NovelToon NovelToon

Membawa Pergi Benih Presdir

Aku mencintaimu, Alfred

"Aaaaah ...." Des*han itu lolos begitu saja saat tangan Alfred menyentuh langsung area sensitif Davina.

Alfred pun semakin menggila, lelaki itu membuka boxer nya dan menuntun tangan Davina pada otong nya yang telah menegang.

"Pegang dan puaskan aku malam ini, Davina ...," ucap Alfred dengan nafas memburu.

Setelah melewati pemanasan yang begitu panjang, akhirnya Alfred kembali menembus dinding milik Davina. Lelaki itu langsung ambruk di atas tubuh Davina setelah menyemburkan benih hangat di rahim Davina.

"Kau luar biasa Davina," ucap Alfred sembari mencium kening Davina berkali-kali.

Alfred pun turun dari atas tubuh Davina dan segera membawa wanita itu ke dalam pelukannya.

Setelah kegiatan panas itu, mereka masih terbaring di atas ranjang yang sama. Tampak Davina memeluk erat tubuh kekar Alfred, seolah tak ingin kehilangan lelaki yang ada di sampingnya. Namun untuk sekian kalinya dia teringat dengan apa yang Alfred katakan padanya ketika pertama mereka bertemu. Tapi, hal itu sama sekali tak menyurutkan rasa cintanya pada Alfred.

"Aku mencintaimu, Alfred ...," ucap Davina menatap lekat wajah tampan yang ada di sampingnya.

Wanita itu adalah sekretaris dari Alfred Hanscout Smith. Seorang Presdir yang perusahaannya bergerak di bidang tekstil. Selain menjadi sekretaris, dia juga merangkap sebagai simpanan sang Presdir.

Hubungan antara Davina dan Alfred hanya sebatas partner penghangat ranjang bagi Alfred. Lelaki itu tak menyukai keterikatan dengan orang lain dan sangat anti dengan makhluk yang namanya wanita.

Berbeda halnya dengan Davina yang telah menganggap Alfred sebagai dewa penolongnya. Waktu itu saat dia di jual oleh ayah tirinya dan Davina berhasil kabur dari lelaki hidung belang tersebut. Hingga akhirnya takdir mempertemukan Davina dengan Alfred. Lelaki itu pun awalnya tak peduli tapi melihat wajah sendu Davina yang terus memohon padanya dan berjanji akan melakukan apapun membuat Alfred mengiyakan keinginan Davina.

Bantuan yang Alfred berikan tentu tak gratis, lelaki itu menawarkan sebuah hubungan tanpa cinta yang tidak bisa di ganggu gugat. Dia tidak ingin repot dengan segala pembicaraan perihal cinta karena sejatinya Alfred sangat anti dengan makhluk yang namanya wanita. Alfred hanya menginginkan Davina sebagai pemuas ranjangnya.

"Sudah aku bilang berapa kali kalau hubungan kita hanya sebatas partner di atas ranjang saja. Cukup dengan kau memuaskan ku saja dan jangan berharap lebih pada hubungan ini."

"Dan satu lagi tidak boleh ada cinta di antara kita, atau kau ingin hubungan ini berakhir," kecam Alfred dengan nada suara dingin. Mata elangnya menatap tajam Davina yang hanya tertunduk mendengar ucapan Alfred.

Secepat kilat lelaki itu melepaskan pelukannya dari tubuh mungil Davina. Alfred pun beranjak kemudian memakai pakaiannya. Kini dia sedang berada di mansion miliknya yang selama tiga tahun ini dia tempati bersama Davina. Keduanya tinggal bersama layaknya sepasang suami-istri, namun tak sekalipun kata cinta terucap dari bibir Alfred. Hubungan mereka sama sekali tak berarti bagi Alfred.

"Alfred ...."

"Cukup Davina! Bukannya kau telah berjanji akan melakukan apapun untukku dan kita telah sepakat kalau kau hanya akan menjadi simpanan ku saja."

"Ingat Davina tidak boleh ada cinta di antara kita, atau hubungan kita segera berakhir detik ini juga! Kau mengerti, hah?" tukas Alfred dengan berapi-api. Lelaki itu sama sekali tak mengindahkan ucapan Davina.

Dengan sangat terpaksa Davina mengangguk tanda dia mengerti ucapan lelaki itu. Kini Davina sudah kehabisan kata-kata untuk menjawab ucapan Alfred. Sungguh dirinya seperti orang bodoh yang telah di butakan oleh perasaan cintanya pada Alfred, bahkan Davina rela menjadi budak nafsu lelaki itu. Jelas-jelas Alfred kerap menolak atas segala ungkapan cinta yang Davina lontarkan, tapi hal itu tak membuat Davina menyerah. Dia percaya bahwa suatu hari Alfred akan memiliki perasaan yang sama seperti dirinya.

"Alfred, kau mau kemana?" tanya Davina yang melihat Alfred sudah rapi.

"Jangan menungguku! Aku mau menemui Oma ku di kediaman Smith."

"Jadilah wanita yang ku inginkan, penurut dan juga tak banyak tuntutan. Maka aku jamin hubungan kita akan tetap seperti ini." Alfred menatap lekat wajah Davina sembari mengecup puncak kepala wanita itu.

"Baiklah, aku mengerti," balas Davina pasrah.

Nasi sudah menjadi bubur, kini Davina telah terjerat oleh pesona atasannya itu. Dia tak dapat lagi menghindar ataupun pergi meninggalkan Alfred begitu saja. Sesuai kesepakatan dimana Davina yang harus memenuhi kebutuhan biologis Alfred, begitu juga dengan lelaki itu akan memenuhi segala sesuatu kebutuhan Davina.

Alfred berjalan keluar meninggalkan Davina yang tengah bergelut dengan segala pikirannya. Jauh di dalam lubuk hatinya, tidak bisakah Alfred mencintainya sedikit saja? Davina tahu betul bahwa hubungannya ini tak mungkin dia pertahankan. Mengingat dirinya yang ingin menikah dan memiliki sebuah keluarga yang utuh. Hal yang mustahil dia dapat dari sosok Alfred karena lelaki itu tak menginginkan sebuah keterikatan.

🌷🌷🌷

"Kemana saja kau Alfred? Apa kau tidak merindukan Oma?" tanya Andini menatap lekat wajah cucunya.

"Maafkan aku Oma, akhir-akhir ini aku sedikit sibuk jadi tak sempat untuk mengunjungimu," jawab Alfred yang kemudian mendudukkan tubuhnya di atas sofa di samping Oma nya.

"Sudahlah Oma tak perlu cemberut seperti itu, lagi pula aku sudah datang bukan?" lanjut Alfred sebelum sang Oma membalas ucapannya.

Alfred yang mengetahui Oma nya tengah merajuk, segera mungkin dia merangkul tubuh wanita paruh baya itu. Sosok wanita yang paling dia sayang di muka bumi ini setelah orangtuanya. Tak sekalipun dia membantah ucapan sang Oma yang telah membesarkannya hingga dia menjadi sosok lelaki yang tangguh.

Selama ini Alfred tinggal bersama Oma nya karena orangtuanya telah meninggal dunia sejak Alfred berumur sepuluh tahun. Tak lama kemudian Opa nya pun meninggal karena serangan jantung, hingga akhirnya mereka hidup berdua sampai saat ini.

Namun semenjak Alfred bertemu dengan Davina, lelaki itu pun memutuskan untuk tinggal di mansion miliknya yang telah dia beli tiga tahun silam. Dan semenjak itu pula Oma Andini mengetahui hubungan Alfred dengan Davina. Sekeras mungkin dia berusaha untuk menyingkirkan Davina dari kehidupan Alfred. Namun, semua itu percuma saja karena Alfred tetap mempertahankan wanita yang menurut Oma Andini hanya mengincar harta Alfred saja.

Hingga akhirnya Oma Andini menjodohkan Alfred dengan cucu dari sahabatnya itu. Tentunya dengan perempuan yang sederajat dengan keluarga mereka yang bisa membawa nama baik keluarga Smith. Sebuah perjodohan yang telah lama mereka buat karena keluarga Smith berhutang budi pada keluarga Robinson.

"Alfred, besok siang temui Asmirandah di kafe pelangi," ucap Oma Andini dengan tegas seolah tak ingin di bantah.

"Menemui Asmirandah?" Alfred berkerut alis menatap wajah sang Oma.

"Iya, temui dia saat kau makan siang. Oma sudah berjanji pada Nanda ( Oma Asmirandah ) untuk mengatur pertemuan kalian berdua."

.

.

.

🌷Bersambung🌷

Dua Garis Merah

Sudah satu Minggu Davina merasakan perubahan pada tubuhnya. Saat ini badannya sering capek dan lemas, begitu juga dengan kepalanya yang sering terasa pusing.

"Kenapa aku ini? Padahal sudah sering minum obat sakit kepala, tapi kenapa rasa pusingnya masih sering terasa. Apalagi jika pagi dan malam hari," gumam Davina sembari memijit pelipisnya yang masih terasa pening.

Seketika manik mata Davina tertuju pada kalender yang menempel pada dinding kamarnya. Dia ingat betul bahwa dirinya selalu menandakan pada kalender ketika dirinya haid hari pertama. Namun, sesaat Davina sadar bahwa bulan ini dia tidak ada menandai kapan datang bulan dan ternyata hari ini telah berada di penghujung bulan.

Dengan tubuh gemetar Davina segera beranjak dari duduknya kemudian pergi untuk membeli sesuatu agar bisa menjawab teka-teki yang terjadi pada perubahan tubuhnya. Meskipun tak yakin dengan apa yang terjadi, tetap saja dia harus memeriksakan kondisi tubuhnya.

Tiba-tiba ucapan Alfred terngiang di kepala Davina, bak seperti slide film yang terus berputar. Dimana Alfred yang mengatakan ketika memulai semua hubungan ini. Sebuah hubungan yang tak mungkin ada ujungnya karena Alfred tak menginginkan keterikatan dengan seseorang.

Davina tahu betul siapa sosok Alfred yang selalu memegang teguh pendiriannya. Sekali dia bilang A maka jawabannya akan tetap sama, tak ada seorang pun yang mampu merubahnya termasuk Davina. Dan sejak awal Alfred telah mengatakan dengan gamblang perihal hubungannya tersebut.

Sebuah hubungan yang tidak ada cinta, juga tidak ada pernikahan. Hal itulah yang selalu Alfred tekankan pada Davina ketika wanita itu menyetujui untuk menjadi simpanannya. Kini Davina telah melanggar syarat pertama yang Alfred lontarkan, tanpa Davina sadari dia telah jatuh cinta pada sosok Alfred. Namun, sayangnya lelaki itu tak mengindahkan perasaannya yang kian hari terus membara. Dan jika dia kembali melanggar sebuah syarat yang Alfred ajukan, maka kemungkinan besar Davina akan di tendang dari hidup Alfred.

"Ya Tuhan apa yang harus aku lakukan jika aku benar mengandung benihnya? Perasaan aku telah berhati-hati meminum pil KB. Tapi kenapa jadi seperti ini?" gumam Davina sepanjang perjalanan menuju apotek.

Setelah Davina mendapatkan benda yang di inginkannya, dia pun langsung kembali ke mansion milik Alfred. Dia duduk termenung sembari menatap benda pipih yang ada di tangannya. Sebuah benda yang akan menjadi ketentuan dari hidupnya. Selama ini Davina sudah terlalu cukup sabar menghadapi Alfred yang begitu tempramen juga egois karena dia tak memiliki tumpuan hidup. Baginya, Alfred adalah segalanya bahkan dia rela melakukan apapun demi lelaki yang dia cintai. Tak peduli Alfred yang selalu menolak ungkapan cintanya.

Lama termenung sebelum akhirnya dia berjalan masuk ke dalam kamar mandi. Detik itu juga jantung Davina berdegup kencang seolah ingin keluar dari sarangnya. Rasa gugup dan takut menjalar ke dalam hatinya, takut jika hasilnya positif.

Di angkatnya benda pipih itu dan Davina hampir tidak percaya melihat hasilnya. Seketika tubuhnya langsung luruh ke lantai melihat hasil benda pipih yang memperlihatkan dua garis merah.

"Ya Tuhan ... apa yang harus aku lakukan? Kenapa aku bisa hamil?" ucap Davina dengan buliran bening yang meluruh membasahi pipinya.

Tiba-tiba ucapan Alfred kembali terngiang yang mengancam dirinya akan mengakhiri hubungan ini jika dia melibatkan perasaan cinta di dalamnya. Namun, disisi lain Davina berpikir jika Alfred bisa saja berubah pikiran setelah tahu perihal kehamilannya. Davina sangat berharap Alfred mau membuka hatinya untuk dirinya. Sungguh wanita itu menaruh harapan besar pada Alfred sosok lelaki yang begitu dingin dan tak berperasaan.

"Apa aku harus memberitahu Alfred jika aku mengandung anaknya? Tapi aku takut jika dia segera mengakhiri hubungan ini. Sungguh aku tak bisa jauh darinya, aku sangat mencintainya," gumam Davina dengan segala pikiran yang berkecamuk di dalam hatinya.

Ya, tanpa sadar Davina telah menaruh hati pada Alfred. Meskipun Alfred selalu bersikap dingin, namun tak sekalipun membuat Davina kesal. Justru dia sangat mengerti tentang Alfred yang tak mungkin memberikan cinta padanya. Davina tahu betul bagaimana sifat lelaki itu, keputusannya tak bisa di ganggu gugat oleh siapapun.

Davina cukup sadar diri dengan posisinya yang tak sebanding dengan keluarga Alfred. Dia merasa tak pantas bila bersanding dengan Alfred yang merupakan dari keluarga terpandang. Lelaki itu membutuhkan sosok wanita yang selevel dengannya, bukan seperti dia yang hanya bekerja sebagai seorang sekretaris.

Sekilas bayangan pertemuannya dengan Oma Andini muncul begitu saja, yang tidak menyukai kehadirannya di sisi Alfred. Sudah berulang kali wanita paruh baya itu mencoba mengusik Davina hingga akhirnya Alfred turun tangan mengatasi hal itu.

'Andai saja aku terlahir dari kalangan atas. Tidak mungkin aku mengalami kesulitan seperti ini.'

"Kamu tenang sayang, Mommy akan memperjuangkan kamu. Tak ada seorang pun yang akan menindas kita. Semoga saja dengan kehadiranmu membuat Daddy bisa membuka hatinya untuk Mommy," gumam Davina sembari mengelus lembut perutnya yang masih rata.

🌷🌷🌷

Sudah berulang kali Davina menggulirkan ponselnya, namun tetap saja tak ada satu pesan ataupun panggilan dari Alfred yang masuk. Dia pun mencoba menghubungi lelaki itu yang sudah 2 Minggu ini menghilang tanpa jejak. Sama sekali tak ada kabar dari Alfred, bak di telan bumi hingga jatuh ke dasarnya yang paling dalam.

Biasanya lelaki itu menanyakan kabarnya, minimal menghubunginya sekali dalam sehari. Namun, untuk saat ini sikap Alfred berubah 180 derajat ketika dia mengatakan cinta. Dan semenjak itu pula, Alfred sudah tak lagi datang ke mansionnya membuat Davina merasa cemas akan perubahan sikap Alfred padanya.

Tak ada kabar sama sekali semenjak terakhir kali mereka bertemu. Dan saat itu juga Davina tak menyadari bila ungkapan cintanya itu telah membuat Alfred berubah. Setelah ini akan kah dirinya masih tetap menjadi wanita simpanan Alfred sedangkan lelaki itu tak menginginkan sebuah ikatan pada hubungannya tersebut.

🌷🌷🌷

"Eh tahu tidak, sekian purnama akhirnya Tuan Alfred setuju bertunangan dengan Nona Asmirandah. Aku sudah melihat di akun sosial media Nona Asmirandah, tampak mereka yang begitu serasi dan menghabiskan waktu berdua," ucap Lola salah satu teman kantor Davina.

"Tentu saja mereka sangat serasi, terlebih mereka berdua berasal dari kalangan atas yang begitu sepadan.Tak ada alasan bagi keduanya untuk menolak pertunangan tersebut. Apalagi Tuan Alfred tak mungkin menolak permintaan Oma Andini bukan?" timpal salah satu teman kantor Davina lainnya.

"Davina, kau pasti tahu hal itu bukan? Secara kau kan orang terdekat dengan Tuan Alfred. Bahkan Tuan Alfred sampai rela membatalkan schedulenya Minggu lalu hanya untuk pergi berlibur bersama Nona Asmirandah. Mereka sangat romantis sekali ya?" ucap Lola yang sedari tadi kepo dengan urusan bos nya itu perihal pembatalan kegiatan Minggu lalu.

Saat ini mereka tengah berada di kantin karena jam makan siang pun telah tiba.

.

.

.

🌷Bersambung🌷

Salah Paham

"Hoek ... hoek ...."

Davina memuntahkan semua makan siangnya. Beruntung saat itu suasana toilet begitu sepi, jadi tak ada yang tahu jika Davina mengalami mual. Entah kenapa Davina mendadak merasa mual ketika melihat foto Asmirandah dan Alfred di sebuah mall ternama. Terlihat jelas wajah Alfred yang begitu menikmati kebersamaan keduanya. Segera mungkin dia berlari menuju toilet sembari mendekap mulutnya.

Seketika Davina memejamkan matanya mencoba mengingat semua perkataan Alfred.

"Ingat Davina hubungan kita hanya sebatas partner ranjang saja, tidak lebih. Kau cukup puaskan aku dan jadilah wanita simpananku. Tidak boleh ada cinta di antara kita!" ucap Alfred pada Davina kala itu. Sungguh lelaki itu benar-benar tak menginginkan Davina, dia hanya membutuhkan seorang wanita untuk menyalurkan hasratnya.

"Lalu bagaimana jika suatu saat anda jatuh cinta padaku?" tanya Davina penasaran dengan jawaban yang akan di berikan Alfred. Tanpa dia bertanya pun, tentunya dia sudah tahu perihal jawaban lelaki itu karena Alfred hanya menganggap Davina sebagai wanita simpanan saja. Namun Davina ingin mendengarnya langsung dari bibir lelaki itu.

"Hal itu tak akan pernah terjadi dan sampai kapanpun aku tidak akan pernah jatuh cinta pada wanita sepertimu! Aku berani jamin bahwa hal itu hanyalah omong kosong karena sesungguhnya perasaanku telah mati," jawab Alfred tegas dengan sorot mata menyala.

Detik itu juga butiran kristal jatuh membasahi pipinya ketika mengingat perkataan Alfred. Sebuah fakta bahwa lelaki itu telah membuka hati untuk wanita lain. Dan tentunya Davina tak bisa di bandingkan dengan sosok Asmirandah yang berbeda jauh darinya.

Siapa yang tidak tahu sosok Asmirandah yang begitu tersohor di segala penjuru. Seorang model cantik ternama yang tengah naik daun, juga dari keluarga yang terpandang membuat Davina merasa insecure. Kini wanita itu seakan menelan pil pahit bila memang benar bahwa Alfred telah menjalin hubungan dengan Asmirandah.

Rasa kecewa pasti ada namun disini dia tak memiliki kuasa karena sejatinya dia hanya sebatas wanita simpanan. Yang kapan saja bila Alfred bosan maka siap-siap dia akan di tendang dari kehidupan lelaki itu.

"Maafkan Mommy Nak," ucap Davina sembari memegang perutnya yang masih rata. Tampak Davina membayangkan nasib anaknya yang tidak akan merasakan kasih sayang seorang Ayah sepertinya.

Jauh di dalam lubuk hatinya ingin sekali dia memperjuangkan hak anaknya, tapi dia sendiri penuh keraguan.

Davina pun bergelut dengan pikirannya, bersamaan dengan itu terdengar bunyi dering ponsel yang dia simpan di dalam saku roknya. Sebuah lengkungan indah terbit di wajahnya ketika melihat nama panggilan dari Alfred.

Instingnya sangat kuat, dia yakin bahwa Alfred segera menghubunginya kembali. Dengan perasaan bahagia Davina pun segera menggulirkan layar ponselnya dan menekan tombol hijau. Dia berharap ada pernyataan rindu dari lelaki yang sangat dia cintainya.

"Alfred, aku ...."

"Beraninya kau memanggilku seperti itu. Apa kau lupa dengan posisimu saat ini? Ingat jaga batasanmu!" Secepat mungkin Alfred memotong ucapan Davina. Entah kenapa lelaki itu begitu marah saat Davina memanggilnya hanya dengan sebutan nama.

"Maaf, Tuan. Apa ada yang bisa saya bantu?" Secepat kilat Davina meralat panggilannya itu.

Bukan salah Davina yang memang dia sudah terbiasa memanggil Alfred hanya dengan nama saja. Sontak dia terkejut ketika mendapat teguran dari Alfred perihal panggilan tersebut. Detik selanjutnya jantung Davina kembali berdetak saat Alfred berbicara dengan nada suara datar.

"Lima menit dari sekarang, cepat datang ke ruanganku! Jangan sampai membuatku menunggu," titah Alfred dengan nada tinggi.

"Baik Tuan. Saya akan segera ke ruangan anda," jawab Davina yang sama sekali tak tahu perihal alasan di panggil dirinya.

Sambungan telpon pun terputus, Davina pun buru-buru ke ruangan Alfred. Dia tak ingin membuat Alfred lama menunggunya karena sudah di pastikan lelaki itu akan kembali marah.

Perasaan senang bercampur aduk dengan kegelisahan. Kini dia sangat senang bisa melihat Alfred yang kembali ke kantor. Namun, tak bisa di pungkiri bahwa hatinya merasa gelisah ketika mendengar nada bicara Alfred yang tidak bersahabat.

🌷🌷🌷

Disinilah Davina berada, di sebuah ruangan yang begitu luas nan mewah. Sebuah lengkungan indah terukir di wajahnya ketika berjalan mendekati Alfred. Mendadak senyum itu sirna begitu saja melihat Alfred menatap tajam ke arahnya.

"Ada apa Tuan?" tanya Davina yang berusaha tenang meskipun jantungnya berdegup kencang.

"Katakan ... apa maksud dari semua ini, hah?" Alfred melempar beberapa lembar foto tepat di hadapan Davina.

"Baru saja aku tinggal dan mempercayakan semua pekerjaanku padamu. Tak kusangka kau serendah ini, beraninya kau mengkhianati ku Davina!" Lanjutnya dengan sorot mata yang merah. Terpancar sebuah amarah di dalam sana.

Davina terlonjak kaget melihat fotonya bersama Fahri yang terpampang nyata. Namun, faktanya tak seperti yang Alfred bayangkan. Itu hanyalah sekedar foto yang mungkin di salah pahami oleh Alfred.

"Alfred, percayalah padaku ... tak mungkin aku melakukan itu semua," lirih Davina yang hendak membela diri.

"Percaya? Untuk apa aku harus percaya pada seorang pembohong sepertimu, hah? Foto itu sudah cukup menjadi bukti bahwa kau telah berkencan bersama lelaki lain. Dan kau masih terus menyangkal kalau tak melakukan apapun," ucap Alfred berapi-api.

Meskipun hubungan mereka sebatas partner ranjang, dimana keduanya telah menandatangani kontrak dan sepakat atas perjanjian tersebut. Namun, tetap saja Alfred tak bisa terima dengan tindakan Davina yang seenak jidat pergi bersama lelaki lain. Bagi Alfred selama mereka berada dalam perjanjian, maka Davina sepenuhnya hanya miliknya seorang. Tak ada satupun yang boleh mendekati ataupun menyentuhnya.

"Demi Tuhan aku tak melakukan apapun Alfred. Aku berani bersumpah ... waktu itu aku sedang datang bulan, rasanya sangat sakit sekali.," balas Davina.

"Kenapa kau keluar jika sakit?" tanya Alfred penasaran.

"Katakan ada urusan apa kau dan lelaki itu? Jawab aku Davina! Kenapa kalian bersama?" bentak Alfred dengan amarah yang memuncak.

"Tenanglah ... kemarin aku menelpon mu berkali-kali tapi kau tak mengangkatnya. Aku dan Fahri tak sengaja bertemu karena dia melihat mobilku berada di pinggir jalan. Dan dia pun menolongku ketika melihat kondisiku yang tengah kesakitan. Lagi pula kemana saja kau waktu itu sehingga aku sulit menghubungimu." Dengan penuh keberanian Davina membalas ucapan Alfred. Dia tak peduli lagi dengan lelaki itu yang akan marah padanya.

"Diam! Kenapa kau masih saja berbohong padaku Davina? Apa kurangnya diriku selama ini? Dan sejak kapan kau memanggil Fahri hanya dengan sebutan nama saja," teriak Alfred sembari menggebrak meja kerjanya.

"Aku rasa semuanya sudah jelas, hubungan kita cukup sampai disini. Tak perlu lagi melanjutkan perjanjian yang telah kita sepakati. Aku tak ingin berhubungan dengan seorang wanita yang di sentuh lelaki lain."

.

.

.

🌷Bersambung🌷

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!