ha....
ha.....
ha....
hia.....
huu....
terlihat seorang gadis cilik yang sedang berlatih beladiri dengan serius di temani seorang pria paruh baya di sampingnya.
" keraskan kepalan mu agar musuh bisa merasakan sakit... " ucap pria itu pada gadis yang tampak sangat bersemangat.
" kalian berdua ayo makanan sudah siap.... " ucap wanita yang di usiannya yang sudah menua tapi masih cantik.
" ah baik lah bos.... " ucap sang pria yang tadi terlihat sangar kini menjadi seperti kucing jinak.
" Clara ayo... ibumu sudah memanggil... " ucap pria itu.
" baik ayah. " ucap gadis cantik bernama Clara yang masih berusia 7 tahun saat ini.
" besok kamu bisa berlatih lagi, rajin berlatih itu bagus, tapi banyak latihan juga tidak baik jika latihan sebelumnya belum sepenuhnya di kuasai. " ucap pria yang di panggil ayah itu.
" Clara mengerti ayah... " jawab gadis kecil itu sangat bersemangat.
" hahaha. putri ayah yang cantik.... " ucap membawa gadis kecil itu dalam gendongannya.
" ayah apa Clara sudah semakin baik sekarang.... " tanya anak itu yang biasa ia tanyakan seusai latihan.
" tentu saja.... " ujar sang ayah.
" yes..... " ucap gadis itu.
" Clara akan menjadi sekuat ayah dan sehebat ibu nanti jika dewasa. " ujar Clara.
ayahnya yang mendengar sang putri mengatakan seperti itu sangat senang bercampur merinding mengingat wanita yang di panggilnya ibu itu.
bayangan istrinya yang garang itu segera muncul di kepalanya bahkan bulu kuduknya berdiri saat itu juga.
" jangan menjadi seperti ibumu sayang, ayah khawatir tidak akan ada pria yang mau dengan mu nantinya. " ujar sang ayah pada putrinya Clara itu.
" tapi ayah mau bersama ibu, jadi apa alasan ayah mengatakan seperti itu. " ucap Clara yang sangat pintar itu.
" tentu saja karena ayah kuat. " ucap sang ayah.
" jika begitu Clara akan mencari seorang pria yang juga kuat seperti ayah. " ucap Clara menatap sang ayah denga sungguh.
" apa yang kamu ajarkan pada putri kecil ku yang manis ini.... " ucap seorang wanita yang tidak di sadari keberadaanya itu.
aaaaa...
aaaaa.
aaa...
" ampun sayang... ampun sayang.... " ucap sang ayah.
" arman jangan ajarkan hal kotor yang ada di kepalamu itu pada putriku.... " ucap sang wanita yang terus menarik telinga pria bernama Arman yang merupakan kepala keluarga di keluarga ini.
" terus ibu... terus ibu.... " ucap Clara kecil yang lucu tiap kali melihat kedua orang tuanya ini.
hari itu pun di lalui dengan kehangatan keluarga yang sangat bahagia, di desa SILON tidak seorang pun yang tidak mengenal keluarga bahagia ini.
selain karena memiliki hampir 70% tanah di sana keluarga ini sangat dermawan dan baik terhadap siapa saja, sehingga warga di sana menjadikannya pemimpin desa. SILON.
di pinggiran desa lebih tepatnya di depan pitu masuk desa dua mobil berhenti beberapa orang berjas rapi keluar kemudian berbaris seperti menunggu seseorang keluar dari mobil yang masih tertutup itu.
tak lama kemudian pintu mobil terbuka barulah tampak seorang pria muda dengan tampang dingin keluar.
" tuan muda..... " ucap semua orang di sana sangat hormat.
" apa di sini tempatnya.... " ucap pri itu.
" benar tuan legenda itu saat ini menjadi pemimpin di desa ini. " ucap seorang sedikit maju.
" hem..... " jawab si tuan muda. " tempat ini lumayan aku suka tempat ini, jadi aku harus memilikinya. " ucapnya melanjutkan.
" baik akan kami urus tuan.. " ucap orang yang sebelumnya.
" em... ayo kembali kita datang lagi nanti. " ucapnya lalu memasuki mobil lagi.
tampak tempat tuan muda itu berpijak sebelumnya itu mengeluarkan asap seperti sesuatu yang panas barus saja berpijak di sana.
di sini walau sudah moderen ilmu beladiri menjadi hukum, banyak aliran beladiri banyak seniman beladiri, mereka semua berusaha berdiri di puncak dengan cara menyingkirkan saingan mereka.
satu minggu berlalu dan sudah dua hari beberapa orang asing mulai keluar masuk desa dan ada juga beberapa penduduk yang keluar memutuskan ke kota dengan menjual tanah mereka pada orang asing itu.
malam hari saat arman sedang berdua dengan sang istri tampak arman yang sedang berpikir dengan sangat keras.
" suami... ada apa.... " tanya sang istri yang tengah berbaring di dada sang suami wajahnya tampak seperti kelelahan.
" entah lah sudah dua hari dan 10 warga yang memutuskan untuk meninggalkan desa dengan menjual tanah mereka pada orang asing. " ucap arman.
" tidakkah itu wajar atau kamu ingin tanah 10 penduduk itu. " tanya sang istri.
" tidak juga, tapi hatiku tidak tenang, sepertinya kedamaian ini tidak aka lama lagi. " ucap Arman.
" kamu terlalu banyak berpikir suamiku, jadi mungkin itu mengapa malam ini kamu sangat lemah. "ujar sang istri menggoda dan tatapannya menantang.
arman merasa terbakar oleh perkataan istrinya itu lalu merubah posisi dengan menindih sang istri dann mengunci tangan istrinya itu di atas kepala.
" kuharap kamu tidak berteriak ampun yang membuat malaikat kecil kita itu terbangun. " ucap arman mulai menyambar.
skip...
3 bulan berlalu dan malam ini adalah hari spesial karena hari ini bertepatan dengan hari ulang tahun Clara yang ke 8, acara itu juga hanya di lakukan oleh mereka sendiri tanpa mengundang orang lain itu sudah di lakukan sejak awal.
" semat ulang tahun sayang.... " ucap sang ibu.
" selamat ulang tahun malaikat kecil ayah. " ucap Arman hangat.
" terimakasih ayah ibu.... Clara sayang ayah dan ibu.... " ucap Clara.
Dododorrrrr.... " suara ketukan pintu sangat keras beberapa kali.
Arman dan istri serta anaknya sangat terkejut mendengar ketukan pintu yang tidak biasa itu, terdengar juga suara orang di luar.
" pak....
pak.....
pak Arman..... " ucap seorang samar.
Arman yang juga bukan hanya ahli bela diri dia juga merupakan seniman beladiri yang memiliki kepekaan lebih dari orang biasa, bisa mendengar sangat jelas seseorang di luar.
arman bergegas keluar untuk melihat siapa orang datang kerumahnya dengan bau darah yang menyengat.
" ya.... " jawab Arman lalu dengan cepat membuka pintu. segera terlihat seorang dengan wajah yang di penuhi darah dan pisau yang masih menancap di perut samping sebelah kirinya.
" pak handoko... " ucap Arman terkejut.
istri arman yang akan juga keluar melihat tangan arman yang melarangnya untuk lanjut.
" jangan kesini bawa Clara ke kamar... " ucap Arman.
sang istri yang paham segera berbalik dan membawa Clara ke kamarnya.
" pak mereka mereka..... " ucap Handoko yang sudah di nafas terakhirnya.
" kuat lah pak.... " ucap arman walau dia tau tidak ada harapan.
" selamatkan k.... lu.... a.... rga... mu..... " ucal handoko akhirnya meninggal.
di kamar Clara.
" sayang dengar ibu. apapun yang Clara dengar di luar jangan pernah keluar dan bersembunyi lah. jika ada kesempatan kabur dan pergi sejauh mungkin jangan pernah kembali. " ujar sang ibu.
" ibu... " ucap Clara yang masih bingung sekaligus takut.
" Clara kuat sayang liat ini adalah ulang tahun ibu untuk Clara, ini merupakan jimat pelindung yang ibu dapat dari kakek saat ibu masih seusia Clara, sekarang ibu berikan pada Clara. " ucap nya.
" Clara... ibu akan keluar untuk melihat ayah Clara di sini dengan Liontin ini agar tetap terlindungi, apa Clara mendengar ibu. " ucap sang ibu menenangkan Clara dengan embel liontin yang tidak sengaja dia .
" em... " angguk Clara.
di luar saat ini rumah Arman sedang di penuhi orang dengan berbagai senjata tajam wajah mereka memunculkan haus darah.
" jadi kalian yang melakukannya, aku sudah katakan tanah ini tidak akan kalian dapatkan. " ucap Arman menutupi Handoko.
" kamu walaupun kamu sudah hilang dalam dunia beladiri tapi namamu masih di sebut sebut sebagai sang Hantu pengelana. " ucap seorang pemuda yang sebelumnya sudah datang tapi hanya sebatas di pintu masuk desa.
" apa kamu pemimpin dari mereka, aku sudah mengusir kalian sebelumnya. tapi kalian datang lagi dengan membawa banyak orang apakah kalian berpikir bisa membuatku berubah pikiran hanya dengan jumlah. " ucap arman galak.
" hahaha...
orang tua tanah ini sudah menjadi milikku dan kamu, aku datang untuk menghapus mu dan menjadi legenda yang membunuh sang legenda. " ucap si pemuda.
" tuan Rafael jangan kotori tangan anda. " ucap sosok pria tua dengan aur kuat.
" anak muda aku tidak tau nama mu dan kita tidak saling kenal, aku sudah berhenti dari dunia seperti itu, jika kamu mau kamu bisa ambil gelar itu, tapi pergilah sekarang. " ucap Arman dengan auranya yang sangat kuat.
" hahahaha....
menarik menarik......
lihat apa kalian, buat orang bau tanah ini berlutut sekarang.... " perintah Rafael pada 200 orangnya itu.
walau mereka pion tapi mereka sudah di seleksi dengan ketat oleh Rafael jadi harusnya arman tidak bisa menganggap remeh mereka.
Arman melihat itu segera maju juga segera di halaman yang damai itu menjadi kacau oleh pertarungan arman dengan 200 anak buah Rafael.
Rafael yang d berikan kursi, duduk menikmati pertarungan itu di sampingnya berdiri dua pria tua dengan auranya yang sangat kuat yang juga melihat pertarungan itu.
10 menit berlalu kini jumlah dari anak buah Rafael mulai berkurang tapi Arman masih tidak terluka sedikitpun, kemampuan dan julukannya itu bukan hanya isapan jempol semata.
" bagai mana menurut kalian berdua.... " tanya Rafael sedikit gelisah karena Arman sepertinya tidak terpengaruh oleh pasukan Rafael.
" jika kami berdua maju bersama arman pasti bisa kami tunduk kan tuan.... " ucap salah seorang yang juga cukup ngeri melihat arman yang tidak membunuh pasukan Rafael tapi dia lebih memberikan penderitaan dan untuk kematian perlahan.
" ku harap kalian tidak mengecewakan ku.... " ucap Rafael.
1 jam berlalu kini sudah menyisakan 10 orang yang tampak ragu untuk maju sedang Rafael matanya sudah memerah, kemarahannya sangat memuncak.
auranya kini menyebar membuat udara sekitar terpengaruh, bercampur bau darah, itu membuat dada sesak untuk bernafas.
beberapa detik kemudian dengan pedang di tangan Rafael melakukan gerakan aneh yang dalam satu kedipan mata tiba tiba sepuluh orang itu mulai merasa dingin di leher mereka kemudian darah mulai merembes, di sertai rasa perih teramat.
" hantu.... " ucap Rafael.
" selanjutnya kalian.... " ucap arman dingin.
" jangan harap...... " ucap orang yang berada di samping Rafael, yang kemudian maju untuk menundukkan Arman.
pertarungan kali ini cukup sulit karena dua orang ini merupakan tiran. beberapa luka sempat di sematkan di tubuh Arman walau bukan di tempat vital tapi itu cukup membuat Arman tidak leluasa.
tapi jangan salah dua orang itu juga tidak kalah parahnya terluka, Rafael yang mulai khawatir mulai menggunakan akal liciknya melihat istri Arman yang baru saja keluar dari pintu Rafael mulai menyusun rencana.
Tari istri Arman yang merupakan orang biasa saja tentu tidak tau jika dirinya di targetkan oleh Rafael. hingga beberapa saat kemudian tari sudah di cekik oleh tangan Rafael.
kemudian Rafael mengeluarkan senpi nya dan menembak ke udara suara nyaring itu membuat tiga orang berhenti bertarung dan Arman lah yang paling terkejut melihat istrinya yang sudah menjadi sandera.
" hahahaha
lihat aku tau kelemahanmu orang tua sorot matamu tak bisa membohongi ku. " ucap Rafael menyeringai licik.
" kau... bermain curang lepaskan dia dan datang ayo bertarung secara jantan. " ucap Arman dengan amarah tertahan.
" kamu bodoh dalam medan perang semua cara bisa di lakukan bahkan hal licik pun akan digunakan jika itu berarti menang... " ucap Rafael.
" sampah..... " ucap arman.
" jangan hiraukan aku bunuh mereka semua dan segera pergi sejauh mungkin ku mohon... " ucap tari dia hanya ingin anaknya Clara untuk selamat.
arman dalam di lema yang besar keputusannya tidak bisa diambil dia sangat menyayangi keluarganya dia tidak bisa meninggalkan salah satunya untuk mati, tapi jika dia trus begini semua juga akan mati.
" kalian berdua kemari lah... " ucap Rafael meminta dua orang kepercayaannya sekaligus orang terkuat yang di milikinya saat ini.
dua orang itu tentu mendekat ke arah Rafael meninggalkan arman yang selalu menatap istrinya dengan perasaan tidak menentu.
" pegang dia aku yang akan melawan orang tua ini. ingat jika aku terlempar, terdorong, atau terluka maka, lukai orang ini juga tapi jangan buat dia mati." ucap Rafael.
" kalian kuharap kalian masih akan hidup saat semua ini selesai untuk merasakan kemarahanku. " ucap arman.
" takut..... " ucap Rafael di buat buat.
hahahahaha....... tawa Rafael berjalan mendekati arman setelah menyerahkan istri arman pada dua orang kepercayaannya.
" ayo pak tua ku harap kamu masih bertahan cukup lama untuk bermain denganku. " ucap Rafael. arman sendiri menatap jijik dan marah pada Rafael tapi dia tidak bisa gegabah agar istrinya tidak terluka.
bertarung.....
akhirnya arman dan Rafael mulai adu mekanik, di sini arman sebisa mungkin bertahan beberapa kesempatan untuk melukai Rafael tidak Arman gunakan.
7 menit 10 menit, tidak menunjukkan pertarungan akan usai.
" saudara Zeg apa tidak lebih baik aku membantu tuan muda. " ucap seorang yang memegangi tari juga.
" tidak perlu di lakukan aku tau caranya. " ucap orang yang di sebut zeg.
" bagai mana... " ucap orang yang satunya.
" pegang dia dengan benar. " ucap zeg lalu dengan wajah licik dan mesum tangan zeg mulai menuju ke tempat yang tidak seharus di sentuh di tubuh tari.
" apa yang kamu lakukan menjauh lepaskan. " panik tari. tapi zeg tidak peduli dan dengan cepat tangan itu merobek sekitar 30 centi baju tari mulai dari bagian bawah dagunya.
Arman yang mendengar suara istrinya dan suara robekan itu mengalihkan pandangan matanya, melihat istrinya di lecehkan arman sangat marah hingga lupa jika Rafael melancarkan serangan fatal yang berhasil menebas satu tangan Rafael....
craaassss.....
aaaaaaahhhhjkkkkkk....
" apa yang kalian lakukan. " ucap Rafael tampak tidak suka tapu menunjukkan senyum liciknya.
" ah itu tuan wanita ini mencoba menggoda ku. " ujar zeg.
rasa sakit arman tertutupi amarahnya yang sudah mencapai ubun ubun, orang orang ini berani melecehkan istrinya di depan matanya. tekatnya sudah bulat dia akan menghabisi tiga orang ini dengan cara yang sangat kejam.
" kalian mati...... " ucap arman segera menghilang di tempatnya dan kemudian muncul di dekat dua orang itu dengan sebuah serangan. tapi karena lukanya yang parah serangan itu tidak sempurna sehingga musuh bisa membacanya walau harus mengorbankan satu orang.
Teman zeg yang harus menahan pedang arman dan zeg yang menusuk perut arman hingga tembus ke punggungnya. tapi arman mengabaikan tusukan itu.
kemudian melakukan serangan cepat yang mematikan menebas leher zeg yang tentu sudah tidak bisa menghindar lagi. karena pedang yang tertusuk di perut arman tidak sempat untuk di cabut.
" suami.... " ucap tari yang melihat arman terduduk.
" pergi.... " ucap arman.
" tidak...... " jawab tari.
" pergi sekarang bawa clara sejauh mungkin..... " ucap arman.
" tapi.... " ujar tari.
" pergi aku harus menahan satu orang lagi agar kalian berdua bisa lari. " ucap arman berdiri dengan susah payah.
tari dengan berat hati harus pergi meninggalkan arman untuk membawa clara.
" ayah ibu..... " sura clara yang rupanya sudah sejak tadi melihat semuanya.
" pergi sekarang... " ucap arman.
" cepatlah... menyusul..... " ucap tari mengambil clara lalu mulai berlari.
" takkan kubiarkan seseorang hidup. " ucap Rafael.
arman tidak tinggal diam dengan sisa sisa kekuatannya arman menghalangi Rafael. tapi tentu saja rafael dengan mudahnya membuat arman kewalahan.
" anak muda musuh mu masih di sini jadi langkahi dulu mayatku baru kau bisa menyusul mereka. " ucap arman.
doooooorrrr..... suara memekakkan telinga terdengar
itu datang dari arah lain tampak dua orang yang datang dengan senjata yang mana itu mengarah pada arah pelarian tari dan Clara.
tapi tidak ada yang tahu apakah peluru itu mengenai tari dan clara.
" kalian kejar dua orang itu sekarang " ujar rafael.
" tuan muda itu arah hutan di mana binatang buas hidup aku yakin dua orang itu tidak akan hidup sampai beso sekarang kita habisi saja orang ini dan esok pagi kita akan memasuki hutan untuk mencari dua wanita itu. " ucap Ical yang merupakan asisten utama Rafael.
Rafael mendengar itu sedikit tercerahkan lalu sedikit memprovokasi arman yang sudah mulai tidak bisa merasakan tubuhnya, tapi semangat hidupnya membuatnya bertahan.
" kuharap dua wanita itu hidup untuk aku nikmati. " ucap Rafael.
" kalian akan mati malam ini. " ucap arman dengan suara yang sebenarnya sudah di paksakan.
" orang mau mati saja masih mengancam orang. " ucap Rafael.
Arman tidak peduli dia dengan tangan gemetar mencabut pedang yang menusuknya. lalu mengarahkan pada Rafael.
" datang... atau aku yang pergi. " ucap Arman memuntahkan darah.
" sombong. " ucap Rafael datang dengan serangan ganas.
tapi serangan itu masih bisa di tahan oleh Arman, Rafael yang sudah marah melakukan tendangan sekuat tenaga yang membuat arman meluncur jauh kebelakang setelah menahan serangan pedang Rafael.
tubuh arman terseret ketanah darah tidak hentinya di muntahkan dari mulut dan luka lukanya. arman berusaha untuk bangkit tapi tubuhnya sudah tidak mau merespon lagi, dia hanya terlentang melihat langit hitam yang sudah berubah merah gelap.
" kamu bedebah, yang tidak mudah mati rupanya. " ucap Rafael menginjak keras dada arman dan dengan kejam memainkan ujung pedangnya di luka Arman.
" sayang kuharap kalian bedua tetap hidup, pergi jauh jangan kembali, ketanah terkutuk ini. " hati Arman
tapi sayang arman hanya tersenyum bukannya meringis kesakitan, melihat itu Rafael kesetanan lalu kemudian dengan kejam menginjak berkali kali wajah Arman.
Akhirnya arman menghembuskan nafas terakhirnya dalam injakan kejam Rafael, bahkan dua orang lain di sana ngeri melihat kekejaman Rafael.
" mati.... mati... mati... mati.... " Prapatan itu terus Rafael ulangi.
" tuan tuan... aku rasa orang itu sudah mati.... " ujar ical.
Rafael pun berhenti setelah mendengar penuturan Ical itu, dengan nafas memburu Rafael berbalik sejenak tapi detik berikutnya Rafael berbalik lagi dan menendang jasad arman untuk menuntaskan kemarahannya.
Rafael marah karena musuhnya hingga akhir tidak sekalipun memohon ampun atau memohon kematian dengan cepat.
" hah.... mengapa kalian datang.... " ucap rafael menerima sapu tangan dari Ical.
" tuan besar merasa khawatir kepada tuan muda. " ucap Ical.
" hah tua bangka itu khawatir padaku itu hanya katamu saja, sejak dulu kau tau aku merangkak untuk berdiri di posisiku saat ini dan tua bangka itu hanya tau memanjakan si Alan sialan itu. " ucap Rafael penuh kebencian.
" ah... tuan muda terlalu berpikir buruk tentang tuan besar walau tuan terlihat seperti yang tuan katakan tapi kenyataannya tuan besar adalah orang yang peduli pada tuan muda. " ucap Ical yang sudah sejak dulu mengetahui konflik internal di keluarga baskara.
" ya terserah lagi pula aku harap orang itu segera mati agar aku bisa segera merebut kursi kekuasaan itu dari si Alan sialan itu. " ucap rafael lalu beranjak pergi.
" tuan bagai mana mereka. " tanya ical yang hanya bisa pasrah mendengar ucapan tuan mudanya itu.
" aku tidak butuh orang cacat... " ucap rafael yang tau jika anak buahnya itu semuanya sekarat dan meski selamat mereka pasti cacat.
Ical yang tau segera bersama dengan orang lainnya membantai yang masih hidup dari sisa pasukan Rafael. tampa belas kasihan tanpa melihat sesama tanpa mengingat berapa lama mereka bersama sura tembakan menggema mengiringi malam.
di kedalaman kegelapan di baliknya rimbunan pohon seorang wanita tengah bersandar melihat anaknya yang dia besarkan kini berubah seperti seorang tidak dia kenal.
" kamu bisa mati dengan tenang menyusul suamimu, dan dia aku berjanji akan menjaganya dengan baik dan suatu hari nanti aku akan membantunya membalas dendam. " ucap Clara yang sudah berubah 180° walau tubuh kecil itu masih terlihat imut tapi tingkah lakunya sudah seperti seorang yang penuh kekejaman dan licik.
" siapa siapa kamu, iblis mana yang sudah merasuki putriku. " ucap tari.
" aku aku adalah jiwa lain yang hidup di dalam tubuh ini, karena dunia ini memiliki aturan satu tubuh untuk satu jiwa maka saat itu aku terkurung menunggu jiwa yang lainnya mati.... " ucap Clara.
" tidak mungkin. " ucap tari tidak percaya.
" ibu terima kasih sudah membesarkan Clara. " ucap suara yang terasa lama tidak di dengar oleh tari.
" Clara anak ku.... " ucap tari.
tapi
" hehehehe....... " kembali Clara berubah menjadi sosok lain.
" kembalikan Clara ku dan kamu pergi dari tubuhnya. " ucap tari.
" jika aku pergi maka sama saja seperti mati karena jiwa yang lainnya sudah mati. dari pada menyia nyiakan kehidupan lebih baik memanfaatkan hidup ini sebaik mungkin ibu... " ucap Clara.
tari tidak tau harus apa, entah ini adalah berkah atau musibah untuk anaknya, mendengar penjelasan dari jiwa yang menempati anaknya itu tari bisa berpikir jika jiwa Clara sudah mati dan itu berarti anaknya sudah mati lalu yang di depannya apa itu masih sama anaknya, itulah yang tari pikirkan.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!