NovelToon NovelToon

My Ex Is A Mafia

MEiaMM — BAB 01

BERITA HOT DAN GADIS PENYELAMAT

Venesia Italia, Oxveta University

“Shit! Dia mati dalam keadaan mengenaskan, apa kau pikir seorang perampok yang melakukannya? Oshin orang kaya bukan, mungkin saja.” Ucap seorang wanita yang saat ini tengah bercerita bersama kawanan nya yang lain.

Bagaimana tidak? Bukan hanya wanita pirang berkulit cokelat itu saja yang bercerita, namun seluruh siswa-siswi kampus Oxveta saat ini gempar akan berita kematian salah seorang siswa konglomerat yang tewas malam tadi dengan kepala terbakar habis namun tubuh masih utuh, bayangkan saja.

“Oshin salah satu dari Marco and the geng, mungkin saja Marco sendiri yang membunuh kawannya, pria itu sedikit gila kalau sedang marah!” balas seorang wanita lainnya yang tersenyum kecil.

“Tutup mulut jalangmu, jika dia dengar maka dia akan mengoral mulut mu!” balas wanita lain yang membuat lainnya terkekeh kecil.

Sembari berjalan melewati para wanita tadi dan murid-murid lainnya. Jane hanya menggeleng kecil dan sesekali mengangkat kedua alisnya setiap kali dia mendengar berita hangat pagi ini. Sungguh menggemparkan.

Brugh! Sebuah tas ransel hitam baru saja mendarat di atas meja. “Selamat pagi Jane!” sapa Naomi Clafin (23th), teman dekat Jane Stewart (23th).

“Hm, selamat pagi!” balasnya tanpa semangat.

Naomi yang tadinya duduk di bangkunya sendiri, kini berpindah duduk di bangku depan temannya yang kosong, sampai Jane menutup mulut Naomi dengan telapak tangannya.

“Tidak lagi Naomi! Aku sudah mendengarnya disetiap koridor kampus. Berita yang sangat panas!” ucap Jane menghela napas panjang.

“Jadi kau sudah tahu, itu memang berita panas. Menurutmu... Siapa yang membunuhnya?” tanya heran wanita berkulit cokelat itu menatap ke Jane si cantik energik yang terkenal akan keberaniannya bila menentang anak-anak pembully, meski berakhir dia yang dalam bahaya.

Mendengar pertanyaan dari temannya barusan membuat mata cokelat Jane mengarah ke sosok pria dengan mengenakan hoodie abu-abu yang duduk tepat di belakang Naomi saat ini. “Mungkin seseorang yang sakit hati dengan sikap Oshin. Atau... Seorang perampok.“ Jawab Jane yang menaruh tanda tanya dibenaknya saat ini.

Jawab Jane barusan dapat didengar oleh sosok pria hoodie abu-abu yang sangat pendiam, panggil saja dia Will— karena itu nama panggilannya.

Naomi berkerut alis heran. “Mungkin saja! Aku juga tidak suka dengan sikap Marco and the geng, termasuk Oshin!” bisik Naomi dengan jujur.

Bruakk!! “Hai buddy!! (Hai sobat)!” sapa Marco si pria pembully yang baru saja tiba bersama tiga kawannya yang juga satu kelas di sana. Sangat kasar ketika pria itu menendang meja di sebelah pintu masuk kelas.

Tentu, para murid di sana sudah tahu bahwa Marco anak tunggal dari keluarga kaya alias pemilik kampus tersebut, sedangkan tiga temannya juga Oshin yang sudah tewas adalah anak dari keluarga yang mensponsori kampus tersebut. Tidak diragukan lagi bahwa mereka ditakuti, tapi kurang ajar.

“Ini akan dimulai lagi.” Gumam Naomi yang sudah menebak kalau Marco dan kawannya akan menjahili si Will, pria pendiam dan culun yang selalu mengenakan kacamata dan bintik di kedua pipinya.

Jane hanya menatap malas saat Marco mulai memukul belakang kepala Will cukup keras dengan senyuman lebarnya yang tak tahu adab. “Bagaimana harimu Will?? Sepertinya kau akan mengadakan pesta nanti malam setelah mendengar kabar kematian Oshin!” ujar Will dengan sindiran dan tuduhan.

Ketiga kawannya itu hanya tertawa kecil dan ikut serta, sementara murid lainnya hanya mengabaikan dan sesekali menengok saja.

“Ak-aku tidak melakukan— ”

“Wow... Wow... Wow... santai saja kawan! Kami juga faham kau tidak akan melakukannya!” balas Bobby, salah satu kawan Marco yang kini ikut tertawa kecil.

Hingga Reus mengambil tas Will tiba-tiba. “Apa yang kalian lakukan— ”

“Tenang saja Doggy, kami hanya ingin memeriksa pelajaran hari ini!” ucap Marco yang menahan tubuh Will hingga kembali duduk serta menekan pundak pria itu cukup kasar.

Reus mengeluarkan seluruh isi tas Will hingga berjatuhan ke lantai, sampai sebuah cip kecil warna hitam berbentuk oval nan pipih ikut terjatuh. Tentu saja Simoncelli meraihnya dan tersenyum miring. “Kau menyimpan cip? Boleh aku lihat isinya huh?!” ujar pria itu.

Hendak mengambilnya kembali, Marco malah memiting tangan Will hingga pria itu terpekik kesakitan.

“Diam saja Doggy!” ucap Marco yang kini menahan kepala Will ke meja dengan kasar dan tidak manusiawi.

“Itu bukan apa-apa, tolong kembalikan... Aku mohon!” ucap Will yang masih ditekan kuat kepalanya ke mejanya oleh Marco.

Keempat pria tadi tertawa puas dan Reus mengambil cip itu serta mengamatinya. “Apa kau menyimpan blue film, bisa kita melihatnya bersama??!!”

Disaat mereka semua asik membully Will si pria malang tak berdosa. Seketika cip tadi diambil mendadak oleh Jane yang kini menatap berani ke keempat pria sialan tadi.

“Oh sial! Jane....” Panik Naomi saat melihat temannya nekat kali ini.

“Aku rasa ini sudah cukup, kelas akan dimulai dan kalian menghalangi pandangan ku ke papan.” Ucap Jane kepada Reus dengan tatapan santai.

Seketika Marco menarik lengan Jane, namun. Dia langsung menepis kasar tangan pria itu.

“Jane Stewart?! Aku mendengar banyak tentang mu, tapi saat ini kau salah berurusan dengan orang. Lebih baik kembali ke tempat mu atau kau mau membantuku cum di toilet setelah pelajaran selesai?!” ucap Marco sembari memegang area penisnya dan tertawa puas hingga kawannya pun ikut tertawa.

Itu benar-benar penghinaan dan pelecehan, namun Jane masih menatap berani dan santai dengan kedua tangan terlipat ke depan perut. “Seorang pria pengecut yang hanya bisa menindas sepertimu, aku yakin kau bukan pria sejati, apalagi jika soal kejantanan... Uppsss sorry itu seharusnya menjadi rahasia little junior!” Sindir balik Jane hingga murid di kelas tersebut menahan tawa.

Ya, setidaknya Marco terlihat menahan maru dan amarahnya saat mereka yang ada di kelas tersebut mengira kejantanannya kecil!

Tentu saja pria itu dan ketiga kawannya duduk ke tempat mereka masing-masing, dan Jane meletakan cip tadi ke atas meja Will. “Ini milikmu!” ucapnya begitu saja lalu kembali ke mejanya dan membuat Naomi lega juga bangga hingga memberikan acungan jempol.

Will menoleh ke belakang, tepatnya ke arah Jane yang kini duduk menatapnya. Dengan kepala sedikit menunduk, pria berkacamata itu itu menatap lurus, tatapan yang datar dan dingin penuh arti.

“Dia benar-benar mempermalukan mu Marco!” ujar Bobby yang duduk di belakang Marco, si pria berkulit putih berambut cokelat keemasan itu.

Dengan tatapan penuh amarah, dia melihat ke arah Jane hingga mengepalkan tangannya. “Damn bitch!” umpatnya yang benar-benar kesal. Entah kegilaan apa yang akan dia buat, namun tindakan Jane patut dicontoh karena dia baru saja membantu seseorang yang dibully.

-‘Jane Stewart!’ batin Will menyeringai kecil sembari memandangi cip yang dia pegang.

MEiaMM — BAB 02

Bruakk!! Sebuah gebrakan kecil dari seorang wanita paruh baya berkacamata, menatap tajam tak terima dengan apa yang terjadi saat ini, atau lebih tepatnya yang terjadi kepada putranya.

“Aku mohon tenangkan dirimu Nyonya Xavier, kau berada di ruang ku saat ini.” Tegas ayah dari Marco yang merupakan pemilik kampus Oxveta Italia.

“Bagaimana aku bisa tenang setelah semua yang terjadi kepada Oshin. Seseorang membunuhnya dan aku sangat yakin salah satu murid kampus Oxveta yang melakukannya, kau harus bertindak tegas atau kerahkan para polisi untuk menindaklanjuti semua ini Mr. McPatrlin!” Balas wanita bernama Jien Xavier yang merupakan ibu dari Oshin— murid yang tewas secara mengenaskan.

Ayah Marco menghela napas panjang dan menatap tajam ke wanita itu, memang benar mereka rekan bisnis, namun keadaan saat ini sungguh tegang ketika ada salah satu murid yang meninggal karena dibunuh.

“Biar aku tegaskan kembali Nyonya Xavier! Kita berdua tahu bahwa Marco dan teman-temannya lah adalah pembuat onar, mereka ditakuti lalu siapa yang berani berbuat seperti itu kepada Oshin jika bukan orang luar. Jangan memancing amarahku kali ini selagi aku masih bisa tenang dan menyelidiki semuanya.” Ujar pria berambut cokelat keemasan yang sedikit terdapat uban di sana.

Jien terdiam, wanita keturunan Jepang Italia itu terdiam sekejap. Meski Oshin anak yatim, namun dia tidak pernah kekurangan apapun karena terlahir dari orang kaya. Namun tidak memiliki adab.

“Aku akan melakukan pertemuan dengan yang lain, kau juga harus hadir malam ini, kita akan membahasnya bersama.” Ucap McPatrlin dengan nada santai meski kepalanya hampir pecah.

Jien yang masih kesal akan kematian putra tunggalnya itu, tentu saja dia masih tak terima dan segera beranjak dari sana dengan sombong dan angkuh. “Aku harap kalian bisa menemukan dengan baik, atau aku akan keluar dari bisnis mu.” Ancam wanita itu menatap ke Mr. McPatrlin yang masih duduk dan menatap tajam.

“Fuck!” umpat pria itu dengan geram.

...***...

“Kau benar-benar membuatku jantungan Jane! Bagaimana bisa kau menolong pria itu? Dia tidak pernah bicara dengan siapapun, maksudku... Jujur saja, Will itu sombong tapi culun!” jelas Naomi sedikit mendengus.

Sedangkan Jane hanya tersenyum kecil sembari terus berjalan menyusuri koridor kampus. “Bagaimana jika dia tidak seperti yang kita lihat?”

Mendengar itu, Naomi menoleh dan sedikit berkerut alis heran. “Maksudmu??”

“Maksudku— bagaimana jika pria bernama Will itu ternyata kebalikan dari yang kita lihat saat ini, kau tahu maksudku kan..”

Mencoba mencerna ucapan temannya, Naomi menggeleng cepat. “Impossible (mustahil)! Kau terlalu berpikir jauh Jane! Sebaiknya kita minum coffee untuk menenangkan pikiranmu!” ajak Naomi yang tak habis pikir akan ucapan Jane barusan, meski Jane sendiri memiliki maksud tersendiri saat dia mengatakannya.

Brugh! Seketika Marco dengan sengaja menabrak Jane saat berjalan, sehingga kini keduanya saling beradu pandang. Jika Jane menatap marah, berbeda dengan Marco dan kawan-kawannya yang menyeringai kecil.

“Jangan kau pikir setelah yang kau perbuat membuatmu selamat Stewart!” ucap Marco bak memberikan sebuah ancaman dan peringatan kepada Jane. Setelah itu mereka pergi.

“Astaga... Kau tidak akan aman sekarang Jane, sebaiknya kau harus lapor kepada dosen— ”

“Itu tidak ada gunanya, toh tujuh bulan ini kita akan lulus. Tenang saja!” ucap Jane benar-benar tak mempedulikan dirinya. Namun Naomi benar-benar khawatir dan cemas sendiri akan keadaan temannya nanti.

Dari belakang, terlihat pria bernama Will sejak tadi mengamati kepergian Jane barusan. Entah apa yang ingin pria itu lakukan sebenarnya, namun dia benar-benar mencurigakan.

.

.

.

Selang beberapa jam berlalu. Usai pergi dari tempat cafe, kini Jane berjalan santai menyusuri lorong untuk mencapai ke apartemen nya. Ya! Dia tinggal sendirian di Venesia, meski sebenarnya... Dia masih memiliki keluarga.

Dengan langkah yang mulai waspada ketika wanita cantik itu merasakan langkah seseorang yang mengikutinya dari belakang sejak tadi. -‘Sial! Apa seorang penjahat? Atau mungkin kerjaan Marco and the geng?’ batin Jane berkerut alis dan enggan menoleh.

Langkah nya semakin cepat, begitu juga dengan seseorang yang berjalan di belakangnya. Hingga jengah akan semua itu, Jane langsung berbalik tiba-tiba dan membuat Will seketika bersembunyi di balik dinding dengan terkejut dan hampir saja ketahuan.

Pria culun itu sekilas mengintip, memastikan Jane sudah kembali berjalan pergi.

“Hffuuu— ” Hela napas Will yang seketika dia memejamkan mata dan bersandar.

“Dia cukup cekatan.” Gumam Will saat ia kembali muncul dan melihat ke arah perginya Jane yang ternyata satu arah dengan keberadaan Will.

Saking paniknya, Jane yang berjalan was-was itu tak sesekali dia menengok ke belakang hingga ia menabrak wanita tua yang merupakan tetangga di sebelah kamarnya. Brugh! “Astaga Jane... Kau baik-baik saja nak?!” tanya nenek itu memegang kedua lengan Jane.

“Aku baik! Maafkan aku, apa kau baik-baik saja? Aku tadi menabrak mu cukup keras, aku benar— ”

“Tidak apa, aku baik-baik saja! Aku terlihat ketakutan, apa ada yang mengikuti mu?” tanya wanita tua itu dengan cemas.

Jane sendiri tak yakin jika ada yang mengikutinya, ia menggeleng dan tersenyum kecil memukul kepalanya pelan. “Mungkin aku lelah! Maafkan aku!” ucap Jane hingga mereka berpisah saat wanita itu pamit masuk ke dalam kamarnya.

Sungguh! Hari yang melelahkan untuk Jane, dia benar-benar antara siap dan tidak siap jika Marco and the geng akan menindas nya, namun melihat seseorang ditindas benar-benar membuatnya marah.

Wanita dengan kaos putih polos itu berkernyit kening saat dia mengingat Will—pria yang ditindas yang dia tolong. Seketika Jane terduduk di atas ranjangnya. “Aku yakin dia pria yang sama yang keluar dari gudang. Apa dia tahu sesuatu mengenai kematian Oshin?” gumam Jane yang mulai ingat kejadian malam itu.

Dia ingat dan melihat jelas Will keluar dari gudang tempat kematian Oshin tepat di malam yang sama dan di jam serta detik yang sama.

...***...

Las Vegas, AS — Aurora'st Company

Titt... Titt.. Titt.. Titt.. Suara denting panggilan pesan suara. [“Aurora Stone-Brooks, sampaikan kepada William, aku ingin bicara dengannya.”] Ucap seorang wanita cantik berambut cokelat gelap bergelombang yang kini dikuncir kuda.

Wanita itu menutup panggilannya usai mengirimkan panggilan pesan suara kepada seseorang di luar Las Vegas.

Dengan wajah cemas, wanita cantik dengan pakaian berwarna putih dan celana kulit hitam— menghela napas panjang.

“Nona Aurora! Ini sudah saatnya Anda kembali, jam kerja sudah selesai, Anda harus istirahat.” Jelas seorang pria tampan, tegas dan mengenakan kacamata khas seperti sekretaris CEO. Panggil saja dia Dante (38th).

Aurora Stone-Brooks (36th), dia mengatakan ke sekretaris nya dan tersenyum tipis. “Ya... Sepertinya malam ini aku tidak akan bisa tidur lagi!” ucapnya yang mulai beranjak dari kursi kerjanya.

“Anda mencemaskan tuan William?” tebak Dante yang sangat faham akan bosnya. Tentu saja, sudah 7 tahun dia bekerja sebagai sekretaris Aurora Stone-Brooks semenjak pertama kalinya wanita itu berhasil mengembangkan kembali bisnis keluarganya yang hampir hancur.

“Ya!” jawabnya jujur hingga menghela napas panjang saat dia berjalan ke arah Dante.

“Jika Anda mau, saya bisa menemuinya di sana saat ini juga.” Tawar pria tampan dengan setelan jas biru tua itu sukarela.

Aurora tersenyum kecil mendengar nya. “Dia akan semakin marah denganku, dia sangat keras. Kau tahu sendiri.” Balasnya sembari berjalan melewati Dante yang mulai mengikutinya keluar dari ruangan luas tersebut yang terdapat tulisan di depan pintu <>

MEiaMM — BAB 03

SESUATU YANG ANEH TENTANG WILL

Hidup sendirian bukan berarti Jane tidak bekerja paruh waktu. Dia membutuhkan uang karena dia benar-benar pergi meninggalkan rumah keluarganya karena suatu hal dan insiden yang membuatnya enggan tinggal di sana.

Kini, di saat langit gelap. Jane bekerja di sebuah bar, ya! hanya tempat-tempat seperti itulah yang cocok untuk dikerjakan di malam hari.

Dari balkon salah satu kamar apartemen, terlihat Will si pria culun yang saat ini menatap kepergian Jane di malam hari. pria itu memperhatikan nya semenjak ditolong oleh Jane. Oh tunggu! Apa dia seorang penguntit? Entahlah.

Tok! Tok!

suara ketukan pintu membuat Will segera masuk dan menuju pintu. Saat dia membukanya, terlihat seorang pria dengan pakaian pengantar pizza yang pastinya membawa sekotak pizza.

“Pesanan Anda Tuan Will.” Ucapanya.

“Ya, itu aku!” Balas pria berkaos putih polos itu menerima kotak pizza tadi dan menutup kembali pintunya.

Will benar-benar terlihat berbeda saat dia berada di rumah dan di kampus. Jika di kampus dia selalu mengenakan hoodie atau kemeja kotak-kotak panjang— maka di rumah dia hanya mengenakan kaos polos dan celana santai sehingga tubuh kekarnya terlihat jelas bak seperti bukan pria culun.

Pria itu meletakkan sekotak pizza tadi ke bawah ranjang tanpa membukanya, lalu kembali ke sebuah kertas yang berisi informasi Jane Stewart. “Gadis yang energik!” gumamnya tersenyum miring.

...***...

“Oh ya Tuhan... Sepertinya aku terlambat??” panik Jane yang bergegas melewati koridor kampus saat dia merasa sudah sangat terlambat akibat pekerjaan malam nya.

Namun di pertengahan koridor, langkahnya terhenti saat dia melihat Marco dan kawan-kawannya berpapasan dengannya tanpa sengaja. Tentu saja pria itu menyeringai kecil bak menemukan mangsanya.

“Astaga..” Gumam Jane melangkah mundur dua langkah saat dia tidak mau menjadi pengecut.

Jane pikir mereka akan menindasnya, namun Marco dan yang lainnya malah berjalan melewatinya. Hingga dari belakang Marco langsung membungkam mulut Jane dan membawanya ke sudut ruangan hingga memojokkan nya ke dinding.

“Kurang ajar! Berani sekali kau— ”

“Kau pikir setelah apa yang kau lakukan bisa lepas dariku. Semuanya akan seimbang jika aku mendapatkan kebenaran dari ucapanmu!” ujar Marco dengan puas menoleh ke kanan kiri yang mana dia temannya ada di sana.

Mendengar itu, Jane sudah memasang wajah waspada. “Omong kosong!” kesal Jane hendak menerobos namun Marco mendorongnya kasar ke belakang dengan tawa senangnya.

“Reus! Jaga di depan, biarkan aku menunjukkan sesuatu yang dia katakan kemarin!” pinta Marco yang didukung oleh ketiga temannya.

Oh tentu saja Jane tak bodoh, dia tahu maksud dari ucapan Marco. Reus segera ke depan sementara Marco dan yang lain mulai menarik paksa Jane dan hendak membawanya masuk ke toilet pria.

“HENTIKAN!!! TOLONG AKU!!! SIAPAPUN TOLONG AKU!!! LEPASKAN AKU SIALAN!!” teriak Jane mencoba meronta.

“He-hentikan itu!” tiba-tiba suara seorang pria membuat Marco dan yang lain berhenti. Jane sangat lega saat dia mendengar suara seseorang, namun saat dia menengok ke arah suara tersebut.

Betapa terkejutnya dia melihat Will yang terkenal pendiam dan culun itulah yang menghentikan aksi Marco.

“Fuck Doggy! Kau mau menjadi Anjing bodoh dengan berani menentang kami huh?!” ucap Bobby menghampirinya.

Sedangkan Will masih terlihat ragu-ragu saat dia harus menghadapi para pria tangguh itu demi menolong Jane. Dia hanya membawa pulpen sebagai senjata yang kini ditodongkan.

“Ak-aku tidak ta-takut lagi dengan kalian.. Le-lepaskan dia dan jangan mengganggunya.” Pinta Will si pria yang mengenakan kemeja kotak-kotak berwarna merah dan kaos putih polos.

“Apa yang kau lakukan? Pergilah!” pinta Jane kepada Will. Namun pria itu menggeleng kecil hingga Marco yang kesal langsung melepaskan lengan Jane dan menghampirinya hingga menarik pulpen tersebut dan menusukkan nya ke dada Will dua kali.

“Akkhh!!!” pekik kesakitan Will yang mana Jane langsung mendorong kuat Marco.

“Dasar gila! PERGI ATAU AKU AKAN MELAPORKAN KALIAN KE POLISI!” ancam Jane menatap marah ke ketiga pria di sana. Sedangkan Will memegangi dada kirinya yang nampak berdarah dan meringis kesakitan.

Marco mengangkat tangannya hendak menjambak rambut Jane, namun Will langsung menangkis tangan tersebut hingga Marco kesakitan dan berkerut alis menatap ke Will. “Shit!” umpatnya terheran-heran.

Sedangkan Bobby dan Simoncelli ikut terheran saat melihat Marco seperti meringis sakit akibat tangkisan dari tangan Will barusan ke tangannya.

KRRRIIINNGGGG!!!!

Hingga suara bel berbunyi dan membuat Marco memilih pergi. “Akan aku balas kalian.” Ucapnya tak main-main.

Jane benar-benar tak habis pikir, bagaimana bisa mereka melukai seseorang seperti itu. “Maafkan aku... Karena ku kau harus terluka.” Ujar Jane yang menatap nanar ke pria berkacamata itu.

Will menggeleng kecil. “Tidak masalah, kau sudah menolongku kemarin!”

“Itu sangat berbahaya, aku akan mengobati mu.” Ucap Jane yang mulai menarik tangan Will dan membawanya ke kursi panjang.

Tentu saja pria itu tak menolaknya, namun saat Jane hendak membuka kemeja kotak-kotak nya. Will menahan tangannya. “Aku rasa tidak perlu, akan aku obati sendiri.” Tolak halus Will yang sadar akan sesuatu di tubuhnya.

Jane berkerut alis. “Tidak perlu malu, aku sering melihat pria bertelanjang dada, maksudku... Mengobati mereka orang tua!” jelas Jane menggigil lidahnya saat dia hampir membuat orang lain berpikir kotor tentang dirinya.

“Kau wanita yang naif.”

“Apa?”

“Maksudku.. Jam pelajaran selesai, lebih baik aku pulang saja!” ucap Will yang bangkit dari duduknya sehingga wanita cantik berambut panjang itu ikut berdiri.

“Kau yakin tidak ingin diobati lebih dulu? Darahnya— ”

“Ini hanya luka kecil!” balas Will segera cepat-cepat pergi dari sana, alias menghindar dari Jane yang nampak terdiam penuh tanda tanya.

Jane menatap curiga dan heran namun semuanya sirna ketika dari belakang, seseorang menepuk pundak nya. “Jane!” sapa Naomi dengan senyum lebar.

.

.

.

Sementara di ruangan khusus milik Marco and the geng. Pria itu terdiam mengepalkan tangan kanannya berulang kali seolah merasakan sakit di tukang dan dagingnya.

“Sejak tadi kau hanya diam, ada apa?” tanya Bobby terheran akan sikap Marco yang tak seperti biasanya.

“Entahlah! Tangkisan itu sangat kuat.” Ucapnya tak percaya dengan apa yang dia rasakan sendiri.

“Maksudmu... Tangkisan tangan Doggy tadi? Kau serius?!” ejek pria berkulit putih berambut pirang tadi terkekeh tak percaya sehingga Marco meliriknya sinis.

Bruakk!! Pintu terbuka sedikit mendadak sehingga dia pria yang ada di dalam ruangan tersebut pun menoleh bersamaan ke arah datangnya Simoncelli yang nampak datar.

“Reus terluka parah. Dia baru saja di bawa ke rumah sakit.” Ucapnya yang pastinya membuat kedua temannya tadi terkejut bukan main.

Mereka hampir melupakan Reus yang berjaga di luar, namun bagaimana bisa dia terluka tiba-tiba?

...°°°...

Hai Guyssss!!!!! Cerita kali ini, semoga kalian suka yaaaa, meski latar awalnya ada di kampus tapi semua itu hanya awalan sebelum ke babak yang lebih wow!!!

Dan akan menceritakan kisah cintanya Aurora dan William, juga tujuan serta konflik antara mafia dan balas dendam serta pembullyan.

Yaaa semoga kalian betah dengan cerita season 2 ini 😌😁

Jangan lupa tinggalkan jejak Semangatnya!!!

Thanks and See Ya ^•^

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!