“Astaga... Bagaimana bisa Buah jatuh se pohon-pohonnya ? Lihatlah kelakuan Putri Nya ini.”
“Kau Benar. Seorang Antagonis akan melahirkan anak Antagonis. Apa yang Kalian harapkan dari Anak ini ?”
“Hei, kehadiran Mu dan Ibu Mu hanya menghancurkan kebahagiaan orang lain. Lihat ini, Nona Grace sudah menangis tersedu-sedu. Padahal sudah di tahap seperti ini, Dia masih menyuruh Kami untuk tidak menghakimi Mu atas apa yang terjadi.”
“Sadarilah posisi Mu dan jangan banyak tingkah. Dasar Penghancur kebahagiaan orang lain!”
Kata demi Kata pedas keluar dari mulut para pelayan Di Kediaman Viscount Avena.
Entah kenapa sejak dua hari yang lalu, banyak sekali kejadian beruntun yang menimpa Gadis yang di juluki sebagai ‘Anak Antagonis’ ini. Terlalu banyak informasi yang terus berganti, membuatnya butuh waktu untuk menangani syok dan juga memahami situasi yang terus terjadi.
“Bagaimana semua nya bisa terjadi seperti ini ?” Gumam nya sambil menerawang kumpulan pelayan dan juga terganggu dengan tangis dari seseorang.
Keributan itu tak tunggu waktu lama untuk sampai ke telinga pemilik kediaman, Viscount Benjamin Ed Cora Avena. Segera, yang menjadi penyebab tangis dari putri kesayangannya, Grace Lyn Cora Avena pun di adili.
“Kemas semua barang miliknya dan seret Dia keluar dari kediaman ini!” Perintah Sang Viscount tanpa berkedip sedikitpun sambil memeluk dan menenangkan Anaknya yang tengah menangis.
“Bagaimana bisa Aku mendengar perkataan itu ? Aku dan Ibu adalah orang yang Statusnya sah di dalam Kediaman ini. Wanita itu, Grace, Dia bersama Ibu nya yang menjadi penghancur kebahagiaan orang lain. Lalu mengapa kini Aku dan Ibu yang di kambing hitamkan ? Kenapa tidak ada yang merasa janggal dengan semua ini ? Kenapa?!” Pikirnya dalam keadaan tubuh yang sudah di seret oleh para Kesatria.
...***...
Tidak butuh waktu lama, koper berbentuk Kotak kecil yang memuat beberapa lembar pakaian sudah terbuang di luar kediaman Viscount. Tak lupa penyebab dari Tangis Grace Lyn Cora Avena juga dihempaskan ke tanah.
Brukkh.
Tubuh dan juga Koper itu melengking kan Bunyi yang Sama.
“Haha...” Tawa nya pelan dan lanjut berucap dalam batinnya “...Aku paham. Kenapa butuh waktu lama untuk memahami kejadian ini.?”
Mendengar tawa dari mulut gadis yang masih terduduk di tanah itu membuat amarah dari seorang Viscount Avena membumbung tinggi.
“Pergi Dari Kediaman ini. Kau sudah bukan lagi bagian dari Kediaman Viscount Avena!” Pekik Viscount Avena dengan urat leher yang tercetak jelas. Entah apa yang di beritahukan oleh Pelayan Grace sehingga Dia bisa percaya sepenuhnya dan di penuhi oleh amarah dalam hitungan detik.
Banyak mata yang memandang jijik dan juga kesal ke arah Gadis itu. Gadis itu di kenal dengan nama Virginia Cora Avena yang berumur 24 tahun. Dua tahun lebih tua dari Grace Lyn Cora Avena.
“Kenapa Dia belum juga menangis ? Cepat tampil dalam keadaan menyedihkan dan segeralah memohon pada Ku.” Batin Gadis berwajah polos dengan niatan yang berbanding terbalik dengan wajah nya, Grace Lyn Cora Avena.
Perlahan, Virginia pun berdiri sambil menepuk-nepuk beberapa bagian pakaiannya yang kotor. Jemari nya yang lentik tampak tidak gemetar sedikit pun.
Dengan tatapan penuh intimidasi, Virginia menatap para pelayan yang berkerumun sejak tadi dan menyaksikan diri nya seperti sebuah Teater gratis yang wajib untuk di tonton sambil berucap dengan nada tegas,
“Hahh... Berhenti memberikan tatapan jijik ke arah Ku. Kalian itu hanya Rakyat Jelata, tidak seharusnya Kalian memiliki nuansa tatapan kurang ajar seperti itu.” Tuntasnya.
Dalam hitungan detik, ocehan-ocehan dari para Pelayan bertebaran bak dengungan lebah karena bersuara di saat bersamaan lantaran tak terima dengan sikap Virginia yang masih tidak ramah di dalam situasi seperti ini. Memang benar, Grace Lyn Cora Avena lebih baik dari diri nya.
“Ayah, kendalikan emosi Mu. Pikirkan kesehatan Ayah,” ucap Grace sambil mengusap pundak Viscount Avena dengan lembut.
Benar-benar gadis yang bertabiat baik sehingga tidak dapat di terima bahwa gadis baik itu di buat menangis berkali-kali oleh Virginia.
Dengan emosi yang sudah dapat dikontrol, Viscount pun bersuara.
“Kau tuli ? Keputusan Ku sudah—"
“Aku pinjam ini.” Potong Virginia sambil mengambil pedang milik kesatria yang sejak tadi berdiri di belakang nya.
Sering.!!
Dalam hitungan detik, lima Kesatria langsung menarik pedang masing-masing dan mengarahkannya pada Virginia. Tindakannya seolah ingin memulai kekerasan karena tidak terima di usir dari Kediaman Viscount ini.
Viscount Avena malah memandang jijik, lantara sikap Virginia hingga akhir pun masih sama saja. Sama sekali tidak terhormat. Bisikan dan tatapan dari para penonton sejak tadi seolah sepakat dengan reaksi dari Viscount.
Yang merampas pedang tampak tak peduli dengan reaksi di sekitar. Dengan gesit Dia menggunakan pedang itu sesuai dengan yang Dia pikirkan.
Srakkh.
“.. Haah ? Apa yang Dia lakukan ?!” Pikir semua orang, lantaran Virginia memotong pendek rambut hitamnya yang terurai panjang nan indah itu.
Kumpulan rambut hitam itu sudah terurai di tanah. Virgina sudah tidak membutuhkan pedang itu, sehingga benda itupun dia buang begitu saja.
“Tuan Viscount.” Tutur Virginia dengan lembut, memanggil orang yang seharusnya Dia Panggil 'Ayah' dengan Nama kehormatannya. “...Hubungan Ayah dan Anak di antara Kita, benar-benar sudah terputus seperti rambut ini.” Tuntas nya sambil memandang jijik ke arah rambut yang tergeletak di tanah.
“Hahaha.. Apa perlu sampai memotong rambut Mu ?” Ejek Viscount Avena terkekeh bersama para pekerja yang menonton sejak tadi.
“Tentu. Itu adalah hal yang di beritahukan oleh Ibu. Apa Tuan Viscount tidak tahu asal usul Ibu dan menikah dengan nya hanya karena nafs* semata ? Sangat di sayangkan.” Tuturnya dengan tatapan yang balik menghina
“....” Viscount Avena terdiam. Merasa tertusuk dengan perkataan Virginia barusan. Tidak sampai di situ, dengan ketenangan Virginia, Iris mata dan semua hal di tubuh yang benar-benar mirip dengan Ibu nya membuat Viscount Avena bersama Grace mengeraskan rahang mereka masing-masing.
Bukankah saat ini yang seharusnya diselimuti oleh kemarahan adalah Virginia ? Kenapa malah mereka yang merasakannya ?
Iris mata Virginia dan Viscount Avena saling beradu di udara dengan penuh intimidasi. Bahkan untuk berkedip saja Mereka enggan.
Sedetik kemudian, Viscount Avena melambaikan tangannya dengan cepat.
Blaarrrr..
Rambut yang tergeletak di tanah itu kini tengah terbakar oleh sihir yang baru saja di keluarkan oleh Viscount Avena. Nyalanya kian membesar lantaran di dukung oleh angin.
Respon Virginia ? Dia tidak peduli sedikit pun. Malahan Dia ikut memandang dengan perasaan lega lantaran Di bantu oleh sihir api Viscount Avena.
“Kau benar. Aku tidak tau apa-apa tentang Ibu Mu. Maka dari itu, biar Ku bantu Kau menghilangkan hubungan yang ingin Kau putuskan ini. Sama seperti rambut-rambut Mu yang telah terbakar habis, menjadi abu dan di terbangkan oleh angin, begitupun hubungan Kita. Benar-benar menghilang.”
“...Di kemudian hari, janganlah menjilati ludah Mu sendiri dan datang memohon-mohon Pada Ku dengan membawa-bawa hubungan yang tidak ada lagi di antara Kita. Toh, memang sejak awal tidak ada hubungan apa-apa di antara Kita. Siapa yang tau bahwa Kau itu anak Ku atau bukan ?Siapa yang tau Ibu Mu sudah tidur dengan berapa banyak Pria di luar sana ?!” Sambung Viscount Avena sambil mendengus kesal.
“Grrrtt...” Rahang Virginia mengeras.
Sudah cukup selama ini Ibu nya tersiksa semasa hidup di Kediaman ini. Bisakah Ibu nya di berikan ketenangan setelah meninggal ? Tapi sepertinya hal itu sulit untuk di lakukan oleh Viscount Avena ini.
“Tuan Viscount yang terhormat, tolong ingat ini dalam benak Anda. Bahwa hanya karena Anda meniduri wanita lain, bukan berarti semua orang di dunia ini memiliki sikap rendahan yang sama dengan dengan Anda. Pars*tan dengan orang lain, tapi jangan sekali-kali Kau seret Ibu Ku dalam percakapan seperti itu!”
“Hah! Jangan terlalu percaya diri. Bersyukurlah bahwa semua yang ada di tubuhmu benar-benar mengambil semua gen milik wanita yang Kau panggil Ibu itu. Jika tidak, Kau pasti akan terlihat mirip dengan Pria yang Ibu Mu tiduri.”
“Astaga Tuan Viscount. Tentu saja Aku harus bersyukur dengan hal ini. Jika tidak, Aku akan merasa jijik jika memiliki satu saja kemiripan dengan Pria yang seharusnya menjadi Ayah Ku Itu. Pria yang meniduri dan menggerakkan lidahnya pada lubang wanita lain, melahirkan anak dari hubungan yang menjijikkan, dan dengan percaya diri nya mengkambinghitamkan Orang lain. Memiliki satu saja kemiripan darinya, terasa bak kutukan yang melekat di tubuh ini Tuan Viscount Avena!”
“....” Viscount Avena terdiam. Gerahamnya kembali ber-tumbukkan. Wajahnya memerah lantaran menahan emosi. Urat lehernya benar-benar sudah tercetak jelas saat ini.
Lalu bagaimana dengan reaksi Grace ? Wanita yang asal-usul kelahirannya di beberkan secara blak-blakkan oleh Virginia ? Tentu saja Dia hanya terdiam di tempatnya.
Ingin Dia berteriak dan mengeluarkan semua caci maki dan sumpah serapah yang sudah terekam dengan baik di benak. Hanya saja pengelolaan emosi nya benar-benar patut diacungi jempol. Sehingga tidak ada satu kata pun yang keluar dari mulut nya.
“Hahaha, tenanglah Tuan Viscount. Seperti yang Anda katakan barusan, Anda bukanlah Ayahku. Jadi Anda tidak perlu tersinggung dengan perkataan yang keluar dari mulut ini. Anda tahu kan, yang saya maksud adalah Pria yang Meniduri Ibu Ku...” Tutur Virginia sambil tersenyum mengejek.
“... Selamat tinggal. Ah, Aku tidak terlalu yakin. Namun Di masa depan, berhati-hatilah dengan bencana yang datang dari dendam yang Kau tanam dan Kau pupuk subur di dalam Diriku ini.” Sambung Virginia sambil mengambil koper nya, dan berjalan menjauhi Kediaman Viscount.
Begitulah Virginia meninggalkan Kediaman Viscount Avena dengan Mata yang terbakar akan amarah dan penuh dengan kebencian.
Virginia yang mengatakan sendiri tadi, Bahwa Dia tidak yakin akan balas dendam... Yang benar saja ? Saat ini, di benaknya sudah mulai terkumpul potongan-potongan rencana untuk menyukseskan Aksi balas dendam. Luka yang di dapat oleh Ibu dan dirinya harus di kali ribuan kali lipat, dan dikembalikan pada sang pemberi luka. Harus!
...*...
...*...
...Hai Guys👋, untuk kedepannya bisa panggil Aku dengan sebutan 'Neo' ataupun 'Kak Neo'. Sekedar informasi, hari ini Aku up 4 Novel di aplikasi Noveltoon, masing-masing 5 Chapter. Silahkan dibaca kalau tertarik ya♥️ Judul novel nya itu Neo list di bawah ya👇...
...1. Sang Putri Asli: sandiwara Calista...
...2. Chased by Love: My Hot Ex's Uncle...
...3. Balas dendam Celestia. Cahaya di KegelapaN...
...4. Agen Black VS Pelaku Bullying di tubuh anak SMA...
...Semuanya hasil haluan Neo, jadi jangan coba-coba menuduh yang tidak-tidak ya~ Okay, kalau suka silahkan lanjut ke chapter selanjutnya Guys♥️. Jangan lupa like dan komen juga ya♥️ Thank You♥️...
^^^Awal update: Selasa, 01 Juli 2025^^^
^^^End : ??^^^
Luka yang di dapat oleh Ibu dan dirinya harus di kali ribuan kali lipat, dan dikembalikan pada sang pemberi luka. Harus!
Beberapa saat kemudian, di Kediaman Avena.
“Tuan Viscount, apakah wanita itu dibiarkan begitu saja ? Bagaimana jika Dia membawa bencana bagi Kediaman ini di kemudian hari?” Ucap kesatria yang pedangnya di rebut tadi, Helio. Saat ini Dia tengah mengawal Tuan Viscount Avena kembali ke ruang kerja nya.
“Astaga, Helio. Jangan repot-repot mengotori tanganmu. Nasib anak sialan itu kalau tidak jadi santapan bagi para monster, pasti Dia akan di tangkap dan di masukkan ke dalam rumah bordil. Tubuhnya akan dijadikan pemuas nafs* bagi para Pria beruang di luar sana sampai mati!”
“...Dan juga, Dia tidak memiliki kekuatan dan kekuasaan yang cukup untuk menghancurkan Ku.” Tuntas nya penuh kebanggaan dan duduk di kursi kebesarannya diruang kerja.
“Baik Tuan.” Ujar Helio sambil menunduk penuh hormat. Dia sudah keluar agar tidak mengganggu majikan nya dalam bekerja. Entah kenapa, seolah terasa sesuatu yang mengganjal di lubuk hati Helio.
“Nona Virginia sudah Pergi. Di kopernya tadi hanya ada dua lembar gaun milik Sang Ibu dan juga beberapa barang yang memang sejak awal adalah milik Mereka. Dia pasti memiliki beberapa koin emas untuk menunjang kehidupannya di luar sana. Dengan keadaan seperti itu, Dia tidak mungkin mendatangkan bencana bagi Kediaman ini. Seharusnya seperti itu... Namun perasaan gelisah apa ini ?” Batin Helio yang saat ini berjaga di depan pintu. Dirinya seolah di selimuti oleh ketakutan. Entah berasal dari mana perasaan mengganjal itu.
...***...
Di sumur.
Para pelayan wanita yang tadi menyaksikan teater yang di bintangi oleh Virginia pun Kini melanjutkan pekerjaan mereka. Mereka saat ini tengah mencuci pakaian dan juga kain-kain yang di gunakan di kediaman ini. Dan tentu saja, sambil bergosip.
“Haiiss.. Kasihan sekali Nona Virginia. Padahal Dia bisa berlutut dan memohon pada Tuan Viscount dan juga Nona Grace. Paling tidak Dia akan diizinkan untuk tingal di Kediaman ini dan bekerja sebagai pelayan seperti Kita.”
“Kau benar. Aku setuju degan pendapat mu kali ini..”
“Haah, Apa Dia tahu ? Bahwa jika ingin keluar dari Wilayah kekuasaan Viscount Avena ini, Dia harus melewati hutan yang penuh akan Monster? Ketidaktahuan adalah dosa, benar adanya.”
“Mungkin Dia tidak tahu bahwa jika ingin keluar ke wilayah yang lain, Harus melewati Gerbang Teleportasi. Gerbang itu hanya bisa di lewati oleh para Bangsawan, rakyat biasa yang punya banyak uang, dan juga orang-orang yang memiliki ijin khusus dari penguasa Wilayahnya.”
“Sudahlah.. Untuk apa Kita menghawatirkan orang yang sebentar lagi akan mati ? Paling tidak, Dia dapat bertemu kembali dengan Ibu yang sangat Dia sayangi dan sangat Dia hormati itu. Dia akan lebih bahagia di alam baka.”
“Kau benar.”
“Aku harap Tangan Kalian juga segesit mulut Kalian yang komat-kamit itu.!” Teriak Kepala Pelayan yang tengah mengawasi para pekerja di setiap bagian.
“Tentuu.!!!” Jawab mereka penuh keyakinan.
Lalu bagaimana dengan Virginia ? Apa Dia akan mati dilahap monster-monster yang menjadi penghuni hutan seperti perkiraan para pelayan ?
...***...
Di Sebuah Rumah Kecil yang cukup jauh dari Kediaman Viscount Avena, yang selalu berdiri kokoh dan jauh dari jangkauan orang-orang.
Terdapat kandang kuda dan juga seorang Pria yang tengah memberikan air minum pada dua kuda. Satu kuda berwarna Hitam, dan satunya lagi berwarna putih. Pria itu adalah satu-satunya orang selain Serhapina yang memanggil Virginia dengan Nama Celestia.
"Apa Kabar Paman Jackson." Sapa Celestia tersenyum lembut.
Yang di tanya langsung tersenyum. Berbalik pada asal suara, dan berucap "Bohong jika Aku mengatakan baik-baik saja kan, Celestia?"
"Umm... Aku suka Paman yang selalu jujur seperti ini."
Pria bernama Jackson itu menatap Celestia dengan bibir yang mulai bergetar. Celestia peka. Dia langsung melebarkan tangannya dan memeluk Jackson yang berjalan kearahnya dengan sangat erat. Tangis Jackson pecah begitu saja. Dalam tangisnya, Dia menyebut nama 'Serhapina' dan perasaan nya yang tak terima di tinggalkan seperti ini.
Celestia hanya terdiam. Berusaha kuat sampai menggigit bibir bawahnya dengan sangat erat. Berharap agar tidak ikut menangis. Namun sayangnya, Liquid bening itu membludak tak karuan. Dua orang itu sama-sama menangis, meratapi dan mencoba mengikhlaskan orang tercinta yang telah tiada.
...***...
Beberapa menit kemudian, dua orang itu sudah tenang. Mereka juga sudah melakukan percakapan yang cukup panjang.
"Jadi Kamu akan balas dendam ?"
"Sesuai yang Aku katakan, Paman."
"Apa Paman tidak Kamu masukkan dalam rencana Mu ?"
"Tidak. Orang baik seperti Mu harus mendapatkan kisah hidup yang lain."
"Seburuk apa rencana yang sudah Kamu buat ?"
"Cukup Aku yang tahu saja, Paman." Celestia beranjak ke kandang kuda berwarna putih, dan membuka pintu kandangnya.
"Halo Rara. Lama tidak berjumpa." Ucap Celestia sambil menempelkan keningnya di kening kuda berwarna putih itu.
"Celestia, jaga diri Mu baik-baik."
"Baik.. Apa sampai akhir, Paman tidak akan memberitahu asal usul Paman dan juga Ibu ?"
"...."
Hanya keheningan yang tercipta saat pertanyaan ini kedua kalinya Celestia suarakan hari ini
"Baiklah. Celestia menghargai keputusan Paman Dan Ibu. Apa yang akan Paman lakukan ke depannya ?"
"Entahlah. Yang penting Paman tidak akan menjalani aktivitas di wilayah kekuasaan Viscount Avena lagi."
"Apa ini pertemuan terakhir Kita ?"
"Bisa jadi, Celestia."
"Aku akan sangat merindukan Mu, Paman Jackson."
"Paman juga."
Setelah berpelukan, Celestia pun menunggangi kuda putih nya, Rara. Mereka melewati jalan yang selalu Dia dan Serhapina gunakan saat berlibur dan keluar dari Kediaman Viscount Avena selama ini. Jackson pun tampak langsung masuk ke rumah dan berkemas. Entah kemana Dia akan melanjutkan hidup untuk kedepannya. Kedua orang itu berjalan sambil memeluk rahasia masing-masing.
...*...
...*...
...*...
...*...
...*...
Di perbatasan...
Tepat Di depan Hutan yang penuh akan Monster, Virginia tengah berdiri, menengadah, dan memandang hutan yang di mata nya terlihat sangat penuh dengan warna hitam kelabu yang menyelimuti. Warna itu seolah menutup hutan dari dunia luar. Menjadikan Hutan itu seperti bukan bagian dari Dunia manusia.
Mata yang awalnya menatap hutan dengan sangat intens, perlahan meredup dan pandangannya menjadi menerawang. Otaknya memunculkan sebuah kenangan saat bersama Sang Ibu, dimana nama nya ‘Virginia’ dan bukannya Celestia.
“Ibu...” Gumamnya dengan pikiran yang sudah terlempar pada beberapa tahun yang lalu, saat Diri nya masih berusia enam tahun.
...***...
“Hukh.. Huwaaa.... Ibuu... Ughh..”
Di dalam sebuah Kamar, Virginia kecil tampak tengah terisak dalam volume suara terkecil. Dia berusaha agar tangis nya ini tidak di dengarkan oleh siapapun. Sayangnya, Seraphina Ruya, selaku ibu Virginia mendengar tangis Putri kecilnya saat kebetulan berkunjung ke kamar.
“Sayang, apa yang Kamu tangisi ? Hem ? Katakan pada Ibu.” Bujuk Seraphina yang sudah membawa masuk Virginia ke dalam rengkuhan hangat nya.
“Ayah... Ughh... Ayah.. Ayah mengatakan sesuatu yang membuatku semakin membencinya, Bu.. Ughh... Perkataan Ayah sangat kejam Ibu, Huwaa...”
“Ssstttt.. Tenanglah Sayang... Ibu ada di sini.. Coba Virginia ceritakan dulu—“
“Jangan panggil Aku dengan nama Itu, Ibu. Aku tak suka..” Potong nya sambil menutup mulut Seraphina dengan dua tangan mungil.
“...Ugh, Kata Ayah, Ini nama yang Dia berikan saat Aku berusia tiga tahun. Dia lupa memberikan nama padaku.. Hikss, apa yang Ayah lakukan sampai lupa memberikan nama padaku ? Lalu selama itu Aku hidup tanpa nama ? Ayah mengatakan hal ini dengan sangat Bangga Ibu. Huwaaa..”
“Ssttt...Apa Putri kecil Ibu tau, bahwa tanpa Sang Ayah, Ibu nya ini sudah merangkai Nama Indah untuk Mu bahkan sebelum terlahir ?”
“..Hem ? Benarkah ?” Tangisnya terhenti. Dua iris mata yang berair itu tengah menanti dengan rasa penasaran. Ingin cepat-cepat mendengarkan nama apa yang Sang Ibu rangkai untuknya.
“Celestia Seraphina Ruya.”
“Woaah..” Tak butuh waktu lama, gadis itu sadar bahwa tidak ada nama yang Dia benci dalam Kalimat Ibu nya ini. Tidak ada Virginia. Tidak ada Cora apalagi Avena.
“Kamu menyukainya sayang?”
“Em... Sangat Ibu.. Ibu tau alasannya ?”
“Karena tidak ada lagi kata Virginia ?”
“Bubb Buubb.. Salah besar Ibu.. Itu karena..”
Perkataan Gadis itu terjeda. Dia menengok ke sana kemari, memastikan tidak ada siapapun yang mendengarkan. Padahal kalau di dengarkan juga tidak ada sesuatu hal yang terjadi.
“Umm, Karena ?”
“Karena Ibu menyertakan nama Ibu di tengah Nama Ku.. Hehehe..”
“Apa Putri Ibu tahu alasannya ?”
“Hem ? Tidak...”
“Karena Ibu ingin Putri kesayangan Ibu selalu mengingat apapun tentang Ibu saat memperkenalkan namanya pada orang baru di masa mendatang. Bagaimana ? Alasannya keren bukan?”
“Hehehe, sangat keren. Akan Aku ceritakan betapa cantik dan sempurnanya Ibu pada orang baru di masa depan.” Sambung Nya dengan tawa kecil dan juga senyum yang tercetak lebar.
“Ahhh.. Putri Ibu sangat menggemaskan..”
Seraphina pun memberikan ribuan kecupan pada wajah Putri kesayangannya. Di tengah gelak tawa mereka, Gadis kecil itu bersuara lagi, “Ibu, Ibu..” panggilnya
“Iya Sayang.”
“Coba... Umm.. Panggil Aku dengan Nama..” Pinta nya malu-malu
“Tentu.. Apapun untuk Mu Sayang..” Seraphina tersenyum gemas dengan tingkah anaknya.
“Celestia Seraphina Ruya.” Ujarnya.
“..Lagi,” pinta gadis kecil itu dengan wajah yang merona bahagia
“Celestia Seraphina Ruya.”
“Celestia~” Panggil Sang Ibu sambil menggendong tubuh Putri nya yang di banjiri kesenangan.
Ibu dan anak itu seolah memberhentikan waktu saat tengah bersama. Mereka selalu lupa tentang yang ada di sekitar dan selalu tenggelam dalam gelak tawa kebahagiaan meskipun mendapati banyak sekali drama hidup.
“Ah, benar. Celestia mengingat sesuatu Ibu.”
“Hem ? Apa itu ?”
“Tangan Celestia bisa mengeluarkan Cahaya.”
DEG
“Ya ? Apa ?” Seraphina menurunkan Celestia. Wajahnya tampak pucat seketika.
“Benar Ibu. Aku tidak berbohong.”
Gadis kecil yang merasa Perubahan pada wajah Sang Ibu karena mengira Dia berbohong langsung membuktikan perkataan nya.
Sringg..
Sekejap, cahaya kecil itu muncul dari tangan Mungil Celestia. Wajah Seraphina semakin Pucat. Mata nya membola tak percaya.
“Tidak… Ini terlalu cepat. Jika secepat ini, maka....” Batin Seraphina terpotong. Dia memilih untuk mendekap tangan mungil Celestia dan menghilangkan cahaya yang mendatangkan kehangatan dengan iris Mata yang bergetar.
...***...
...Hai Guys👋, Sekedar informasi, hari ini Aku up 4 Novel di aplikasi Noveltoon, masing-masing 5 Chapter. Silahkan dibaca kalau tertarik ya♥️ Judul novel nya itu Neo list di bawah👇...
...1. Sang Putri Asli: sandiwara Calista...
...2. Chased by Love: My Hot Ex's Uncle...
...3. Balas dendam Celestia. Cahaya di Kegelapan...
...4. Agen Black VS Pelaku Bullying di tubuh anak SMA...
...Semuanya hasil haluan Neo, jadi jangan coba-coba menuduh yang tidak-tidak ya~ Okay, kalau suka silahkan lanjut ke chapter selanjutnya Guys♥️. Jangan lupa like dan komen juga ya♥️ Thank You♥️...
..."Ih Kak Neo semangat nulisnya😌"...
..."Ceritanya bagus. Suka banget. Thank you Kak Neo udah ciptain Novel bagus😚🫶"...
...Aku maunya Kalian komentar kaya gini Guys. Biar hubungan kita akrab gituloh😚 Biar Aku juga nambah semangat atuhh, jadi jangan lupa like dan komen yaa. Go to Nex chapter gih 😗 Love you Guys ♥️...
Dia memilih untuk mendekap tangan mungil Celestia dan menghilangkan cahaya yang mendatangkan kehangatan dengan iris Mata yang bergetar.
“Celestia, bisakah Kamu berjanji sesuatu Pada Ibu ?” Ungkapnya dengan memeluk tubuh kecil itu sambil gemetaran hebat.
“Janji Apa Ibu ? Jika itu membuat Ibu tidak gemetaran lagi, Celestia akan melakukannya.” Tuturnya cemas sambil mengusap punggung kurus milik Sang Ibu yang semakin gemetaran.
“Berjanjilah untuk tidak memberitahukan pada siapapun tentang kekuatan Mu ini. Apakah Celestia bisa berjanji pada Ibu ?”
“Baik Ibu.”
“Terimakasih Sayang.. Maaf membebani Mu dengan kekuatan ini juga..” Ucap Seraphina yang sudah melepaskan pelukannya, dan mendekap tangan mungil Celestia.
“Ibu, Celestia akan patuh pada perkataan Ibu. Maka dari itu, Ibu jangan cemas lagi.” Pinta nya sambil meletakkan tangan mungil itu di kedua pipi Seraphina.
Iris Mata Seraphina membludak kan Liquid bening. Tak kuasa dengan pikirannya yang sudah menerka apa yang akan terjadi di masa mendatang.
“Sayang.. Kamu juga mewarisi Kekuatan Suci.. Kamu juga di pilih Oleh Dewi sejak lahir... Hikss… Ibu mohon, jangan gunakan kekuatan ini apapun yang terjadi.. Ugh, kenapa harus Kamu Sayang…”
Hari itu, Seraphina terus menangis sambil terus meyakinkan Celestia tentang kekuatannya. Tidak ada penjelasan lanjutan. Seraphina hanya menekankan bahwa Kekuatannya tak boleh di ketahui oleh orang lain selain Mereka berdua.
...*...
...*...
...*...
...*...
Ya, Nama Ku bukan 'Virginia Cora Avena'. Nama Ku ‘Celestia Seraphina Ruya’. Hari di mana Ibu memberitahukan nama ini, Aku menunjukkan kekuatan yang Ku pikir sangat keren pada saat itu.
Sringgg..
Mataku masih merasa takjub saat melihat cahaya ini. Cahaya yang bisa keluar dari tangan dan bahkan dari seluruh tubuh. Apa pertumbuhan tubuhku juga menjadi pertumbuhan bagi kekuatan Suci ini ?
Benar.. Cahaya ini yang pada saat itu di pinta Ibu untuk terus di rahasiakan. Cahaya yang sangat hangat dan bersahabat ini yang membuat Ibu ketakutan, entah pada apa. Hingga nafas terakhirnya, Ibu tidak pernah memberitahukan penjelasan apapun Pada Ku.
Tapi Ibu, maaf. Aku akan melanggar janji Kita. Aku akan menggunakan kekuatan ini. Dan untuk Dewi, Maafkan Aku karena akan menggunakan kekuatan ini untuk balas dendam.
Sringgggggg..
...***...
Cahaya itu semakin membesar dan menyelimuti tubuh Celestia. Perlahan, rambut hitam yang pendeknya sebahu itu memanjang lagi sampai menyentuh tulang ekor. Tidak hanya itu, rambut berwarna hitam pekat bak ditelan oleh langit malam itu perlahan berubah menjadi warna putih. Warna yang sangat berlawanan dengan warna rambut sebelumnya.
Kekuatan Suci. Adalah kekuatan yang tidak dapat disamakan dengan sihir. Besar kecilnya kekuatan Suci akan ditentukan oleh Dewi, sang pencipta segalanya. Walaupun tidak menggunakan kekuatan nya selama ini, karena penasaran, Celestia mencari tahu seorang diri. Banyak sekali teori-teori atau cara menggunakan kekuatan Suci yang sudah mengambang di benak nya.
Belum pernah sekalipun dia mempraktikkannya, namun itu bukan masalah besar. Segumpal besar pengetahuan itu sudah cukup bagi Celestia yang terbilang pintar.
Perlahan, Celestia mengalirkan kekuatan sucinya ke seluruh tubuh, lalu nampak sebuah cahaya yang melindungi tubuhnya. Cahaya itu akan menjadi perisai yang cukup untuk nya melewati hutan penuh Monster ini.
“Haahhh…”
Dia menghela nafas pelan. Sedikit gugup namun berdebar dengan kekuatan Suci ini. Angin yang bertiup di sekeliling menerbangkan surai putih panjang nya dan mengalihkan perhatian Celestia.
“Ahh... Pada saat itu Ibu langsung menggunakan tanaman obat yang bisa mengubah warna rambut Ku yang tiba-tiba memutih. Ibu, Aku harap Aku mengetahui sesuatu yang Kau rahasiakan.”
Memilih untuk fokus, Celestia pun menyalurkan kekuatan Sucinya pada Kuda yang Dia tunggangi. Kuda itu sudah terbiasa melakukan perjalanan panjang bersama Seraphina dan Celestia, sehingga Dia siap kapan saja. Tentu Celestia tidak lupa untuk menyalurkan kekuatan suci pada Rara.
Setelah memberi aba-aba, mereka pun masuk ke dalam hutan. Hutan yang penuh monster ini memerlukan waktu enam jam jika menggunakan laju Kuda berkecepatan tinggi.
Sepuluh menit sudah terlewati, dan tidak ada satu monster pun yang menyerang Mereka. Yang ada, Monster-monster itu berlari menjauhi kekuatan Suci. Para monster memiliki insting untuk menghindar sejauh mungkin dari kekuatan Suci. Karena saat berhadapan dengan kekuatan suci, yang ada hanyalah kehancuran bagi mereka. Dan hal inilah yang menjadi keuntungan Celestia dalam melewati Hutan penuh Monster. Sama seperti yang di lakukan Seraphina selama ini.
...***...
Enam jam kemudian...
Celestia berhasil keluar dari hutan Monster dalam keadaan selamat. Dengan ini, Dia sudah tidak berada di wilayah Kekuasaan Viscount Avena lagi melainkan sudah berada di wilayah Kekuasaan Marquis Bloom. Jujur, Dia tampak sedikit pusing usai menggunakan kekuatan suci tanpa jeda sedikitpun.
“Rara, Ayo beristirahat.” Ucapnya sambil menuntun Kuda ke arah sebuah Kedai makan.
Rara, sang Kuda sudah di titipkan pada penjaga kuda dari pihak kedai makan sehingga Celestia pun sudah duduk di dalam kedai usai memesan makanan dan minuman.
Banyak sekali meja-meja di kedai makan itu. Bahkan Kedai ini bukan hanya kedai makan saja, di lantai dua terdapat penginapan. Celestia duduk agak di sudut ruangan, berdekatan dengan meja yang di isi oleh enam pria berbadan kekar. Celestia yakin mereka berenam akan memberikan informasi yang berguna bagi nya saat ini.
”Apa Kamu seorang pengembara ?” Tanya Seorang Wanita dengan usia berkisar 40 Tahun. Dia yang mengantarkan makanan pesanan Celestia.
“Umm ? Tidak, Bibi. Aku baru saja di usir dari rumah.”
“Astaga. Orang tua yang tidak berperasaan macam apa itu ? Mengusir anak gadis nya di saat keamanan di kerajaan ini sangat tidak bisa dipercaya ?”
“Tidak apa-apa Bibi. Aku bisa mengatasi musibah ini.”
“Siapa nama Mu, Nak ?”
“Namaku Celestia Serhapina, Bi.” Ungkapnya menghilangkan 'Ruya' di belakang nama. Ini lebih baik, karena bisa jadi Kata 'Ruya' ini membuat orang yang mengenal sang Ibu membahayakan rencana Celestia nanti.
“Nama yang indah.”
“Tentu. Karena nama keduaku merupakan nama panggilan dari Ibu. Ibu yang sangat cantik dan juga sangat baik. Dia segala nya bagi Ku.”
"Astaga. Kau anak yang sangat manis dengan senyuman itu. Kau akan menginap di mana, Nak ? Jika tak memiliki uang yang cukup, tinggallah dengan Bibi. Bibi masih mampu menafkahi Mu dengan usaha saat ini.”
“Hahaha, terimakasih atas niat baikmu Bibi. Tapi Aku masih memiliki uang yang cukup. Aku akan menginap di penginapan Bibi malam ini, apakah Bisa ?”
“Tentu saja sayang. Bibi akan merapikan kamar yang akan Kamu tempati. Makanlah yang banyak, Bibi harus mengurus masakan yang lain”
“Baik, Bibi.”
Pemilik kedai itupun meninggalkan Celestia yang merasa sangat terhibur dengan percakapan barusan. 'Ternyata masih banyak manusia baik di dunia ini.' Itulah yang terlintas di benaknya.
Glek glek glek.
“Haahh... Ku harap Putra Mahkota segera naik Tahta.”
Celestia pun menajamkan pendengarannya. Orang-orang yang Dia incar itu sudah mulai mengeluarkan informasi dari mulut mereka.
...***...
...Hai Guys👋, Sekedar informasi, hari ini Aku up 4 Novel di aplikasi Noveltoon, masing-masing 5 Chapter. Silahkan dibaca kalau tertarik ya♥️ Judul novel nya itu Neo list di bawah👇...
...1. Sang Putri Asli: sandiwara Calista...
...2. Chased by Love: My Hot Ex's Uncle...
...3. Balas dendam Celestia. Cahaya di Kegelapan...
...4. Agen Black VS Pelaku Bullying di tubuh anak SMA...
...Semuanya hasil haluan Neo, jadi jangan coba-coba menuduh yang tidak-tidak ya~ Okay, kalau suka silahkan lanjut ke chapter selanjutnya Guys♥️. Jangan lupa like dan komen juga ya♥️ Thank You♥️...
..."Ih Kak Neo semangat nulisnya😌"...
..."Ceritanya bagus. Suka banget. Thank you Kak Neo udah ciptain Novel bagus😚🫶"...
...Aku maunya Kalian komentar kaya gini Guys. Biar hubungan kita akrab gituloh😚 Biar Aku juga nambah semangat atuhh, jadi jangan lupa like dan komen yaa. Go to Nex chapter gih 😗 Love you Guys ♥️...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!