Suara ramai mengisi sebuah ruang makan di sebuah rumah mewah yang berada di perumahan di tengah pusat bisnis, di sebuah kota kecil. Sebuah keluarga sedang duduk memutari meja makan panjang dan menyantap makanan yang sudah di hidangkan di meja. Terlihat sepasang suami istri paruh baya yang nampak kaya karena apa yang di pakai mereka terlihat mahal, seorang pemuda bertubuh besar yang memakai setelan jas yang nampak mahal bersama seorang gadis bergaun merah yang cantik di sebelahnya, lalu seorang gadis bergaun putih sederhana namun bermerek bersama seorang pemuda tampan berambut panjang dan berkacamata yang mengenakan setelan jas.
Namun ada seorang pemuda yang duduk di paling ujung meja sendirian dan jauh dari yang lain. Sang pemuda yang mengenakan kemeja putih, dasi hitam bergaris putih dan celana panjang kain, terlihat seperti seseorang yang di kucilkan dan di beri tempat di bagian ujung meja. Dia terlihat santai sambil melihat smartphone nya tanpa memperdulikan sekitarnya yang berbicara keras membanggakan diri mereka. Tiba tiba pemuda bertubuh besar yang berwajah sombong itu menoleh melihat sang pemuda yang sendirian duduk di ujung,
“Heh Ethan, kamu masih jadi montir ?” tanyanya sombong.
Suasana langsung hening, seluruh mata mengarah kepada Ethan kecuali gadis yang duduk di sebelah sang pemuda bertubuh besar yang sombong, sang pemuda yang duduk sendirian di ujung. Ethan tetap tenang duduk dengan santai dan terus melihat smartphone nya, melihat Ethan mengacuhkannya, sang pemuda bertubuh besar terlihat kesal, “wuk,” dia melemparkan garpunya kepada Ethan, garpu pun melesat lurus dan kencang menuju ke wajah Ethan, “tap,” tangan Ethan tiba tiba naik menangkap garpunya dengan dua jari, kemudian dia menoleh melihat sang pemuda yang berdiri dan bertolak pinggang dengan wajah sombong nya.
“Mau apa kamu kak Blake ?” tanya Ethan dengan suara tenang.
“Hooo...si montir bisa bertanya juga rupanya (duduk kemudian merangkul gadis di sebelahnya) benar tidak sayang ku Katie ?” tanya Blake sambil mendekatkan wajahnya kepada Katie, gadis cantik bergaun merah di sebelahnya.
“I..iya haha,” jawab Katie.
“Ethan, kamu masih marah dengan kakak mu Blake karena ternyata Katie lebih mencintai Blake daripada kamu ?” tanya wanita paruh baya yang rupanya adalah ibu mereka.
“Iya kak Ethan, buat apa kamu marah, walau kalian pacaran sejak usia 17 tahun, tapi kan kamu langsung masuk militer dan bertugas di luar negeri, kamu jarang pulang jadi wajar kalau Katie lebih memilih Blake di banding kamu kan,” ujar seorang gadis yang memakai gaun putih sederhana.
“Ah benar, lagipula setelah kamu kembali kemari dua tahun lalu, kamu langsung kerja sebagai montir, sudah jelas Katie lebih memilih kak Blake yang memiliki penghasilan lebih jelas dari kamu, dia pengacara, jelas beda penghasilannya dengan montir,” ujar pemuda yang duduk di sebelah gadis bergaun putih.
“Hei hei Lauren....Jake....jangan menggoda Ethan, dia masih kesal karena istri nya di rebut sama Blake,” ujar sang ayah meledek.
“Ih papa, kalau mau meledek mah langsung aja pah,” ujar Lauren sambil melirik sinis ke arah Ethan.
“Hmm maksudnya selingkuh kan, bukan merebut,” celetuk Ethan santai.
Semuanya langsung diam, wajah Katie pun menjadi pucat seketika sedangkan wajah Blake terlihat sangat geram, kemudian dia berdiri dan “brak,” dia menggebrak meja,
“Hei...jangan bicara sembarangan, karena kamu jarang pulang, aku kasihan sama Katie dan bermaksud menemani dia, mengerti !!” teriak Blake penuh emosi.
“Maaf Ethan, tapi aku tidak bisa menunggu lama, kamu selalu pergi meinggalkan aku sendirian, aku juga punya kebutuhan dan aku tidak melihat kamu mencintai ku lagi, lagipula aku sama Blake cuman bicara dan tidak berbuat apa apa, kamu selalu berlebihan Ethan (menoleh melihat Blake dan memegang tangannya) sudah, duduk lagi,” ujar Katie.
“Katie benar Ethan, kita sekarang sedang mengadakan acara pertunangan mereka kan, tolong jangan rusak suasana malam ini,” ujar sang ibu.
“Sudahlah, wanita masih banyak, kamu baru 28 tahun, kita semua di sini dukung Blake dan Katie, sebab Katie layak bahagia,” ujar sang ayah.
“Jadi jangan sedih ya kak Ethan, nikmati saja hehe,” ujar Lauren.
“Hehe bener tuh kak, santai aja kale,” tambak Jake, anak termuda di keluarga.
Setelah melontarkan kata kata seperti menjatuhkan bom, mereka menunggu reaksi Ethan, namun Ethan tetap melihat smartphone nya dan menikmati minuman nya, setelah menaruh gelas, dia menoleh melihat keluarganya dan Katie yang menunggu reaksi dirinya dengan antusias,
“Baiklah,”
Ethan menunduk mengambil tas nya yang dia sandarkan di sebelah kursi, semua orang melihat Ethan dengan tegang, senyum menghilang dari wajah mereka karena Ethan terlihat santai dan sangat tenang, kemudian Ethan mengambil laptop dari dalam tasnya dan menyalakannya, semua orang menunggu apa yang akan di lakukan Ethan. Tiba tiba Ethan memutar laptopnya dan memperlihatkan layarnya kepada semua orang di meja makan.
“Nah sekarang kita mulai presentasi nya,” ujarnya.
Tangannya menekan tombol mouse kemudian tampil slide show power point, slide pertama menampilkan percakapan antara Katie dan Blake yang berlangsung selama satu tahun terakhir. Wajah seluruh orang yang melihat nya menjadi pucat, slide kedua sampai keempat menampilkan percakapan antara Katie dan kedua orang tua Ethan, Lauren dan Jake yang mendukung “perselingkuhan” Katie dengan Blake di belakang Ethan dan membantu menutupi hal ini dari Ethan.
“Brak,” tiba tiba sang ayah yang bernama Richard Norton, berdiri sambil menggebrak meja setelah melihat percakapan dirinya dengan Katie.
“Hei...Ethan, apa apaan ini !” teriak nya.
“Ssssst,” ujar Ethan sambil menaikkan jarinya ke mulut dan berwajah tenang.
Setelah itu, pertunjukan pun di lanjutkan ke slide 5, wajah Katie dan Blake mendadak menjadi pucat pasi, slide ke lima memperlihatkan serangkaian foto yang silih berganti menampilkan “kegiatan panas” Blake dan Katie di ranjang milik Ethan yang di sensor dengan blur karena menjaga agar tetap memiliki rating R (remaja / PG 13), bukan dewasa (D). Ethan menoleh melihat Richard, istrinya Mallory, Lauren dan Jake yang menunduk seperti tiba tiba merasa tertarik dengan warna taplak di meja. Sedangkan wajah Katie dan Blake nampak pucat, bengong dan ketakutan. Katie langsung berdiri,
“E...Ethan, itu tidak seperti apa yang terlihat, ki....kita ga ngapa ngapain,” ujar Katie terbata.
“Oh ? tidak seperti yang terlihat ya, kalau menurut ku jelas ini yang terlihat, coba beri pencerahan agar aku mengerti,” ujar Ethan santai.
“He...hei hentikan Ethan,” teriak Blake sambil berjalan mendekati Ethan.
“Mundur Blake,” balas Ethan berdiri sambil menatap Blake dengan dingin.
Wajah Blake yang sebelumnya penuh amarah, tiba tiba menjadi penuh ketakutan dalam sekejap setelah dia menatap mata Ethan yang dingin. Dia pun mundur dan terduduk di kursi yang berada di seberang Ethan. Setelah itu, Ethan kembali duduk dan tersenyum, kemudian menekan kembali tombol mousenya dan slide keenam pun tampil, isi nya adalah rekap pemakaian tiga buah kartu kredit miliknya beserta kuitansi nya untuk hotel mewah, restoran mahal, belanja pakaian pakaian branded, tas tangan (tote bag) designer, sepatu designer dan lain sebagainya.
“Hmm rupanya kamu sibuk ya Katie selama aku bertugas,” gumam Ethan.
Katie tidak bisa berkata apa apa, dia hanya bisa menangis dan menutup wajahnya menggunakan kedua tangannya. Ethan melanjutkan ke slide ke tujuh, isinya adalah akta hak tanggungan refinancing rumah milik Ethan ke bank yang di lakukan oleh Richard dengan tujuan membayar acara pernikahan antara Blake dan Katie. Selain itu, Lauren juga membuka kartu kredit baru menggunakan jaminan refinancing rumah milik Ethan untuk berbelanja, liburan mewah dan bersenang senang.
Jake juga melakukan hal yang sama untuk membeli perangkat game high end, komputer canggih terbaru dan masih banyak lagi. Slide kedelapan berisi surat ijin mendirikan perusahaan dengan rekening tabungan Ethan sebagai jaminan nya yang di lakukan oleh Blake dan pemindahan sejumlah uang di rekening tabungan milik Ethan dari Ethan kepada rekening milik Mallory, ibu Ethan. Dan slide kesembilan, slide terakhir, menampilkan foto tanda tangan Ethan di atas surat surat sebelumnya yang tentu saja di palsukan. Setelah selesai, Ethan menutup laptopnya dan menatap semuanya dengan senyum,
“Bagaimana para parasit ? aku tahu semuanya,” ujar Ethan santai.
Keluarga dan calon mantan istri Ethan tidak tahu pekerjaan Ethan yang sebenarnya, Ethan memang pergi keluar negeri tapi bukan sebagai tentara yang membela negara, melainkan sebagai agen rahasia yang menjalankan berbagai macam misi penting untuk negara dengan bayaran yang tinggi. Dua tahun lalu, dia yang sudah berhenti menjadi agen setahun sebelum nya, memutuskan ingin kembali ke negaranya dan hidup dengan tenang. Keluarganya juga tidak mengetahui rahasia apa yang di bawa Ethan kembali ke negaranya dan apa pekerjaan Ethan setelah kembali dua tahun terakhir karena dia tidak pernah muncul di keluarganya dan hanya menelpon mereka. Dia juga tidak pulang ke rumah tempat Katie tinggal bersama nya, karena dia tahu semua perbuatan Katie,
“Ba...bagaimana kamu bisa tahu ?” tanya Blake.
“Semua tidak seperti yang kamu lihat Ethan, aku melakukan itu karena waktu itu kita kepepet jadi terpaksa dan aku pasti akan membayar tagihan nya, Blake dan Katie harus cepat cepat menikah, tolong segera ceraikan Katie,” tambah Richard.
“Hmm kepepet ? (mengambil sesuatu dari kantungnya) mungkin ini ya,”
Ethan melemparkan foto hasil usg ke wajah Blake, ketika melihat foto nya, wajah Blake langsung pucat dan tangannya gemetar ketika memegang foto itu, Ethan menoleh melihat Katie,
“Sudah berapa bulan ?” tanya Ethan santai.
Katie terdiam, air matanya bercucuran, dia sama sekali tidak berani menatap Ethan di depannya dan kedua tangannya yang mengepal di meja gemetar.
“Hmm dua bulan, aku sudah tanya sama dokter mu,” ujar Ethan menjawab pertanyaan nya sendiri.
Katie terkesiap, dia mengangkat wajahnya menatap Ethan dengan mulut menganga dan bibir gemetar seperti ingin berkata sesuatu untuk menghindari kenyataan.
“Baiklah, jadi ini yang akan ku lakukan,” ujar Ethan berdiri kemudian membalik laptop dan mengetik.
Setelah selesai, dia membalik laptopnya dan memperlihatkan layarnya, isinya adalah spreadsheet atau lembar kerja berisi perincian uang yang di berikan oleh Ethan kepada keluarganya dan Katie. Terlihat jelas Ethan mentransfer sejumlah uang untuk ayah ibunya yang masih menyicil rumah mewah yang mereka huni sekarang, untuk cicilan mobil kakak nya Blake, untuk kredit kuliah Lauren walau dia sudah lulus dan untuk uang kuliah yang sekarang sedang di jalani Jake, secara diam diam selama tiga tahun terakhir walau tahun pertama dia masih di luar negeri.
Total nilai keseluruhan nya $ 310.000,- dan untuk Katie yang tinggal serumah dengannya, $ 223.000,- untuk biaya bulanan, belanja bulanan, jajan dan langganan wifi, streaming movie, maintenance mobil, dll. Ethan membuka aplikasi perbankan nya dan dengan sekali klik, seluruh transfer otomatis kepada keluarganya dan Katie langsung berhenti. Wajah Richard, Mallory, Blake, Lauren dan Jake langsung terkejut, raut wajah mereka langsung berubah menampilkan lima ekspresi selama lima detik, mulai dari kaget, takut, bingung, tidak percaya dengan apa yang di lakukan Ethan dan terakhir, memerah karena marah,
“Apa apaan ini, kamu tidak bisa seenaknya saja membatalkan transfer bulanan kita,” teriak Richard sambil menunjuk Ethan.
“Dasar anak durhaka, kamu berhutang sama kami, kami yang membesarkan kamu,” teriak Mallory.
“Kurang ajar kamu Ethan, kalau sampai mobil ku di sita bank, awas kamu,” teriak Blake.
“Jangan begitu kak Ethan, bagaimana aku harus melunasi hutang ke kampus ku,” teriak Lauren.
“Aku tidak mau berhenti sekolah, jangan keterlaluan kak Ethan,” teriak Jake.
Ethan hanya bersandar dan tersenyum senyum melihat seluruh keluarganya menunjuk dirinya, dia menoleh melihat Katie yang hanya diam menunduk dengan wajah pucat, sedih dan bingung harus bagaimana. Dengan santai, Ethan mematikan laptop kemudian menutup nya, dia memasukkan kembali laptopnya ke dalam tas punggungnya, kemudian berdiri memanggul tas nya tanpa memperdulikan keluarganya yang berteriak kencang menyebut dirinya dengan banyak nama yang sangat tidak enak di dengar. Ethan berjalan ke arah pintu keluar dan membuka pintunya, tapi sebelum dia melangkah keluar, dia berbalik,
“Oh ya, semua yang kalian lakukan, sudah aku laporkan ke polisi dan bank yang bersangkutan, kalian semua akan di tangkap dengan tuduhan pencurian uang, penipuan kredit terhadap bank, pemalsuan identitas dan khusus Katie, perceraian, kamu akan di beritahu oleh pengacara ku kemudian pihak bank akan menyita rumah ku yang kamu pakai karena aku menjualnya ke bank....lalu satu lagi, namaku sekarang bukan Ethan Norton, tapi Eric Reed (melihat ke arah Blake) coba cari nama ku di internet, Blake,” ujar Ethan.
“A..apa ? a..aku harus tinggal di mana ?” tanya Katie.
“Oh bukan urusan ku, silahkan tanya pada orang orang di sini, sepertinya mereka akan membantu mu karena mereka sudah membantu mu berselingkuh,” jawab Ethan santai dan mengangkat kedua bahu nya.
Blake langsung mengeluarkan smartphone nya, dia mencari nama Eric Reed di internet dan matanya langsung membulat,
“Spesialis dalam perbaikan, restorasi, kustomisasi dan pelapisan mobil antik dan mewah.....Reed’s Garage, repair shop and luxury cars dealership, CEO dan owner....Eric Reed,” Blake membaca website milik Ethan yang sekarang bernama Eric dengan perasaan tidak percaya.
Namun ketika Blake menoleh melihat wajah keluarganya dan Katie, wajah Richard dan Lauren langsung kaku karena mereka tahu persis orang bernama Eric Reed, seorang multimilioner yang memiliki bisnis automotif khususnya mobil mewah dan antik yang sangat mahal dengan cabang yang tersebar di beberapa negara bagian. Eric Reed juga investor utama di bank utama tempat Richard bekerja sebagai branch manager di salah satu cabangnya. Lauren bekerja sebagai marketing eksekutif di salah satu luxury cars dealership milik Eric dan mendapat penghasilan yang lumayan.
“Ah benar, satu lagi pah, mulai besok, investasi sebebesar $ 7.000.000,- dengan alasan penipuan, korupsi dan pencucian ulang yang di lakukan oleh salah satu manager cabang nya, percayalah aku punya data lengkap untuk itu, jadi siap siap menetap di penjara (menoleh melihat Lauren) Lauren, mulai senin besok, kamu sudah tidak perlu masuk kerja lagi, sebaiknya kamu mencari pekerjaan lain...oh tunggu, mungkin habis ini kamu sibuk untuk mengurus kasus penggelapan uang mu di dealership ku, mending cari pengacara untuk membela mu agar kamu tidak di penjara,” ujar Eric santai.
“Ti...tidak, jangan Ethan,” ujar Lauren terbata.
“E..Ethan, jangan lakukan itu, bagaimana aku bisa membayar semuanya kalau aku berhenti bekerja,” ujar Richard.
“Seharusnya papa berpikir tentang hal itu sebelum mengambil kredit menggunakan jaminan rumah ku dan memalsukan tanda tangan ku (menoleh kepada Blake) dan Blake, ijin perusahaan baru mu akan ku cabut karena tabungan ku kan yang di jadikan jaminan nya dan kamu mengambil kredit di tempat papa bekerja, jadi sekalian ok (menoleh melihat Katie) nah, selamat menikmati perjalanan hidup bersama suami baru mu Katie,” ujar Eric.
“Ethan...kita keluarga, kita harus selalu bersatu dan saling membantu, kita orang tua mu, apa begini cara kamu membalas orang tua yang mengasuhmu sejak kecil,” ujar Mallory.
“Mengasuh ku ? hmm...mungkin sampai usia 5 tahun ya, begitu aku mulai sekolah dan begitu Lauren kemudian Jake lahir, aku anak cadangan yang hanya sekedar hadir di rumah dan di beri makan seperti peliharaan, itu juga sebabnya aku pergi di usia 17 tahun tanpa menyelesaikan sekolah yang ku bayar sendiri tanpa campur tangan kalian untuk mengabdi pada negara (teknisnya sih benar, cuman beda jalur dari yang mereka kira).....jadi kita bukan keluarga, kita hanya kebetulan berbagi dna karena aku berasal dari kalian, anggap saja aku sudah mati agar lebih mudah, selamat tinggal,” balas Eric.
“Tapi kita orang tua mu, kita yang membesarkan mu, kita yang memberi mu atap, kita yang memberi mu makan,” teriak Mallory dengan wajah penuh air mata.
“Yap, bener, seperti yang ku bilang, cuman sampai lima tahun (berpikir) oh mungkin tujuh tahun, selebihnya kalian memberi ku sisa dari Blake, Lauren, Jake dan setelahnya, aku berhutang pada usaha ku sendiri sejak aku berusia 12 tahun, jadi...tiga tahun aku membantu kalian secara diam diam secara finansial, aku sudah melunasi jasa kalian,” balas Eric santai dan tenang.
Mallory pun terdiam, dia hanya bisa duduk dan menangis tersedu sedu yang terasa palsu seperti sandiwara tanpa penyesalan sama sekali karena dia sadar apa yang di katakan Eric benar, Lauren dan Jake hanya duduk terdiam dengan wajah pucat dan tubuh yang kaku. Eric berbalik kemudian berjalan keluar dari rumah tanpa menoleh kebelakang walau suara tangis, teriakan, orang yang menelpon dan lain sebagainya, terdengar bising di belakangnya. Tapi baru saja dia melangkah keluar, “tap,” lengannya di tangkap oleh Blake,
“Tu...tunggu Ethan, tolong jangan begitu, jangan bawa bawa polisi dan pengacara, kita keluarga, kamu adik ku, kita satu darah, aku minta maaf, aku tidak akan mendekati Katie lagi, dia yang datang pada ku, bukan aku yang menggoda dia,” ujar Blake.
“Haaaah....alasan klasik (berbalik dan melepaskan tangan Blake) langsung lempar kesalahan pada Katie, dengar ya, dari kecil kamu selalu menindas ku dan merasa dirimu berkuasa, sejak kecil kamu selalu mengambil apa saja yang menjadi milik ku, kita bukan keluarga Blake, kamu hanya orang yang kebetulan satu dna dengan ku (mendengar suara sirene) nah, mereka datang, silahkan tunggu ya, jangan lari karena percuma...oh dan kamu benar tentang satu hal, aku memang montir walau aku kaya raya,” ujar Eric.
“Tapi aku kakak mu, kakak kandung mu, keluarga mu,” teriak Blake.
“Nope, kamu bukan kakak ku, aku anggap kakak ku sudah mati ketika dia mulai meniduri istri ku,” balas Eric.
Blake terdiam tanpa bisa biara apa apa, Eric berbalik lagi, dia berjalan ke arah sebuah mobil BMW i8 berwarna hitam yang terparkir agak jauh di seberang pagar rumah. Blake yang melihat mobil Eric menjadi sangat kaget, dia tidak menyangka kalau adik nya yang selama ini dia anggap sebagai montir ternyata multimilioner yang bekerja sebagai montir. Ketika Eric membuka pintu nya naik dan masuk, tiba tiba “driiing,” sebuah telepon masuk ke dalam smartphone nya, dia melihat layarnya, tersenyum dan mengangkat nya,
“E...Ethan, tolong jangan begini, a...aku mengaku salah, aku memang bodoh karena bisa tergoda oleh Blake, aku benar benar berbuat kesalahan fatal, tolong maafkan aku, aku tidak ingin berpisah dari mu,” ujar Katie.
“Kamu tidak berbuat salah kok, kamu itu memilih keputusan berkat ke egoisan mu, beda salah sama pilihan, salah itu lupa memasukkan cucian ketika hujan, pilihan berdasarkan keputusan itu terus menerus sampai satu tahun mungkin malah lebih, benar kan ?” tanya Eric.
“Tidak....aku salah, a...aku tidak tahu apa yang ku pikirkan waktu itu, Blake memanipulasi ku dengan kata katanya, tolong beri aku kesempatan sekali lagi, jangan ceraikan aku, aku...sedang hamil....anak mu,” jawab Katie.
“Katie, kamu sudah hamil dua bulan dan aku baru pulang kemarin setelah pergi selama enam bulan untuk ke kota di negara bagian lain kan, secara waktu dan hitungan matematika, tidak mungkin bayi yang ada di perut mu itu anak ku, jadi tolong jangan pakai cara itu untuk kembali kepada ku setelah kamu tahu siapa aku sebenarnya, Blake akan tanggung jawab soal bayi mu walau dia bokek sebab istri rahasia nya sudah tahu, dia akan menceraikan Blake kemudian mengambil semua milik nya yang di berikan orang tua nya kepada diri nya, silahkan tampung kakak ku yang bokek dan tidak berguna itu,” ujar Eric.
Katie terdiam sejenak, Eric bisa mendengar kalau otak Katie sedang memproses apa yang baru saja di katakannya seperti prosesor komputer, sepertinya Katie tidak tahu kalau Blake sudah memiliki istri yang tidak di perkenalkan kepada keluarganya dan menikah tanpa bilang bilang, tentu saja sebagai mantan agen rahasia, Eric mengetahui semuanya,
“Huh....Blake...punya istri ?” tanya Katie.
“Ya, namanya Christina, usia 31 tahun sama seperti Blake, mereka teman kuliah dan menikah dengan Blake selama 8 tahun, tempat tinggalnya di kota sebelah, di rumah atas nama dia yang di pakai tinggal bersama Blake, dia bekerja sebagai seorang pengacara, tidak punya anak dari Blake, dia sudah tahu apa yang di lakukan Blake, dari menyembunyikan keberadaan keluarganya, mengaku entrepeneur dan berselingkuh dengan mu dengan dalih perjalanan bisnis selama beberapa hari, sekarang dia berniat menceraikan Blake melalui kantor pengacara nya,” jawab Eric sambil tersenyum.
“Ti...tidak, a..aku benar benar salah, Blake tidak ada artinya sama sekali buat ku, dia bukan seperti yang ku pikirkan, cuman kamu yang ada di hati ku, tolong Ethan, jangan campakkan aku, aku benar benar mencintai mu,” ujar Katie putus asa.
“Cinta ya ? kamu tidak mencintai ku karena sampai sekarang saja kamu masih tidak mengerti apa yang menghancurkan pernikahan kita, bukan karena kamu tidur sama Blake dan sekarang mengandung anak nya, bukan karena kamu belanja habis habisan menggunakan uang hasil jerih payah ku, kamu menghancurkan dasar dari pernikahan dan cinta, yaitu kepercayaan dan saling menghormati, karena orang yang mencintai seseorang tidak akan mengkhianati orang yang di cintai nya dengan cara yang sangat menyakitkan, jangan pernah hubungi aku lagi,” balas Eric sambil mematikan smartphone nya.
Dia menutup pintunya dan menaruh smartphone nya dalam posisi terbalik karena banyak pesan juga telepon yang masuk dari semua orang di dalam dan pada akhirnya dia mematikan smartphone nya. “Vroooong,” dia langsung memacu mobil nya melintasi jalan yang sepi meninggalkan dan memutuskan hubungan dengan keluarganya.
Setelah menempuh perjalanan selama 3 jam, Eric memasuki kota metropolitan besar tempat gedung utama perusahaan miliknya dan tempat tinggalnya di kota untuk sementara, sebuah apartemen yang dia sewa sejak 6 bulan lalu ketika dia tahu perselingkuhan Katie, istrinya dengan Blake, kakak nya sendiri. Ketika dia sampai di sebuah gedung tinggi yang merupakan kantor nya, tempat dirinya mengelola bisnisnya. Setelah memberikan kuncinya pada petugas valet, dia langsung di sambut oleh seorang sekuriti di depan lobi.
“Permisi pak Eric, ada orang yang datang mencari bapak, saya meminta dia menunggu di ruang interview yang berada di lantai 11 setelah mengambil kartu tamu nya di resepsionis,” ujar sang sekuriti.
“Baiklah, apa dia mengatakan siapa namanya ?” tanya Eric.
“Namanya Brady Herrison, dia bilang dia teman anda pak Eric, oh tapi dia tidak sendiri, ada seorang wanita bersama nya,” ujar sang sekuriti.
“Brad rupanya, ok, siapa wanita yang bersama nya, Nate,” ujar Eric sambil menepuk pundak Nate sang sekuriti.
“Saya kurang tahu pak, dia tidak mengatakan apa apa kepada saya, tapi dia juga sudah mengambil kartu tamu nya,” balas Nate.
“Baiklah, biar aku temui dia, terima kasih Nate,” balas Eric tersenyum.
“Sama sama pak,” balas Nate bangga.
Eric berjalan menuju ke lift pribadi nya, “ting,” tepat di lantai 11, lift terbuka, Eric melangkah keluar kemudian berjalan ke ruang interview yang berada tepat di sebelah pintu masuk ke dalam kantornya. Ketika membuka pintunya, Eric melihat seorang pria berusia 30 tahun, berambut pirang dan berwajah sangat tampan dengan gigi putih nya yang tersenyum ketika melihat Eric masuk, memakai setelan jas mahal dan jam tangan yang harganya mungkin sama dengan pembayaran cicilan bulanan refinancing rumah orang tuanya.
“Brad,” sapa Eric.
“Halo Ric,” balas Brad sambil berdiri.
Eric melihat seorang wanita cantik berambut hitam di ikat pony tail dan berkilau, memakai setelan blazer yang nampak mahal, tas tangan yang talinya di kalungkan ke pergelangan tangannya dan nampak mahal, berwajah tegang. Eric kemudian menoleh kepada Brad dan menunjuk wanita itu,
“Siapa dia Brad ?” tanya Eric perlahan.
“Ah ya (menoleh kepada sang wanita) dia pemilik perusahaan appraisal barang barang antik untuk di lelang dan sekaligus rumah lelang nya, namanya ibu Emily West,” jawab Brad memperkenalkan Emily.
Emily berdiri kemudian menjulurkan tangannya kepada Eric, tentu saja Eric langsung menyalami nya dan memperkenalkan dirinya, setelah itu mereka kembali duduk namun kali ini Emily duduk berseberangan dengan Eric dan Brad,
“Oh jadi ibu Emily yang ingin bertemu dengan saya ?” tanya Eric.
“Benar sekali pak Eric, saya sedikit tertarik dengan bisnis mobil antik anda dan ingin bekerja sama dengan anda,” jawab Emily.
“Bekerja sama ? apa yang membuat anda tertarik dengan bisnis saya bu ?” tanya Eric sopan.
“Saya memiliki banyak rumah lelang dan bekerja sama dengan rumah lelang lain, baik milik negara atau swasta, terkadang kita menerima mobil mobil antik untuk di lelang, mereka minta perusahaan saya untuk mengappraisal dan menaksir nilainya, terus terang saya lebih sering mengappraisal perhiasan dan berlian untuk menentukan asli atau palsu, dari jaman apa, seberapa langka nya dan berapa kira kira taksiran harganya, bukan kendaraan, anda kebetulan memiliki bisnis merestorasi mobil vintage dan menjual nya, tentu saja anda lebih paham apa yang harus di lihat jika kita mengappraisal kendaraan antik, itu yang membuat saya tertarik untuk bekerja sama dengan anda,” jawab Emily menjelaskan.
“Hmm ok, saya mengerti, tapi apa untungnya bagi perusahaan saya dan bagaimana kerjasama nya ?” tanya Eric.
“Para pemilik mobil antik yang menitipkan mobil mereka kepada rumah lelang, terkadang ingin mendapat hasil maksimal dalam lelang sehingga mereka ingin mobil mereka di restorasi seperti baru, jika perusahaan anda bekerja sama dengan kita, maka seluruh restorasi akan di tangani oleh perusahaan anda dengan komisi 10% kepada perusahaan saya dan tentunya jika mobil yang anda kerjakan terjual di lelang, anda akan menerima komisi 10% dari komisi lelang kami, win win bagi kita berdua,” jawab Emily menjelaskan.
“Hmm memang win win, tapi berapa persen komisi anda dari penjualan lelang ?” tanya Eric.
“Komisi dari rumah lelang milik kita sendiri biasanya berkisar antara 20% - 35% tergantung harga terjualnya, jika dari rumah lelang lain, kita menerima 17% dari komisi penjualan mereka dan 10% nya untuk perusahaan anda,” jawab Emily.
Medengar proposal kerjasama dari Emily, Eric berpikir keras, di satu sisi dia tertarik dengan kerja sama ini namun dia ingin menyelidiki dulu perusahaan milik Emily,
“Boleh tahu nama perusahaan anda ?” tanya Eric.
“Good Eye’s auction and appraisal,” jawab Emily.
“Owh...aku tahu perusahaan itu, sering masuk ke dalam majalah dan baru naik menjadi lima besar perusahaan paling berkembang di negara ini setahun lalu,” balas Eric.
“Benar pak, tapi majalah suka melebih lebihkan, perusahaan saya masih belum berskala nasional seperti perusahaan anda dan perusahaan logistik pak Brad, tapi kita akan mengarah kesana,” ujar Emily merendah.
“Baiklah (mengamati wajah Emily yang nampak tenang dan tentunya sangat cantik) saya setuju bekerja sama, mari kita buat kontrak nya, saya akan menghubungi pengacara saya untuk menyiapkan kontrak nya,” ujar Eric sambil menjulurkan tangannya dan tersenyum.
Tanpa ragu lagi, Emily langsung menjabat tangan Eric dengan wajah berseri. Ketika tangan mereka bersentuhan dan bersalaman, Eric merasakan ada sensasi lain yang baru pernah dia rasakan, dia melihat Emily dan yakin kalau Emily pun merasakan hal yang sama dengan dirinya. Setelah melepaskan jabat tangan mereka, keduanya langsung saling bertukar nomor, kemudian Eric menoleh melihat Brad yang tidur di sebelahnya, dia langsung menyikut Brad,
“Oi,” ujar Eric.
“Oh...uh...udah selesai ?” tanya Brad yang terbangun seketika karena kaget.
“Udah, jangan tidur,” jawab Eric.
“Baiklah, saya pergi dulu, pengacara saya akan menghubungi pengacara anda untuk membuat kontrak kerja sama kita, saya permisi dulu pak Eric, pak Brad,” ujar Emily sambil berdiri.
“Mari saya antar bu Emily,” ujar Eric berdiri.
“Ok bu, saya juga akan mengantar anda dan saya masih ada perlu di bicarakan dengan Eric,” ujar Brad berdiri.
Setelah itu, mereka pun turun menggunakan lift pribadi milik Eric agar tidak terganggu, di dalam lift mereka bertiga membahas bisnis secara profesional tanpa menyinggung masalah pribadi. Ketika sampai di lobi, Eric dan Brad mengantar Emily keluar dari lobi kemudian membukakan pintu belakang mobil mercedes milik Emily yang di kendarai oleh seorang pengemudi. Begitu menutup pintu, Emily membuka kaca jendela untuk berpamitan sekali lagi dan pergi. Setelah Emily pergi,
“Ric, ada yang mau ku bicarakan,” ujar Brad serius.
“Ok, dimana ?” tanya Eric.
“Mobil mu saja,” balas Brad.
Keduanya berjalan kembali ke lift kemudian ke basement, mereka bersandar di mobil BMW milik Eric karena tidak bisa masuk ke dalam.
“Ok, sebelum mulai, lihat ini dulu,” ujar Brad sambil memberikan smartphone nya kepada Eric.
Layar smartphone memperlihatkan foto seorang wanita paruh baya yang masih cantik dan seksi di usianya, sedang berjalan di dalam lobi sebuah hotel mewah bersama seorang laki laki tua berambut putih namun nampak sangat kaya.
“Hmm Sofia Malcolm, mama angkat Lily tunangan mu ?” tanya Eric.
“Yap, aku sudah dapat bukti tegas kalau dia yang membunuh suaminya dengan menyamarkan nya sebagai kecelakaan salah makan hidangan beracun, koki yang menyiapkan makanan nya sampai di tangkap dan di periksa, sekarang dia berada di penjara,” jawab Brad.
“Lalu ? apa urusan nya dengan ku ?” tanya Eric.
“Aku minta kamu mengenyahkan dia demi Lily, kamu tahu kan kita mau menikah lima bulan lagi, aku tidak ingin Lily kenapa napa dan ini juga permintaan Lily karena sekarang dia tahu kalau ternyata Sofia bukan mama kandungnya, dia ingin balas dendam akan kematian papa nya dan tidak ingin Sofia hadir di pernikahan kita,” jawab Brad.
“Haaaah....kamu kan tahu Brad, aku sudah berhenti dari profesi hitman setelah kembali ke negara ini,” ujar Eric.
“Tolong bro, sekali ini saja, walau aku berasal dari keluarga mafia, tapi aku masih agen rahasia sampai pensiun setelah aku menikah, ini terakhir,” ujar Brad sambil memohon pada Eric.
“Lily tahu kamu masih aktif jadi agen ?” tanya Eric.
“Tentu saja tidak, kamu tentu tahu peraturannya kan,” jawab Brad.
“Ya, aku paham (berpikir) ok, janji ini terakhir, kirim semua pada ku,” balas Eric.
“Sip, thanks bro, gimana keluarga ? aku sudah denger,” balas Brad.
“Aku sekarang tidak punya keluarga, kota itu sudah bukan kota tempat kelahiran ku,” balas Eric.
“Bagus, akhirnya kamu berhasil mengenyahkan para parasit yang menggerogoti hidup mu,” ujar Brad.
“Ya, sebagai gantinya percepat proses perceraian ku, Lily pengacara yang biasa menangani kasus keluarga kan ?” tanya Eric.
“Bener, nanti aku jelaskan semua pada Lily, kita pasti bantu kamu karena kamu sudah seperti saudara buat kita berdua,” balas Brad sambil memegang punak Eric.
“Ya, aku pun menganggap kalian saudara ku, ngomong ngomong kamu kenal Emily tadi dimana ?” balas Eric yang kembali bertanya.
“Dari Lily, kebetulan dia klien di kantor pengacara milik Lily dan masalahnya di tangani oleh Lily, masalah keluarga juga, adiknya tiba tiba punya dua orang anak dalam kurun waktu tiga tahun dan tanpa suami, ketika di tes dna untuk mengetahui ayah nya, ternyata ayah kedua anak adiknya adalah suaminya, parahnya keluarganya minta dia mengurus kedua anak adik nya karena dia kaya dan tentu saja karena suaminya “poof” menghilang entah kemana, kasus nya mirip seperti mu kan ?” tanya Brad.
“Hmm mirip....dan menyakitkan pada awalnya, di khianati dua orang yang paling di percayai,” ujar Eric yang sangat paham karena dia juga mengalami hal yang sama.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!