Visual karakter Duda Kaya :
Jackson Franklin as Papa
Nathalia Franklin as Bunda
Zaynegar Franklin as Duda
Ayden Franklin as anak
Freya Anastasya as Mantan istri
Dirga Alexander as Ayah
Helena Alexander Mama
Aletta Alexander as Anak Tunggal
Ethan
Matthew
Noah
Luna
Zayn seorang Ceo yang dikenal sangat tidak ramah kepada orang lain tapi dia hangat saat bersama keluarga terutama anak laki lakinya.
Ya? Anak laki laki? Kalian tidak salah dengar,anak kecil itu bernama Aiden Franklin. Cucu semata wayangnya keluarga besar Franklin, cucu satu satunya dan kesayangan Opa Jackson dan Oma Nathalie. Mereka orang tua Zayn sekaligus kakek nenek Aiden.
Kini status Zayn adalah seorang duda yang hanya fokus pada pekerjaan dan keluarganya. Tanpa memikirkan waktu untuk mencari wanita pengganti mantan istrinya.
Ada cerita dibalik perpisahan dari pernikahan Zayn dan menghasilkan Aiden si kecil yang menggemaskan.
Jackson dan Nathalie sendiri juga tidak terlalu memaksa anaknya untuk menikah lagi, karena yang menjalani sebuah pernikahan itu tentunya Zayn dan calonnya nanti.
Tak jarang Zayn membawa Aiden ke kantor, jika sesekali Aiden memintanya karena bosan bermain dirumah bersama opa dan oma nya. Tak lupa juga Zayn menyempatkan diri untuk mengajak Aiden pergi keluar entah itu sekedar pergi ke taman, taman hiburan atau yang sekiranya masih cocok untuk anak anak.
Lain hari dengan Aletta yang masih duduk dibangku SMA, yang berfokus pada sekolah dan teman temannya.
Aletta termasuk anak yang ceria tapi juga tegas dalam beberapa situasi tertentu. Selagi dirinya tidak diusik lebih dulu, tentu saja dia tidak akan berulah. Aletta tidak senakal itu untuk berbuat onar, walaupun dia memiliki teman yang terkadang lebih random darinya.
Walaupun tidak banyak memiliki teman, tapi setidaknya banyak juga yang menyukainya karena kebaikannya. Tapi pasti ada juga yang menganggap dia hanya cari perhatian saja, menurut mereka yang iri dengki saja.
Wajar saja begitu, secara tidak langsung Aletta adalah salah satu murid anak dari keluarga terpandang. Jadi tak heran ada yang kagum begitupun yang tidak senang, entah karena takut tersaingi atau karena hal lain.
Aletta anak tunggal sama seperti Zayn dan mungkin hanya perbedaan usia dan kesibukan saja.
Teman teman Aletta juga tidak dapat diragukan. Contohnya seperti Ethan, dia anak dari donatur sekolah dan banyak yang menginginkan atau sekedar berkhayal untuk menjadi pacarnya tapi Ethan tidak peduli dengan hal itu. Ethan itu lebih dikenal dengan sifatnya yang lucu dan unik sama hal nya seperti Luna
Oh ada juga Noah, dia anak ketua basket. Dia lumayan dikenal satu sekolah karena tim nya selalu juara 1 atau 2 saat tanding basket dengan sekolah manapun, dia juga pintar dan lebih unggul dalam pelajaran Matematika dan Bahasa Inggris. Noah memiliki kepribadian yang irit bicara, dirinya tidak beda jauh dengan Matthew
Ada juga Matthew, dia ketua osis dan banyak peminatnya. Meskipun dia selalu dingin dan jutek kepada semua perempuan, tapi tidak jika mereka sudah kenal dekat seperti sikapnya ke Aletta dan Luna.
Luna itu anaknya lebih aktif dari yang lain, sampai membuat yang lainnya tidak habis pikir dengan tingkahnya yang jauh lebih unik dari Ethan. Tapi Ethan dan Luna seperti energi bagi mereka semua, jika tidak ada mereka berdua dipertemanan mereka mungkin tidak akan seperti saat ini yang lebih berwarna.
"Luna bareng dong ya?" begitulah isi pesan yang dikirim Aletta pada Luna temannya yang paling dekat diantara yang lain.
"Tumben ga dianter? Biasanya juga bawa mobil sendiri kalo ga ada yang nganter" balas Luna diseberang sana setelah beberapa menit Aletta mengirim pesan.
"Males banget parkirnya, Lun. Biasanya juga nebeng kan" ucapnya memohon.
"Yaudah buruan siap siap, abis itu aku jemput" balasnya.
"Oke makasih Luna, jangan marah dong nanti aku traktir kamu deh waktu jam istirahat sebagai gantinya" tak butuh waktu lama terlihat balasan Luna yang tampak bersemangat mendengar kata traktir.
"Nah gitu dong, kan jadi semangat jemputnya. Udahlah aku kesana sekarang, awas aja bikin nunggu" candanya sebelum benar benar pergi menuju rumah kediaman Alexander.
Dirumah Aletta, keluarganya tampak sedang menikmati makan pagi sebelum benar benar akan beraktivitas.
"Nanti tata bareng Luna ya ma, yah" ujar Aletta membuka suara.
"Terus Luna nya bisa?" jawab Ayah Dirga.
"Bisa kok yah, dia masih perjalanan kesini. Ayah sama Mama ga perlu khawatir, kan kalian udah kenal Luna juga anaknya gimana" Aletta mencoba meyakinkan orang tuanya, tidak perlu diragukan lagi kalau semua teman Aletta sudah mengenal seperti apa keluarganya.
Bahkan sering seliweran gosip tentang keluarga Aletta yang sangat harmonis dan baik, itu memang kebenarannya kalau keluarga Aletta memang sesuai dengan gosip disekolahnya tapi Aletta tidak perduli
Sesampainya diparkiran sekolah, Aletta dan Luna segera pergi ke kelas. Meskipun kelas mereka berbeda dengan kelas Ethan, Noah dan Matthew tapi setiap jam istirahat mereka tetap akan istirahat bersama.
"Eh, Aletta tau ga sih?" ucap Luna belum menyelesaikan ucapannya.
"Ga tau" potongnya.
"Belum dodol, dengerin dulu napa" gerutu Luna.
"Tadi gue dengar dengar besok ada razia, jadi gue harap sih kamu ga bawa make up ya. Ntar kayak waktu itu di sita sama Ethan" jelasnya, sebab waktu itu memang sempat ada razia dan make up Aletta disita oleh Ethan selama sebulan.
Dan pastinya Luna merasa telinganya panas mendengar perdebatan kedua temannya. Ia tidak bisa berbuat banyak dan hanya menyaksikan hal itu seperti Noah dan Matthew.
"Dapet berita itu dari mana? Sok tau banget" Aletta masih ngeyel seolah apa yang diucapkan oleh Luna.
"Lo ga lupa kan kalo kelas kita ada anak osis juga dan dia bilang gitu pas lo ke toilet, masih untung gue kasih tau coba aja kalo gak. Ditambah Ethan juga ketosnya ya" jawabnya kesal menghadapi temannya satu ini.
"Oh yaudah sih paling cuma bawa sunscreen atau ga pelembab sama bedak juga jadi masih bisa disembunyikan dari temen kita si ketos itu" ucapnya percaya diri.
Pembicaraan mereka berhenti ketika guru mulai kembali ke kelas setelah pergi mengambil sesuatu barang yang tertinggal.
Luna kalau malas melihat tulisan dipapan tulis pasti akan menyontek buku milik Aletta, tapi dia termasuk anak rajin juga tapi kalau soal makanan no 1 tidak mau kalah.
"Dih dipapan kan ada, ngapain masih nyontek punya gue?" celetuk Aletta tapi kembali fokus ke papan lagi setelah melirik Luna.
"Males ah mending liat punya lo aja" ucap Luna masih melihat buku catatan milik Aletta tapi kalau ada soal yang memang dikerjakan baru dikerjakan sendiri dan kalau ada yang susah baru tanya Aletta.
"Jangan lupa traktirannya nanti ya" imbuh Luna dengan senyumnya dan Aletta hanya menggeleng kepala saja melihat tingkah Luna yang tidak pernah lupa jika ditraktir soal makanan.
"Yaudah kerjain dulu, traktirannya masih nanti" balas Aletta.
Sampai akhirnya jam istirahat pun tiba dan tidak lama bel berbunyi sudah mendatangkan ketiga orang yang datang menghampiri mereka. Tujuannya tidak lain dan tidak bukan pastinya ingin mengajak ke kantin.
"Berhubung kita ke kantin dan aku mau traktir Luna, jadi sekalian aku traktir kalian semua deh" Tawar Aletta dan sudah jelas itu membuat mereka mau saja saat ditawarkan.
Setibanya di kantin mereka duduk di tempat yang kiranya masih kosong dan yang memesan Matthew dan Noah jadi sisanya menitipkan pesanannya pada mereka berdua.
"Ethan, besok ada razia kan?" tanya Aletta memastikan dan diangguki olehnya.
"Ga usah bawa kalo ga mau gue sita ya, kalo udah tau ga usah maksa buat tetep bawa" ujarnya menjelaskan.
"Yee palingan cuma bawa sunscreen biar nih muka ga gosong ya, awas aja kalo masih disita" ucapnya sedikit was was.
"selagi itu masih seperti sabun cuci muka dan sunscreen itu bisa ditoleransi, tapi kalo make up ya jangan harap ga gue sita" jawabannya membuat Aletta kurang puas tapi demi make up nya yang berharga jadi mau ambil aman aja.
"Lo juga ga mau kan sampai aku sita sebulan kayak dulu?" Ethan saat diluar osis memang ceria dan unik, tapi jika sudah membawa hal seperti osis atau jabatan yang lain maka Ethan bisa menjadi orang yang berbeda.
Bukan bermaksud pamer atau apa tapi Ethan seperti menjadi lebih fokus saat mengerjakan atau melakukan sesuatu. Walaupun pertemanan mereka tidak semuanya pintar dalam akademik tapi ada juga yang berprestasi dalam non akademik atau bisa keduanya atau salah satunya.
Tidak lama, makanan mereka datang dan mereka sibuk dengan makanannya masing masing. Sesekali bercanda satu sama lain.
Dibalik keseruan mereka terdapat seseorang memandang mereka tidak suka. Tidak heran kalau itu bisa terjadi pada mereka.
Sepasang mata memandang Noah dan kedua temannya dengan rasa suka tapi tidak dengan Aletta dan Luna.
"Heran banget kenapa harus mereka sih, kenapa ga sama kita aja. Apa menariknya mereka berdua daripada aku" ucapan iri menggebu gebu di hati tak tenang melihat sang pujaan hati harus duduk bersama wanita lain.
Dia Freya dan temannya yang menatap Aletta serta teman temannya dari kejauhan.
"Ya mau gimana lagi Freya, mereka juga bukan dari keluarga biasa. Lagipula pertemanan mereka cukup membuat banyak orang kagum dan suka karena merasa cocok" sahut Hilda.
"Tapi gue ga suka hilda, gue ga bisa lihat Ethan harus deket sama kedua bocah caper itu" ucap Freya sebelum pergi meninggalkan kantin dan diikuti Hilda dibelakang mereka.
Tak heran Ethan dan temannya yang lain banyak yang menyukainya. Tapi Aletta dan Luna juga primadona sekolah yang banyak yang mengincar juga, sama halnya dengan Ethan dan teman temannya.
Apalagi pertemanan mereka membuat mereka tak sering menjadi perbincangan siswa disana.
Tidak terasa waktu pulang sekolah tiba dan semua siswa keluar kelas berbondong bondong segera pulang kerumah masing masing.
"Pulang bareng gak? Gue ga lihat mobil lo diparkiran tadi" Tawar Noah.
"Oh makasih ya Noah, tapi gue udah nebeng sama Luna" jawabnya dan diangguki oleh Luna sebagai jawabannya.
Mendengar itu Noah mengangguk saja dan ketiga pemuda itu berjalan lebih dulu meninggalkan mereka berdua diparkiran setelah bertegur sapa. Tidak lama Luna dan Aletta juga menyusul untuk pulang ke rumah masing - masing.
Selang setelah beberapa menit membersihkan diri saat sudah pulang sekolah, Aletta melanjutkan memasak didapur untuk makan siang. Sebenarnya ada bibi Tina tapi ia lebih memilih memasak sendiri.
"Bibi lanjutkan pekerjaan yang lain aja, aku mau masak sendiri" ucapnya dan bibi Tina menurut saja kembali ke pekerjaan sebelumnya.
"kalau nona Aletta butuh yang lain bisa beritahu saya" balas bibi Tina dan diangguki saja sebagai tanda jawaban.
Tidak lama sekitar pukul 1 siang, ada yang menekan bel rumah menandakan ada tamu dan entah siapa itu Aletta tidak tau.
"Oh kalian ngapain kesini?" tanya Aletta saat melihat teman temannya didepan.
"Minimal disuruh masuk dulu kek, kan kita mau main nih" ucap Matthew.
"Yaudah buruan masuk" setelah mereka masuk Aletta menutup kembali pintunya.
Untung saja ia sudah makan sebelum keempat temannya datang, seperti itu lah mereka ketika ingin bermain kadang memberi kabar atau tidak sama sekali.
"Kalian tunggu sini dulu, aku ambilin cemilan di kulkas" ucap Aletta setelah semua orang meresponnya.
Ada beberapa buah buahan dan beberapa cemilan untuk mereka semua, Aletta dibantu bibi Tina membawa semuanya ke ruang tamu dimana ada teman temannya disana.
"Emang kalian ga ada kerjaan?" ucap Aletta di sela sela mereka bermain uno.
"Ada sih tugas Matematika tapi bisa nanti sore aja ngerjainnya" balas Ethan.
Aletta mengagguk paham, sembari tangan mereka lanjut bermain UNO.
"Giliran lo Noah" ujar Luna setelah meletakkan beberapa kartunya.
yang kalah lebih dari tiga kali akan mendapatkan hukuman memakai masker. Sejauh ini hanya Ethan dan Luna yang baru kalah, Kalau Ethan kalah dua kali dan Luna kalah satu kali.
Jika permainan kali ini Ethan kalah maka Ethan harus mendapatkan hukuman itu. Sesekali mereka mengambil cemilan yang ada didekat mereka.
Mereka terus bermain dan melakukan hal lain sampai sore hari, mereka memutuskan pulang lebih dulu dan Aletta? Tentu saja dia membersihkan ruang tamu dari kegiatan mereka sebelumnya.
Bisa saja meminta bibi Tina yang melakukannya tapi bagi Aletta sekalian saja daripada harus menunggu bibi Tina yang bertindak.
Makan malam pun tiba dengan tenang Aletta dan kedua orang tuanya saja tanpa banyak pembicaraan. Biasanya setelah makan malam mereka akan melanjutkan pergi keruang tamu sekedar menonton tv atau berbicara seadanya.
"Sayang kamu kan sudah kelas 2 SMA, apa nanti kamu ada pikiran untuk kuliah atau mau melanjutkan bisnis ayah" tanya Mama Helena pada Aletta saat asik menonton tv.
"Ga tau ma, maunya tata kuliah tapi kalau ayah sama mama maunya melanjutkan bisnis ayah juga gapapa kok" jawabnya tenang.
"Ayah ga akan maksa juga kalau kamu belum siap, nanti kalau mau sepulang sekolah bisa ke kantor ayah dan bisa belajar bisnis ayah pelan pelan" tutur ayah sembari mengelus kepala Aletta penuh kasih sayang.
"Iya yah, kalau nanti Aletta bisa pasti bakal bilang ke ayah kalau mau kekantor"
Percakapan mereka terus berlanjut sampai jam sudah malam dan membuat mereka harus mengakhirinya lalu kembali tidur.
Pagi ini libur sekolah jadi Aletta hanya dirumah saja, tapi tetap makan pagi bersama orang tuanya.
"Ma, yah nanti aku mau pergi keluar ya sebentar aja. Cuma mau beli beberapa camilan, buat stok kalau teman Aletta main ke rumah" izinnya entah pagi, siang atau sore tidak tau.
"Sendiri?" Tanya Ayah Dirga dan Aletta mengagguk.
"Baiklah jangan lama lama dan hati hati kalau diluar" ucap Ayah Dirga sambil mengeluarkan ponselnya dan ternyata men-transfer uang ke rekening Aletta.
"Sudah Ayah transfer, nanti kalau kurang bilang ayah" imbuh Ayah lagi.
"Makasih yah, ini udah cukup kok" jawab Aletta melanjutkan makan paginya.
Semalam Aletta berniat ingin mengajak Luna tapi niat itu ia urungkan karena pastinya tidak ingin mengganggu kegiatannya. Ya siapa tau semua teman temannya memiliki kesibukannya sendiri pastinya.
Setelah Ayah dan Mamanya pergi bekerja, Aletta kembali ke kamar untuk bersiap siap dan segera pergi meninggalkan rumahnya menuju tempat yang akan dituju.
"Kayaknya harus membeli camilan dulu, baru lanjut buah buahan" gumamnya saat sudah berada didalam sebuah supermarket.
Butuh beberapa menit untuk berbelanja dan akhirnya memutuskan untuk kekasir sesudah merasa belanjaan cukup. Itu semua seperti belanja bulanan, tapi tidak masalah sekalian saja bagi Aletta supaya tidak terlalu sering belanja ke supermarket.
Selanjutnya ia pergi ke mall biasanya, ingin sekali makan sushi dan ramen. Dia memesan makanannya dan menunggunya dengan bermain ponselnya. Jauh dari tempatnya duduk ada seseorang yang melihatnya dan ingin menghampirinya untuk memastikan.
"Aletta?" tanya perempuan itu.
Aletta mendongak untuk melihat siapa perempuan itu dan ya dia adalah Hana dan Hilda.
"Kenapa ya?" tanya nya malas.
"Tumben sendiri, kasian banget ga ada temen" ejek Hana dan Hilda hanya tersenyum kecil.
"Ya gapapa sih, lagian sendiri bukan berarti ga punya teman. Kalo bisa langsung aja ke intinya mau apa?" tidak ingin Aletta berlama lama untuk berurusan dengan mereka.
"Oke, intinya gue harap lo ga deketin Ethan dan temennya. Karena gue suka sama Ethan dan ga suka liat lo sama Luna yang centil ke mereka" ucapnya dengan nada tidak senang.
Aletta mengerutkan keningnya, entah harus beraksi seperti apa. Dia bingung tapi mereka temannya.
"Mereka temen gue jadi urusan lo suka sama Ethan itu bukan urusan gue. Lagian terserah gue mau temenan sama siapa aja, asal lo tau ya kalau mereka juga ga keberatan buat temenan sama gue dan Luna. Yang ada lo yang centil ke mereka, udah tau mereka ga suka tapi kayaknya lo yang ga paham maksud mereka" ujar Aletta panjang lebar.
Saking kesalnya Aletta meminta pelayan mengusir mereka karena sudah mengganggu kenyamanannya, hal itu membuat orang orang menatapnya aneh dan tidak suka.
Membuat wajah Hana dan Hilda merah padam menahan malu, kemudian memilih pergi dari tempat itu karena kesal.
Kedatangan mereka membuat moodnya jelek, tidak lama makanannya datang. Untung saja makanan kesukaannya bisa mengembalikan moodnya sedikit.
Selesai makan dirinya ingin berkeliling dulu sebelum pulang. Saat sedang asik berjalan dirinya ditabrak oleh seorang anak kecil laki laki, perkiraan mungkin masih umur 2 tahun dengan pakaian hitam cokelat muda membuat dirinya semakin terlihat lucu.
"Hei ganteng kamu kenapa sendirian? Dimana orang tuamu?" Aletta melihat kesana kemari tidak melihat orang dewasa yang seperti kehilangan anak kecilnya.
Anak kecil itu tampak kebingungan jadi Aletta mencoba mengajaknya bermain dan sempat memberikan gantungan beruangnya agar dia tidak terlalu sedih dan takut.
Tidak heran jika anak itu terlihat tenang, karena Aletta sendiri suka dengan anak kecil. Aletta memutuskan tidak pergi kemana mana dan hanya tetap di tempat yang sama tapi sedikit menepi.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!