bibirnya menyesali tindakannya yang berjalan tanpa hati-hati.

"Semua gara-gara si kutu kupret itu. Aku jadi telat pulang, tumit sepatu ku patah, sial, nasibku selalu saja sial!" umpat Tania membanting sepatunya yang rusak ke jalanan.

Wajah cantiknya mulai memerah menahan tangis. Entah kenapa, hari ini terasa hari yang buruk baginya. Banyak masalah yang datang bertubi-tubi. Rasa kesalnya kembali datang saat memandang kedua kaki putihnya yang mulus, kini berjalan tanpa alas kaki.

Kakinya pun melayang cepat menendang sebelah sepatunya yang tidak rusak hingga terpental ke jalan raya yang beraspal.

CIIIT...

Bunyi rem mobil berdecit disampingnya, membuat Tania terkejut bukan kepalang.

"Sepatuku!" Tania spontan menjerit dan memandang kearah jalan raya dimana sepatunya tadi terlempar berkat tendangan kakinya.

Sepatunya yang malang tak lagi terlihat. Yang tampak hanya sosok Pak Rudi yang penuh kharismatik, terlihat turun dari mobil yang berhenti disampingnya.

"Kamu kok belum juga pulang? Apa yang kamu lakukan disini? Mana sepatumu? kenapa nggak pakai sepatu?" Pak Rudi mencecarnya dengan banyak pertanyaan saat menyadari Tania tak memakai alas kaki apapun dibawah telapak kakinya.

Namun, tak satupun pertanyaan Pak Rudi yang Tania jawab. Matanya terus berputar dan melongok ke kolong mobil milik Pak Rudi untuk mencari sepatunya yang hilang.

"Tania!" bentak Pak Rudi jadi dongkol karena merasa diabaikan.

"Iya Pak, itu, sepatu." Jawab Tania gugup bercampur kaget karena bentakan Pak Rudi.

"Iya, saya tanya, sepatumu kemana?" desak pak Rudi tak sabaran dengan sikap kebingungan Tania yang terus menunjuk ke kolong mobilnya Pak Rudi.

"Itu Pak, anu, sepatu saya sepertinya terlindas mobil Bapak." Sahut Tania agak ketakutan sembari menunjuk ujung sepatunya yang sedikit mencuat dari bawah ban mobilnya Pak Rudi.

Pak Rudi nampak terkejut. Tubuhnya membungkuk, melongok kearah ban mobil miliknya yang ditunjuk Tania. Duda tampan dan kaya itupun menepuk jidatnya pelan dan tersenyum simpul seolah menahan tawanya.

"Tania, Tania. kenapa sepatumu bisa ada disitu?" tanya Pak Rudi heran bercampur geli.

Tania nyengir terpaksa. Dia tak mampu menjelaskan pada Pak Rudi, tentang rasa kesalnya yang membuat ia melempar sepatu miliknya itu ke jalanan.

"Sudahlah, cepat masuk mobil! Biar saya antar kerumah kontrakan mu." Perintah Pak Rudi berinisiatif untuk mengantar Tania pulang.

Tania tercengang, mimpi apa dirinya di antar bosnya pulang. Tidak, Tania tak mau jadi korban gosip lagi. Gosip baru pasti datang, jika ada yang melihat dia pulang diantar Pak Rudi yang punya pesona sugar daddy itu.

TIT TIT...

Sebuah klakson motor terdengar panjang memekakkan telinga mereka berdua. Chiko dengan sepeda motor maticnya, terlihat berhenti didepan mobil Pak Rudi.

Tania langsung bersorak dalam hati. "Akhirnya sang dewa penyelamat datang juga." Walau hatinya masih kesal dan marah pada Chiko, namun disaat genting seperti ini, Tania sangat membutuhkan Chiko sebagai penyelamat harga dirinya dari segala gosip yang bisa mencemarkan nama baik yang selalu ia jaga dengan susah payah.

"Maaf Pak, saya pulang sama Chiko saja. Permisi Pak," pamit Tania dengan cepat berlari kearah Chiko walau tanpa alas kaki.

Pak Rudi hanya termangu melihat Tania yang langsung naik keatas sepeda motor Vario yang dikendarai Chiko. Tania yang memilih naik sepeda motor dari pada naik mobil, membuat Pak Rudi jadi panas sendiri. Apalagi saat Chiko melambaikan tangan kiri sebelum sepeda motornya membawa Tania pulang. Pak Rudi jadi makin dongkol.

Mendadak ingatannya melayang pada sepatu milik Tania yang berada dibawah ban mobilnya. Setelah menggeser mobilnya sedikit jauh, Pak Rudi memungut sebelah sepatu Tania yang sudah penyok dan rusak karena terlindas ban mobil miliknya.

"Sebelahnya lagi mana?" gumam Pak Rudi bicara sendiri menanyakan keberadaan sepatu Tania yang cuma sebelah.

Matanya berkeliling mencari sepatu Tania yang sebelah lagi. Diapun melihat sepatu itu agak tersembunyi dipinggir jalan. Tanpa ada rasa malu, jika ketahuan siapapun, Pak Rudi memungut sepatu itu, menentengnya dan menaruhnya ke bagasi mobil sebelum akhirnya dia melesat pergi membawa rasa yang aneh dalam hatinya sambil senyum-senyum sendiri.

****

POV RUDI

Aku tak berdaya saat gadis yang kusukai selalu ditempeli karyawan pria yang sudah ku sayangi seperti adikku sendiri. Keakraban mereka berdua seringkali mengundang rasa penasaran dan cemburuku. Begitu sulit bagiku untuk mendekati Tania.

Padahal aku bosnya, aku bisa memperlakukan gadis itu sesuka hatiku. Tapi aku tak ingin egois, memaksakan semua keinginanku padanya.

Aku cukup sadar diri, walau seorang penguasa diperusahaan milikku sendiri, aku tak berhak menguasai seluruh kehidupannya. Dengan statusku sebagai duda beranak satu, aku belum tentu layak untuk menjadi pendamping hidupnya.

Haruskah aku berubah menjadi pria yang arogan dan egois untuk bisa mendapatkan Tania?

******

Kira-kira apa yang dirasakan oleh Pak Rudi setelah kejadian itu ya?

BERSAMBUNG

Jangan lupa kasih tahu author lewat komen, siapa yang cocok buat Tania. Pak rudi atau Chiko?

JANGAN LUPA,, HABIS BACA WAJIB LIKE dan KOMEN 🤭🤣✌️

Yang udah kasih Like, Komen, Vote juga Gift apalagi ⭐⭐⭐⭐⭐

Author ucapin THANK U SO MUCH🌹🌹🌹🥰

DI CINTA PRIA-PRIA TAMPAN 3

"Stop! Berhenti disini Chiko! Turunkan aku disini!"

Ditengah perjalanan, Tania menjerit minta turun dari atas motor matic yang dikendarai Chiko.

Chiko yang sedang fokus membonceng Tania, jadi hilang konsentrasi karena Tania terus menjerit dan memukul pundaknya dari belakang.

"Apaan sih Tan, bisa nggak kamu tuh duduk manis saja kalau kubonceng," gerutu Chiko yang jadi susah mengendarai motornya dengan tingkah Tania yang rusuh.

"Pokoknya aku mau turun! Berhenti nggak!" teriak Tania kesal.

Chiko mengutuk dalam hati. Reaksi Tania yang berubah drastis, bikin Chiko pusing. Padahal, tadi dia kelihatan sangat senang melihat kedatangan Chiko. Chiko masih terbayang ekspresi Tania yang gembira dan langsung naik ke atas motornya tanpa mempedulikan Pak Rudi yang menawarkannya naik mobil mobil mewahnya.

"Kalau kamu turun disini, kamu mau pulang pake apa?" tanya Chiko tetap melajukan motor maticnya dengan kecepatan sedang.

"Terserah! Aku bisa pulang naik angkot atau gojek!" jawab Tania ketus bukan main.

"Ya udah, aku turunin kamu di persimpangan sana!" Chiko jadi ikut-ikutan kesal.

Bibirnya maju lima senti menunjuk persimpangan yang tak jauh dari jalan yang mereka lewati. Dengan gusar, Chiko mempercepat laju motor maticnya.

"Aww...!"

Tania memekik lirih, saat Chiko memutar gas lebih kuat. Tubuhnya terhuyung mundur dan maju kedepan, hingga dadanya terbentur menabrak tulang punggung Chiko yang keras.

BUGH!

Satu pukulan keras mendarat tepat dipundak Chiko sehingga pemuda tampan itu meringis antara nyeri dipunggung dan geli yang menggelitik hatinya.

"Dasar mes um!" maki Tania semakin kesal dan marah pada Chiko.

Chiko nyengir sendiri tanpa setahu Tania. Dia merasa puas, karena bisa mengerjai perempuan yang galaknya enggak ketulungan itu.

CIIIT...

BRUK!

Lagi-lagi bagian depan tubuh Tania terhuyung kedepan menabrak tulang punggung Chiko saat pemuda tampan itu sengaja menekan rem mendadak di persimpangan jalan.

Tania bergegas turun dari motor Chiko dengan wajah masam dan langsung menyerang Chiko dengan cubitan dan cakaran.

"Kamu sengaja 'kan, kamu mau balas dendam sama aku ya!?" teriaknya penuh histeris disela serangannya yang membabi buta.

"Lagian..., kamu tuh ngomel-ngomel terus, sewot..., aja dari tadi," sahut Chiko berupaya menangkis serangan Tania yang datang bertubi-tubi.

Ada beberapa pasang mata yang memperhatikan kelakuan mereka berdua. Chiko jadi malu sendiri.

"Udah ah, marahnya. Malu, diliat orang rame." Ujar Chiko setengah berbisik pada Tania yang masih belum sadar diperhatikan orang banyak.

Serangan Tania terhenti seketika. Matanya berpendar menatap jengah pada beberapa orang yang berada disekitar persimpangan itu.

Maklum, wilayah itu memang cukup ramai dengan orang berlalu lalang. Kebetulan, lokasinya ada banyak pertokoan juga.

Tania jadi malu dan canggung sendiri, saat orang-orang itu kasak kusuk dan memandangnya dengan pandangan aneh . Entah apa yang membuat mereka memandangi Tania seperti itu. Tania belum sadar, kalau ada yang salah pada dirinya.

"Kamu yakin, nungguin angkot disini tanpa sepatu?" tanya Chiko melirik kaki Tania sekilas dan berlagak sok cuek.

Tania menatap kakinya yang mulai kotor karena menginjak tanah dengan perasaan gundah. Chiko benar, dia tak mungkin naik angkot dengan keadaan seperti orang gila.

"Jangan ngeyel terus kenapa sih Tan, tinggal duduk manis di belakangku, aku siap ngantar kemana saja kamu mau. Ke neraka aja aku mau, apalagi ke surga. Aku siap, asal bareng sama kamu," goda Chiko membujuk Tania agar tidak banyak tingkah.

"Huh! Gombal. Dasar playboy kelas teri!" Tania melenguh, mencibirkan bibirnya mendengar kalimat Chiko yang penuh gombalan.

"Tapi kamu suka 'kan?" goda Chiko jadi kumat usilnya melihat Tania yang menyembunyikan senyuman dibalik mulutnya yang judes.

"Bheuh, ge-er!" Tania menunjukan ekspresi mual pada Chiko yang hanya tertawa lebar menanggapi sikap Tania.

"Hahahahaha, cepetan naik! Aku antar kamu beli sepatu baru di toko sana!" Desak Chiko menyuruh Tania kembali naik keatas motor maticnya seraya menunjuk ke suatu arah dengan bibir tipisnya yang seksi kemudian menyalakan starter motor maticnya dengan semangat 45.

Mau tak mau, dengan terpaksa dan berat hati, Tania kembali naik keatas motor matic milik Chiko. Tania tak punya pilihan lain, selain mengikuti keinginan pemuda itu, asalkan dia sampai dirumahnya dengan selamat dan tentu saja tidak nyeker.

***

Didepan sebuah toko sepatu, Chiko menghentikan kembali motor maticnya dan menaruhnya diparkiran pinggir jalan.

"Yuk, turun!" kali ini, Chiko lah yang menyuruh Tania turun dengan paksa dari motornya.

Perempuan cantik itu, seakan enggan mengikuti Chiko yang sengaja mengajaknya masuk ke sebuah toko yang cukup bagus dan punya koleksi sepatu yang harganya lumayan mahal.

"Ayyo, masuk!" paksa Chiko mendorong bahu Tania agar masuk kedalam toko itu.

Tania yang cuma bengong, terpaksa mengalah masuk kedalam toko dan mengikuti langkah Chiko yang menyeretnya ke dekat rak sepatu wanita yang tertata rapi dan cantik.

"Kamu mau yang ini nggak?" tanya Chiko seraya mengulurkan sebuah sepatu berwarna coklat dengan hiasan permata kecil ditengahnya.

Tania menatap sepatu yang diulurkan Chiko dengan seksama.

"Gila, 400 ribu." Jerit Tania dalam hati.

Mata Tania membesar melihat harga sepatu yang disodorkan Chiko barusan. Tanpa bicara, Tania menggeleng dan mendorong tangan Chiko agar pemuda itu menaruh sepatu yang harganya cukup merobek kantong itu agar kembali ke tempatnya.

"Yang ini, kamu suka nggak?" Chiko menyodorkan lagi, sebuah sepatu berwarna putih yang terlihat cantik dengan pita berhiaskan permata.

Lagi-lagi Tania menggeleng setelah melihat bandrol harganya yang sama saja mengurangi seperlima gaji bulanannya. Bukan Chiko namanya, kalau dia jadi putus asa dengan penolakan Tania dari sekian banyak sepatu yang ia sodorkan.

"Nah, yang ini, kamu suka nggak?" Chiko menunjukan sepatu berwarna hitam polos yang tampak elegant.

Tania menggeleng lagi. Sepatu-sepatu itu sangat mahal. Tania tidak suka pemborosan. Seharusnya Chiko tidak membawanya ke toko yang bagus seperti itu. Tania lebih senang belanja di kaki lima. Disana juga ada banyak model sepatu yang bagus, walau harganya murah meriah.

"Kita pulang aja yuk Chik, dirumah stok sepatuku masih ada kok, aku rasa, aku nggak butuh sepatu baru." Ajak Tania mulai risih dengan tatapan karyawan toko yang memperhatikan gerak-gerik mereka sedari tadi dengan tatapan penuh kecurigaan.

"Nggak bisa, kamu harus pilih dulu sepasang sepatu. Jangan khawatir, aku yang bayarin." Chiko memaksa Tania untuk memilih salah satu sepatu yang terpajang.

Akhirnya, Tania memutuskan untuk membeli sepasang sepatu yang diluar nalar pemikiran Chiko. Sepasang sepatu kets berwarna putih yang tidak terlalu mahal.

"Kamu yakin, yang ini?" tanya Chiko bingung.

"Hooh, yakin." Sahut Tania mengangguk mantap.

Tak mau berdebat lagi, Chiko bergegas membawa sepatu itu ke meja kasir dan membayarnya.

"Nggak usah dibungkus mbak, mau langsung dipake." Ujar Chiko melarang karyawan toko memasukkan sepatu itu kedalam kantong plastik.

Chiko mengambil sepasang sepatu itu dari tangan karyawan toko dan menarik tangan Tania menuju sebuah bangku yang ada disudut toko.

"Duduk sini, biar ku pasangkan." Perintah Chiko menekan bahu Tania, memaksanya agar segera duduk dibangku itu.

Tanpa mempedulikan ekspresi wajah Tania yang berubah kaget, Chiko membersihkan telapak kaki Tania yang kotor dengan tangannya dan memasangkan sepatu itu ke kaki Tania.

DEG... DEG ...DEG...

Degup jantung Tania seketika tak beraturan. Matanya terus memperhatikan gerak gerik Chiko yang konsentrasi mengenakan sepatu ke kakinya.

"Okey, selesai. Ayo pulang!" Ajak Chiko kemudian mengangkat kepalanya melihat ke wajah Tania.

DEG!

Tak sengaja sorot mata mereka berdua bertemu pandang. Membuat jantung Tania kembali berdegup kencang. Tania buru-buru mengalihkan pandangannya, malu, ketahuan sama Chiko.

Padahal, semua itu percuma. Chiko sudah terlanjur melihat ekspresi wajah Tania yang memerah menahan malu. Pemuda itu hanya tersenyum simpul dan berpura-pura tak melihat ekspresi Tania.

"Ta-ni-a?"

Sebuah suara yang terdengar berkharisma menyebut nama Tania, membuat Chiko dan Tania berpaling ke arah pintu masuk toko yang baru saja dimasuki seorang lelaki misterius yang memakai Hoodie putih, serta masker hitam menutupi wajahnya hingga sulit untuk dikenali dari jarak jauh.

*****

POV CHIKO

Aku sudah jatuh cinta padamu saat pertama kali kita bertemu. Waktu itu kita nyaris tabrakan di depan pintu masuk perusahaan karena sama terburu-buru. Aku baru tahu kalau kamu berniat melamar pekerjaan setelah melihat profilmu ditumpukan map para pelamar kerja.

Meskipun aku sempat adu debat sedikit dengan pak Rudi, akhirnya kamu bisa diterima bekerja tanpa kamu sadari betapa sulitnya dulu, aku meyakinkan batu karang itu agar kamu bisa mendapat jabatan sekretaris dengan ijazahmu yang cuma lulus diploma.

Aku sudah melakukan berbagai cara untuk merebut perhatianmu dan berjuang keras menunjukan perasaan cintaku. Tapi seringkali kamu abaikan. Kamu selalu menganggap aku tak pernah ada Tania.

Kadangkala aku lelah dan ingin berhenti untuk mengejar mu. Namun, sesekali ada hal yang masih membuatku penasaran padamu. Saat bibirmu menyuruhku pergi, tatapanmu justru tak rela aku menjauh darimu. Apakah itu hanya rasa percaya diriku saja? Aku sulit memahami bahasa tubuhmu yang membenciku namun terkadang seolah membutuhkanku.

Entah sampai kapan kesabaranku akan bertahan Tania.

*****

Siapakah pria tampan yang berpenampilan misterius itu? Kenapa dia bisa mengenal Tania?

.

.

.

BERSAMBUNG

Terus pantau kelanjutannya ya guys...

JANGAN LUPA LIKE dan KOMEN 🤭

THANKS FOR YOUR LIKE, KOMEN, GIF, VOTE DAN YANG UDAH KASIH ⭐⭐⭐⭐⭐

LOPE SEKEBON DAH 😍🥰🌹🌹🌹🌹🌹❤️❤️❤️

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!