NovelToon NovelToon

Aku Bukan Penggantinya!

Bab 1

Zema berjalan penuh semangat setelah pesawat yang dia tumpangi mendarat di kota tempatnya tinggal.

Namun langkahnya tiba-tiba terhenti saat mendengar suara tak asing saat dirinya melewati sebuah foodcourt di bandara.

"Bukankah hari ini Zema pulang? Kalian harus segera kembali, setelah pergi begitu lama dia pasti merindukan kalian," suara lembut yang terdengar tak asing dipendengaran Zema, itu adalah suara teman masa kuliahnya yang juga merupakan mantan kekasih suaminya, Atta.

Yang Zema bingung, sejak kapan Kenzie kembali? Bukankah gadis itu sedang menjalani pengobatan di luar negeri?

Lalu sekarang, gadis itu ada di negara mereka. Bersama dengan suami dan putrinya. Pemandangan itu sangat menyesakkan dadanya.

Bukannya di rumah dan menunggu dirinya, dia justru harus mendapati kenyataan suaminya membawa serta putrinya bertemu dengan mantan kekasihnya.

Air mata Zema luruh begitu saja saat mendapati kenyataan pahit ini.

Tiba-tiba ada suara lain yang datang mendekat, membuat dirinya bersembunyi makin dalam.

"Maaf aku terlambat," ucap suara lain yang sangat Zema kenali. Luthfi sahabatnya dan juga suaminya.

Apa mereka tengah bersekongkol membohonginya?

Melihat bagaimana Atta, sang suami memperlakukan Kenzie dengan manis dan lembut di depan putri mereka, membuat Zema merasa miris.

Apa Atta tak punya hati hingga harus berselingkuh di depan putri mereka sendiri?

Dan Luthfi, apa sahabatnya dan suaminya itu juga mendukung perselingkuhan itu?

Zema benar-benar merasa seluruh tulang di tubuhnya meluruh hingga dia merasa lemas.

Dirinya bahkan harus berpegangan pada tembok untuk menyangga tubuhnya.

Ingin sekali ia berlari dari sana, tapi ia ingin tahu kebohongan apa lagi yang mereka lakukan dibelakangnya.

"Sebaiknya kalian pergi dari sini. Aku kemarin diminta Zema untuk menjemputnya. Aku khawatir dia melihat keberadaan kalian," jelas Luthfi gugup.

Kenzie bergegas bangkit dari sana, membuat Leora, anak dari Zema dan Atta menatapnya dengan sendu.

"Bunda mau ke mana? Ara masih rindu Bunda," rengek gadis yang tak pernah sekalipun berkata merindukan Zema.

Semua kelakuan mereka benar-benar meluluh-lantahkan perasaan Zema

Apakah salah dirinya hingga harus diperlakukan seperti ini.

Dia benar-benar tak terima.

"Sayang, Bunda harus pulang dulu, Bunda janji setelah mamah Zema pergi lagi, Bunda akan datang lagi," balas Kenzie pada putrinya.

Ada apa dengan mereka?

"Kenapa Bunda yang harus pergi? Ara maunya Mamah Zema saja yang pergi supaya kita bisa bersama terus," pinta Leora yang makin membuat hati Zema sakit.

Anaknya sendiri, anak yang ia kandung selama sembilan bulan bahkan lebih memilih bersama dengan Kenzie yang mungkin saja merupakan selingkuhan suaminya.

Ingin sekali Zema melakukan hal gila saat itu juga untuk melampiaskan sakit hatinya. Namun semua ia tahan sebab ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi.

Saat melihat Kenzie berpamitan pada ketiganya dan hendak berlalu dari sana, Zema pun bergegas pergi karena khawatir Kenzie akan melihat keberadaannya.

Setelah keluar dari bandara dengan napas terengah-engah, ponselnya berdering. Tertera nama Luthfi di sana.

Zema menatap lama pada sahabat baiknya itu. Dia tak menyangka di balik sifat baik hati lelaki itu ternyata dia juga memyimpan kebusukan untuk menyakitinya.

Panggilannya sengaja Zema abaikan. Hingga panggilan berikutnya kembali sampai beberapa kali.

Di tempat lain, Luthfi mendadak merasa cemas, tak biasanya sahabatnya itu mengabaikan panggilannya.

Dia melihat sekitar khawatir Zema melihat kejadian tadi. Dalam hati Luthfi merutuki Atta dan kenzie yang benar-benar teledor bertemu di foodcourt bandara. Padahal jelas-jelas dia telah memberitahu keduanya kalau hari ini Zema akan kembali.

Melihat sahabatnya terlihat cemas, Atta pun menghampirinya.

"Ada apa Luth?"

"Zema tak bisa dihubungi, aku cemas dia melihat keberadaan kalian tadi—"

Atta terkesiap, mendadak dia juga merasa cemas. Entah kenapa dia belum berani mengatakan hal sejujurnya pada Zema jika Zema benar-benar mengetahui kecurangannya.

"Coba aku telepon—" usaha Atta langsung dihentikan oleh Luthfi.

"Dia kemarin bilang ingin membuat kejutan, jadi jangan menelepon, bisa-bisa dia curiga kalau aku telah memberitahumu."

"Tapi Luth ... Bagaimana kalau Zema ternyata melihat keberadaan kami tadi?"

Luthfi menghela napas. Dirinya dilema. Ia tahu apa yang dia lakukan salah. Andai Zema tahu ia bisa jamin seratus persen Zema pasti akan membencinya.

Dia takut. Dia merasa begitu kejam pada Zema meski sahabatnya itu tak pernah sekali pun menyakitinya. Justru selama ini Zema selalu membantunya, tapi apa balasan yang dia berikan, sebuah pengkhianatan yang begitu keji.

"Berdolah semoga dia tak tahu, sebab jika Zema tahu, aku yakin dia akan membenci kita selamanya."

Zema memilih pergi ke apartemen yang pernah dia beli saat masih gadis dulu. Apartemen ini tidak ada yang tahu bahkan Luthfi atau pun orang tuanya, sebab hanya ditempat inilah dirinya bisa meluapkan segala kegundahan di hati tanpa orang tahu apa yang ia rasakan.

Sesampainya di sana, dia meluapkan sakit hatinya dengan menangis begitu kencang hingga dirinya terlelap.

Semua pertanyaan berputar dalam benaknya. Kenapa mereka jahat padanya.

Apa salahnya?

Apa yang mereka sembunyikan darinya?

.

.

.

Lanjut

Bab 2

Zema tidur sampai pagi menjelang. Dia tak tahu kejutan apa lagi yang akan diterimanya hari ini.

Suami, anak, serta sahabat baiknya telah mengkhianatinya. Lalu siapa lagi yang mengetahui perselingkuhan suaminya? Mertuanya? Entah kenapa dia yakin sang mertua pasti tahu kelakuan anaknya.

Apa ini alasan mereka seperti menjauhi Leora padanya.

Selama ini Zema bersusah payah bekerja demi bisa membantu perekonomian keluarga. Atta bukanlah orang susah, tapi bukan juga orang kaya.

Suaminya itu pekerja kantoran sama seperti dirinya. Namun sebagai anak pertama yang sudah ditinggal ayahnya, Atta terpaksa harus menjadi tulang punggung keluarganya.

Suaminya itu harus menghidupi ibu serta adik perempuannya. Dirinya tak mengeluh, bahkan dia rela tak pernah sekali pun di nafkahi oleh Atta asalkan suaminya selalu setia padanya.

Atta adalah teman masa kecilnya. Saat mereka sekolah dasar, saat itulah mereka berteman dengan Luthfi jadi mereka bertiga bisa dikatakan tumbuh besar bersama.

Tak dipungkiri jika dirinya sudah jatuh hati pada Atta sejak remaja dan Luthfi mengetahui hal itu.

Sayangnya dia terlalu pengecut untuk menyatakan perasaannya pada Atta dan memilih bercerita pada Luthfi.

Namun semua berubah setelah Atta bertemu dengan Kenzie saat semasa kuliah. Kenzie adalah cinta pertama Atta.

Zema patah hati karena sejak remaja, Atta tak pernah dekat dengan seorang gadis kecuali dirinya.

Apalagi Atta selalu bersemangat saat menceritakan tentang Kenzie tanpa tahu bagaimana kacaunya perasaannya.

Dirinya berusaha mengubur perasaannya pada Atta.

Hingga entah apa yang terjadi tiba-tiba keduanya putus saat Kenzie dikabarkan sakit dan harus menjalani pengobatan di luar negeri.

Zema akui, semenjak Atta berpacaran dengan Kenzie dirinya memang menjaga jarak dengan sahabat masa kecilnya itu karena tak ingin membuat Kenzie tak nyaman.

Apalagi Kenzie tahu dan sadar jika dirinya menyukai Atta. Gadis itu bahkan mendorong dirinya untuk menyatakan perasananya pada Atta agar tak menyesal dikemudian hari.

Namun dia menolak, dia tak ingin mempermalukan diri yang sudah pasti akan ditolak oleh Atta tentunya.

Setelahnya, Kenzie meminta kerelaan Zema untuk sedikit menjaga jarak dengan Atta karena mau bagaimana pun Kenzie tahu kalau dirinya menyukai Atta.

Zema tak merasa keberatan sebab itu adalah hal yang wajar. Jadi dia tak begitu mengetahui perkembangan hubungan keduanya.

Atta sangat terpuruk kala itu. Ternyata keduanya sempat merencanakan pernikahan, tapi semuanya harus kandas.

Di saat itulah keputusan besar dia ambil saat Luthfi dan ibunya Atta meminta dirinya untuk mendampingi Atta yang patah hati.

Zema menarik napas panjang, sejatinya semua berawal dari dirinya sendiri yang mau begitu saja menyerahkan perasaannya pada Atta.

Zema bangun dengan perasaan yang campur aduk. Entah akan bagaimana nasib rumah tangganya setelah ini.

Apa mereka menjalin hubungan lagi setelah Kenzie dinyatakan sembuh? Jika benar begitu, kenapa mereka tak jujur saja. Meski sakit dan kecewa, mungkin dirinya akan pasrah untuk mundur.

Ponselnya kembali berdering, tertera nama sang suami di sana. Selama ini Atta tak pernah menghubunginya.

Ia yakin, dalam hati, mereka pasti khawatir karena dirinya yang tiba-tiba berubah.

"Bangkitlah Zema. Jika mereka memang bingung bagaimana cara melepaskanmu, maka kau yang harus sadar diri untuk mundur," monolognya.

Setelah berhasil mengalirkan air ketenggorokannya. Dia kembali menatap ponselnya yang begitu banyak panggilan dan pesan di sana.

Ada dari Luthfi, Atta, mertuanya, adik iparnya Jeni bahkan orang tuanya.

Hati Zema merasa kalut, jangan sampai orang tuanya juga ikut terlibat dengan kebohongan ini.

Baru akan membuka salah satu pesan dari orang tuanya. Tiba-tiba ponselnya kembali berdering. Ternyata ibunya langsung meneleponnya.

"Zema?" panggil ibunya dengan napas lega.

"Iya bu, ada apa?" tanya Zema tenang. Sungguh dia tengah menyiapkan hati dan berdoa semoga orang tuanya tak terlibat dengan semua ini.

"Kapan kamu kembali? Kami merindukanmu," rengek sang ibu seperti biasanya.

Zema terkekeh, meski tak mengurangi perasaan leganya, setidaknya dia tak harus mendengar kenyataan lainnya.

"Hari ini mungkin aku akan kembali Bu—"

"Mungkin? Sudah lima bulan kamu pergi Nak, apa kamu tak merindukan ibu?"

"Baiklah aku akan pulang hari ini," jawab Zema pasrah.

"Ada apa denganmu nak, suaramu terdengar serak?"

"Aku baik-baik saja Bu, hanya sedikit lelah saja."

"Baiklah, jaga diri baik-baik. Sebentar lagi hari ulang tahunmu yang ke tiga puluh, apa kamu tak ingin merayakannya dengan kami semua?"

"Baiklah, kalau begitu aku harus segera bersiap agar bisa menemui ibu, ok?"

Setelah berbicara dengan ibunya, dia segera mematikan teleponnya.

Tak lama, panggilan dari Luthfi menyusul, membuat perasaan Zema mendadak kecut.

"Zema?" panggil Luthfi yang kemudian terdengar deru napas leganya.

Zema bergeming, perasaan bahagia yag dulu dia rasakan entah kenapa kini sirna setelah mengetahui kebohongan sahabatnya.

"Apa kamu ngga jadi pulang? Kenapa kamu ngga memberi kabar?" cecar Luthfi yang entah kenapa sekarang terasa menjengkelkan baginya.

"Hari ini aku baru akan pulang, kalau udah ngga ada yang ingin kamu katakan, aku akan menutup panggilanmu karena aku harus bergegas."

Luthfi di seberang sana terkesiap karena merasa sikap Zema padanya berubah dingin.

"Zem, apa kamu baik-baik saja?"

"Tentu, kamu pikir aku kenapa?"

"Ah tidak apa-apa. Baiklah, kamu mau aku jemput?"

Zema tersenyum tipis, Luthfi bahkan lupa menanyakan kenapa dirinya tiba-tiba membatalkan kepulangannya. Dulu dia tak menyadari sikap itu, tapi kini semua perhatian Luthfi padanya membuatnya muak.

"Ngg perlu, terima kasih atas perhatianmu. Aku akan mampir ke rumah teman terlebih dahulu," tolak Zema langsung.

Luthfi makin merasa gugup dan tak nyaman. Dia jelas merasa ada sesuatu terjadi pada Zema.

"Kamu mau ke mana Zem?"

Sayangnya Zema tak mengindahkan panggilan itu dan memilih segera mematikan panggilan mereka dan mematikan ponselnya.

Dia melakukan hal itu untuk membuat alasan pada Luthfi jika tadi ponselnya tiba-tiba mati.

Kini dia tengah berusaha menenangkan diri dan akan menyiapkan hati untuk memperjelas semuanya.

"Apa yang harus kulakukan? Kubongkar saja kebohongan mereka? Atau mencari tahu kenapa mereka melakukan ini padaku?"

"Tapi dari mana?" lirih Zema putus asa.

.

.

.

Lanjut

Bab 3

Zema memilih menyenangkan diri di salon kecantikan. Hal yang tak permah dia lakukan sebab selama ini dia selalu menekan keinginannya agar bisa mencukupi kebutuhan keluarganya.

Namun semua pengorbanan itu terasa sia-sia sekarang. Anak dan suaminya lebih memilih wanita lain daripada dirinya.

Leora, entah apa yang akan dia lakukan pada putrinya itu. Kenapa mereka jahat sekali ingin memisahkan dirinya dan putrinya.

Zema menarik napas panjang, jika saat ini dirinya langsung menggugat cerai, ia yakin Leora pasti akan meminta tinggal bersama dengan Atta.

Dia tak rela. Biarlah sang suami kembali pada cinta pertamanya, tapi tidak dengan putrinya. Dia harus berjuang agar Leora mau dekat dengannya.

kemudian, Zema mengambil sebuah keputusan besar yaitu memilih memotong rambutnya hingga pendek.

Kini dia menyadari jika Atta berusaha membuatnya tampil seperti Kenzie dan dia bodoh saat itu karena merasa Atta begitu perhatian pada penampilannya.

Dirinya yang sedikit tomboy dan selalu memiliki potongan rambut pendek, rela mengubah penampilannya hanya demi Atta yang justru melihatnya seperti orang lain.

Dia akan kembali pada dirinya yang dulu, terserah suaminya suka atau tidak.

Setelah berhasil mengubah gaya rambutnya. Kini Zema menuju pusat perbelanjaan untuk mencari pakaian yang sesuai dengan dirinya.

Dia tak ingin lahi mengenakan gaun seperti yang selalu Kenzie gunakan. Sebaliknya dia akan kembali seperti dulu mengenakan pakaian casual seperti celana jeans dan lainnya.

Setelah puas melihat penampilan barunya. Zema kemudian berkemas. Dia membuang semua pakaian yang mirip sekali dengan apa yang kenzie gunakan.

Setelah dibohongi bertahun-tahun, dirinya terpaksa melihat media sosial milik Kenzie dan betapa terkejutnya dia ternyata apa yang dia gunakan semuanya sama dengan apa yang Kenzie pakai.

Dari model gaun, corak dan warnanya semuanya sama. Dirinya benar-benar merasa kesal dengan Atta yang membuatnya seperti tiruan Kenzie

Zema memejamkan matanya, dia sampai berpikir apa saat mereka behubungan, jangan-jangan Atta memikirkan kenzie juga, jika benar, itu sungguh-sungguh keterlaluan.

Dia tengah menata hati saat taksi yang dia tumpangi telah berhenti tepat didepan rumahnya.

Rumah yang dulu sangat dirindukannya kini justru terasa menyakitkan.

Apa Atta membawa Kenzie ke rumah mereka?

Apa mereka telah melakukan sesuatu di sana?

Berbagai pertanyaan berkecamuk dalam benaknya, membuat hatinya kembali gundah.

"Apa benar ini rumahnya Nyonya?" tegur sang sopir taksi yang melihat Zema diam mematung sejak tadi.

"Maaf pak, terima kasih telah mengantar saya," Zema memilih menyerahkan ongkos taksinya dan keluar dari sana.

Dia menarik napas panjang dan bersiap mendapatkan kejutan dari anak dan suaminya.

Setelah menekan bel, seorang asisten rumah tangga yang selama ini bekerja dengannya datang tergopoh-gopoh.

Wanita paruh baya itu tersenyum bahagia, tapi entah kenapa Zema kini menyadari ada perasaan sedih di balik senyuman itu.

"Apa kabar Nyonya?" sapa asisten rumah tangganya yang bernama Atma.

"Baik Bi Atma. Bagaimana keadaan rumah Bi?"

Terlihat Atma begitu gugup. Semua tak lepas dari pandangan Zema pastinya, tapi ia memilih bungkam.

"Baik Nyonya. Nyonya terlihat berbeda—"

"Benarkah? Bagaimana penampilanku? Apa bibi suka?" cecar Zema tanpa sadar.

Atma mengangguk antusias, di matanya Zema justru terlihat lebih cantik dan segar.

Zema terkekeh. "Senangnya, tapi maaf Bi, kepulangan saya kali ini tak membawa oleh-oleh untuk semuanya."

Zema berdusta untuk hal itu. Sebenanrnya dia telah memberi beberapa buah tangan untuk keluarganya, tapi karena rasa kecewanya dia memilih menyimpan semuanya sampai dia benar-benar tahu siapa saja orang yang telah mengkhianatinya.

"Tidak apa Nyonya. Melihat Nyonya kembali saja saya merasa sangat senang. Apa Nyonya akan lama di sini?"

Pertanyaan Atma membuat langkah mereka yang sebentar lagi sampai dipintu utama langsung terhenti.

Dia menatap Atma dalam. Berusaha mengulik apa yang asisten rumah tangganya itu sembunyikan darinya.

"Ada apa memangnya? Apa bibi suka jika saya berada di luar kota? Saya tidak mau berpikir jika bibi bersikap semena-sema saat saya tak ada."

Sebenarnya pertanyaan Zema hanyalah sebuah pancingan. Ia tentu tahu Atma tak akan berani bersikap kurang ajar meski tak ada dirinya, sebab di rumah ini masih ada suaminya.

Melihat majikannya seakan salah paham, Atma buru-buru menjelaskan maksud ucapannya.

"Maaf Nyonya bukan begitu sungguh. Saya tak akan berani macam-macam. Hanya saja saya melihat Nyonya hanya membawa koper kecil saja."

"Ah, begitu. Aku belum tahu akan berapa lama. Pekerjaanku masih banyak juga."

Tatapan Atma berubah sendu. Membuat Zema tak mengerti ada apa dengan asisten rumah tangganya itu.

Zema segera membuka pintu, sebuah sambutan yang dulu dia harapkan saat kepulangannya justru kini terasa menyakitkan. Karena ia tahu semuanya penuh dengan kepalsuan.

"Selamat datang kembali sa ... yang," sapa Atta tercekat ketika melihat penampilan Zema yang berubah.

Zema memasang wajah datar dan hanya tersenyum tipis, dia tahu penampilannya pasti sangat mengganggu Atta.

"Mamah? Kenapa penampilan mamah kaya gini? Ara ngg suka!" celoteh anak umur lima tahun itu.

Zema tak tersinggung, dia justru melirik orang-orang di sana yang justru menatap sang suami yang mematung.

"Halo Ara, sini peluk mamah?" pinta Zema lembut.

Dia sangat mencintai anak semata wayangnya ini. Anak yang wajahnya sangat menurun dari wajah suaminya.

Leora menggeleng, seharusnya gadis kecil itu berlari memeluk sang ibu yang telah lima bulan ini meninggalkannya.

Namun yang terjadi justru sebaliknya. Anak itu begitu sinis padanya.

Zema hanya menghela napas dan tak ingin memaksa, sebab tujuannya adalah membuat putrinya kembali dekat dengannya.

"Penampilan kakak berubah. Ada apa ini?" tanya Jeni menginterupsi.

Zema tersenyum tenang. Dia tahu mereka semua pasti merasa aneh melihat perubahannya yang tiba-tiba.

"Sekarang kakak ditempatkan dilapangan. Memakai gaun agak kurang nyaman, jadi kebiasan sekarang," jelasnya.

Zema tak berbohong, dia memang sering ditugaskan meninjau proyek perusahaanya. Awalnya dia merasa kurang nyaman karena para pekerja lapangan selalu memperhatikannya karena pakaiannya.

Sekarang semua itu bisa menguatkan alibinya untuk berubah.

Benar saja, terlihat wajah lega dari keenam pasang mata di sana. Ada ibu mertua, adik ipar, sahabat serta kedua orang tuanya.

Itu agak aneh menurutnya

.

.

.

Lanjut

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!